• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS konsep PEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS konsep PEMBER"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BUMI SAKTI ALAM KERINCI

Dovel Pirmanto pirmantodovel@gmail.com

Abstrak

Perkembangan pariwisata menjadi salah satu faktor dalam perkembangan, pembangunan, dan kemajuan suatu Negara. Saat ini Indonesia sedang membangun dan mengembangkan pariwisata di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satunya Provinsi Jambi, Provinsi Jambi di kenal dengan perkembangan industri dan tambang namun, menyimpan kekayaan alam yang begitu besar menjadi potensi wisata yang luar biasa dan memiliki adat dan budaya yang unik. Penelitian ini membahas tentang pembangunan dan pengelolaan pariwisata berbasis pemberdayaan. Strategi dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Prinsip dalam mengembangankan pariwisata berkelanjutan berbasis pemberdayaan masyarakat. Hasil yang di harapkan dari penelitian ini memberikan masukan ke pada pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kerinci dalam mengelola pariwisata yang lebih baik.

Kata kunci : Pariwisata , Berkelanjutan, Pemberdayaan Masyarakat, Bumi Sakti Alam Kerinci.

Abstract

(2)

empowerment. Results are expected from this study provide input to the government and society in managing tourism Kerinci better.

Keywords: Tourism, Sustainable, Community Empowerment, Bumi Sakti Alam Kerinci.

I. PENDAHULUAN

Pada Era Globalisasi saat ini dunia pariwisata menjadi suatu hal

yang berpengaruh penting dalam pembangunan dan perkembangan

suatu Negara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pembangunan dan

pengembangan dalam sektor pariwisata di berbagai wilayah di Indonesia.

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang akan membantu mewujudkan

Indonesia sebagai foros maritim dunia. Sektor pariwisata dikembangkan

karena dianggap menjadi sumber industri andalan yang dapat

memberikan lapangan pekerjaan, mengunutngkan masyarakat,

pemerintah, maupun pihak swasta, serta menggeser kegiatan-kegiatan

industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat

mengeksploitasi sumber daya alam. Oleh karena itu pengembangan di

sektor pariwisata gencar dilakukan di berbagai wilayah Indonesia saat ini.

Ada beberapa faktor pendorong Indonesia melakukan pengembangan

pada sektor pariwisata adalah:

1. Berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa

Negara jika dibandingkan dengan waktu lain.

2. Merosotnya nilai ekspor pada sektor nonmigas.

3. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara

konstisten.

4. Besarnya potensi yang memiliki oleh bangsa Indonesia bagi

pengembangan pariwisata.

Saat ini perkembangan pariwisata secara maksimal sebagian

(3)

dianggap memiliki potensi alam dan nilai pasar yang tinggi. Sedangkan

wilayah Sumatera yang melakukan pembangunan pariwisata maksimal

serta dikenal oleh khalayak ramai seperti Sumatera Utara yang terkenal

dengan Danau Toba, Sumatera Selatan yang terkenal dengan Sungai

Musi dan Jembatan Ampera, Sumatera Barat yang terkenal dengan Jam

Gadang. Provinsi Jambi yang merupakan salah satu provinsi dibagian

Pulau Sumatra adalah wilayah yang kurang terdengar dalam sektor

pariwisata melainkan diketahui sebagai wilayah yang kaya akan hutan

lebat, tambang, dan kelapa sawit. Namun, kenyataannya Jambi memiliki

potensi wisata yang beragam dan indah. Serta tidak tertinggal dari

keindahan wisata di Provinsi lain di Indonesia.

II. METODE 2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kerinci yang terletak

di Provinsi Jambi.

2.2 Jenis dan Sumber Data

Menurut sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Data Kualititif, yaitu : data ini

meliputi ide, ungkapan pandangan dari tokoh masyarakat setempat,

pengelola tempat wisata, pemandu wisata, Pemda Kerinci (Dinas

Pariwisata Kabupaten Kerinci). (2) Data Kuantitatif, yaitu : data ini berupa

kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kerinci.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Potensi Pariwisata Kabupaten Kerinci

Kabupaten Kerinci salah satu daerah di Provinsi Jambi yang dominan dalam sektor pariwisata yang dikenal dengan “Bumi Sakti Alam Kerinci” yang diyakini bahwa Kerinci merupakan daerah sakti yang memikat para pengunjung. Diantara banyaknya daya tarik wisata yang

(4)

Aro, Air Terjun Telun Berasap, Air Panas Semurup, Danau Kaco, Danau

Gunung Tujuh, Danau Kaco, dan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Melihat banyaknya daya tarik wisata unggulan diatas merupakan

suatu potensi yang menarik menjadi magnet utama bagi dunia

kepariwisatawan di Provinsi Jambi Khususnya dan di Indonesia pada

umumnya. Para ahli geologi dan ekologi dunia menjuluki Kerinci sebagai daerah ”3Ter” yaitu memiliki Gunung Kerinci sebagai “Atap Sumatera” (Top Of Sumatera) atau kadang dikatan sebagau Gunung Vulkanik

Tertinggi di Indonesia. Sejalan dengan hal itu, Danau Gunung Tujuh

merupakan Danau Tertinggi di Asia Tenggara, dan perkebunan The Kayu

Aro merupakan kebun The Terluas di Asia Tenggara. Kemudian, selain potensi “3Ter” tersebut Kerinci memiliki bentangan alam yang terdiri dari gugusan pegunungan yang senatiasa di selimuti awan dan embun serta

lembah menawan yang terhampar luas membentuk kantung (engclave)

yang unik, spesifik dan merupakan engclave terluas yang pernah dihuni

manusia di dunia. Luasnya mencapai 1.484.650 Hektar dengan garis

keliling 530 Km, sebagian besar dari kawasan ini dikelilingi hutan

belantara liar dan basah dengan berbagai tingkat keragaman hayati, flora

dan fauna di kawasan hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat

(TNKS) yang merupakan salah satu paru-paru dunia.

Fauna khas yang menghuni Taman Nasional Kerinci Sebalat

adalah Harimau Sumatera, kemudian Flora khas Taman Nasional Kerinci

Seblat adalah Bunga Reflesia (Raflesia arnoldi), Bunga Bangkai

(Amorphophallus titanium), dan tumbuhan langka endemik seperti pinus

Kerinci (Pinus merkusii strain kerinci). Di kawasan Gunung Kerinci terdapat misteri sejarah alam terbesar di Asia yaitu hidupnya “orang pendek kaki terbalik” yang merupakan makhluk dengan ukuran tinggi 1 meter menyerupai menusia tetapi terdapat banyak bulu di wajah dan

memiliki kaki yang terbalik kebelakang (kaki terbalek). Sehingga saat ini

(5)

memancing ahli binatang untuk mendaftarkan laporan makhluk misterius

di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat lebih dari 150 tahun yang lalu

dan masuk ke dalam salah satu studi Cryptozoology.

Ekspedisi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali dilakukan

salah satunya adalah ekspedisi yang di danai oleh National Geograpic

Society. National Geograpic Society sangat tertarik mengenai

keberadaan orang pendek di Gunung Kerinci. Bahkan, beberapa peneliti

telah mereka kirimkan ke Kerinci untuk melakukan penelitian mengenai

makhluk tersebut. Namun, tidak ada hasil sampai saat ini. Keberadaan

orang pendek berkembang menjadi mitos menarik yang turun temurun

oleh masyarakat Kerinci. Oleh karena itu pujangga besar alam Kerinci

yang bernama Gazali Burhan Riodjaselain mengibaratkan Kerinci

sebagai sekepal tanah dari surga, sebuah anugerah untuk dunia. Ia juga menjuluki Kerinci sebagai “Bumi Sakti Alam Kerinci”.

Kerinci sebagai daerah yang memiliki banyak daya tarik wisata

terus membenahi sektor pariwisata guna menambah daya tarik

wisatawan ke daerah Kerinci sehingga dapat menambah Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Data jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan

wisatawan dari mancanegara yang dating dan berkunjung ke Kabupaten

(6)

Tabel 3.1

Data Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Kerinci

Sumber : Kerinci Dalam Angka 2014

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas tentang kunjungan wisatawan

nusantara dan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Kerinci, pada

tahun 2009 wisatawan nusantara sebanyak 221.036 orang sedangkan

wisatawan mancanegara sebanyak 2.182 orang sehingga total

wisatawan ke Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 adalah 223.218.

kemudian pada tahun 2010 wisatawan nusantara sebanyak 252.036

orang, wisatawan mancanegara sebanyak 980 orang sehingga, total

wisatawan yang berkunjung tahun 2010 adalah 253.016 orang, pada

tahun 2010 ini mengalami peningkatan sebesar 11,77% dari tahun 2009.

Pada tahun 2011 wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kerinci

mengalami kemunduran dari dua tahun sebelumnya yang sangat

signifikan yaitu -76% terbukti dengan jumlah wisatawan yang berjumlah

29.255 orang. Kemudian, pada tahun 2012 wisatawan mancanegara

adalah 915 orang, wisatawan nusantara berjumlah 26.895 orang dengan

total jumlah wisatawan adalah 27.810 orang, jumlah ini bernilai kecil jika

dibandingkan pada tahun sebelumnya dan mengalami presentase

(7)

nusantara adalah 38.985 orang, wisatawan mancanegara 1.235 orang

sehingga, jumlah secara keseluruhan 40.220 orang. Pada tahun 2013 ini

kunjungan wisatawan naik hingga 32% dari tahun sebelumnya. Pada

tahun 2014 kunjungan wisatawan kembali mengalami penurunan jumlah

kunjungan wisatawan sebesar -23% dari tahun 2013 yaitu hanya 33.666

orang. Jadi, kesimpulan dari table 3.1 diatas adalah kunjungan wisatawan

ke Kabupaten Kerinci mengalami kemerosotan yang sangat banyak dan

dinilai tidak adanya kemajuan peningkatan kunjungan wisatawan.

Salah satu upaya pemerintah dalam memajukan pariwisata kerinci

adalah dengan diadakannya event Festival Masyarakat Peduli Danau

Kerinci (FMPDK) yang di selenggarakan setiap tahunnnya. Hal ini tentu

memberikan kesenangan dan terapi bagi masyarakat dan wisatawan

yang datang. Pengelolaan yang tidak professional terhadap kawasan,

elemen lanskap dan elemen pendukungnya, menyebabkan kawasan

objek wisata menjadi tempat yang panas, gersang, dan bernilai estetika

rendah sehingga tingkat kunjungan semakin rendah. Oleh karena itu

diperlukan pedoman atau acuan pengembangan dan pengelolaan

kawasan Objek Wisata Danau Kerinci (OWDK), untuk mewujudkan

terbangunnya suatu kawasan wisata yang memberikan daya tarik

terhadap pengungjung dan memiliki nilai estetika yang tinggi serta

memberi pendapatan pemerintah daerah dalam pemberdayaan

masyarakat.

Kawasan yang tidak tergarap dengan optimal, semestinya dengan

adanya pengembangan terarah maka Kerinci akan menjadi salah satu

daerah pariwisata yang luar biasa (good tourism) di Sumatera karena

Alam dan Budaya yang unik. Suatu hal yang terlihat adalah

kepariwisataan Kerinci hingga saat ini hanya berjaalan di tempat, bahkan

mengalami kemerosotan. Indikasinya tidak pernah terjadi peningkatan

jumlah wisatawan yang tertera pada table 3.1, tidak berkembangnya

(8)

perencanaan serta strategi yang matang, tidak adanya sinergisitas antara

lembaga pengelola, baik pemerintah maupun pihak swasta dengan

masyarakat. Akibatnya masyarakat dan daerah tidak pernah merasakan

dampak dari perkembangan kepariwisataan tersebut yang semestinya

mereka merasakan sendiri secara langsung.

3.2 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi

perhatian para ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri

baru muncul beberapa decade yang lalu, walaupun perhatian terhadap

keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang

mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan penduduk

yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap

keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan

pada tahun 1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth

(Meadowet al.,1972) dalam kesimpulannya, bahwa pertumbuhan

ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam.

Dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan

jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa

dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis).

Meskipun mendapat kritikan yang tajam dari para ekonom karena

lemahnya Fundamental ekonomi yang digunakan dalam model The Limit

to Growth, namun buku tersebut cukup menyadarkan manusia akan

pentingnya pembangunan yang berkelanjutan. Karena itu perhatian

terhadap aspek keberlanjutan ini mencuat kembali ketika pada tahun

1987 World Commission on Environment andDevelopment (WCED) atau

dikenal sebagai Brundland Commission menerbitkan buku berjudul Our

Common Future. Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda baru

mengenai konsep pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan

(9)

sekaligus menjadi tantangan konsep pembangunan ekonomi neo-klasikal

yang merupakan konsep pembangunan Konvensional yang selama ini

dikenal, yang menyatakan bahwa sustainable development is one that

meets the needs of the present without comprimising the ability of the

future generations to meet their own need atau pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa

kini tanpa berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan

adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan

dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung

kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjutan telah

dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus di sosialisasikan ditengah

masyarakat agar masyarakat maupun Negara kita dapat bersaing dan

berkembang mengikuti perkembangan jaman secara globalisas.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah

sebuah upaya pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi,

sosial, lingkungan bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak

mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang

serta sehingga dapat menciptakan masyarakat yang dapat berinteraksi

satu sama lain dan dengan lingkungan hidup.

3.3 ASPEK YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

Ekonomi

(10)

Maksud dari lingkaran adalah keberlanjutan ekonomi, lingkungan

dan social digambarkan sebagai lingkaran yang saling menutupi

sebagaian dengan keberlanjutan (sustainability) sebagai keadaan di

tengah-tengahnya.

3..1 Aspek Ekonomi

Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan

erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk

memajukan ekonomi dalam jangka panjang dan dapat meningkatkan

kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan alam,

masyarakat dan ekonomi untuk menaikan kesejahteraan generasi masa

depan. Jadi, jika generasi saat ini bisa maju maka masyarakat bisa

mencapai kesejahteraan. Sehingga kemudian terdapat alur ekonomi

yang berjalan terus menerus, tanpa mengurangi tingkat kesejahteraan

dari generasi ke generasi.

Aspek yang terdiri dari ekonomi sebagai berikut : - memaksimalkan kesejahteraan manusia.

- memastikan adanya efisiensi dalam penggunaan sumberdaya

alam.

- menciptakan iklim usaha.

3..2 Aspek Sosial

Aspek sosial, maksudnya dipengaruhi oleh manusia sebagai

pendukung komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi.

Hal-hal yang merupakan perhatian utama dalam aspek sosial adalah

stabilitas penduduk, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pertahanan

keanekaragaman budaya dan partisipasi masyarakat lokal dalam

(11)

Aspek yang terdiri dari sosial sebagai berikut :

- memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan

keuntungan dari pembangunan disemua aspek kehidupan.

- menghargai dan meningkatkan perhatian terhadap hak asasi

manusia,termasuk kebebasan masyarakat dan politik,budaya

ekonomi dan keamanan.

Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut :

- mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengambilan keputusan.

- mendorong kebesaan usaha dengan memberikan

insentif,kebijakan dan system yang mendukung.

- meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan dan

akurasi informasi.

- meningkatkan akuntabilitas.

3.3 Aspek Lingkungan

Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung

pembangunan yang berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang

banyak disorot ketika membahas tentang sustainable design. Hal ini

disebabkan karena aspek ini terkait langsung dengan faktor-faktor alami

yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga hal-hal yang menunjukkan

degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa.

Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut : - meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan.

- meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap

sumberdaya alam dan lingkungan.

(12)

3.4 PARIWISATA BERKELANJUTAN

Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat

pesat, termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal

dan lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan investasi –

investasi baru dalam sektor pariwisata seharusnya tidak membawa

dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, jika kita

memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak

negative. Maka beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk

mengatur pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik dan

menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai prioritas

karena usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber – sumber

atau asset yang penting bagi pariwisata tidak hanya untuk sekarang

tetapi dimasa depan.

3.5 PRINSIP – PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan

dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya

yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini

agar dapat dinikmati untuk generasi yang akan datang.

“Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara

ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).

Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam

Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang

dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga

adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan

berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk

(13)

pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara

berkelanjutan.

Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang

melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan

masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja

terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi

manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri, hingga saat

ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai “resep‟ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui

prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut

antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder),

kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan,

mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung,

monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku

(stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara

berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap

daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta

promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol

pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi

pariwisata, mengidentifikasi sumber daya yang akan dipelihara dan

ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi

untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat

juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi

(14)

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata

meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),

kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi

bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta

yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan

yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang

kepariwisataan seperti hotel, restoran, dan sebagainya. seharusnya

dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan

bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku

bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam

mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara

pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam

menunjang kepemilikan lokal tersebut.

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber

daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus

menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui

(irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan

lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan

sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam

pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber

daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan

(15)

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam

kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara

pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat

terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau culturaltourism

partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen,

sampai pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan

meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan

pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan

lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi

secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan yang

dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas

penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use)

.

7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata

berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak

kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan

batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat

bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional,

regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar

pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan

(16)

pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti

tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan

bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan

pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk

membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan

bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik

tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta

topik-topik lain yang relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi

penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap,

sense of place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan

dan penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk

mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan

kepuasan bagi pengunjung. seharusnya bertujuan untuk mewujudkan

pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi

pengunjung.

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) terdiri dari:

1) Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan

masyarakat lokal, dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal

juga dan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Mestinya juga

(17)

mempunyai rasa memiliki untuk peduli, bertanggung jawab,

komitment, meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap

pelestarian lingkungan alam dan budaya terhadap keberlanjutan

pariwisata dimasa sekarang sampai untuk dimasa yang akan

datang. Dan pemerintah juga harus dapat menangkap peluang

dengan cara memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan

kawasan tujuan, memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari

dalam penyelanggaraan kegiatan ekowisata dan juga dapat

mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan

daya lingkungan daerah tujuan tersebut. Sehingga pemerintah

dapat menigkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan

membuka lapangan kerja.

2) Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan

masyarakat. Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika

semua pihak dapat bekerjasama dalam satu tujuan sebagai

sebuah komunitas yang solid. Komunitas yang dimaksud adalah

masyarakat lokal , pemerintah lokal , industri pariwisata, dan

organisasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang pada

masyarakat dimana destinasi pariwisata dikembangkan.

Maksudnya adalah dengan adanya atas dasar musyawarah dan

permufakatan masyarakat setempat dengan adanya tersebut

dapat menghasilkan dampak positif yaitu dapat membangun

hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses

perencanaan dan pengelolaannya, terjalinnya komunikasi yang

baik menata industri pariwisata, pemerintah dan masyarakat

sehingga akan terciptanya pariwisata berkelanjutan sesuai yang

(18)

3) Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku

kepentingan, dan dengan melibatkan lebih banyak pihak akan

mendapatkan input yang lebih baik. Serta harus dapat

menampung pendapat organisasi masyarakat lokal, melibatkan

kelompok masyarakat miskin, kaum perempuan, asosiasi

pariwisata, dan kelompok lainnya dalam masyarakat yang

berpotensi mempengaruhi jalannya pembangunan.

4) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam

sekala kecil, dan menengah. Program pendidikan yang

berhubungan dengan kepariwisataan harus mengutamakan

penduduk lokal dan industri yang berkembang pada wilayah

tersebut harus mampu menampung para pekerja lokal sebanyak

mungkin dengan itu membuka kesempatan kepada masyarakat

untuk membuka usaha dan mengajarkan masyarakat untuk

menjadi pelaku ekonomi dalam kegiatannya mengikuti tujuan

pariwisata itu sendiri tanpa mengorbakan alam atau apapun.

5) Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis

lainnya dalam masyarakat, artinya pariwisata harus memberikan

dampak pengganda pada sektor lainnya, baik usaha baru maupun

usaha yang telah berkembang saat ini.

6) Adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi

wisata dengan para operator penjual paket wisata, sehingga perlu

dibangun hubungan kerjasama yang saling menguntungkan

anatra satu sama lain dengan itu menekan tingkat kebocoran

pendapatan pemerintah dan dapatb mengingkatkan pendapatan

(19)

7) Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian,

peraturan, perundang – undangan baik tingkat nasional maupun

intenasional sehingga pembangunan pariwisata dapat berjalan

dengan lancar tanpa kendala. Dan juga membentuk kerjasama

dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan

pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

8) Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan,

memberikan keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak

merugikan generasi yang akan datang. Karena anggapan bahwa

pembangunan pariwisata berpotensi merusak lingkungan adalah

sesuatu yang logis, jika dihubungkan dengan peningkatan jumlah

wisatawan dan degradasi daerah tujuan pariwisata tersebut.

9) Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan

pada exploitasi.

10) Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik untuk

memastikan pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam

konsep pembangunan berkelanjutan, dengan menggunakan

prinsip pengelolaan manajemen kapasitas, baik kapasitas wilayah,

kapasitas obyek wisata tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas

sosial, dan kapasitas sumber daya yang lainnya sehingga

pembangunan pariwisata dapat terus berkelajutan.

11) Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya

seperti penggunaan air bawah tanah, penggunaan lahan, dan

penggunaan sumber daya lainnya harus dapat dipastikan tidak

(20)

12) Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam

bentuk pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian

pariwisata agar para pekerja ahli dalam bidangnya

masing-masing.

13) Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu

mewujudkan kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada

sisi yang lainnya pariwisata harus mampu memberikan kualitas

berusaha ”quality of opportunity” kepada para penyedia jasa dalam

industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang terpenting

adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan ”quality of

experience”.

3.6 PENGERTIAN PEMBERDAYAAN

Menurut Persons (1994) yang dikutip oleh Suharto, menyatakan

pemberdayaan adalah suatu proses dimana seseorang akan menjadi

cukup kuat untuk berpartisifasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan

mampu memberikan pengaruh terhadap kejadian-kejadian, serta

lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Senada yang di

kemukakan oleh Ginandjar Kartasasmita (1996) yang dikutip Harti,

pemberdayaan adalah suatu upaya yang dilakukan guna

mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya) potensi dan sumber

daya rakyat agar mampu membela dirinya.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat adalah proses yang di jalani individu untuk

ikut terlibat dalam berbagai kejadian untuk mengembangkan diri dan

(21)

3.7 PARIWISATA BERBASIS PEMBERSAYAAN MASYARAKAT Pariwisata berbasis masyarakat (community bassed tourism) di

kembangakan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan

antara kepentingan steakholders pembangunan pariwisata termasuk

pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hal ini perlu adanya hubungan

yang saling bersinergi antara pemerintah dengan masyarakat maupun

pihak swasta, dalam melakukan koordinasi pembangunan pariwisata.

Pembangunan pariwisata hendaknya berpandangan pada demokrasi dimana demokrasi itu “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” . Secara ideal prinsip pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menekankan pada pembangunan pariwisata “ dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat”. Dalam setiap tahapan pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pembangunan dan pengelolaan serta

pengembangan sampai dengan pemantauan (monitoring) dan evaluasi.

Masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dan diberi kesempatan

untuk berpartisifasi karena tujuan akhir adalah meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat berperan disemua lini pembangunan

baik sebagai perencana, investor, pelaksana, pengelola, pemantau

maupun evaluator. Namun demikian pembangunan pariwisata berbasis

masyarakat menekankan pada faktor masyarakat sebagai komponen

utama, keterlibatan lainya seperti pemerintah dan swasta sangat

diperlukan. Masyarakat yang tinggal di daerah wisata memiliki peran

penting dalam meningkatkan keberhasilan pembangunan pariwisata di

(22)

3.8 HASIL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PARIWISATA

Konsep pemberdayaan masyarakat telah mencapai keberhasilan

ditandai dengan adanya hasil yang dirasakan masyarakat setelah proses

pembangunan pariwisata. Hal ini dibuktikan dengan adanya pendapatan

tambahan dan berkurangnya ketergantungan masyarakat pada sumber

daya alam.

Harapan dari pariwisata berbasis peberdayaan masyarakat adalah

mendapat pembagian keuntungan pariwisata lebih dirasakan oleh

masyarakat. Untuk mencapai hal ini, di beberapa tempat wisata di

Kabupaten Kerinci menyediakan jasa pariwisata. Sebelum pengunjung

datang ke Kabupaten Kerinci dikirim informasi tentang rencana tersebut.

Masyarakat mengurus pembagian penyedia jasa kepada pengunjung,

seperti penginapan, makan dan pemandu, sehingga masyarakat

memperoleh pendapatan tambahan.

IV KESIMPULAN

Kabupaten kerinci merupakan salah satu kabupaten di provinsi

jambi yang memiliki banyak potensi pariwisata yang masih dalam

pembangunan dan perkembangan. Pengembangan pariwisata di

Kabupaten Kerinci di harapkan dapat dikelola dengan baik secara

berkelanjutan.

Melalui pengembangan pariwisata masyarakat dan pemerintah

serta pihak swasta telah saling bekerja sama untuk dapat memajukan

pariwisata di Bumi Sakti Alam Kerinci. Hal ini dibuktikan dengan adanya

pengyelenggaraan pesta budaya salah satunya Festival Masyarakat

Peduli Danau Kerinci (FMPDK) yang diakan setiap tahun.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis pemberdayaan

masyarakat sudah di rasakan manfaatnya oleh masyarakat Kerinici.

(23)

masyarakat memiliki pendapatan tambahan. Masyarakat merasa

bersyukur pemberdayaan masyarakat melaui pariwisata bias terwujud,

karena sebagian besar masyarakat Kerinci adalah petani. Tentu dapat

menambah penghasilan dengan berbagai kegiatan pariwisata seperti

menyedia jasa pariwisata, perhotelan dan penginapan, transportasi serta

menjadi pemandu wisata dan sebagainya.

Kedepan di harapkan kepada pemerintah Indonesia dan

pemerintah Provinsi Jambi untuk selalu memperhatikan pembangunan

pariwisata di Kabupaten Kerinci. Karena, Kerinci memiliki banyak

pariwisata yang harus di kembangkan. Sehingga tidak tertinggal dengan

(24)

Daftar Pustaka

Amrulloh, Zaenudin. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis

Pariwisata Pada Dusun Tradisional Sasak Sade Lombok NTB.

Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Dewi, L. G. L. K. 2013. Usaha Pemberdayaan Sosial Ekonomi

Masyarakat Desa Beraban Dalam Pengelolaan Tanah Lot Secara

Berkelanjutan. Jurnal Analisis Pariwisata. 13 (1): 32-44.

Fitriani, Mita. 2011. Strategi pengelolaan pariwisata pantai lontar indah di

kabupaten serang. Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

serang, Banten.

Kurniawati, Rina. 2015. Modul Pariwisata Berkelanjutan.

<https://rinakurniawati.files.wordpress.com/2013/01/modul-pariwisata-berkelanjutan.pdf>.

Diakses Tanggal : 16 Juli 2015

Miandy, F. dan Arifin H. S. 2010. Rencana Pengembangan dan

Pengelolaan Lanskap Kawasan Objek Wisata Danau Kerinci,

Kabupaten Kerinci, Jambi . Jurnal Lanskap Indonesia. 2 (1): 47-53.

Subandra, I Nengah. 2015. Prinsip Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan.

<http://www.jejakwisata.com/tourism-

studies/planning-and-development/113-prinsip-pembangunan-pariwisata-berkelanjutan.html >.

Diakses Tanggal : 16 Juli 2015

Sudana, I.P. 2013. Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di

Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Jurnal

Analisis Pariwisata. 13 (1): 11-31.

Suryawan, I. B. 2013. Pengelolaan Potensi Ekowisata Di Desa Cau

Belayu Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Jurnal analisis

Referensi

Dokumen terkait

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

X dijalankan secara kontinyu dimana dalam menentukan harga pokok produknya masih menggunakan sistem konvensional, yaitu membebankan biaya pada pemakaian bahan baku

Latar belakang munculnya kesenian tradisional Tari Topeng Getak Kaliwungu di Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang berkaitan dengan kondisi ekonomi, kondisi

Jumlah Pengurus Jumlah Anggota Jumlah Pemilih pada Pemilu Terakhir Alamat Sekretariat/Kantor Dasar Hukum Pembentukan Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi Underbow.. Pemrurus Anggota

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas akhir penulis dengan judul “ Pengaruh

 Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau yang sudah dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril) tidak kurang dari 300mg tiap wadah atau

Melihat latar belakang di atas, sangatlah menarik untuk dilakukan penelitian terkait dengan peran keluarga dalam memberikan dukungan terhadap perempuan yang menderita

Pengelolaan skripsi merupakan manajemen dalam program studi untuk mengelola hasil skripsi mahasiswa yang dilakukan mulai dari pendaftaran proposal sampai dengan proses ujian