REVIEW MANAJEMEN
OBAT DI RS
Manajemen obat di rumah sakit merupakan salah satu unsur penting dalam fungsi
manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena ketidak efsienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun secara ekonomis.
Tujuan manajemen obat di rumah sakit
adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan
Manajemen obat merupakan
serangkaian kegiatan kompleks
yang merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya
terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan,
Dalam sistem manajemen obat, masing-masing fungsi utama
terbangun berdasarkan fungsi
sebelumnya dan menentukan fungsi selanjutnya.
Seleksi seharusnya didasarkan pada pengalaman aktual terhadap
kebutuhan untuk melakukan
pelayanan kesehatan dan obat yang digunakan, perencanaan dan
Siklus manajemen obat didukung oleh
faktor-faktor pendukung manajemen (management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau fnansial, sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SlM).
Setiap tahap siklus manjemen obat
yang baik harus didukung oleh
keempat faktor tersebut sehingga
Siklus pengelolaan obat tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pada dasarnya, manajemen obat di rumah
sakit adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efsien agar obat yang diperlukan oleh dokter
selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang
Manajemen obat di rumah sakit
dilakukan oleh lnstalasi Farmasi Rumah Sakit.
Berkaitan dengan pengelolaan obat
di rumah sakit, Departemen Kesehatan Rl melalui SK No.
85/Menkes/Per/1989, menetapkan bahwa untuk membantu
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi,
sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga
kesehatan lainnya.
Formularium dapat diartikan sebagai daftar produk obat yang digunakan untuk tata
laksana suatu perawatan kesehatan
Formularium merupakan referensi
yang berisi informasi yang selektif dan relevan untuk dokter penulis resep, penyedia/peracik obat dan petugas kesehatan lainnya.
Pedoman pengobatan mutu standar
pelayanan medis yang merupakan
standar pelayanan rumah sakit yang telah dibakukan bertujuan
mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal, melalui prosedur
Pengelolaan obat berhubungan erat
dengan anggaran dan belanja rumah sakit.
Mengenai biaya obat, menurut
Andayaningsih, biaya obat sebesar 40% dari total biaya kesehatan.
Menurut Depkes Rl secara nasional
biaya obat sebesar 40%-50% dari jumlah operasional pelayanan
Mengingat begitu pentingnya dana
dan kedudukan obat bagi rumah sakit, maka pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efsien
sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pasien
dan rumah sakit.
Pengelolaan tersebut meliputi seleksi
dan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan
1. Seleksi dan perencanaan
Tersedianya berbagai macam obat di pasaran, membuat para dokter tidak
mungkin up to date dan membandingkan berbagai macam obat tersebut.
Produk obat yang sangat bervariasi juga menyebabkan tidak konsistennya pola
peresepan dalam suatu sarana pelayanan kesehatan.
Seleksi
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses
kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,
identifkasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif
apoteker dalam PFT untuk menetapkan
Kriteria seleksi obat menurut DOEN:
1. Menguntungkan dalam hal
kepatuhan dan penerimaan pasien
2. Memiliki rasio risiko manfaat yang
paling menguntungkan
3. Praktis dalam penyimpanan dan
pengangkutan
Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi
Dalam pengelolaan obat yang baik
perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan atas data yang diperoleh
dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu.
Tujuan dari perencanaan adalah untuk
mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan,
menghindari terjadinya stock out
Perencanaan merupakan tahap yang
penting dalam pengadaan obat di IFRS, apabila lemah dalam perencanaan
maka akan mengakibatkan kekacauan dalam suatu siklus manajemen secara keseluruhan, mulai dari pemborosan dalam penganggaran,
membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkannya
Badan Pengawas Obat dan Makanan
menyebutkan bahwa perencanaan kebutuhan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan
dalam pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan akan mempengaruhi pengadaan,
pendistribusian dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
Ada beberapa macam metode
1) Metode morbiditas epidemiologi
Yaitu berdasarkan pada penyakit yang
ada. Dasarnya adalah jumlah
kebutuhan obat yang digunakan
untuk beban kesakitan (morbidity
load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada di rumah sakit atau yang
paling sering muncul di masyarakat.
Metode ini paling banyak digunakan
di rumah sakit.
a) Menentukan beban penyakit
1.Tentukan beban penyakit periode yang
lalu, perkirakan penyakit yang akan dihadapi pada periode mendatang
2.Lakukan stratifkasi/pengelompokan
masing-masing jenis, misalnya anak
atau dewasa, penyakit ringan, sedang, atau berat, utama atau alternatif.
3.Tentukan prediksi jumlah kasus tiap
b) Menentukan pedoman
pengobatan
1. Tentukan pengobatan tiap-tiap
penyakit, meliputi nama obat,
bentuk sediaan, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan
2. Hitung jumlah kebutuhan tiap
obat per episode sakit untuk masing-masing kelompok
c) Menentukan obat dan jumlahnya
1. Hitung jumlah kebutuhan tiap obat
untuk tiap penyakit
2. Jumlahkan obat sejenis menurut nama
obat, dosis, bentuk sediaan, dan lain-lain.
Perencanaan dengan menggunakan
metode morbiditas ini lebih ideal, namun prasyarat lebih sulit dipenuhi.
Sementara kelemahannya yaitu seringkali
standar pengobatan belum tersedia atau
2) Metode konsumsi
Metode konsumsi adalah metode
perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada
periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada
penggunaan obat tahun sebelumnya.
Metode ini banyak digunakan di
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
Pastikan beberapa kondisi berikut:
1. Dapatkah diasumsikan pola pengobatan
periode yang lalu baik atau rasional?
2. Apakah suplai obat periode itu cukup dan
lancar?
3. Apakah data stok, distribusi dan penggunaan
obat lengkap dan akurat?
4. Apakah banyak terjadi kecelakaan (Obat
rusak, tumpah, kadaluwarsa) dan kehilangan obat?
5. Apakah jenis obat yang akan digunakan
b) Lakukan estimasi jumlah kunjungan total
untuk periode yang akan datang
1. Hitung kunjungan pasien rawat inap
maupun rawat jalan pada periode yang lalu
2. Lakukan estimasi periode yang akan datang dengan memperhatikan:
a.Perubahan populasi daerah cakupan pelayanan, perubahan cakupan
pelayanan
b.Pola morbiditas, kecenderungan perubahan insidensi
c) Perhitungan
1. Tentukan metode konsumsi
2. Hitung pemakaian tiap jenis obat dalam periode
lalu
3. Koreksi hasil pemakaian tiap jenis obat dalam
periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat
4. Koreksi langkah sebelumnya (koreksi hasil
pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat) terhadap stock out.
5. Lakukan penyesuaian terhadap kesepakatan
langkah 1dan 2
6. Hitung periode yang akan datang untuk tiap jenis
Perencanaan obat dengan metode
konsumsi akan memakan waktu lebih banyak tetapi lebih mudah
dilakukan, namun aspek medik penggunaan obat kurang dapat dipantau.
Kelemahannya yaitu kebiasaan
pengobatan yang tidak rasional seolah-olah ditolerir.
Dalam Undang-undang Republik lndonesia No
23 tahun 1992 tentang Kesehatan kaitannya dengan perencanaan obat, Bab V bagian ke-11 pasal 40 menyebutkan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan obat harus
memenuhi syarat Farmakope lndonesia dan atau buku standar lain.
Pedoman perencanaan obat untuk rumah sakit
Perencanaan yang telah dibuat harus dilakukan koreksi
dengan menggunakan metode analisis nilai ABC untuk koreksi terhadap aspek ekonomis, karena suatu jenis obat dapat memakan anggaran besar disebabkan pemakaiannya banyak atau harganya mahal.
Dengan analisis nilai ABC ini, dapat diidentifkasi
jenis-jenis obat yang dimulai dari golongan obat yang membutuhkan biaya terbanyak.
Pada dasarnya obat dibagi dalam tiga golongan yaitu
golongan A jika obat tersebut mempunyai nilai kurang lebih 80 % sedangkan jumlah obat tidak lebih dari 20 %, golongan B jika obat tersebut mempunyai nilai
Analisa juga dapat dilakukan dengan metode VEN
(Vital, Esensial dan Non Esensial) untuk koreksi
terhadap aspek terapi, yaitu dengan menggolongkan obat ke dalam tiga kategori, Kategori V atau vital
yaitu obat yang harus ada yang diperlukan untuk
menyelamatkan kehidupan, kategori E atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit atau mengurangi pasienan, kategori N atau non essensial yaitu meliputi berbagai macam obat yang digunakan untuk penyakit yang
dapat sembuh sendiri, obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.
Analisa kombinasi metode ABC dan VEN yaitu
Pengadaan
Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui:
a.Pembelian:
1.Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang
Farmasi)
2.Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang
besar farmasi/rekanan
b.Produksi/pembuatan sediaan farmasi: 1.Produksi Steril
2.Produksi Non Steril
c. Sumbangan/droping hibah pembelian secara
Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat
yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan
waktu dan tenaga yang berlebihan.
Pengadaan memegang peranan yang
penting, karena dengan pengadaan rumah sakit akan mendapatkan obat dengan harga, mutu dan jumlah, yang sesuai dengan
kebutuhan. Rumah sakit tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien jika persediaan obat tidak ada, hal ini dapat berakibat fatal bagi pasien dan akan mengurangi
Keputusan Presiden no. 80 tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah berlaku untuk pengadaan obat di rumah sakit milik pemerintah, pengadaan obat ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Dalam Keppres ini, pelaksanaan
a) Penyedia barang jasa, yaitu dengan
menggunakan badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.
b) Pengadaan barang/jasa swakelola,
yaitu direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh institusi
pemerintah penanggungjawab
anggaran atau institusi pemerintah
a) Swakelola dapat dilaksanakan
oleh pengguna barang/jasa, instansi pemerintah lain,
kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Untuk menentukan sistem pengadaan perlu
Prinsip pengadaan barang jasa yaitu:
a) Efsien, berarti pengadaan barang/jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan
b) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai
dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan
c) Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan
barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan
d) Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi
mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya
e) Adil tidak diskriminati berarti memberikan perlakuan
yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun
f) Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fsik,
Metoda Pemilihan Penyedia
Barang/ Jasa:
a. Pelelangan umum
Adalah metoda pemilihan penyedia barang/
jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media
massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umurn sehingga
masyarakat luas dunia usaha yang
berminat dan memenuhi kualifkasi dapat mengikutinya. Semua pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya
b. Pemilihan langsung
Yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan dengan membandingkan
sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya penawaran dari penyedia
barang/jasa yang telah lulus prakualifkasi serta dilakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya serta harus diumumkan
minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila
memungkinkan melalui intemet, pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk
b. Pelelangan terbatas
Dalam hal jumlah penyedia barang/iasa
yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yaang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan
diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia
barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada
d. Penunjukan langsung
Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kiteria sebagai berikut: 1). Keadaan tertentu, yaitu:
a)Penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan
keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam; dan/atau
b)Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan
keamanan negara yang ditetapkan oleh presiden; dan atau
c)Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp
50.000.000,00 dengan ketentuan :
1)Untuk keperluan sendiri; dan/atau 2)Teknologi sederhana; dari atau 3)Resiko kecil; dan atau
4)Dilaksanakan oleh penyedia barang/ jasa usaha orang perseorangan
2. Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu :
a) Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang
ditetapkan pemerintah; atau
b) Pekerjaan/barang spesifk yang hanya dapat
dilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau
c) Merupakan hasil produksi usaha kecil atau
koperasi kecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau
d) Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia
Proses pengadaan obat memiliki beberapa
proses yang baku, dan merupakan siklus yang berjalan terus menerus sesuai
dengan kegiatan rumah sakit.
Langkah proses pengadaan dimulai
dengan mereview daftar obat-obatan
yang diadakan, menentukan jumlah item yang akan dibeli, menyesuaikan dengan situasi keuangan, memilih metode
pengadaan; memilih rekanan, membuat syarat kontrak kerja, memonitor
pengiriman barang dan memeriksa,
Agar proses pengadaan berjalan
lancar dan dengan manjemen yang baik memerlukan struktur komponen berupa personel yang terlatih dan menguasai
permasalahan pengadaan,
Tiga elemen penting pada proses
pengadaan yaitu:
a.Metode pengadaan yang dipilih, bila
tidak teliti dapat menjadikan biaya tinggi.
b.Penyusunan dan persyaratan kontrak
kerja sangat penting untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu, waktu dan kelancaran bagi semua pihak.
c. Order pemesanan, agar barang sesuai
macam, waktu dan tempat.
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan :
a.Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya b.Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
c. Mudah tidaknya meledak/terbakar
d.Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan
sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas
obat, mengoptimalkan manajemen persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, melindungi permintaan yang naik turun, melindungi pelayanan dari pengiriman yang
terlambat, menambah keuntungan bila pembelian banyak, menghemat biaya pemesanan, dan
Kegiatan dari penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Menerima obat/barang dan
dokumen-dokumen pendukungnya antara lain surat pesanan/surat kontrak, surat kiriman,
faktur obat/barang.
b) Memeriksa obat/barang dengan
dokumen-dokumen yang bersangkutan baik dari segi jumlah, mutu, expire date, merk, harga,
c) Menciptakan suatu sistem penataan yang
Ada beberapa macam sistem penataan obat,
antara lain yang pertama sistem First In First out
(FlFO) yaitu obat yang datang kemudian
diletakkan dibelakang obat yang terdahulu, yang kedua Last in First out (LIFO) yaitu obat yang
datang kemudian diletakkan didepan obat yang datang dahulu, yang ketiga First Expired First out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih dahulu diletakkan didepan obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa kemudian.
Ada beberapa cara penempatan obat yang
dapat dilakukan yaitu menurut jenisnya, menurut abjad, menurut pabrik yang
4. Distribusi
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
a.Efsiensi dan efektiftas sumber daya yang ada b.Metode sentralisasi atau desentralisasi
c.Sistem foor stock, resep individu, dispensing dosis
unit atau kombinasi
Sistem distribusi obat di rumah sakit terbagi
a.Pendistribusian obat untuk
pasien rawat inap
Merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang
diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan
sistem persediaan lengkap di
ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem
b.Pendistribusian obat untuk
pasien rawat jalan
Merupakan kegiatan
pendistribusian obat untuk
memenuhi kebutuhan pasien
rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau
c. Pendistribusian obat di luar
jam kerja
Merupakan kegiatan
pendistribusian obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam keria yang diselenggarakan oleh:
a. Apotek rumah sakit/satelit
farmasi yang dibuka 24 iam
b. Ruang rawat yang menyediakan
Sistem pelayanan distribusi terdiri dari:
a.Sistem persediaan lengkap di ruangan
1)Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di
ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan.
2)Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab
obat.
3)Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan
dapat dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi.
b.Sistem resep perorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui lnstalasi Farmasi.
c. Sistem unit dosis
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang
disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang
5. Penggunaan
Penggunaan obat adalah proses yang
meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Seorang dokter diharapkan
rnembuat peresepan yang rasional, dengan indikasi yang tepat, dosis yang tepat,
memperhatikan efek samping dan kontra indikasinya serta mempertimbangkan
harga dan kewaiarannya.
Obat yang ditulis dokter pada resep
Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh pasien.
Manfaat penggunaan obat yang rasional adalah meningkatkan mutu pelayanan,
mencegah pemborosan sumber dana, dan meningkatkan akses terhadap obat
Sebaliknya penggunaan obat dikatakan
tidak rasional yaitu jika:
a.Pemakaian obat dimana sebenarnya
indikasi pemakaiannya secara medik tidak ada atau samar-samar
b.Pemilihan obat yang keliru untuk indikasi
penyakit tertentu
c.Cara pemakaian obat, dosis, frekuensi dan
lama pemberian tidak sesuai
d.Pemakaian obat dengan potensi toksisitas
atau efek samping lebih besar padahal obat lain yang sama kemanfaatan
e. Pemakaian obat-obat mahal padahal alternatif
yang lebih murah dengan kemanfaatan dan keamanan yang sama tersedia
f. Tidak memberikan pengobatan yang sudah
diketahui dan diterima kemanfaatan dan
keamanannya (established efcacy and safety)
g. Memberikan pengobatan dengan obat-obat
yang kemanfaatannya dan keamanannya masih diragukan
h. Pemakaian obat yang semata-mata didasarkan
pada pengalaman individual tanpa mengacu pada sumber informasi ilmiah yang layak, atau hanya didasari pada sumber informasi yang
Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya pemakaian obat yang tidak rasional antara lain:
a) Pembuat resep
b) Pasien/masyarakat
c) Sistem perencanaan dan pengelolaan
obat
d) Kebijaksanaan obat dan pelayanan
kesehatan
e) lnformasi dan iklan obat, persaingan
Dampak peresepan yang tidak
rasional dapat menimbulkan dampak yang negatif yaitu
diantaranya dampak terhadap
mutu pengobatan dan pelayanan baik secara langsung maupun
tidak langsung, dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan yang akan sangat dirasakan oleh
pasien, dampak terhadap