• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Tekn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Tekn"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI POTENSI DERAH GENANGAN BANJIR DAS

BELAWAN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Asril Zevri1, dan Mizanuddin Sitompul2

1

Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

2

Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: Asrilzevri19@gmail.com

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai Belawan adalah salah satu DAS yang mencakup dua daerah administrative di Provinsi Sumatera Utara. Kondisi DAS Belawan pada saat ini mengalami perubahan tata guna lahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan industry. Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan limpasan yang cepat sehingga meningkatkan debit banjir di DAS Belawan. Potensi debit banjir dapat menimbulkan daerah genangan banjir di sekitar dataran sungai sehingga memberikan dampak kerugian terhadap penduduk di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi daerah genangan banjir DAS Belawan dengan debit banjir periode kala ulangnya berbasis kepada Sistem Informasi Geografis (SIG).

Lingkup kegiatan dalam penelitian ini yaitu menganalisa curah hujan harian maksimum rata-rata DAS Belawan, curah hujan harian maksimum dan debit banjir kala ulang 2 s/d 100 tahun, mensimulasi tinggi muka air banjir dengan

HECRAS, dan melakukan analisa spasial daerah genangan banjir dengan SIG. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan harian maksimum, tata guna lahan DAS Belawan, Profil memanjang dan melintang sungai, dan Peta administrative Provinsi Sumatera Utara.

Hasil studi menunjukan bahwasanya DAS Belawan memiliki potensi banjir dengan periode kala ulang 25, 50, dan 100 tahun. Potensi banjir terjadi khususnya di bagian tengah sampai ke hilir sungai dengan tinggi muka air banjir berkisar antara 0.7 m s/d 3.3 m. Tinggi muka air banjir meluap dan menimbulkan dataran banjir yang mengakibatkan daerah genangan banjir mencapai luasan 40.07 km2 s/d 112.10 km2 yang meliputi 9 kelurahan di Kota Medan dan 5 Kelurahan di Kabupaten Deli Serdang.Solusi alternatif penanggulangan banjir yaitu dengan merencanakan tanggul banjir setinggi 4 m di sisi tebing sungai.

(2)

1. PENDAHULUAN

Salah satu wilayah sungai di Provinsi Sumatera Utara adalah Wilayah Sungai Belawan- Ular-Padang (WS BUP) yang terdiri dari enam Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas keseluruhan 6.215,66 km2 (Departemen PU Balai Wilayah Sungai Sumatera II, 2008). DAS Sungai Belawan merupakan salah satu bagian dari WS BUP yang DASnya mencakup Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang dengan luasan yang mencapai 41,654.80 Ha. Debit banjir di musim hujan relatif meningkat akibat dari curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan limpasan air mengalir dengan sangat cepat menuju ke badan sungai. Khususnya Debit sungai di DAS Belawan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan akibat dari perubahan tata guna lahan yang tidak dijaga sesuai dengan fungsinya, sehingga daerah pemukiman yang dilewati oleh DAS tersebut mengalami banjir yang mencapai ukuran 1-3 meter dari permukaan tanah tergantung periode kala ulang banjir tahunan yang terjadi (Zevri, 2014). Studi ini perlu dilaksanakan agar pengetahuan yang penting dan informasi yang akurat, mutakhir, dan relevan dapat dibangun dengan sistem informasi geografis (SIG) guna mengantisipasi terjadinya banjir yang semakin kerap terjadi di sekitar daerah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Selain itu Undang-undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengamanatkan

dibuatnya sistem informasi untuk pengelolaan DAS.

2. POTENSI BANJIR DAN DAERAH GENANGAN BANJIR Banjir dapat terjadi akibat curah hujan yang meningkat pada waktu tertentu terutama pada musim hujan sehingga volume limpasan cenderung meningkat dan mengalir dengan cepat. Besarnya curah hujan di sekitar DAS Belawan mencapai 1500 mm dalam satu tahun. Musim hujan dengan curah hujan yang tinggi terjadi pada Bulan September s/d Desember sehingga potensi banjir dapat terjadi akibat volume limpasan air yang melebihi dari kapasitas penampang sungai. Potensi Banjir yang terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya mampu menggenangi wilayah luas akibat peluapan air ke dataran banjirnya

(flood plain) (Hasibuan, 2004).

Dataran banjir merupakan daerah rawan banjir yang dapat diklasifikasi berdasarkan kala ulang banjirnya semakin besar kala ulang banjir maka semakin besar dataran banjirnya. Dataran banjir di sekitar bantaran sungai yang masuk dalam daerah genangan pada debit banjir tahunan Q100 merupakan daerah

(3)

menurut tingkat resiko terhadap banjir (Trihono, 2007).

3. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian berada di DAS (Daerah Aliran Sungai) Belawan yang merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi Sumatera Utara dengan luas 41,654.80 Ha. Daerah Aliran Sungai Belawan terbentang antara 3° 15' 49,83'' s/d3° 50' 38,89'' garis Lintang Utara dan meridian 98° 29' 58,56'' s/d 98° 43' 21,76'' Bujur Timur. Secara administrasi DAS Belawan berada pada 2 (dua) Kabupaten/ Kota yaitu Kabupaten Deli Serdang seluas 38,834.77 Ha (93.23 %) dan Kota Medan Seluas 2,820.03 Ha (6.77 %) ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan harian maksimum 10 tahun dari 3 Stasiun Penakar curah hujan di sekitar DAS Belawan, tata guna lahan (land use), penampang melintang dan memanjang sungai,

dan peta DAS Belawan serta administrative Kabupaten Deli Sedang dan Kota Medan. Curah hujan harian maksimum rata –rata dianalisa dengan metode polygon thiessen berdasarkan data curah hujan harian maksimum di bagian hulu sungai, tengah, dan hilir sungai. Hasil curah hujan harian maksimum rata-rata digunakan untuk menganalisa curah hujan harian kala ulang 2 s/d 100 tahun sehingga dari nilai tersebut dapat dianalisa debit banjir kala ulang 2 s/d 100 tahun. Debit banjir kala ulang disimulasikan dengan penampang melintang dan memanjang sungai menggunakan

software HECRAS untuk mengetahui

tinggi muka air banjir (Waskito, 2012). Hasil tinggi muka air banjir menjadi dasar dalam analisa spasial daerah genangan banjir di sekitar DAS Belawan berbasis kepada Sistem Informasi Geografis (SIG) (Anna & Taufik, 2011) . Diagram metodologi penelitian ditampilkan pada Gambar 2.

(4)

4. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisa Hidrologi

Hasil analisa curah hujan harian maksimum rata-rata DAS Belawan dengan metode Polygon Thiessen selama 10 tahun berkisar antara 84.09 mm s/d 202.09 mm yang dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 3. Polygon Thiessen DAS Belawan

Hasil dari analisa polygon thiessen menunjukan bahwasanya pengaruh stasiun curah hujan terhadap DAS Belawan ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Faktor Thiessen Dari 3 Stasiun di DAS Belawan

Stasiun Luas (km2) Faktor Thiessen

A Belawan 104.88 0.25

A Bulu Cina 47.75 0.11

A Tuntungan 263.918 0.63

Total 416.548 1

Sehingga hasil analisa curah hujan rata-rata harian maksimum ditampilkan pada tabel2.

Tabel 2. Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata DAS Belawan

Selama 10 Tahun

No Bulu Cina Belawan Tuntungan Rata

-Rata

1 122 196 219 202.09

2 119 185 169 167.30

3 102 172 159 155.74

4 92 158 140 139.03

5 87 125 128 122.54

6 77 132 106 109.22

7 75 120 104 104.70

8 71 115 89 93.48

9 66 103 87 88.62

10 65 96 83 84.21

Curah hujan harian maksimum rata-rata digunakan untuk menganalisa curah hujan harian kala ulang 2 s/d 100 tahun dengan metode statistic probabilitas distribusi. Hasil analisa curah hujan kala ulang 2 s/d 100 tahun ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 3. Curah Hujan Kala Ulang 2 s/d 100 Tahun DAS Belawan

Periode Ulang Tahun

Curah Hujan mm

2 120.34

5 152.48

10 179.12

25 210.76

50 235.16

100 260.30

(5)

debit banjir kala ulang DAS Belawan ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4. Debit Banjir Kala Ulang 2 s/d 100 Tahun DAS Belawan

Periode Kala Ulang

(Tahun) 2 5 10 25 50 100

Debit Banjir

(m3/det) 333 422 495.1 582.3 650 718.9

Hasilperhitungan debit banjir di atas menjadi dasar dalam analisasimulasi tinggi muka air banjir akibat luapan dari penampang sungai.

4.2 Analisa Tinggi Muka Air Banjir Dengan HECRAS

Potensi tinggi muka air banjir akibat debit banjir dengan period kala ulangnya dapat dianalisa menggunakan software HECRAS sehingga luapan banjir mengakibatkan dataran banjir di bagian kiri dan kanan tebing sungai. Hasil tinggi muka air banjir di salah satu penampang berdasarkan debit banjir kala ulang ditampilkan pada Gambar 4, 5, dan 6.

Gambar 4. Simulasi Tinggi Muka Air Kala Ulang 25 Tahun Penampang

Sungai Di Daerah Kelurahan Cinta Damai

Simulasi tinggi muka air banjir di salah satu penampang Sungai Belawan di Daerah Kelurahan Cinta Damai mencapai 1.78 m dari tebing sungai.

Gambar 5.Simulasi Tinggi Muka Air Kala Ulang 50 Tahun Penampang Sungai Di Daerah Kelurahan Cinta

Damai

Simulasi tinggi muka air banjir di salah satu penampang Sungai Belawan di Daerah Kelurahan Cinta Damai mencapai 2.01m dari tebing sungai.

Gambar 6. Simulasi Tinggi Muka Air Kala Ulang 100 Tahun Penampang Elevasi Tebing Sungai + 21 m

Elevasi Muka Air Banjir + 22.78 m

Elevasi Tebing Sungai + 21 m Elevasi Muka Air Banjir + 23.01 m

(6)

Sungai Di Daerah Kelurahan Cinta Damai

Simulasi tinggi muka air banjir di salah satu penampang Sungai Belawan di Daerah Kelurahan Cinta Damai mencapai 3.33 m dari tebing sungai. Hasil rekapitulasi tinggi muka air banjir menurut periode kala ulang banjir tiap penampang sungai di tampilkan pada Tabel 4.

Tabel 5. Rekapitulasi Tinggi Muka Air Banjir Penampang Sungai Belawan Periode Kala 25, 50, dan 100 Tahun

No

Penampang Sungai Belawan

Tinggi Muka Air Banjir (m)

Kelurahan

Q25 Tahun

Q50 Tahun

Q100 Tahun

1 Sunggal dan Lalang 0.7 0.87 1.31

2

Cinta Damai dan Tanjung

Dusta 1.78 2.01 3.33

3 Kelambir Lima 1.13 1.29 1.74

4 Kelumpang Kebon 1.47 1.5 1.77

5 Desa Sicanang 0.64 0.75 1.07

4.3 Analisa Potensi Daerah Genangan Banjir Dengan SIG Hasil analisa tinggi muka air banjir dengan software HECRAS menimbulkan dataran banjir yang mengakibatkan potensi daerah genangan banjir. Potensi daerah genangan banjir dianalisa dengan berbasis kepada Sistem Informasi Geografis (SIG). Alat yang digunakan dalam kombinasi atau perpaduan antara tinggi muka air banjir dengan potensi daerah genangan banjir yaitu software

Arcgis(Longley, 2005). Perangkat

lunak atau software Arcgis dapat

melakukan analisa spasial dengan perintah intersection antara dataran banjir dengan peta administrative sehingga potensi daerah genangan banjir dapat dianalisa. Hasil potensi daerah genangan banjir dengan periode kala ulang banjir ditampilkan di bawah ini.

4.3.1 Hasil Analisa Potensi Daerah Genangan Banjir Kala Ulang 25 Tahun Dengan SIG

Hasil analisa potensi daerah genangan banjir kala ulang 25 tahun dengan SIG ditampillkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Potensi Daerah Genangan Banjir DAS Belawan Dengan Periode

Kala Ulang 25 Tahun

(7)

Tabel 6. Lokasi Terkena Dampak Banjir Kala Ulang 25 Tahun Dengan Luas Genangan Banjir di Daerah Kota Medan

Kota Medan

No Kecamatan Kelurahan

Luas

Tabel 7. Lokasi Terkena Dampak Banjir Kala Ulang 25 Tahun Dengan Luas Genangan Banjir di Daerah Kabupaten

Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang

No Kecamatan Kelurahan

Luas

4.3.2 Hasil Analisa Potensi Daerah Genangan Banjir Kala Ulang 50 Tahun Dengan SIG

Hasil analisa potensi daerah genangan banjir kala ulang 50 tahun dengan SIG ditampillkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Potensi Daerah Genangan Banjir DAS Belawan Dengan Periode

Kala Ulang 50 Tahun

Dampak dari daerah genangan banjir kala ulang 50 tahun mengakibatkan beberapa 14 kelurahan terendam banjir di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang ditampilkan pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 8. Lokasi Terkena Dampak Banjir Kala Ulang 50 Tahun Dengan Luas Genangan Banjir di Daerah Kota Medan

Kota Medan

No Kecamatan Kelurahan

(8)

7

Tabel 9. Lokasi Terkena Dampak Banjir Kala Ulang 50 Tahun Dengan Luas Genangan Banjir di Daerah Kabupaten

Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang

No Kecamatan Kelurahan

Luas

4.3.3 Hasil Analisa Potensi Daerah Genangan Banjir Kala Ulang 100 Tahun Dengan SIG

Hasil analisa potensi daerah genangan banjir kala ulang 100 tahun dengan SIG ditampillkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Potensi Daerah Genangan Banjir DAS Belawan Dengan Periode

Kala Ulang 100 Tahun

Dampak dari daerah genangan banjir kala ulang 100 tahun mengakibatkan beberapa 13 Kelurahan terendam banjir di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang ditampilkan pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Lokasi Terkena Dampak Banjir Kala Ulang 100 Tahun Dengan

Luas Genangan Banjir di Daerah Kabupaten Deli Serdang

Kota Medan

No Kecamatan Kelurahan

(9)

Belawan 1

Tabel 11. Lokasi Terkena Dampak Banjir Kala Ulang 100 Tahun Dengan

Luas Genangan Banjir di Daerah Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang

No Kecamatan Kelurahan

Luas

4.4 Solusi Penanganan Banjir DAS Belawan

Hasil dari analisa menunjukan bahwasanya potensi daerah genangan banjir DAS Belawan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap daerah administrasi di sekitarnya. Dampak banjir dapat memberikan kerugian terhadap masyarakat dan infrastruktur yang ada sehingga perlu dilakukan solusi dalam menangani banjir salah satunya dengan metode struktural yaitu membangun tanggul banjir di bagian tebing penampang sungai. Hasil rencana dimensi tanggul penampang

sungai di salah satu penampang sungai ditampilkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Konstruksi Tanggul Banjir Di Penampang Sungai Belawan

5. Kesimpulan

(10)

menimbulkan tinggi muka air banjir berkisar antara 1.07 m s/d 3.33 m dan mengakibatkan luas genangan banjir mencapai 112.10 km2 sehingga lokasi yang terkena dampak banjir yaitu 9 Kelurahan di Kota Medan dan 5 kelurahan di Kabupaten Deli Serdang.Solusi alternative dalam penanggulangan banjir yaitu dengan membangun tanggul banjir setinggi 4 m.

Daftar Pustaka

Anna dan Taufik. 2011. Studi analisa banjir dengan menggunakan teknologi SIG di Kabupaten Bojonegoro. Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya

Hasibuan. G.M 2004. Model koordinasi kelembagaan pengelolaan banjir perkotaan terpadu. Disertasi Perencanaan Wilayah USU.Medan.

Longley. 2005. Geographic Information Systems and Science, New York

U.S Army Corps of Engineers – Hydrologic Engineering Center (HEC).2001. Hydraulic Reference

Manual HEC-RAS 3.1.3. California:

U.S. Army Corps of Engineers.

Trihono, K. 2007. Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam untuk Mereduksi Kerugian Akibat Banjir. Seminar Nasional Aplikasi

Teknologi Informasi

(SNATI),Yogyakarta.

Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Waskito, T. N. 2000. Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Cibeet Kabupaten Bekasi. Program Pasca Sarjana Magister Pengelolaan Sumber Daya Air ITB, Bandung.

Gambar

Tabel 2. Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata DAS Belawan Selama 10 Tahun
Gambar 4. Simulasi Tinggi Muka Air Kala Ulang 25 Tahun Penampang
Tabel 5. Rekapitulasi Tinggi Muka Air Banjir Penampang Sungai Belawan Periode Kala 25, 50, dan 100 Tahun
Tabel 6. Lokasi Terkena Dampak Banjir
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menu: Mengganti tingkatan menu, memilih butir menu, mengubah pengaturan Mode radio: Mengatur frekuensi, memulai pencarian stasiun pemancar/PTY Mode CD/MP3/WMA/iPod: Pilih

Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode

Kandou Manado dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu dari 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah didapatkan

Dengan demikian dari definisi pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh

Gerabah yang digunakan untuk menjernihkan air adalah gerabah yang mampu menyerap air yang terdiri dari golongan gerabah yang lunak (baik putih maupun merah) dan

Dalam istilah lain dijelaskan bahwa sistem distribusi adalah keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang

Berkaitan dengan hal di atas, permasalahan yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah menitikberatkan pada “Tingkat Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

elektrode pembanding tidak terpenuhi" Agar potensial elektrode pembanding tetap, digunakan elektrode pembantu %ang memiliki hambatan lebih kecil daripada elektrode