ARTI PENTING KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
MELLINIA ANANDA
20170510100
Dosen : Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D.
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN menyebabkan penyakit sosial terjadi di Indonesia. Salah satunya tingkat korupsi di Indonesia. Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio yang berarti penyuapan. Kata corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpore yaitu rusak, busuk, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok [ CITATION Foc51 \l 1057 ]. Menurut KBBI, Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Maka dapat disimpulkan korupsi adalah perbuatan menyimpang dalam penyalahgunaan keuangan yang merugikan negara dan rakyat demi keuntungan pribadi.
Indonesia termasuk jajaran negara yang tertinggi dalam masalah korupsi. Sungguh memprihatinkan bukan bagi negara Indonesia dengan terus meningkatnya koruptor di kalangan pejabat yang utamanya sebagai wakil rakyat. Begitu banyak kerugian materiil keuangan yang disebabkannya. Sudah sering terkuak masalah ini tidak membuat efek jera bagi para koruptor. Maka Indonesia membuat suatu lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengatasi masalah korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK yang diharapkan mampu mengurangi tingkat korupsi maupun memberantas korupsi yang ada di Indonesia.
PEMBAHASAN
Korupsi di Indonesia sudah bukan hal yang baru lagi karena sudah banyaknya kasus yang menyangkut tentang korupsi. Bahkan hal ini terbilang sedang tren di kalangan masyarakat. Parahnya, tidak dipungkiri lagi masih banyak orang menganggap ini sebagai kebudayaan yang biasa dan lumrah di lakukan.
Faktanya, Indonesia menempati peringkat ke-90 dengan skor CPI 36. Survei tersebut dilakukan oleh Lembaga Transparency International (TI), yang merilis data dari 176 negara. Semakin besar skor yang didapat, maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi. Indonesia meraih skor CPI 36 dari maksimal skor 100 [ CITATION Rio17 \l 1057 ].
Korupsi itu sendiri tidak jarang dipandang oleh masyarakat sebagai hal yang sering dilakukan pejabat yaitu para wakil rakyat yang diketahui bahwa wakil rakyat itu sebagai penerus pendapat dan suara rakyat di depan pemerintahan.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai menjadi lembaga yang paling korup oleh publik. Setidaknya itu yang tertuang dari hasil survei yang dirilis oleh Transparency International Indonesia (TII). Dari data Global Corruption Barometer (GCB) 2017 versi Indonesia yang diterbitkan TII, ada 54 persen responden yang menilai lembaga yang mewakili rakyat itu sebagai lembaga terkorup. Survei GCB 2017 versi Indonesia dilakukan dengan mewawancarai 1.000 responden usia 18 tahun ke atas yang tersebar di 31 provinsi.
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan “Operasi Tertib” yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN [ CITATION Eri16 \l 1057 ].
Pada era reformasi dikatakan bahwa Indonesia menginginkan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.
Adapun tugas KPK adalah: koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK); supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK; melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK; melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara [ CITATION KPK03 \l 1057 ].
Kehadiran Komisi Pemberantsan Korupsi (KPK) sejak 2005 telah memberi dampak positif bagi institusi penegak hukum lain, Kepolisian dan Kejaksaan untuk menjalankan proses pengadilan kasus korupsi yang lebih efisien baik di tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
Di tingkat pengadilan Negeri (PN), proses peradilan kasus korupsi yang ditangani Kepolisian dan Kejaksaan lebih cepat 28,78 persen dibandingkan sebelum adanya KPK. Bahkan di tingkat Pengadilan Tinggi, lebih cepat 38,38 % dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Sebaliknya kinerja KPK di tingkat pengadilan Pengadilan Negeri (PN), kasus korupsi yang ditangani KPK lebih cepat 39,77 % . Di Pengadilan Tinggi, kasus korupsi yang sudah ditangani KPK secara signikan lebih cepat 124 %. Sedangkan di tingkat pengadilan MA, kasus korupsi yang ditangani KPK lebih cepat 158 persen dibandingkan dengan kasus yang ditangani institusi lain [ CITATION Gus15 \l 1057 ].
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Andreae, F. (1951). Rechtsgeleerd Handwoordenboek. Netherlands: H. D. Tjeenk Willink.
Citra, E. E. (2016). Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia , 2.
Gusti. (2015, November 15). ugm.ac.id. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Setelah Ada KPK, Kinerja Kepolisian dan Kejaksaan Naik :
https://www.ugm.ac.id/id/berita/8410-setelah.ada.kpk.kinerja.kepolisian.dan.kejaksaan.naik
KPK. (2003, Desember). kpk.go.id. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Sekilas KPK: https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-kpk
KPK. (2003, Desember). Sekilas KPK. Dipetik Oktober 18, 2017, dari KPK: https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-kpk
Maksum, A. (2013). The 1965 coup and reformasi 1998: two critical. A Springer Open Journal , 5.
rappler.com. (2017, Maret 08). rappler.com. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Hasil survei Transparency International Indonesia: DPR lembaga terkorup di mata publik:
https://www.rappler.com/indonesia/berita/163647-hasil-survei-transparency-international-indonesia-dpr-lembaga-terkorup
Rubianto, R. (2017, Juli 06). Liputan6.com. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Ini Peringkat Korupsi di Indonesia dari 172 Negara di Dunia: