Pungukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI
Pusat-pusat investasi umumnya berdasarkan pengembalian atas investasi. Ukuran-ukuran lainnya sebagai berikut:
a) Pengembalian atas investasi
Divisi-divisi yang merupakan pusat investasi akan memiliki laporan laba rugi dan neraca sendiri. Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah dengan menghitng pengembalian atas investasi (return on investment –ROI), yaitu laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi.
Persamaan ROI sebagai berikut:
ROI = Laba operasi/Aktiva operasi rata-rata
Laba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan.
Aktiva perasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir)
2
Hal yang penting adalah memastikan satu metode diterapkan secara konsisten sepanjang waktu. Hal ini memungkinkan perusahaan, untuk membandingkan ROI antar berbagai divisi sepanjang waktu. Rumus ROI cepat dan mudah digunakan, namun memerinci ROI dalam margin dan rasio-rasio perputaran memberikan informasi tambahan.
b) Margin Perputaran
Cara lain untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba operasi/Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.
ROI = Margin x Perputaran
= Laba Operasi x Penjualan Penjualan Aktiva oprasi rata-rata
Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan.
Contoh 1: Cermilar Company memperoleh laba operasi tahun lalu seperti yang ditunjukkan pada laporan laba rugi berikut:
Penjualan $480.000
Harga pokok penjualan 222.000
Margin kotor $258.000
Beban penjualan dan administrasi 210.000
Laba operasi $48000
===== Pada awal tahun, nilai buku bersih dari aktiva operasi adalah $277.000. pada akhir tahun, nilai buku bersih dari aktiva operasi adalah $323.000. maka:
Aktiva operasi rata-rata = (Aktiva awal + Aktiva Akhir)/2 =($277.000+$323.000)/2
=$300.000
Margin = Laba operasi/ Penjualan = $48.000/$480.000= 0,010 atau 10 persen Perputaran = Penjualan/ Aktiva operasi rata-rata = $480.000/$300.000 = 1,6 ROI = Margin x Perputaran = 0,10 x 1,6= 0,16 atau 16 persen
Atau
ROI = Laba operasi/ Aktiva operasi rata-rata= $ $48.000/$300.000=0,16 atau 16 persen Contoh 2: Divisi Electronics meningkatkan ROI-nya dari 18% pada tahun pertama menjadi 20% pada tahun kedua. Namun, ROI Divisi Medical Supplies turun dari 18% menjadi 15%.
Kedua divisi sebenarnya mengalami penurunan persentase yang sama (16,67%). Penurunan margin dapat dijelaskan oleh pengeluaran yang meningkat, tekanan persaingan (yang memaksa penurunan harga jual), atau kedua.
Informasi untuk Divisi Electronics dan Divisi Medical Supplies
Divisi Electronics Devisi Medical Supplies Tahun 1:
Penjualan $30.000.000 $117.000.000
Aktiva operasi rata-rata 10.000.000 19.500.000
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 1 Tahun 2
Margin 6,0% 5,0% 3,0% 2,5%
Keuntungan dari penggunaan ROI sebagai berikut:
1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi
2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya
3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi. Contoh soal: fokus pada hubungan ROI
Della Barnes, sedang mempertimbangkan saran dari direktur pemasarannya untuk meningkatkan anggaran iklan sebesar $100.000. direktur pemasaran yakin bahwa kenaikan ini akan mendorong hasil penjualan sebesar $200.000. della menemukan bahwa kenaikan biaya variabel akan sebesar $80.000. divisi ini juga perlu membeli mesin tambahan untuk mengatasi peningkatan produksi. Peralatan tersebut memerlukan biaya $50.000 dan menambah beban penyusutan sebesar $10.000. Akibatnya, saran tersebut akan menambah $10.000($200.000-$80.000-$10.000-$100.000) kepada laba operasi. Saat ini, penjualan divisi adalah sebesar $2.000.000, beban total adalah $1.850.000, dan laba operasi bersih sebesar $150.000. Aktiva operasi sama dengan $1.000.000
Tanpa Peningkatan Iklan Dengan Peningkatan Iklan
Penjualan $2.000.000 $2.200.000
Dikurangi: Beban 1.850.000 2.040.000
Laba operasi $150.000 $160.000
Aktiva operasi $1.000.000 $1.050.000
Kelemahan Pengukuran ROI
Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Dua aspek negatif ROI sebagai berikut:
1. ROI mengakibatkan fokus yang semit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluran perusahaan.
2. ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
Contoh soal : fokus yang sempit pada profitabilitas divisi
Cleaning Product Division berkesempatan melakukan investasi dalam dua proyek pada tahun mendatang. Biaya yang dibutuhkan untuk setiap investasi, tingkat pengembalian, dan ROI adalah sebagai berikut:
Proyek 1 Proyek 2
Investasi $10.000.000 $4.000.000
Laba operasi 1.300.000 640.000
ROI 13% 16%
Saat ini, divisi menghasilkan ROI sebesar 15% dengan aktiva operasi $50.000.000 dan laba operasi atas investasi berjalan sebesar $7.500.000. Divisi telah mendapatkan persetujuan menambah investasi sebesar $15.000.000 pada investasi modal baru. Kantor pusat perusahaan mensyaratkan semua investasi harus menghasilkan laba paling sedikit 10%. Setiap modal yang tidak digunakan divisi akan diinvestasikan oleh kantor pusat dan menghasilkan laba tepat 10%
Manajer divisi mempunyai empat alternatif, yaitu investasi dalam proyek I, investasi dalam proyek II dan proyek III, atau tidak melakukan investasi pada kedua proyek. ROI divisi dihitung untuk setiap alternatif.
Alternatif Aktiva operasi $60.000.000 $54.000.000 $64.000.000 $50.000.000
ROI 14,67% 15,07% 14,75% 15,00%
Manajer divisi memilih investasi hanya dalam proyek II karena investasi tersebut akan meningkatkan ROI dari 15,00% menjadi 15,07%
Akibatnya, perhatikan yang hanya ditunjukan pada ROI divisi merugikan perusahaan dalam bentuk hilangnya laba sebesar $300.000 ($1.300.000-$1.000.000).
2. Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi.
Untuk mengatasi kecenderungan ROI untuk investasi yang menguntungkan bagi perusahaan, tetapi menurunkan ROI divisi, beberapa peusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja, seperti laba residu. Nilai tambah ekonomi (economic value added-EVA) adalah cara alternative untuk menghitung laba residu yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.
Laba Residu
Laba residu (residual income) adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dolar minimum yang diisyaratkan atas aktiva operasi perusahaan.
Laba residu = Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata) Tingkat pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan hurdle rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol, divisi memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum yang diminta (hurdle rate). Jika laba residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit tingkat pengembalian minimum yang diminta. Akhirnya, laba residu yang sama degan nol menunjukkan divisi memperoleh tetap sama dengan tingkat pengembalian minimum yang diminta.
a) Keunggulan Laba Residu Contoh soal:
Manajer Cleaning Product Division menolak Proyek I karena akan menurunkan ROI divisi. Namun, keputusan tersebut mebebani laba perusahaan sebesar $300.000. penggunaan laba residu sebagai ukuran kinerja akan mencegah kerugian ini. Laba residu untuk setiap proyek dihitung sebagai berikut.
Proyek I
Laba residu = Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata- rata)
= $ 1.300.000 – (0,10 x $ 10.000.000) = $ 1.300.000 - $ 1.000.000
= $ 300.000
Laba residu = $ 640.000 – (0,10 x 4.000.000) = $ 640.000 - $ 400.000
= $ 240.000
Perhatikan bahwa kedua proyek memiliki laba residu positif. Untuk tujuan perbandingan, laba residu divisi untuk setiap alternatif tersebut Aktiva operasi $ 60.000.000 $54.000.000 $64.000.000 $50.000.000 Laba operasi $8.800.000 $8.140.000 $9.440.000 $7.500.000 Pengembalian
minimum *
6.000.000 5.400.000 6.400.000 5.000.000
Laba residu $2.800.000 $2.740.000 $3.040.000 $2.500.000 Memilih kedua proyek menghasilkan peningkatan laba residu yang terbesar. Penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apa pun yang menghasilkan tingkat di atas minimum.
b) Kelemahan Laba Residu
Laba residu, seperti ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukura absolut dari profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.
Salah satu cara yang memungkinkan untuk mengoreksi kelemahan ini adalah menghitung pengembalian atas investasi dan laba residu, serta menggunakan kedua ukuran tersebut untuk evaluasi kinerja. Kemudian, ROI bisa digunakan untuk perbandingan antardivisi.
Contoh soal:
Pertimbangkan perhitungan laba residu untuk Divisi A dan Divisi B, dimana tingkat pengembalian minimum yang diminta adalah 8%
Divisi A Divisi B
satu cara yang memungkinkan untuk mengoreksi kelemahan ini adalah menghitung pengembalian atas investasi dan laba residu, serta menggunakan kedua ukuran tersebut untuk evaluasi kinerja. Kemudian ROI bisa digunakan untuk perbandingan antar divisi.
Nilai Tambah Ekonomi
Cara khusus menghitung laba residu adalah nilai tambah ekonomi. Milai tambah ekonomi (economic value added-EVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan. Pada dasarnya, EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai gantidari suatu tingkat pengembalia minimum yang diinginkan perusahaan karena alas an lainnya). Jika EVA positif, maka perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika EVA negatif, maka perusahaan seang menyiapkan modal. EVA membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang yang didapatkan lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mendapatakan uang tersebut. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang meghasilkan modal atau kekayaan yang dapat bertahan.
Sebagai suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan tingkat pengembalian seperti ROI, karena menghubungkan penghasilan bersih (pengembalian) dengan modal yang dipakai. EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan biaya actual dari modal. Di pihak lain, secar khusus, pendapatan residual menggunakan tingkat minimum pengembalian yang diharapkan. Para investor menyukai EVA karena menguhubungkan laba dengan jumlah sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.
Jumlah Modal yang dipakai sama dengan $ 300.000. Biaya modal aktual Celimar Company adalah 10% .
EVA =Laba Operasi setelah pajak–(Presentase biaya modal aktual x Total modal yang dipakai)
=$ 33.600 – (0,1 x $ 300.000) = $ 33.600 - $ 30.000
= $ 3.600
Menghitung EVA
EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal yang dipakai.
Persamaan EVA sebagai berikut:
EVA = Laba operasi setelah pajak – (Persentase biaya modal aktual x Total modal yang dipakai )
Aspek perilaku EVA
EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya, hal inilah yag menjadi penyebab bahwa EVA tidaklah mencukupi untuk membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi. Di banyak perusahaan, tanggung jawab keputusan investasi terletak pada manajemen perusahaan. Akibatnya, biaya modal diperhitungkan sebgai pengeluaran perusahaan. Jika suatu divisi menumpuk persediaan dan melakukan investasi, biaya pendanaan investasi akan dilaporkan dalam neraca laba rugi perusahaan secara keseluruhan dan tidak diperlihatkan sebagai pengurangan pendapatan operasi divisi. Akibatnya, investasi trlihat seolah-olah bebas biaya bagi divisi.
3. Penetapan Harga Transfer
transfer (transfer price). Dengan kata lain, harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual ada divisi di perusahaan yang sama.
Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara Keseluruhan.
Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan perusahaan secara keeluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembei dan pendapatan divisi penjual. Arttinya, laba kedua divisi tersebut, dipengaruhi oleh harga transfer.
Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi tingkat laba yang dihasilkan perusahaan multinasional melalui pajak badan dan persyaratan hukum lainnya yag ditetapkan negara tempat berbagai divisi beroperasi.
Contoh soal:
ABC, Inc
Divisi A Divisi B
Memproduksi komponen dan mentransfernya ke C dengan harga transfer $30 per unit
Membeli komponen dari A dengan harga transfer $30 per unit dan menggunakan komponen itu untuk memproduksi produk akhir
Harga transfer = $30 per unit Harga transfer = $30 per unit
Pendapatan bagi A Biaya bagi C
Meningkatkan laba bersih Menurunkan laba bersih
Meningkatkan ROI Menurunkan ROI
Pendapatan harga transfer = Biaya harga transfer Dampak nol bagi ABC,Inc
Pembeli beroperasi di negara yang pajaknya tinggi, maka biaya transfer bisa ditetapkan cukup tinggi. Selanjutnya, laba akan masuk ke devisi yang berada di Negara dengan pajak rendah dan biaya akan dibebankan pada divisi yang berada di Negara dengan pajak tinggi. Hal ini menyebabkan pengurangan dari pajak badan secara keseluruhan.
Kebijakan Penetapan Harga Transfer
Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari divisi penjual dan dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi pembeli. Hara-harga minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer internal. Harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi sebagai berikut:
1) Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan memnuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barangdijual pada divisi internal daripada dijual pada pihk luar, disebut baras bawah (floor) dari rentang penawaran.
2) Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidk menjadi lebih buruk-jiak suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal, disebut batas atas (ceiling) dari rentang penawaran.
Transfer internal sebaiknya dilakukan saat biaya peluang (harga minimum) divisi penjual lebih rendah dari biaya peluang (harga maksimum) divisi pembeli. Kebijakan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.
Harga Pasar
Jika terdapat pasar luar dengan persingan sempurna untuk produk yag ditransfer, maka harga transfer yang paling sesuai adalah harga pasar. Pada situasi demikian, berbagai tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba perusahaan secara simultan.
Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Harga pasar kerap kali tidak tersedia, dalam keadaan ini, perusahaan dapat menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya.
Contoh : Perusahaan Matras menggunakan busa dengan kepadatan tinggi untuk matras dari tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar tidak memproduksi matras semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan telah menetapkan kebijakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya, maka divisi Matras akan membebankan biaya penuh dari matras tersebut.
Akhirnya, manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.
Daftar pustaka