• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW MANAJEMEN OBAT DI RS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW MANAJEMEN OBAT DI RS"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW MANAJEMEN

OBAT DI RS

(2)

 Manajemen obat di rumah sakit merupakan salah satu unsur penting dalam fungsi

manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena ketidak efsienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun secara ekonomis.

 Tujuan manajemen obat di rumah sakit

adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan

(3)

 Manajemen obat merupakan

serangkaian kegiatan kompleks

yang merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya

terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan,

(4)

 Dalam sistem manajemen obat, masing-masing fungsi utama

terbangun berdasarkan fungsi

sebelumnya dan menentukan fungsi selanjutnya.

 Seleksi seharusnya didasarkan pada pengalaman aktual terhadap

kebutuhan untuk melakukan

pelayanan kesehatan dan obat yang digunakan, perencanaan dan

(5)

 Siklus manajemen obat didukung oleh

faktor-faktor pendukung manajemen (management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau fnansial, sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SlM).

 Setiap tahap siklus manjemen obat

yang baik harus didukung oleh

keempat faktor tersebut sehingga

(6)

 Siklus pengelolaan obat tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

 Pada dasarnya, manajemen obat di rumah

sakit adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efsien agar obat yang diperlukan oleh dokter

selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang

(7)

 Manajemen obat di rumah sakit

dilakukan oleh lnstalasi Farmasi Rumah Sakit.

 Berkaitan dengan pengelolaan obat

di rumah sakit, Departemen Kesehatan Rl melalui SK No.

85/Menkes/Per/1989, menetapkan bahwa untuk membantu

(8)

 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi,

sehingga anggotanya terdiri dari dokter

yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga

kesehatan lainnya.

 Formularium dapat diartikan sebagai daftar produk obat yang digunakan untuk tata

laksana suatu perawatan kesehatan

(9)

 Formularium merupakan referensi

yang berisi informasi yang selektif dan relevan untuk dokter penulis resep, penyedia/peracik obat dan petugas kesehatan lainnya.

 Pedoman pengobatan mutu standar

pelayanan medis yang merupakan

standar pelayanan rumah sakit yang telah dibakukan bertujuan

mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal, melalui prosedur

(10)

 Pengelolaan obat berhubungan erat

dengan anggaran dan belanja rumah sakit.

 Mengenai biaya obat, menurut

Andayaningsih, biaya obat sebesar 40% dari total biaya kesehatan.

 Menurut Depkes Rl secara nasional

biaya obat sebesar 40%-50% dari jumlah operasional pelayanan

(11)

 Mengingat begitu pentingnya dana

dan kedudukan obat bagi rumah sakit, maka pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efsien

sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pasien

dan rumah sakit.

 Pengelolaan tersebut meliputi seleksi

dan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan

(12)

1. Seleksi dan perencanaan

 Tersedianya berbagai macam obat di pasaran, membuat para dokter tidak

mungkin up to date dan membandingkan berbagai macam obat tersebut.

 Produk obat yang sangat bervariasi juga menyebabkan tidak konsistennya pola

peresepan dalam suatu sarana pelayanan kesehatan.

(13)

Seleksi

 Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses

kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,

identifkasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan

memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

 Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif

apoteker dalam PFT untuk menetapkan

(14)

 Kriteria seleksi obat menurut DOEN:

1. Menguntungkan dalam hal

kepatuhan dan penerimaan pasien

2. Memiliki rasio risiko manfaat yang

paling menguntungkan

3. Praktis dalam penyimpanan dan

pengangkutan

(15)

Perencanaan

 Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi

(16)

 Dalam pengelolaan obat yang baik

perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan atas data yang diperoleh

dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu.

 Tujuan dari perencanaan adalah untuk

mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan,

menghindari terjadinya stock out

(17)

 Perencanaan merupakan tahap yang

penting dalam pengadaan obat di IFRS, apabila lemah dalam perencanaan

maka akan mengakibatkan kekacauan dalam suatu siklus manajemen secara keseluruhan, mulai dari pemborosan dalam penganggaran,

membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkannya

(18)

 Badan Pengawas Obat dan Makanan

menyebutkan bahwa perencanaan kebutuhan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan

dalam pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan akan mempengaruhi pengadaan,

pendistribusian dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.

 Ada beberapa macam metode

(19)

1) Metode morbiditas epidemiologi

 Yaitu berdasarkan pada penyakit yang

ada. Dasarnya adalah jumlah

kebutuhan obat yang digunakan

untuk beban kesakitan (morbidity

load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada di rumah sakit atau yang

paling sering muncul di masyarakat.

 Metode ini paling banyak digunakan

di rumah sakit.

(20)

 a) Menentukan beban penyakit

1.Tentukan beban penyakit periode yang

lalu, perkirakan penyakit yang akan dihadapi pada periode mendatang

2.Lakukan stratifkasi/pengelompokan

masing-masing jenis, misalnya anak

atau dewasa, penyakit ringan, sedang, atau berat, utama atau alternatif.

3.Tentukan prediksi jumlah kasus tiap

(21)

 b) Menentukan pedoman

pengobatan

1. Tentukan pengobatan tiap-tiap

penyakit, meliputi nama obat,

bentuk sediaan, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan

2. Hitung jumlah kebutuhan tiap

obat per episode sakit untuk masing-masing kelompok

(22)

 c) Menentukan obat dan jumlahnya

1. Hitung jumlah kebutuhan tiap obat

untuk tiap penyakit

2. Jumlahkan obat sejenis menurut nama

obat, dosis, bentuk sediaan, dan lain-lain.

 Perencanaan dengan menggunakan

metode morbiditas ini lebih ideal, namun prasyarat lebih sulit dipenuhi.

 Sementara kelemahannya yaitu seringkali

standar pengobatan belum tersedia atau

(23)

2) Metode konsumsi

 Metode konsumsi adalah metode

perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada

periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada

penggunaan obat tahun sebelumnya.

 Metode ini banyak digunakan di

(24)

 Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

Pastikan beberapa kondisi berikut:

1. Dapatkah diasumsikan pola pengobatan

periode yang lalu baik atau rasional?

2. Apakah suplai obat periode itu cukup dan

lancar?

3. Apakah data stok, distribusi dan penggunaan

obat lengkap dan akurat?

4. Apakah banyak terjadi kecelakaan (Obat

rusak, tumpah, kadaluwarsa) dan kehilangan obat?

5. Apakah jenis obat yang akan digunakan

(25)

 b) Lakukan estimasi jumlah kunjungan total

untuk periode yang akan datang

1. Hitung kunjungan pasien rawat inap

maupun rawat jalan pada periode yang lalu

2. Lakukan estimasi periode yang akan datang dengan memperhatikan:

a.Perubahan populasi daerah cakupan pelayanan, perubahan cakupan

pelayanan

b.Pola morbiditas, kecenderungan perubahan insidensi

(26)

 c) Perhitungan

1. Tentukan metode konsumsi

2. Hitung pemakaian tiap jenis obat dalam periode

lalu

3. Koreksi hasil pemakaian tiap jenis obat dalam

periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat

4. Koreksi langkah sebelumnya (koreksi hasil

pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat) terhadap stock out.

5. Lakukan penyesuaian terhadap kesepakatan

langkah 1dan 2

6. Hitung periode yang akan datang untuk tiap jenis

(27)

 Perencanaan obat dengan metode

konsumsi akan memakan waktu lebih banyak tetapi lebih mudah

dilakukan, namun aspek medik penggunaan obat kurang dapat dipantau.

 Kelemahannya yaitu kebiasaan

pengobatan yang tidak rasional seolah-olah ditolerir.

(28)

 Dalam Undang-undang Republik lndonesia No

23 tahun 1992 tentang Kesehatan kaitannya dengan perencanaan obat, Bab V bagian ke-11 pasal 40 menyebutkan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan obat harus

memenuhi syarat Farmakope lndonesia dan atau buku standar lain.

 Pedoman perencanaan obat untuk rumah sakit

(29)

 Perencanaan yang telah dibuat harus dilakukan koreksi

dengan menggunakan metode analisis nilai ABC untuk koreksi terhadap aspek ekonomis, karena suatu jenis obat dapat memakan anggaran besar disebabkan pemakaiannya banyak atau harganya mahal.

 Dengan analisis nilai ABC ini, dapat diidentifkasi

jenis-jenis obat yang dimulai dari golongan obat yang membutuhkan biaya terbanyak.

 Pada dasarnya obat dibagi dalam tiga golongan yaitu

golongan A jika obat tersebut mempunyai nilai kurang lebih 80 % sedangkan jumlah obat tidak lebih dari 20 %, golongan B jika obat tersebut mempunyai nilai

(30)

 Analisa juga dapat dilakukan dengan metode VEN

(Vital, Esensial dan Non Esensial) untuk koreksi

terhadap aspek terapi, yaitu dengan menggolongkan obat ke dalam tiga kategori, Kategori V atau vital

yaitu obat yang harus ada yang diperlukan untuk

menyelamatkan kehidupan, kategori E atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif untuk

menyembuhkan penyakit atau mengurangi pasienan, kategori N atau non essensial yaitu meliputi berbagai macam obat yang digunakan untuk penyakit yang

dapat sembuh sendiri, obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.

 Analisa kombinasi metode ABC dan VEN yaitu

(31)

Pengadaan

 Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk

merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui:

a.Pembelian:

1.Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang

Farmasi)

2.Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang

besar farmasi/rekanan

b.Produksi/pembuatan sediaan farmasi: 1.Produksi Steril

2.Produksi Non Steril

c. Sumbangan/droping hibah pembelian secara

(32)

 Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat

yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan

waktu dan tenaga yang berlebihan.

 Pengadaan memegang peranan yang

penting, karena dengan pengadaan rumah sakit akan mendapatkan obat dengan harga, mutu dan jumlah, yang sesuai dengan

kebutuhan. Rumah sakit tidak dapat

memenuhi kebutuhan pasien jika persediaan obat tidak ada, hal ini dapat berakibat fatal bagi pasien dan akan mengurangi

(33)

 Keputusan Presiden no. 80 tahun 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah berlaku untuk pengadaan obat di rumah sakit milik pemerintah, pengadaan obat ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

 Dalam Keppres ini, pelaksanaan

(34)

a) Penyedia barang jasa, yaitu dengan

menggunakan badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.

b) Pengadaan barang/jasa swakelola,

yaitu direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh institusi

pemerintah penanggungjawab

anggaran atau institusi pemerintah

(35)

a) Swakelola dapat dilaksanakan

oleh pengguna barang/jasa, instansi pemerintah lain,

kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Untuk menentukan sistem pengadaan perlu

(36)

Prinsip pengadaan barang jasa yaitu:

a) Efsien, berarti pengadaan barang/jasa harus

diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan

b) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai

dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan

c) Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan

barang/jasa harus terbuka bagi penyedia

barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan

(37)

d) Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi

mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya

e) Adil tidak diskriminati berarti memberikan perlakuan

yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun

f) Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fsik,

(38)

Metoda Pemilihan Penyedia

Barang/ Jasa:

a. Pelelangan umum

 Adalah metoda pemilihan penyedia barang/

jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media

massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umurn sehingga

masyarakat luas dunia usaha yang

berminat dan memenuhi kualifkasi dapat mengikutinya. Semua pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya

(39)

b. Pemilihan langsung

 Yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan dengan membandingkan

sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya penawaran dari penyedia

barang/jasa yang telah lulus prakualifkasi serta dilakukan negosiasi baik teknis

maupun biaya serta harus diumumkan

minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila

memungkinkan melalui intemet, pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk

(40)

b. Pelelangan terbatas

 Dalam hal jumlah penyedia barang/iasa

yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yaang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan

diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia

barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada

(41)

d. Penunjukan langsung

 Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kiteria sebagai berikut:  1). Keadaan tertentu, yaitu:

a)Penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan

keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam; dan/atau

b)Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan

keamanan negara yang ditetapkan oleh presiden; dan atau

c)Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp

50.000.000,00 dengan ketentuan :

1)Untuk keperluan sendiri; dan/atau 2)Teknologi sederhana; dari atau 3)Resiko kecil; dan atau

4)Dilaksanakan oleh penyedia barang/ jasa usaha orang perseorangan

(42)

 2. Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu :

a) Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang

ditetapkan pemerintah; atau

b) Pekerjaan/barang spesifk yang hanya dapat

dilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau

c) Merupakan hasil produksi usaha kecil atau

koperasi kecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

d) Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat

dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia

(43)

 Proses pengadaan obat memiliki beberapa

proses yang baku, dan merupakan siklus yang berjalan terus menerus sesuai

dengan kegiatan rumah sakit.

 Langkah proses pengadaan dimulai

dengan mereview daftar obat-obatan

yang diadakan, menentukan jumlah item yang akan dibeli, menyesuaikan dengan situasi keuangan, memilih metode

pengadaan; memilih rekanan, membuat syarat kontrak kerja, memonitor

pengiriman barang dan memeriksa,

(44)

 Agar proses pengadaan berjalan

lancar dan dengan manjemen yang baik memerlukan struktur komponen berupa personel yang terlatih dan menguasai

permasalahan pengadaan,

(45)

 Tiga elemen penting pada proses

pengadaan yaitu:

a.Metode pengadaan yang dipilih, bila

tidak teliti dapat menjadikan biaya tinggi.

b.Penyusunan dan persyaratan kontrak

kerja sangat penting untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu, waktu dan kelancaran bagi semua pihak.

c. Order pemesanan, agar barang sesuai

macam, waktu dan tempat.

(46)

 Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan :

a.Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya b.Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya

c. Mudah tidaknya meledak/terbakar

d.Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan

sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.  Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas

obat, mengoptimalkan manajemen persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, melindungi permintaan yang naik turun, melindungi pelayanan dari pengiriman yang

terlambat, menambah keuntungan bila pembelian banyak, menghemat biaya pemesanan, dan

(47)

 Kegiatan dari penyimpanan, penyaluran dan

pemeliharaan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Menerima obat/barang dan

dokumen-dokumen pendukungnya antara lain surat pesanan/surat kontrak, surat kiriman,

faktur obat/barang.

b) Memeriksa obat/barang dengan

dokumen-dokumen yang bersangkutan baik dari segi jumlah, mutu, expire date, merk, harga,

c) Menciptakan suatu sistem penataan yang

(48)

 Ada beberapa macam sistem penataan obat,

antara lain yang pertama sistem First In First out

(FlFO) yaitu obat yang datang kemudian

diletakkan dibelakang obat yang terdahulu, yang kedua Last in First out (LIFO) yaitu obat yang

datang kemudian diletakkan didepan obat yang datang dahulu, yang ketiga First Expired First out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih dahulu diletakkan didepan obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa kemudian.

 Ada beberapa cara penempatan obat yang

dapat dilakukan yaitu menurut jenisnya, menurut abjad, menurut pabrik yang

(49)

4. Distribusi

 Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. sistem distribusi dirancang atas dasar

kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:

a.Efsiensi dan efektiftas sumber daya yang ada b.Metode sentralisasi atau desentralisasi

c.Sistem foor stock, resep individu, dispensing dosis

unit atau kombinasi

 Sistem distribusi obat di rumah sakit terbagi

(50)

a.Pendistribusian obat untuk

pasien rawat inap

 Merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang

diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan

sistem persediaan lengkap di

ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem

(51)

b.Pendistribusian obat untuk

pasien rawat jalan

 Merupakan kegiatan

pendistribusian obat untuk

memenuhi kebutuhan pasien

rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara

sentralisasi dan atau

(52)

c. Pendistribusian obat di luar

jam kerja

 Merupakan kegiatan

pendistribusian obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam keria yang diselenggarakan oleh:

a. Apotek rumah sakit/satelit

farmasi yang dibuka 24 iam

b. Ruang rawat yang menyediakan

(53)

 Sistem pelayanan distribusi terdiri dari:

a.Sistem persediaan lengkap di ruangan

1)Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di

ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan.

2)Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab

obat.

3)Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan

dapat dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi.

b.Sistem resep perorangan

Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui lnstalasi Farmasi.

 c. Sistem unit dosis

 Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang

disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang

(54)

5. Penggunaan

 Penggunaan obat adalah proses yang

meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Seorang dokter diharapkan

rnembuat peresepan yang rasional, dengan indikasi yang tepat, dosis yang tepat,

memperhatikan efek samping dan kontra indikasinya serta mempertimbangkan

harga dan kewaiarannya.

 Obat yang ditulis dokter pada resep

(55)

 Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh pasien.

 Manfaat penggunaan obat yang rasional adalah meningkatkan mutu pelayanan,

mencegah pemborosan sumber dana, dan meningkatkan akses terhadap obat

(56)

 Sebaliknya penggunaan obat dikatakan

tidak rasional yaitu jika:

a.Pemakaian obat dimana sebenarnya

indikasi pemakaiannya secara medik tidak ada atau samar-samar

b.Pemilihan obat yang keliru untuk indikasi

penyakit tertentu

c.Cara pemakaian obat, dosis, frekuensi dan

lama pemberian tidak sesuai

d.Pemakaian obat dengan potensi toksisitas

atau efek samping lebih besar padahal obat lain yang sama kemanfaatan

(57)

e. Pemakaian obat-obat mahal padahal alternatif

yang lebih murah dengan kemanfaatan dan keamanan yang sama tersedia

f. Tidak memberikan pengobatan yang sudah

diketahui dan diterima kemanfaatan dan

keamanannya (established efcacy and safety)

g. Memberikan pengobatan dengan obat-obat

yang kemanfaatannya dan keamanannya masih diragukan

h. Pemakaian obat yang semata-mata didasarkan

pada pengalaman individual tanpa mengacu pada sumber informasi ilmiah yang layak, atau hanya didasari pada sumber informasi yang

(58)

 Beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya pemakaian obat yang tidak rasional antara lain:

a) Pembuat resep

b) Pasien/masyarakat

c) Sistem perencanaan dan pengelolaan

obat

d) Kebijaksanaan obat dan pelayanan

kesehatan

e) lnformasi dan iklan obat, persaingan

(59)

 Dampak peresepan yang tidak

rasional dapat menimbulkan dampak yang negatif yaitu

diantaranya dampak terhadap

mutu pengobatan dan pelayanan baik secara langsung maupun

tidak langsung, dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan yang akan sangat dirasakan oleh

pasien, dampak terhadap

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini dapat diuji dengan berbagai cara dengan menggunakan content analysis atas laporan keuangan perusahaan (Guthrieet al., 2006), laporan keuangan merupakan cara yang

Namun terdapat beberapa teknik budi daya padi yang dapat menekan emisi CH 4 diantaranya; (i) penggunaan varietas padi yang berumur genjah berpeluang menekan laju produksi dan emisi

Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) telah difabrikasi dengan menggunakan serbuk Titanium Dioksida (TiO 2 ) yang dilapisi ke kaca Indium Tin Oxide dan diberi variasi temperatur 350 o C,

Selanjutnya akan muncul form daftar piutang, klik tombol baru untuk menambahkan data saldo awal hutang usaha kepada pemasok.. Selanjutnya klik rekam untuk

Hasil Penelitian Metode Agar Disk-Diffusion Dengan Ekstrak Aquades Daun Pepaya Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer, dengan data pertumbuhan

Dari anamnesa yaitu lemah anggota gerak kiri sejak 2 minggu yang lalu, yang terjadi berangsur-angsur yang sebelumnya os bisa menyeret tungkai kiri, namun sejak 4

Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami