INOVASI PEMBUATAN SOFT CANDY DARI EKSTRAK TEMBAKAU
SEBAGAI PENGGANTI ROKOK
Diusulkan Oleh :
Naskah 197
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER ... i
DAFTAR ISI ... ii
ABSTRAK ... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
BAB 2. INTI ... 4
2.1 Deskripsi Ide ... 4
2.2 Dampak Inovasi ... 7
2.3 Peluang Aplikatif ... 8
BAB 3. PENUTUP ... 9
3.1 Kesimpulan ... 9
3.2 Saran ... 9
DARTAR PUSTAKA ... 10
LAMPIRAN DOKUMENTASI ... 11
Indonesia menduduki peringkat ketiga dari 10 negara dengan
tingkat perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India serta berada di
atas peringkat Rusia dan Amerika. Kabupaten Jember merupakan daerah
yang berpotensi penghasil tembakau. Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang manfaat tembakau selain sebagai bahan baku rokok menyebabkan
opini negatif masyarakat Indonesia semakin lama semakin kuat. Dengan
adanya pengembangan tembakau sebagai alternatif dalam mengurangi
bahaya merokok bagi perokok dan lingkungan sekitar, terdapat manfaat
lain dari pengembangan ini yaitu dalam jurnal BMC Biotechnology (2010)
tembakau dapat menghasilkan protein anti-kanker yang di buat oleh DNA
dari tubuh. Berdasarkan hal tersebut dilakukan inovasi pembuatan produk
baru soft candy dari ekstrak tembakau untuk mengurangi bahasa dari asap
rokok serta meningkatkan nilai ekonomis dari tembakau. Soft candy adalah
campuran kristal-kristal sukrosa, sirup glukosa, air dan penambahan bahan
pembentuk gel (gelling agent) yang dapat membentuk gel lunak dan meleleh
saat dikunyah di mulut serta bahan tambahan seperti flavour dan zat
pewarna. Proses pengolahan soft candy menggunakan metode ekstraksi
dengan proses pemanasan. Dari ekstrak tembakau yang dihasilkan melalui
pemanasan dilakukan analisis pH menggunakan pH meter diperoleh hasil
5,8 yang menunjukkan ekstrak daun tembakau rajangan bersifat asam.
Hasil produk inovasi ekstrak tembakau, perokok dapat mengkonsumsi
produk tersebut tanpa mengeluarkan asap yang mengganggu kesehatan
serta di konsumsi pada ruangan AC. Pada tahun 2001 besarnya cukai yang
diterima negara adalah Rp 17,6 triliun, kemudian meningkat pada tahun
Naskah 197
2006 sebesar Rp 37,7 triliun. Selain itu, tenaga kerja yang dapat di serap
mulai dari petani tembakau sampai dengan tenaga jasa transportasi rokok
sekitar 6,4 juta tenaga kerja.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jember merupakan daerah yang berpotensi penghasil tembakau. Pada
tahun 2014 total hasil panen tembakau mencapai sekitar 163.187 ton,
sedangkan rata-rata permintaan industri setiap tahun mencapai sekitar
300.000 ton (Eko, 2016). Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
manfaat tembakau selain sebagai bahan baku rokok menyebabkan opini
negatif masyarakat Indonesia semakin lama semakin kuat. Menurut
Abdullah dan Soedarmanto (1982) padahal tembakau disamping
mendatangkan devisa negara yang tinggi, juga selama ini dapat menjadi
alternatif mengatasi pengangguran. Ketergantungan petani tembakau baik
dari segi ekonomi, sosial dan budaya telah mendorong dilakukannya
pemanfaatan atau diversifikasi tembakau untuk produk selain rokok yang
bermanfaat bagi kehidupan, misalnya untuk kesehatan, farmasi, kosmetik
(parfum), pestisida nabati, pupuk, minyak atsiri serta dimungkinkan
sebagai salah satu wisata agro yang sangat menarik dan menjanjikan untuk
dikembangkan. Selama ini manfaat tembakau sebagaimana diatas hanya
diketahui sebagian kecil dan publikasi manfaat tembakau sangat tidak
berimbang dibandingkan isu negatifnya.
Indonesia menduduki peringkat ketiga dari 10 negara dengan tingkat
perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India serta berada di atas
peringkat Rusia dan Amerika.1-3 Berdasarkan data dari Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007, prevalens perokok aktif pada kelompok penduduk
dewasa di Indonesia adalah 46,8% laki-laki dan 3,1% perempuan. Data
2 Naskah 197
perokok terbesar yaitu 65,3% setelah Rusia 70,2%. Berdasarkan data Global
Youth Tobacco Survey tahun 2006, Indonesia memiliki prevalens perokok
pada kelompok penduduk remaja usia 13-15 tahun sebesar 23,9% laki-laki
dan 1,9% perempuan. Merokok dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan pada perokok aktif maupun perokok pasif karena asap yang di
keluarkan oleh rokok itu sendiri. Perokok aktif biasanya tidak dapat
menahan hasrat untuk merokok apabila ada pertemuan ataupun meeting
yang membutuhkan waktu lama serta ruangan AC. Jika menghentikan
masukan nikotin biasanya diikuiti dengan reaksi ketergantungan (with
drawl syndrome) yang mungkin membutuhkan waktu sekitar satu bulan
atau lebih. Hal tersebut termasuk gejalanya, yakni muncul sifat lekas
marah, terlalu sensitif, kecanduan, pengurangan fungsi kognitif tubuh dan
pemusatan perhatian, serta terjadi gangguan tidur. Oleh karena itu, maka
perlu dilakukan pemanfaatan tembakau untuk mengurangi dampak
tersebut yaitu salah satunya menciptakan produk (soft candy) yang dapat
membantu mengurangi bahaya asap rokok serta perokok aktif yang tetap
mengkonsumsi tembakau walaupun berada di ruang AC.
Pengembangan tembakau sebagai alternatif dalam mengurangi
bahaya merokok bagi perokok dan lingkungan sekitar, teerdapat manfaat
lain dari pengembangan ini yaitu dalam jurnal BMC Biotechnology (2010)
tembakau dapat menghasilkan protein anti-kanker yang di buat oleh DNA
dari tubuh kita, oleh karena itu orang dahulu yang masih mempunyai
kebiasaan menginang tidak terserang penyakit kanker. Menurut Cahyono
(1998) bahwa di dalam daun tembakau terdapat kandungan alkaloid yang
dapat memberikan rasa nikmat pemakainya yaitu nikotin, nikotirin, dan
Nikotin Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tak berwarna, tetapi
segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin membuat
ketagihan. Itulah sebabnya para perokok ingin terus menghisap tembakau
secara rutin karena mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut ditandai
dengan keinginan yang menggebu untuk selalu mencari dan
menggunakan, meskipun mengetahui akan konsekuensi negatif terhadap
kesehatan dari sifat ketergantungan alami yang muncul ditemukan bahwa
nikotin mengaktifkan jaringan otak yang menimbulkan perasaan senang,
tenang, dan rileks.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka tujuan dari karya
tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengurangi bahaya asap yang di keluarkan rokok dengan
mengolah tembakau menjadi soft candy sebagai pengganti rokok.
2. Meningkatkan nilai tambah dari ektrak daun tembakau menjadi soft
4 Naskah 197
BAB 2. INTI
2.1 Deskripsi Ide
Permen lunak atau soft candy adalah campuran kristal-kristal sukrosa,
sirup glukosa, air dan penambahan bahan pembentuk gel (gelling agent)
yang dapat membentuk gel lunak dan meleleh saat dikunyah di mulut serta
bahan tambahan seperti flavour dan zat pewarna. Permen lunak
mempunyai tekstur yang lunak, dapat digigit dan tidak lengket digigi
sewaktu dikunyah (Alikonis, 1979). Menurut Buckle (1987) produk permen
dibuat dengan mendidihkan campuran gula, air bersama dengan bahan
pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar air kira-kira 3%.
Proses kristalisasi merupakan faktor yang tidak diinginkan dalam
pembuatan permen, karena dapat menurunkan mutu dan menyebabkan
permen terasa kasar pada lidah.
Ide yang ditawarkan yaitu inovasi pembuatan produk baru soft candy
menggunakan metode ektrasi dengan bahan daun tembakau rajangan.
Proses pembuatan soft candy dimulai dari sortasi daun tembakau rajangan
dengan pengambilan bahan 50 gram, kemudian dilakukan pencucian yang
berfungsi untuk membersihkan bahan, setelah itu dilakukan pemanasan
dengan suhu 60OC dengan waktu 5 menit, kemudian dilakukan
penyaringan dengan 2 kali pengulangan untuk memisahkan ekstrak daun
tembakau dengan ampasnya. Dari ektrak tembakau yang dihasilkan
dilakukan analisis pH menggunakan pH meter diperoleh hasil 5,8 yang
menunjukkan ekstrak daun tembakau rajangan bersifat asam. Setelah itu
dilakukan proses pencampuran dengan penambahan bahan yaitu sukrosa
sebagai pengawet yaitu dalam konsentrasi tinggi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menurunkan aktivitas air dari
bahan pangan (Fennema, 1996) dan menambah cita rasa manis. Pada
penggunaan glukosa dalam pengolahan permen menurut Afriananda
(2012) dapat memperbaiki viskositas dan kecemerlangan warna menjadi
lebih baik. Setelah itu dilakukan pemasakan selama 15 menit pada suhu
1200C, lama pemasakan merupakan tahap pengolahan yang paling
penting dalam pembuatan permen yaitu untuk memanaskan dan
melarutkan semua bahan yang akan berpengaruh pada tekstur dan warna
dari permen yang dihasilkan. Tahap terakhir yaitu pencetakan lalu
pendinginan dan pemadatan, kemudian menjadi soft candy ekstrak
6 Naskah 197
Daun tembakau rajangan 50 gram
Sortasi
Pencucian
Air 350 Pemanasan 5 menit, T = 60)C
Penyaringan
Ekstrak
tembakau 100 Analisa pH
Sukrosa 200 g, glukosa 80 g, margarin 40 g
Pencampuran
Pemasakan 1200C, 15
Pencetakan
Pendinginan dan pemadatan
Soft Candy Ekstrak
Tembakau
2.2 Dampak Inovasi
Manfaat ide terhadap pengembangan inovasi soft candy ekstrak
tembakau yaitu meminimalisir dampak bahaya merokok yang berbahaya
bagi kesehatan pada perokok aktif maupun pasif, perokok pasif yang tidak
merokok pun juga mengalami dampak dari asap yang di keluarkan oleh
rokok. Dengan adanya inovasi ini, perokok masih dapat mengkonsumsi
tembakau dengan tidak mengeluarkan asap yang dapat mengganggu
kesehatan diri sendiri maupun orang sekitar serta dapat di konsumsi pada
ruangan AC, karena biasanya perokok aktif yang sudah kecanduan dengan
rokok tidak akan bisa bertahan lama-lama berada di ruangan AC karena
tidak di perbolehkan untuk merokok. Dengan mengkonsumsi soft candy ini
juga dapat di gunakan sebagai alternatif untuk terapi bagi perokok aktif
yang ingin berhenti merokok. Manfaat lain dari pengembangan produk ini
yaitu meningkat nilai tambah dari komoditi tembakau yang sebagian besar
hanya di manfaatkan sebagai bahan pembuatan rokok, oleh sebab itu perlu
di lakukan diversivikasi produk olahan tembakau karena rokok banyak
perdebatan mengenai dampak negatif yang di timbulkan hingga terdapat
berbagai regulasi pemerintah untuk meniadakan kegiatan produksi
tembakau serta menaikan harga rokok untuk mengurangi dampak negatif
yang di timbulkan.
Berdasarkan data bahan baku yang cukup tersedia di jember untuk
dilakukan pembuatan soft candy ini serta banyak peneliti maupun pakar
yang berusaha untuk usaha berhenti merokok dari produk olahan
sebelumnya. Sumber-sumber penerimaan negara yang berasal dri
tembakau dan industri hasil tembakau berupa cukai dan devisa ekspor.
Naskah 197
meningkat. Pada tahun 2001 besarnya cukai yang diterima negara adalah
Rp 17,6 triliun, kemudian meningkat pada tahun 2006 sebesar Rp 37,7
triliun. Selain itu, tenaga kerja yang dapat di serap mulai dari petani
tembakau sampai dengan tenaga jasa transportasi rokok sekitar 6,4 juta
tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa produk tembakau dapat
menambah pendapatan devisa negara di samping dampak negatif yang
dihasilkan. Dengan menciptakan inovasi baru maka akan di butuhkan
perencanaan tenaga kerja yang lebih banyak lagi untuk memproduksi soft
candy dalam menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia. Produk
ini di produksi dengan teknologi pembuatan yang sederhana dan
membutuhkan tenaga kerja yang bisa di latih tanpa memperhatikan
2.3 Peluang Aplikatif
Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan soft candy ekstrak
tembakau cukup melimpah sehingga mendukung dilakukan untuk
pengembangan produk ini. Kualitas dari bahan baku berupa daun
tembakau rajangan mempunyai mutu yang bervariatif dan dipengaruhi
oleh input pertanian. Penentu kualitas dalam pengembangan produk baru
berbasis olahan dari ekstrak daun tembakau yaitu soft candy dimulai dari
pengadaan bahan baku, sarana produksi, kerjasama dengan petani
tembakau di wilayah Jember. Berikut data luas produksi tembakau atau
perkebunan rakyat Jember :
Tabel 1. Luas Areal Produksi/ Produktivitas Perkebunan Rakyat Jember
2010
No Komoditi Luas Areal (Ha) Jumlah Produksi
(Ton)
Produktivitas
TBM TM TT/TR
1 Tebu 0 4,928 0 4,928 27,650 5,611
2
Tembakau 0 13,030 468 13,498 7,235 555
Tembakau
besuki NC
0 3,276 228 3,504 1,589 485
Tembakau
kasturi
0 7,795 115 7,910 4,286 550
Tembakau
jawa
0 1,526 56 1,582 1,016 666
Tembakau
W.Burley
0 443 69 502 344 794
3 Kelapa 3,193 8,925 758 12,876 11,828 1,325
Naskah 197
-kopi
arabika
228 493 14 735 237 481
-kopi
robusta
1,709 3,716 183 5,069 3,120 840
5 Jambu
mete
14 180 190 384 138 767
6 Kapok
randu
191 3,046 81 3,318 2,069 679
7 Cengkeh 58 57 31 146 21 374
8 Panili 16 34 2 52 51 1,500
9 Kakao 115 5 0 120 2 400
10 Lada 8 43 5 56 36 837
11 Cabe jamu 3 5 0 8 2 400
12 Pinang 29 91 8 128 63 697
13 Nilam 10 13 4 27 29 2,231
Jumlah 5,574 34,566 1,744 41,884 52,482 1,518
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2010)
Pembuatan soft candy ekstrak tembakau dapat meningkatkan nilai
ekonomis dari komoditi tembakau indonesia. Selain itu juga merupakan
inovasi pengembangan produk baru dari tembakau yang sebagian besar
tembakau hanya di manfaatkan sebagai pembuatan rokok. Perencanaan
pembuatan soft candy dari ekstrak tembakau sesuai untuk konsumen
(perokok) yang ingin mengurangi pola hidup merokok yang dapat
membahayakan lingkungan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa
produk ini akan di pasarkan kepada konsumen yang perokok aktif serta
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari Karya Tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Inovasi pemanfaatan tembakau menjadi soft candy sebagai pengganti
rokok dapat mengurangi dampak negatif yang di timbulkan oleh
asap rokok karena produk ini tidak menghasilkan asap.
2. Inovasi pemanfaatan tembakau menjadi soft candy sebagai pengganti
rokok dapat meningkatkan nilai ekonomis serta lebih aman bagi
perokok.
3.2 Saran
Saran untuk karya tulis ilmiah ini yaitu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait kandungan dan formulasi pada produk soft candy supaya
Naskah 197
10
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. Jakarta: CV
Yasaguna
Afriananda, R. 2012. Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Glukosa pada
Pembuatan Permen Karamel Susu Kambing Terhadap Sifat Kimia,
Mikrobiologi dan Organoleptik. (Skripsi). Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung. 43 HlAlikonis,
J. J. 1979. Candy Technology. The Avi Publishing Company Inc.
Wesport Connecticut.
Badan Pusat statistik. 2008. Statistik Indonesia dalam Angka. Jakarta : CV. Dua
Marga Jaya.
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Rencana Strategis Pembangunan
Perkebunan 2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian RI.
Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry. Third Edition. University of Wiscorsin
Madison. New York
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Perokok Aktif Pada Kelompok Penduduk Dewasa
di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Susanto, T., Saneto, B. 1994. Teknologi Pengolaha Hasil Pertanian. Surabaya :
PT Bina Ilmu.
WHO. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. The Manpower
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1. Kunjungan Lapang Gambar 2. Tembakau rajangan
Gambar 3. Margarin Gambar 4.Glukosa
Naskah 197
Gambar 7. Analisa pH Gambar 8. Pencampuran Bahan
Gambar 9. Penyaringan Gambar 10. Pemasakan Konveksi
Gambar 11. Pemasakan Gambar 12. Hasil Pencetakan
Gambar 13. Soft Candy Ekstrak
Tembakau
Gambar 14. Soft Candy Ekstrak