• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS PROYEK PERUBAHAN pim docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTITAS PROYEK PERUBAHAN pim docx "

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTITAS PROYEK

A. Topik Proyek Perubahan

Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling di Kecamatan Cibadak

B. Deskripsi Proyek Perubahan

Meningkatkan kualitas pelayanan penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) melalui pemenuhan pelayanan keliling ke setiap desa di wilayah Kecamatan Cibadak secara periodik dan terjadwal, meliputi pelayanan perijinan maupun pelayanan non perijinan, sehingga kebutuhan masyarakat untuk dilayani dapat dipenuhi secara lebih dekat, lebih cepat dan mampu menumbuhkan nilai-nilai kekerabatan dan kekeluargaan.

C. Project Leader Rahmat, SSTP

D. Instansi

Kantor Kecamatan Cibadak

E. Deskripsi Singkat Mengenai Tupoksi Camat

Tugas dan fungsi kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan serta kelurahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, yaitu :

Tugas Pokok:

Kecamatan mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati sesuai karakteristik

(2)

wilayah dan kebutuhan daerah serta tugas pemerintahan lainnya berdasarkan peraturan perundang - undangan.

Fungsi:

a. Koordinasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah di Kecamatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terpadu. b. Pelaksanaan pembinaan terhadap kegiatan di bidang kesatuan bangsa

dan perlindungan masyarakat.

c. Pelaksanaan pembinaan terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial; d. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan e. Pelaksanaan pembinaan penyelanggaraan pembangunan desa;

f. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan administrasi serta memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh perangkat Kecamatan. g. Pelaksanaan pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga.

Sedangkan penjabaran tugas pokok dan fungsi Camat yaitu :

Camat mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan, ketentraman dan ketertiban umum, kesejahteraan sosial serta koordinasi dengan instansi vertikal dibawahnya.

Selain tugas dimaksud di atas, camat mempunyai fungsi :

­ Memimpin pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah di wilayah kecamatan; ­ Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum dan pembinaan

keagrariaan serta pembinaan politik dalam negeri;

­ Membantu sekretaris daerah dalam penyiapan informasi mengenai wilayah kecamatan yang dibutuhkan dalam perumusan kebijakan Bupati;

­ Pembinaan Pemerintahan desa;

­ Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan sosial;

­ Penyusunan program pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga;

(3)

­ Pertanggungjawaban tugas camat secara teknis administratif kepada Bupati melalui Sekretaris daerah.

F. Sponsor (Mentor) Drs. H. Syaifullah Saleh

G. Instansi

Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak

H. Jabatan

Assisten Sekda Bidang Pemerintahan

I. Sumber Daya Tim

1. Assda I Bidang Pemerintahan 2. Coach

3. Camat Cibadak

4. Sekretaris Kecamatan Cibadak

5. Para Kasi dan Kasubag di Kecamatan Cibadak 6. Para Kepala Desa

7. Para Sekretaris Desa 8. Para Perangkat Desa

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karunianya dalam hidup kita yang tak terhingga. Sholawat beserta salam

semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya,

sahabatnya dan kepada kita semua. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin dengan izin Allah SWT

penyusunan Laporan Implementasi Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan dengan judul,

Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Cibadak.

Laporan Implementasi Proyek Perubahan ini menguraikan dasar pemikiran

perlunya adanya sistem jemput bola dalam melakukan pelayanan sebagai perwujudan

bentuk dari Pelayanan Prima. Jemput bola tersebut berbentuk Pelayanan Keliling ke

masing-masing desa se-Kecamatan Cibadak guna mendekatkan pelayanan, baik

pelayanan izin maupun non-perizinan sehingga meningkatkan antusiasme masyarakat

dalam tertib administrasi.

Penyusunan Proyek Perubahan ini dilaksanakan secara teoritik dan praktis serta

pembahasan dengan Para Stakeholder, Mentor dan Coach, unsur Kantor Kecamatan

Cibadak, sehingga didapatkan data primer yang berupa data empiris dan data sekunder.

Penyusuan Laporan Implementasi proyek perubahan ini tidak lepas dari bantuan

banyak pihak yang mendukung secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,

Kami Penyusun laporan implementasi proyek perubahan ingin mengucapkan rasa terima

(5)

1. Yth. Bupati dan Wakil Bupati Lebak.

2. Yth. Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak

3. Yth. Drs. H. Saepullah Saleh Assda 1sebagai Mentor.

4. Yth. Seluruh SKPD sebagai Stakeholder

5. Yth. Drs. Rachmat Suyatna, M.Pd selaku Coach

6. Yth. Karyawan/Karyawati Kantor Kecamatan Cibadak

7. Yth. Kepala Desa serta Perangkat Desa se-Kecamatan Cibadak.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula tulisan ini yang masih jauh dari

kesempurnaan. Sehingga penulis berharap ada kritik yang bersifat konstruktif demi

memotivasi penulis untuk membuat tulisan, laporan, atau karya ilmiah selanjutnya.

Begitupun penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya

dan Pemerintah Daerah serta Masyarakat pada umumnya.

Cibadak, Oktober 2015

(6)

DAFTAR ISI

IDENTITAS PROYEK ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I A. LATAR BELAKANG ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 3

C. BATASAN MASALAH ... 5

D. TUJUAN ... 6

E. MANFAAT ... 6

F. OUTPUT KUNCI (KEY PROJECT DELIVERABLE) ... 6

BAB II A. PENTAHAPAN MILESTONE ... 7

B. TATA KELOYA PROYEK... 8

C. ANGGARAN ... 11

D. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER ... 11

(7)

B. KAJIAN NORMATIF ... 30

C. KAJIAN EMPIRIS ... 32

D. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA ... 33

E. RESIKO ... 33

F. INDIKATOR KEBERHASILAN ... 33

G. DAMPAK PROYEK PERUBAHAN ... 34

BAB IV A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LEMBAR PERSETUJUAN ... 37

(8)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 1. Pentahapan (Milestone) PATEN Keliling ... 7

(9)

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Pemberian pelayanan publik yang berkualitas dan mampu memberikan kepuasan bagi masyarakatnya merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah. Kinerja pelayanan publik akan menjadi tolok ukur bagi kinerja pemerintah. Fungsi pemerintah beserta aparatnya sebagai pelayan publik (public servant) merupakan salah satu tuntutan dari reformasi. Persepsi masyarakat yang selama ini cenderung dijadikan obyek pelayanan sehingga masyarakat dianggap yang harus ‘melayani’ harus dihilangkan. Setiap aparat pemerintah harus mulai bersikap profesional dalam memberikan pelayanan dan menjadikan masyarakat seseorang yang harus dilayani. Oleh karena itu seluruh aparat penyedia layanan pada tiap-tiap organisasi pemerintah haruslah bersinergi satu sama lain untuk berupaya memberikan pelayanan yang terbaik.

Paradigma baru mengenai orientasi pelayanan aparatur birokrasi (birokrat), pada dasarnya menuntut perubahan dalam orientasi pelayanan, dimana aparatur/birokrat dituntut memiliki visi dan misi yang jelas, dan pasti dalam mewujudkan pelayanan prima kepada pelanggan (masyarakat). Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam paradigma baru mengenai orientasi pelayanan aparatur/birokrat adalah pemberdayaan (Empowerment). Pemberdayaan dalam hal ini dimaksudkan sebagai proses transformasi dari berbagai pihak yang mengarah pada saling menumbuh-kembangkan, saling memperkuat, dan menambah nilai daya saing global yang sama-sama menguntungkan.

(10)

yang dikatakan dengan cara mengatakannya, serta mengenal siapa yang menjadi pelanggan.

Berdasarkan prinsip “close to the customers”, sudah seharusnya pemerintah memberikan pelayanan yang mudah, murah, terjangkau, dan terutama dekat dengan pelanggan (masyarakat).

Menurut Sadu Wasistiono, kunci utamanya adalah : 1. Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota; 2. Adanya dukungan politik dari DPRD;

3. Adanya kesadaran masyarakat sebagai pemilik kedaulatan untukmenuntut pelayanan yang prima.

4. Adanya kesungguhan dari aparat birokrasi untuk mengubah cara pandang dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dari paradigma penguasa menjadi paradigma pelayan masyarakat.

Pengelolaan pelayanan publik yang berkualitas sudah mulai dilakukan di berbagai unit pelayanan pemerintah, bahkan dari waktu ke waktu jumlah unit pelayanan yang telah mampu memperbaiki kualitas pelayanannya terus bertambah. Keberhasilan unit-unit pelayanan dalam mengembangkan pelayanan prima tersebut dilakukan melalu berbagai cara, baik melalui penerapan berbagai kebijakan pemerintah maupun dengan menerapkan berbagai inovasi dalam pengembangan pelayanan sebagai upaya untuk memuaskan pengguna jasa layanan.

(11)

Kecamatan yang berada di wilayah kabupaten memiliki rentang kendali yang amat beragam karena kendala luas wilayah, infrastruktur pembangunan kecamatan dan transportasi yang belum menjangkau dengan merata. Oleh karena banyak alasan mengapa kecamatan membutuhkan sentuhan atau dengan kata lain perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Khusus untuk kecamatan, sudah dikeluarkan kebijakan berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN), yang ditindaklanjuti oleh terbitnya Peraturan Bupati Lebak Nomor 33 Tahun 2014 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, serta diatur secara lebih teknis di dalam Keputusan Bupati Lebak Nomor : 138/kep.385/adm.pem-um/2014 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Bupati Lebak Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan atau disingkat PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dalam satu tempat. Ruang lingkup PATEN meliputi a. pelayanan bidang perizinan; dan b. pelayanan bidang non-perizinan. Adapun maksud PATEN adalah a. Menjadikan kecamatan sebagai PUSYANMAS; dan b. Menjadikan kecamatan sebagai simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota. Sedangkan tujuan PATEN yaitu a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; dan b. Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

(12)

1. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah semakin meningkat dan beragam.

2. Tuntutan profesionalisme terhadap sikap dan prilaku aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugasnya belum dirasakan optimal oleh masyarakat.

3. Masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui prosedur yang harus ditempuh ketika membutuhkan rekomendasi dari kecamatan maupun surat keterangan yang dibutuhkan. Secara normatif, prosedur tetap yang harus dipenuhi pada saat membutuhkan pelayanan di kecamatan adalah dipenuhinya pengantar dari tingkat RT dan RW, dari desa baru dibawa ke kecamatan. Hal ini, pada prakteknya menyebabkan masyarakat seringkali harus beberapa kali pulang pergi untuk memenuhinnya, sehingga menimbulkan ketidakefisienan dalam pemanfaatan waktu.

4. Masih banyaknya masyarakat yang melengkapi surat-surat yang berhubungan dengan administrasi kependudukan pada saat membutuhkan. Misalnya ketika akan bekerja, mengajukan kredit ataupun untuk memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, jika mereka tidak membutuhkan surat-surat tersebut, maka mereka tidak akan membuatnya.

5. Masih rendahnya kedisiplinan aparatur Desa dalam memenuhi ketentuan jam kerja yang berlaku, sehingga terkadang tidak siap di tempat ketika masyarakat membutuhkan surat pengantar dari desa sebagai persyaratan untuk dibawa ke kecamatan.

6. Masih tingginya angka wajib KTP di Kecamatan Cibadak.

(13)

8. Rekomendasi dari kecamatan untuk pengurusan surat-surat tertentu, seperti surat rekomendasi ijin rame-rame meskipun tidak banyak, terkadang diabaikan.

9. Masyarakat yang membutuhkan pelayanan, baik perijinan maupun non perijinan masih mendatangi kantor kecamatan, padahal orbitasi dari desa ke kecamatan kondisinya beragam, ada yang dekat ada juga yang cukup jauh.

10. Pelaku usaha kecil di wilayah Kecamatan Cibadak belum seluruhnya memiliki perijinan yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku.

11. Pelaporan penyelenggaraan PATEN ke tingkat kabupaten sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan masih dilaksanakan melalui pengiriman surat beserta lampirannya secara manual.

C. BATASAN MASALAH (MASALAH PRIORITAS)

Berdasarkan identifikasi permasalahan sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka ditentukanlah masalah dominan yang menjadi skala prioritas untuk ditangani segera dengan cermat dan sistematis. Masalah dominan berdasarkan kondisi eksisting yang harus mendapatkan pemecahan dengan mempertimbangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki adalah:

1. Masyarakat masih banyak yang mendatangi kantor Kecamatan Cibadak guna mendapatkan pelayanan perijinan maupun non perijinan.

2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya dokumen ataupun surat-surat yang berhubungan dengan administrasi kependudukan.

(14)

4. Pelaporan penyelenggaraan PATEN ke tingkat kabupaten sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan masih dilaksanakan melalui pengiriman surat beserta lampirannya secara manual.

Masalah dominan tersebut dapat dipecahkan dengan beberapa alternatif. Dalam hal ini Penulis memilih alternatif yaitu bagaimana lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, yaitu dengan meningkatkan peran aktif aparatur kecamatan dan aparatur desa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemberian pelayanan paripurna. Alternatif tersebut adalah pelaksanaan PATEN Keliling.

D. TUJUAN

Tujuan pelaksanaan program pelayanan PATEN Keliling di Kecamatan Cibadak yaitu :

a. Lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta membina hubungan kekeluargaan antara aparatur kecamatan, aparatur desa dan masyarakat yang lebih baik dan dinamis.

b. meningkatkan peran aktif aparatur kecamatan dan aparatur desa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemberian pelayanan paripurna.

c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyampaian laporan penyelenggaraan PATEN dari kecamatan ke kabupaten.

E. MANFAAT

(15)

a. Kewibawaan pemerintah daerah meningkat dengan semakin kuatnya dukungan masyarakat terhadap berbagai program yang dilaksanakan, karena masyarakat merasa diperhatikan sebagai pelanggan, terutama efisiensi waktu dalam pemenuhan pelayanan. Hal ini pada gilirannya akan mempercepat dan menopang pelaksanaan agenda reformasi birokrasi aparatur pemerintah.

b. Potensi usaha kecil di kecamatan cibadak dapat dimanfaatkan secara optimal dengan terpetakannya jumlah pelaku usaha yang memiliki perijinan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penggerak perekonomian.

c. Biaya penyelenggaran pemerintahan kecamatan dalam hal pelaporan lebih efisien karena mampu memangkas operasional melalui pemanfaatan teknologi informasi (Paperless).

F. OUTPUT KUNCI (KEY PROJECT DELIVERABLES)

(16)

BAB II A. PENTAHAPAN (MILESTONES)

Berikut Penulis sajikan Pentahapan (Milestone) Projek PATEN Keliling ini dalam bentuk tabel yaitu:

Tabel 1. Pentahapan (Milestone) PATEN Keliling

N

O MILESTONES

JML HARI

BULAN/ MINGGU KE

1 2 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 Rapat Persiapan Pembentukan Tim

Pelaksana PATEN Keliling Kecamatan Cibadak

1

2 Penyusunan dan Finalisasi SK Tim Pelaksana PATEN Keliling Kecamatan Cibadak Tahun 2015

2

3 Penyusunan Jadwal Pelaksanaan PATEN Keliling ke tiap Desa

2

4 Pendataan Jumlah Pelaku Usaha Kecil yang belum memiliki perijinan

15

5 Pelaksanaan PATEN Keliling 30

(17)

7 Penyampaian Laporan PATEN via Teknologi Informasi (e-mail)

1

8 Seminar presentasi proyek perubahan 1

B. TATA KELOLA PROYEK

Berikut Penulis sajikan Tata Kelola Projek PATEN Keliling ini dalam bentuk bagan yaitu:

Bagan 1. Tata Kelola PATEN Keliling

(18)

1. Mentor

a. Bertindak sebagai pembimbing dan pengawas Project Leader berdasarkan sikap profesionalisme.

b. Memberikan dukungan penuh kepada Project Leader dalam mempersiapkan proyek perubahannya.

c. Membantu Project Leader dalam merumuskan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan krusial yang dapat mendukung atau menghambat proyek perubahannya.

d. Membantu Project Leader dalam memetakan agenda proyek perubahan dan penjadwalan diskusi / pertemuan dengan stake holder terkait.

e. Memberikan motivasi dan inspirasi kepada Project Leader.

f. Tidak boleh bersikap proaktif apalagi sampai harus menggantikan posisi Project Leader dalam memecahkan masalah, menentukan tujuan, melakukan pengambilan keputusan dan sebagainya yang dapat mengganggu proses pembelajarannya.

g. Menerima laporan dari Project Leader mengenai kegiatannya selama tahap Taking Ownership.

h. Menyetujui dan menandatangani usulan proyek perubahan yang diusulkan oleh Project Leader.

i. Membantu Project Leader dalam pelaksanaan proyek perubahannya selam 60 (enam puluh) hari kalender pada tahap Laboratorium Kepemimpinan (Breakthrough II).

(19)

mempertahankan proyek perubahannya di hadapan Coach, penyelenggara dan evaluator lainnya.

2. Coach

a. Melakukan monitoring kegiatan Project Leader selama tahap Taking Ownership melalui media teknologi informasi (telepon, email, media sosial dsb.).

b. Melakukan komunikasi dan arahan (coaching) apabila Project Leader membutuhkan konsultasi dari Coach.

c. Melakukan bimbingan motivasi (counseling) kepada Project Leader seperti spiritual and leadership motivation.

d. Melakukan komunikasi dengan mentor jika Project Leader menghadapi kendala.

e. Jika diperlukan Coach dapat melakukan intervensi ketika Project Leader mengalami permasalahan yang cukup serius dalam pelaksanaan Tahap Taking Ownership.

3. Project Leader

a. Merencanakan usulan proyek perubahan dan mempersiapkan dokumen, formulir, dan instrumen lain yang dibutuhkan sebelum memasuki Tahap Taking Ownership.

(20)

c. Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan para stakeholder.

d. Dalam pelaksanaan diskusi/ pertemuan Project Leader melakukan peran sentral dan proaktif dalam memimpin dan mengendalikan jalannya diskusi.

e. Mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi dan dialog yang efektif dengan mentor.

f. Mengambil inisiatif untuk melaporkan perkembangan Tahap Taking Ownership kepada coach, agar ketika ada kendala coach dapat segera memberi masukan, fasilitasi bimbingan dan berkomunikasi langsung dengan mentor.

g. Melaporkan kegiatan harian kepada mentor untuk diketahui dan diberikan paraf.

h. Membuat laporan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama Tahap Taking Ownership kepada penyelenggara melalui coach dan dikumpulkan pada saat Mata Diklat Merancang Proyek Perubahan (Tahap III).

4. Team Work 1

a. Melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Camat Cibadak Nomor: Tanggal tentang Pembentukan Tim Pelaksana PATEN Keliling di Kecamatan Cibadak.

b. Memberikan laporan pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling kepada Project Leader secara berkala.

(21)

5. Team Work 2

a. Melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Camat Cibadak Nomor: Tanggal tentang Pembentukan Tim Pelaksana Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling di Kecamatan Cibadak.

b. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling di setiap Desa sesuai tempat tugasnya.

c. Memberitahukan secara luas kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai jadwal Pelaksanaan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling di desa masing-masing berdasarkan jadwal yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Ketua Tim/ Project Leader.

C. ANGGARAN

Anggaran Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling di Kecamatan Cibadak bersumber dari APBD Kabupaten Lebak Tahun Anggaran 2015.

D. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER

1. Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak.

(22)

3. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Lebak.

4. Unsur Muspika Kecamatan Cibadak

5. Para Kepala UPT Dinas, Kepala KUA.

6. Para Pelaku Usaha Kecil di wilayah Kecamatan Cibadak

7. Unsur BPD

8. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Tokoh Wanita.

9. Para Kepala Desa.

(23)

BAB III A. KAJIAN TEORI

Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy,2003:301).

Strategi komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman (empiris) yang sudah diuji kebenarannya.

Harold D. Lasswell menyatakan, cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan ”Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?”

Komponen Strategi Komunikasi

Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut;

1. Who? (Siapakah komunikatornya)

2. Says what? (pesan apa yang dinyatakannya)

3. In which channel? (media apa yang digunakannya)

4. To whom? (siapa komunikannya)

5. With what effect? (efek apa yang diharapkan) Ruang Lingkup Strategi Komunikasi

(24)

1. Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan. Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan.

2. Memelihara inisiatif.strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya omitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.

3. Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menentukan.

4. Fleksibilitas.strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dan dimensi untuk fleksibilitas dan maneuver.

5. Kepemimpinan yang memilki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok.

6. Kejujuran. Strategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.

7. Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting organisasi.

R Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam Techniques for Effective Communication menyatakan, tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:

1. To secure understanding(komunikan mengerti akan pesan yang diterimanya)

(25)

3. To motivate action(kegiatan dimotivasikan) Faktor Pendukung Strategi Komunikasi

Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan faktor pendukung serta penghambat pada setiap komponen tersebut (Effendy,2003:35).

1. Mengenali sasaran komunikasi

2. Faktor situasi dan kondisi

3. Pemilihan media komunikasi

4. Pengkajian tujuan pesan komunikasi

5. Peranan komunikator dalam komunikasi

6. Daya tarik sumber

7. Kredibilitas sumber

Empat faktor penting yang harus diperhatikan menyusun strategi komunikasi:

A. Mengenal khalayak. Khalayak itu aktif sehingga antara komunikator dengan komunikan bukan saja tejadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.

B. Menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi kalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Awal efektivitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

(26)

menurut bentuk isinya dikenal metode-metode : informatif, persuasif , edukatif , kursif. Metode redundancy adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak. Metode canalizing yaitu mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki. Metode informatif, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa: keterangan, penerangan, berita, dan sebagai nya. Metode persuasif yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik piki ran maupun perasaannya. Metode edukatif, memberikan sesuatu idea kepada khalayak berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang di inginkan. Metode kursif, mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk meneri ma gagasan-gagasan yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, intimidasi dan biasanya di belakangnya berdiri kekuatan tangguh.

D. Pemilihan media komunikasi. Kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena masing-masing medium mempunyai kelemahan-kelemahannya tersendiri sebagai alat.

Secara umum strategi komunikasi dilakukan melalui 10 tahapan:

1. Analisis Program/Masalah

2. Analisis Situasi

3. Analisis Khalayak

4. Tujuan Komunikasi

(27)

6. Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media

7. Produksi Dan Ujicoba Media

8. Penggunaan Media

9. Media Monitoring dan Sistem Pengelolaan Informasi

10. Evaluasi dan Analisis Masalah.*

Menurut Entnam, meskipun analisis framing dipakai dalam berbagai bidang studi yang beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah bagaimana teks komunikasi yang disajikan, bagaimana representasi yang ditampilkan secara menonjol mempengaruhi khalayak. Konsep framing Entnam digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. (Eriyanto,2002:186)

Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diinget khalayak. Informasi yang menonjol lebih diterima oleh khalayak.

(28)

Tahap awal framing tidak dilakukan oleh media. Manusia memiliki kemampuan untuk menafsirkan realitas yang terjadi di sekitarnya berdasarkan frame of reference dan field of experience yang dimilikinya. Eriyanto (2005) menyatakan, ada empat hal yang dilakukan manusia ketika menyusun bingkai konstruksi realitasnya sendiri, yaitu:

1. Simplifikasi,manusia cenderung memandang segala peristiwa melalui kerangka berpikir yang sederhana, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Seiring dengan bertambahnya usia, pengetahuan, dan pengalaman, manusia akan memandang dunia secara lebih beragam. Namun tetap saja proses pemahaman realitas akan dilakukan secara sederhana.

2. Klasifikasi, manusia menyadari bahwa dunia terdiri dari berbagai hal, sehingga secara psikologis manusia akan memisahkan hal-hal tersebut ke dalam beberapa kategori untuk memudahkan proses pemahaman. Manusia melekatkan ciri-ciri tertentu pada sebuah kategori tertentu, sehingga segala peristiwa yang terjadi dapat terlihat perbedaan-perbedaannya.

3. Generalisasi, klasifikasi membantu manusia melihat ciri-ciri peristiwa atau individu. Generalisasi merupakan kelanjutan dari proses tersebut, yang pada akhirnya membatasi ciri-ciri yang berdekatan atau mirip pada ciri-ciri yang didapat pada klasifikasi. Hal ini dapat menghasilkan prasangka.

4. Asosiasi, suatu peristiwa tidak hanya diidentifikasi atau dipahami, tetapi selanjutnya dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Keragaman dunia dianggap memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Strategi Komunikasi merupakan bagian penting dari keberhasilan proyek perubahan. Institusi perlu merencanakan strategi Komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk menciptakan strategi Komunikasi yang dapat menunjang keberhasilan bisnis perusahaan Anda, ada 5 kunci sukses yang perlu Anda perhatikan:

1. Terbuka

(29)

datang kepada karyawannya, akan membangun loyalitas dan kepercayaan dari karyawan. Apalagi untuk perusahaan yang menjual sahamnya secara terbuka (go public), sangat penting untuk menginformasikan kondisi perusahaan secara transparan kepada pemegang saham.

2. Terstruktur

Komunikasi yang terstruktur dapat dipresentasikan dalam cara yang menarik agar mudah dimengerti oleh audiens. Selain itu, pesan harus dikemas secara persuasif agar audiens segera bertindak mengikuti seperti apa yang Anda inginkan.

3. Bersemangat

Komunikasi korporat harus dikemas dengan nuansa yang bersemangat untuk memastikan audiens segera bertindak setelah menerima pesan. Jika presentasi tentang program kepedulian sosial perusahaan disajikan dalam cara yang kurang bersemangat, karyawan tidak akan antusias berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. 4. Seimbang

Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, Anda perlu mengatur frekuensi pesan. Komunikasi yang terlalu sedikit dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi. Di sisi lain, komunikasi yang terlalu sering akan menyebabkan sikap apatis. Untuk memastikan pesan diterima dengan baik, lakukan komunikasi secara seimbang dan konsisten.

5. Profesional

Komunikasi korporat harus dikemas secara profesional. Pesan yang dibuat dengan baik dan tanpa kepentingan pribadi akan lebih efektif dalam lingkungan kerja. Anda juga dapat menggunakan dokumentasi komunikasi korporat untuk kepentingan di masa depan.Bayangkan jika Anda harus menggunakan catatan komunikasi yang tidak dikemas dengan baik atau memiliki kesalahan tata bahasa dan ejaan.

1. Strategi Komunikasi

(30)

pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Karenanya pemerintah dalam melancarkan komunikasi perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai dengan harapan.

Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.

Effendy (1993) mengatakan strategi baik, secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.

(31)

diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu : 1. When (Kapan dilaksanakannya). 2. How (Bagaimana melaksanakannya). 3. Why (Mengapa dilaksanakan demikian). Atau dalam ilmu jurnalistik sering dikatakan dengan 5 W 1 H (What, Who, Whay, When, Where dan How).

Para ahli komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA (Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (kemauan/hasrat), Decision (keputusan), Action (tindakan)). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.

3. Strategi Komunikasi Efektif

Strategi komunikasi yang efektif dalam komunikasi pembangunan tidak hanya sekedar membuat pesan-pesan yang bisa memberikan dampak bagi target atau audien. Tapi juga mampu merefleksikan misi, tujuan dan sasaran organisasi yang terintegrasi dalam operasi sehari-hari. Maka, stretegi itu butuh artikulasi yang jelas tentang audien, kejelasan pesan dan pilihan media.

Adapun strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi pembangunan antara lain :

(32)

Strategi komunikasi yang efektif selalu diawali oleh perencanaan yang solid dan matang (planning) yaitu kunci bagi keberhasilan proyek tujuan. Perencanaan yang bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi komunikasi. Strategi akan membimbing kita kearah mana komunikasi digerakkan, mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik.

Ada tiga jenis planning yang harus dipertimbangkan dalam strategi komunikasi di era digital saat ini yaitu :

1. Organizational Planning, yaitu terkait dengan siapa-siapa saja yang bertanggung jawab melakukan tindakan-tindakan apa saja untuk misi komunikasi.

2. Communications Planning yaitu terkait penentuan cara-cara yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan. Apakah lewat media tertentu atau umum, serta bagaimana isi pesannya.

3. Technology Planning yaitu terkait alat bantu teknologis untuk menyampaikan pesan. Apakah kita mengirim press release via e-mail, atau menyampakaian undangan untuk konferensi pers dan dengan menggunakan teknologi lainnya.

b. Sasaran dan Tujuan

Pesan harus diciptakan sejelas-jelasnya demi sasaran yang dituju, lalu pesan disampaikan dengan metode yang tertentu supaya bisa sampai ke publik yang kita bidik. Untuk mencapai target ini, tentu dibutuhkan teknologi pembantu agar penyusunan planning jadi lebih mudah.

(33)

dan efektif. Karena komunikasi yang efektif bukan berarti harus menjangkau semua target audien. Tapi lebih efektif jika kita bisa membidik orang-orang tertentu yang sangat berpengaruh dalam pembuatan keputusan publik.

c. Pembentukan Pesan

Pembentukan pesan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi perhatian public juga menjadi salah satu strategi efektif dalam komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kita harus bisa menyusun pesan yang cocok untuk berbagai kalangan audien sasaran dan berbagai bentuk media yang digunakan.

Karena cara kita mengkomunikasikan pesan pada pers tentu berbeda dengan cara mengkomunikasikan pesan langsung pada audien. Menulis di web juga jelas sangat berbeda dengan menulis pesan untuk radio atau koran.

Karenanya setelah kita berhasil mengidentifikasi audien baru membentuk pesan-pesan yang akan disampaikan pada audien. Pesan-pesan-pesan ini harus terkait kuat dengan misi organisasi dan tujuan komunikasi kita.

Dalam membentuk pesan, kita perlu mempertimbangkan hal-hal berikut : seberapa besar audiens kita, pesan model apa yang lebih gampang direspon oleh audien, melalui audien bisa dicapai (Internet, radio, TV, cetak), informasi apa yang audien butuhkan dari organisasi kita, bahasa apa yang akan lebih gampang ditangkap audien, dan saat merancang pesan kita juga harus perhatikan bahwa setiap media komunikasi (televisi, cetak, email, Web) akan membutuhkan pendekatan berbeda.

d. Media Choices

Memilih jenis media yang paling cocok untuk menyampaikan pesan dan menjangkau audien merupakan langkah yang harus diambil. Karena jika tepat, audien akan sangat cepat memahami pesan yang diberikan. Jenis media yang dipilih akan berpengaruh pada kemampuan audien menjangkau isi pesan.

(34)

e. Evaluasi

Strategi komuniksi yang efektif selalu mempertimbangkan evaluasi, namun yang satu ini sering kali terabaikan. Bisa jadi pengabaian ini berdasarkan fakta bahwa sebagian besar evaluasi berlangsung di bagian akhir dari suatu proses. Kalau hasilnya bagus, orang cenderung tidak melakukan evaluasi, tapi kalau hasil akhirnya kurang bagus baru orang berfikir tentang evaluasi.

Padahal evaluasi itu penting agar kita bisa mendapatkan feed back sesegera mungkin. Hasil akhirnya bagus atau tidak, kita tetap butuh feed back, kalau hasil akhirnya bagus feed back bisa digunakan untuk perumusan strategi komunikasi mendatang. Kalau hasil akhirnya tidak bagus maka feed back bisa dijadikan rujukan agar tidak mengulanginya.

Untuk mengevaluasi strategi komunikasi, bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan informasi kualiatif. Untuk kuantitatif, pertanyaan yang harus kita jawab adalah seberapa banyak target audien yang sudah dijangkau via media. Untuk kualitatif, pertanyaan yang harus kita jawab adalah apakah pesan punya dampak yang diharapkan terhadap target audien atau tidak. Ini bisa berlaku saat kita menggunakan semua jenis media dan semua kondisi audien. Namun yang agak sulit adalah mengukur perobahan perilaku pada target audien.

4. Konsep Komunikasi Pembangunan

Dalam strategi komunikasi mengenai isi pesan tentu sangat menentukan efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.

(35)

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Secara pragmatis Quebral (1973), merumuskan komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat.

Mengkaitkan peranan komunikasi pembangunan dan konsep mengenai pembangunan, Tehranian (1979) mengemukakan tiga tinjauan teoritis, yaitu pertama teori yang hanya melihat pembangunan semata-mata sebagai proses pluralisasi masyarakat, politik dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan pembangunan tersebut. Pandangan ini dianut oleh para ekonom dan politisi liberal. Pada pokoknya mereka berpendapat bahwa hal yang penting dalam pembangunan adalah peningkatan kelompok tenaga kerja yang berdasarkan struktur dan fungsi yang jelas, penganekaragaman kelompok berdasarkan kepentingan dan keseimbangan dinamis antar kelompok dan kepentingan.

Teori yang kedua penekanannya pada peningkatan rasionalisasi sebagai unsur kunci proses pembangunan. Penganut aliran ini adalah Hegel, yang menekankan peranan rasio dalam perkembangan sejarah. Sedangkan Weber mementingkan rasionalisasi kebudayaan dan birokrasi dari suatu proses sosial yang akhirnya dikenal belakangan ini adalah mendewakan negara sebagai sumber segala kemenangan dan keabsahan.

Teori ketiga adalah pemikiran yang lahir dari kesadaran diri masyarakat dunia ketiga, dengan konsep yang berpusat pada prinsip melakukan pembebasan. Teori ini sangat dipengaruhi oleh aliran Neo Marxis.

4. Teknologi Komunikasi

(36)

terjadi susul menyusul. Teknologi memberikan manusia bermacam-macam kemudahan dalam melakukan pekerjaan, dan lebih dari itu menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih nyaman. Berkat penemuan baru di bidang teknologi, manusia dapat menggali dan melakukan eksplorasi sumber-sumber kekayaan alam, termasuk sumber-sumber energi yang penting bagi peningkatan kesejahteraan umat manusia. Kemajuan pesat di bidang teknologi elektronika yang semakin berkembang membuktikan manusia telah mampu mengembangkan kemampuan setinggi-tingginya.

Perkembangan teknologi mendorong semakin berkembangnya teknologi komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan transistor, kemudian berkembang mikcrohip, sistem komunikasi satelit, dan lain-lain telah membuat jarak bukan lagi suatu halangan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Laju perkembangan teknologi komunikasi telah memperlancar arus informasi dari dan keseluruh penjuru dunia. Kemajuan teknologi telah memungkinkan manusia sekarang ini menyaksikan pada waktu yang sama peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Kemajuan teknologi juga meningkatkan mobilitas sosial, mempermudah orang untuk saling berhubungan. Hubungan manusia dari satu bangsa dengan bangsa lainnya semakin intensif dan dunia seolah-olah menjadi semakin sempit.

Teknologi dapat melakukan penghematan waktu dan jumlah tenaga kerja manusia. Proses teknologi melalui makna pesan tertulis atau gambar dipindahkan secara elektronis melalui radio telegraph (telefrint) untuk satu reproduksi yang jauh letaknya. Dengan teknik ini surat kabar yang terbit di Amerika misalnya, dalam jangka waktu bersamaan dapat terbit di Indonesia. Teknik reproduksi ini memungkinkan penyebaran surat kabar lebih luas dan lebih cepat. Demikian pula di bidang radio, televisi, film, dan pembuatan mesin hitung elektronis berkembang pesat.

(37)

yang menghubungkan pusat dan daerah. Pesan-pesan pembangunan dari pusat ke daerah dan sebaliknya dapat dengan mudah disiarkan oleh media tersebut diatas.

Kemajuan teknologi komunikasi jelas akan membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya. Kemajuan ini telah dirasakan manfaatnya bagi negara-negara yang sedang membangun. Namun secara negatif menimbulkan masalah baru yaitu memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai dalam masyarakat penerima teknologi yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.

Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada anggota masyarakat yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Bagi bangsa Indonesia masalah yang dihadapi berkaitan dengan faktor budaya adalah:

1. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beraneka suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan, agama, dan sejarah yang berbeda.

2. Masyarakat yang majemuk ini sedang mengalami pergeseran sistem nilai sebagai akibat pembangunan yang pada hakekatnya merupakan proses pembaharuan di segala sektor kehidupan.

3. Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media massa memperlancar kontak-kontak antar kebudayaan.

4. Pertambahan penduduk yang menuntut pertambahan sarana hidup baik dalam kuantitas, kualitas, maupun variasi.

(38)

harus tetap dilandasi nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga proses medernisasi di Indonesia benar-benar sesuai dengan tuntutan zaman.

5. Partisipasi dan Komunikasi

Timbul persoalan, bagaimana merekayasa pergeseran-pergeseran nilai dalam rangka mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan zaman sehingga bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri universal dari bangsa yang modern, tetap mempertahankan identitas kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Masalah penerapan teknologi bagi kepentingan pembangunan di Indonesia memerlukan penelaahan yang cermat dan mendalam menuju pemilihan alterantif terbaik yang dapat menghasilkan karya-karya teknologi yang tepat guna dan tepat lingkungan, berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

Proses pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroots), memelihara keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi manusia dan masyarakat. Dengan kata lain pembangunan harus menganut paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan demikian, perlu adanya partisipasi secara aktif, penuh inisiatif dan inovatif dari masyarakat itu sendiri. Sehingga partisipasi masyarakat dalam konteks ini mengandung makna untuk meneggakan demokrasi local yang selama ini “terpendam” yang sebenarnya telah dimiliki oleh masyarakat. Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat harus mengandung makna yang dinamis untuk mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan.

Dalam berkomunikasi untuk membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan kepada khalayak haruslah:

1. Membaca berita hangat yang isinya cocok dengan kepentingan masyarakat.

(39)

3. Menimbulkan dorongan bertindak bagi sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan.

Saluran media massa pada umumnya lebih banyak digunakan untuk komunikasi informatif. Dengan saluran ini komunikator pembangunan pembangunan berusaha untuk memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan. Selanjutnya untuk perubahan perilaku, aktifitas komunikasi harus dilipatgandakan dengan menggunakan berbagai macam saluran.

Rogers dan Shoemaker mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang peranan penting dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju dimana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama warga pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan yang disampaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Lazarsfeld mengatakan bahwa media massa hanya merupakan, 1) peliput ganda pesan dan penyebar ide secara mendatar dan 2) penguat artinya hanya didengar apabila sependapat dengan pendapat komunikan. Jadi saluran interpersonal dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan.

Indonesia sampai saat ini masih termasuk salah satu negara yang sedang berkembang, dimana sebagian besar penduduknya berada di pedesaan dan sekitar 50 % hidup dari hasil pertanian. Oleh sebab itu strategi komunikasi pembangunan masih dipusatkan pada daerah pedesaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depari dan Mc Andrews (1991) bahwa sampai saat ini strategi komunikasi pembangunan masih terbatas pada siaran pedesaan, baik melalui media massa maupun pemanfaatan para petugas penyuluhan pembangunan. Oleh sebab itu perlu dipikirkan lebih lanjut, bagaimana usaha-usaha komunikasi yang ada dapat dikembangkan, terlebih-lebih menghadapi tantangan era globalisasi.

(40)

masyarakat pedesaan. Sedangkan melalui saluran komunikasi interpersonal pemerintah telah menerjunkan jupen-jupen pembangunan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL). Pertunjukan rakyat yang mengemas pesan-pesan pembangunan pun banyak ditampilkan dan kegiatan ini punya daya tarik dan kekuatan tersendiri. Susanto (1988) mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukan rakyat/tradisional di maksud untuk : 1) Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh masyarakat karena disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk dan lambangnya. 2) Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan-pesan dari rakyat langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima oleh pemerintah. Di samping itu wadah lain yang umumnya terdapat dipedesaan yaitu kelomponcapir ; wadah yang dapat menjembatani pesan-pesan pembangunan dari media massa kepada masyarakat. Wadah ini biasanya dipimpin oleh pemuka-pemuka masyarakat (opinion leaders), yang biasanya memiliki ciri-ciri, lebih tinggi pendidikan formalnya, lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya, lebih inovatif dalam menerima atau mengadopsi ide-ide baru, lebih tinggi kemampuan medianya, kemampuan empati mereka lebih besar, partisipasi sosial mereka lebih besar, lebih kosmopolit (modern).

Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, pesan harus disampaikan sedemikian rupa disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Penyajian pesan lewat sinetron yang dapat dinikmati keluarga dikala santai akan dapat menggugah kesadaran khalayak. Di samping penyajian pesan melalui media tercetak, seperti leaflet, folder, brosur, dan sebagainya, yang dibuat dengan cara yang menarik sehingga sayang untuk dibuang begitu saja.

Kesimpulan

Strategi komunikasi pembangunan merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan secara matang, terukur dan terarah demi mencapai percepatan pembangunan manusia itu sendiri dalam berbagai aspek.

(41)

jenis media yang egektif dan sesuai sasaran serta melakukan evaluasi akhir dari hasil strategi yang dilakukan.

Baik pembangunan kemandirian yang mencakup pendidikan, kebudayaan, ekonomi, social maupun pembangunan yang mengarah pada kesejahteraan hidup selaku mahkluk yang berinteraksi seperti pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mengarah pada kemajuan. Adapun strategi komunikasi pembangunan yang dilakukan meliputi, menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani “cultural gap”, memiliki konsep komunikasi pembangunan, didukung dengan teknologi komunikasi, serta adanya partisipasi aktif dari sasaran pembangunan itu sendiri (manusia).

Dari teori tentang strategi komunikasi tersebut kita dapat mengambil pelajaran dalam menentukan cara strategi komunikasi yang dapat digunakan untuk mempengaruhi komunikan sehingga program yang kita buat dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tidak mendapatkan masalah yang dapat menimbulkan gagalnya suatu proyek perubahan.

B. KAJIAN NORMATIF

Sebagaimana Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2014 tentang Pelayanan Admnistrasi Terpadu Kecamatan, Ruang Lingkup PATEN terdiri dari dua jenis pelayanan yaitu meliputi Pelayanan bidang perizinan dan Pelayanan bidang non perizinan. Adapun bidang perizinan berdasarkan Pasal 3 Perbup 33 tahun 2014 tentang PATEN meliputi penerbitan:

b. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan luas ≤ 100 m2 untuk Rumah Tempat Tinggal tidak bertingkat beserta sarananya;

c. Izin Reklame yang terdiri dari: 1. Spanduk;

2. Stiker;

3. Papan Nama Toko; dan

4. Baliho (Konstruksi sederhana/bukan permanen).

(42)

modal usha bersih diluar tanah dan bangunan ≤ Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

e. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Mikro dengan modal usaha bersih diluar tanah dan bangunan ≤ Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

f. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) untuk skala usaha mikro, dengan modal usaha bersih diluar tanah dan bangunan ≤ Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

g. Pemberian Surat Izin Usaha Pondokan / Kontrakan / Tempat Kost.

Adapun berdasarkan Pasal 4 Perbup 33 tahun 2014 tentang PATEN, bidang non perizinan meliputi:

c. Rekomendasi Proposal Pendirian Sarana Pendidikan; d. Surat Keterangan Domisili Partai Politik;

e. Surat Keterangan Pindah Penduduk (Antar Kecamatan dalam Daerah); f. Surat Pengantar Pindah Penduduk antar Kabupaten;

g. Legalisasi Fotocopy Surat Pindah (Antar Kecamatan dalam Daerah); h. Legalisasi Surat Keterangan Domisili Penduduk;

i. Legalisasi Surat Keterangan Kehilangan; j. Legalisasi Surat Keterangan Usaha; k. Legalisasi Surat Keterangan Janda/Duda; l. Legalisasi Surat Keterangan Ahli Waris;

(43)

q. Registrasi SKTM;

r. Surat permohonan Raskin; s. Regiatrasi Ijin Keramaian;

t. Registrasi Surat Keterangan Dagang Eceran BBM; u. Registrasi Kredit Verbank;

v. Registrasi Surat Keterangan Belum Menikah; w. Registrasi Proposal Permohonan Bantuan Sosial; x. Perekaman KTP;

y. Surat Keterangan Domisili (Ponpes, Madrasah, Sanawiyah dan Aliyah); z. Surat Keterangan Penentuan Lokasi Pembangunan Prasarana Pendidikan,

Kesehatan, dan Keagamaan;

aa. Surat Keterangan Penelitian Akademisi dan Praktek Kerja Lapangan; bb. Surat Keterangan Hak Milik Tanah;

cc. Surat Keterangan Pelimpahan Hak Atas Tanah;

dd. Surat Rekomendasi Izin Operasional Lembaga Pendidikan/ Keagamaan; ee. Rekomendasi Permohonan Bantuan Bencana Alam;

ff. Surat Keterangan Penelitian; gg. Legalisasi Surat Taksiran Tanah;

hh. Pengesahan Susunan Organisasi P3K Mitra Cai;

ii. Rekomendasi Permohonan Bantuan Bangunan Prasarana Umum; jj. Surat Keterangan Tanah;

kk. Registrasi Surat Keterangan Ahli Waris;

ll. Registrasi Surat Keterangan Peralihan Garapan Tanah; mm. Registrasi Surat Keterangan Tidak Sengketa (Tanah).

C. KAJIAN EMPIRIS

(44)

transportasi. Kemudian masyarakat bisa bersilaturahmi langsung dengan Camat. Dan berbagai alasan lainnya.

D. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA

Beberapa potensi kendala yang harus dicermati oleh Tim Pelaksana PATEN Keliling Kecamatan Cibadak, diantaranya :

1. Undangan kedinasan dari Bupati, Sekda atau Kepala SKPD yang harus dihadiri langsung oleh Camat tanpa mewakilkan, terkait dengan penyelenggaraan tugas pemerintahan umum, pembinaan pemerintahan desa maupun pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan laporan dan koordinasi dalam rangka menjaga sinergitas antara tingkat pemerintahan.

2. Acara yang bekerjasama dengan pihak ketiga yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Cibadak seperti sosialisasi ketenagakerjaan, perlindungan sosial, wawasan kebangsaan, maupun bidang lainnya yang melibatkan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan unsur masyarakat lainnya.

3. Undangan kedinasan dari Pemerintah Provinsi Banten yang harus dihadiri langsung oleh Camat.

4. Sosialisasi yang kurang maksimal kepada Masyarakat akan adanya PATEN Keliling.

E. RESIKO

(45)

para pelaku usaha kecil dan masyarakat yang membutuhkan surat rekomendasi pada umumnya.

F. INDIKATOR KEBERHASILAN

“Tercapai tidaknya Output Kunci”

Indikator keberhasilan Program Pelayanan PATEN Keliling di Kecamatan Cibadak dapat dilihat dari antusiasmenya masyarakat meminta pelayanan PATEN sebagaimana tersebut dalam Output Kunci. Sebagaimana hasil pelaksanaan dan hasil evaluasi pelaksanaan bahwa antusiasme masyarakat terhadap PATEN Keliling memang meningkat, walaupun memang masih terdapat beberapa kendala, baik kendala teknis maupun non-tekis.

G. DAMPAK PROYEK PERUBAHAN

Optimalisasi peran kecamatan merupakan keniscayaan yang dapat menjadi akselerator (percepatan) dalam peningkatan pelayanan publik di daerah. Momentum ini sejalan dengan perubahan posisi kecamatan. Bila sebelumnya, kecamatan merupakan wilayah kekuasaan camat menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, kini berubah menjadi wilayah kerja menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta terakhir diubah oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Wilayah kekuasaan menunjukan adanya yurisdiksi kewenangan di dalamnya, sedangkan wilayah kerja lebih merupakan wilayah pelayanan kepada masyarakat.

(46)

pelayan masyarakat, sehingga unit-unit pemerintahan yang berhadapan dan memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat perlu diperkuat, termasuk kecamatan. Salah satunya dengan memberikan pelimpahan sebagian wewenang Bupati kepada Camat.

(47)

BAB IV A. KESIMPULAN

1. Kecamatan yang merupakan unit pemerintahan yang berhadapan dan memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat perlu diperkuat;

2. Fungsi kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat ini menjadi relevan bila dilihat dari kedekatan jarak, kecepatan waktu dan kualitas pelayanan yang diberikan.

3. PATEN Keliling meningkatkan antusiasme masyarakat dalam membuat berbagai jenis pelayanan baik pelayanan perizinan maupun non-perizinan, walaupun dalam pelaksanaan masih terdapat beberapa kendala.

B. SARAN

1. Pelayanan yang berhubungan langsung dengan masyarakat dapat menggunakan sistem jemput bola, sehingga masyarakat terlayani dengan maksimal sesuai prinsip Pelayanan Prima.

2. Pemerintah Daerah beserta Stakeholder terkait perlu meningkatkan sosialisasi pentingnya tertib administrasi kepada masyarakat.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Depari, Eduard dan Collin Mc Andrew. 1991. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. 2002. Analisis Framing. Yogyakarta: LKiS.

Eriyanto. 2005. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Lasswell, Harold D. & Abraham Kaplan (1970). Power and Society. New Haven: Yale University: Yale University Press.

Pace, R Wayne at al. 1979. Techniques for Effective Communication. Masschusetts-Ontario: Addison Westley Publishing Company.

Quebral, Nora C. 1973. What Do We Mean by Deveplopment Communication. International Development Review.

Ruslan, Rosady. 2002. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susanto & Astrid. 1988. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional.

(49)

B. PERATURAN

Peraturan Bupati Lebak Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

(50)

LEMBAR PERSETUJUAN

Peserta Diklat,

RAHMAT, SSTP

Disetujui di Rangkasbtung Pada Tanggal Agustus 2015 Oleh :

Mentor

(51)

Gambar

Tabel 1. Pentahapan (Milestone) PATEN Keliling
Tabel 2. Stakeholder PATEN Keliling

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu, arahan di bahagian Membina Ayat di dalam kertas peperiksaan meminta pelajar menunjukkan MAKNA perkataan yang diberikan di dalam ayat yang dibina seperti berikut

Program ini diwujudkan dalam kegiatan Studi Pengembangan Kawasan Terminal Mendolo, Peningkatan Kapasitas SDM Dinas Perhubungan, Studi Perencanaan dan DED Lokasi Rest Area

Nanoemulsi yang terbentuk memiliki ukuran tetesan kurang dari 100 nm dan meningkatkan kelarutan obat yang tidak larut air sehingga dapat membantu absorpsi obat

Definisi operasionalnya adalah motivasi seksual yang dibangkitkan oleh faktor- faktor insentif yang menyertai perilaku intercourse (physical motives, goal attainment

menghasilkan perangkat uji sertifikasi kompetensi pada skema pemasangan instalasi bangunan listrik sederhana yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa D-III dan memenuhi

Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai learning approach yang dilihat dari motif, strategi serta faktor-faktor yang mempengaruhi agar dapat digunakan untuk memahami

Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan termanfaatnya rekomendasi sebagai bahan penyusunan kebijakan sesuai kebutuhan daerah dengan target 100% namun realisasi sebesar 42,36

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Inovasi Pelayanan Publik Jemput Bola Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Jempol Paten) di Kecamatan