PENGELOLAAN USAHA
PENGELOLAAN USAHA
PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN
DI DAERAH
DI DAERAH
Oleh :
Oleh :
D
TERSEBAR TIDAK MERATA TERSEBAR TIDAK MERATA
TAK TERBAHARUKAN (UNRENEWABLE) TAK TERBAHARUKAN (UNRENEWABLE)
SANGAT MENYENTUH LINGKUNGAN SANGAT MENYENTUH LINGKUNGAN
DIKELOLA SEBIJAK-BIJAKNYA
DIKELOLA SEBIJAK-BIJAKNYA
KESATUAN SISTEM
KESATUAN SISTEM
GEOLOGIS
GEOLOGIS
EKOSISTEM
EKOSISTEM
PENGELOLAAN
DASAR HUKUM
UUD 1945
[Pasal 33, “Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.
UU No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Pengganti UU No. 11 tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan)
UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah
(Urusan bersama Pusat, Provinsi, Kab./Kota)
UU No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang
DASAR HUKUM
PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
[Pasal 2 ayat 4, Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan meliputi: termasuk didalamnya energi dan sumber daya mineral, dimana urusan pemerintah adalah penetapan kriteria kawasan pertambangan dan wilayah kerja usaha pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi setelah mendapat pertimbangan dan/atau rekomendasi provinsi dan kabupaten/kota]
PP No. 75 tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas PP No.
32 thn 1969 ttg pelaksanaan UU No. 11 thn 1967 ttg
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
[Pasal 64(1&2), Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyelenggaraan pertambangan umum yang dilakukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi]
• PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
I. Pengelolaan Sumberdaya Mineral
• Mineral right berada ditangan Negara sesuai
UUD 45 Pasal 33;
• Pemerintah melakukan Pengaturan,
Inventarisasi potensi sumberdaya mineral,
untuk dapat dilakukan penambangan dan
selanjutnya menjadi kekuatan ekonomi riil
• Pusat diatur dengan UU No. 4 Tahun 2009 dan
PP
UNDANG-UNDANG NOMOR 4
TAHUN 2009
Pengganti dari :
Falsafah diterbitkannya UU No. 4/2009 adalah
adanya perubahan paradigma terhadap
pengelolaan sumber daya alam
1. Pertambangan Mineral
Meliputi :
a. Pertambangan Mineral Radioaktif
b. Pertambangan Mineral Logam
c. Pertambangan Mineral Bukan Logam
d. Pertambangan Batuan
2. Pertambangan Batubara
PENGELOMPOKKAN USAHA PERTAMBANGAN
1. Wilayah Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara
Indonesia
adalah seluruh wilayah daratan, perairan,
dan landas kontinen Indonesia.
2. Wilayah Pertambangan
sebagai bagian dari tata
ruang nasional merupakan landasan bagi penetapan
kegiatan pertambangan.
3. Wilayah Usaha Pertambangan
yang selanjutnya
disebut WUP adalah wilayah prospek pertambangan
yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam tata ruang
berdasarkan ketersediaan data, potensi atau
informasi geologi.
4. Wilayah Pencadangan Negara
yang selanjutnya
disebut WPN adalah sebagian Wilayah Hukum
Pertambangan Indonesia yang dicadangkan untuk
kepentingan strategis nasional setelah melalui
proses Penyelidikan Umum dan/ atau Eksplorasi.
9
BUTIR-BUTIR PENTING DALAM UU MINERBA
Penyederhanaan sistem perizinan: IUP eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Selain itu juga ada Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan IUP Khusus (IUPK)
Penetapan IUP mineral logam & batubara melalui lelang. IUPK diberikan oleh menteri di ex WPN (WUPK)
Klarifikasi wewenang dan ruang lingkup Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Pengolahan dan pemurnian mineral logam harus dilakukan di Indonesia Penambangan, pengolahan dan pemurnian oleh pemegang IUP/IUPK Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Demi kepentingan nasional, Pemerintah menetapkan domestic market
obligation(DMO) untuk mineral dan batubara.
Pemegang IUPK wajib untuk membagikan keuntungan bersih setelah produksi: 4% kepada Pemerintah 6% kepada Pemda.
PERALIHAN
(1)Pada saat UU No. 4/2009 diberlakukan (antara lain) :
1.
KK dan PKP2B tetap diberlakukan sampai jangka waktu
berakhirnya perjanjian (dan KP).
1.
Penyesuaian dalam pasal KK dan PKP2B (kecuali
mengenai penerimaan negara).
•
Permohonan KK dan PKP2B yang telah diajukan kepada
Menteri dan telah mendapatkan persetujuan prinsip dan
SIPP tetap dapat diproses.
1.
Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari UU Nomo 11 Tahun 1967
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
PERALIHAN
(2)Pada saat PP diberlakukan :
1. KP/SIPD/SIPR yang telah ada sebelum berlakunya PP tetap
diberlakukan s.d masa berlakunya berakhir dan berubah menjadi IUP/IPR (perubahan paling lambat 1 tahun).
2. KP/SIPD milik BUMN/BUMD yang telah ada sebelum berlakunya PP tetap diberlakukan sampai masa berlaku berakhir, termasuk luas perpanjangan dan peningkatan.
3. Pemegang KP yang telah melakukan tahap eksplorasi/Eksploitasi paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya PP) menyampaikan rencana kerja.
4. KP yang telah produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian paling lambat 5 thn sejak diberlakukannya UU No 4/2009.
5. Permohonan KP/SIPD/SIPR yang telah diterima sebelum
FASILITASI
(1)Surat Edaran No. 03.E/31/DJB/2009 antara lain berisikan :
1. KP eksisting diberlakukan hingga izin berakhir.
2. Menghentikan sementara penerbitan IUP baru hingga tersusunnya PP. 3. Proses peningkatan dan perpanjangan KP berkoordinasi dengan
DJMBP.
4. Menyampaikan permohonan KP (telah mendapat persetujuan pencadangan).
5. Pemegang KP mengajukan rencana kerja untuk seluruh wilayah. 6. KP yang diterbitkan setelah 12 Januari 2009 dibatalkan.
FASILITASI
(2)1. Surat Dirje MBP No. 1053/30/DJB/2009 antara lain berisikan :
2. KP eksisting diberlakukan hingga izin berakhir.
3. Menghentikan sementara penerbitan IUP baru hingga tersusunnya PP. 4. Proses peningkatan dan perpanjangan KP berkoordinasi dengan
DJMBP dan menggunakan format IUP
5. Permohonan KP sebelum 12 Januari 2009 (telah pencadangan wilayah) diproses tanpa lelang dan menggunakan format IUP
BAHAN GALIAN
- BAHAN GALIAN ADALAH BATUAN YANG TERDAPAT BAIK DI BAWAH PERMUKAAN MAUPUN YANG TERSINGKAP YANG DAPAT DITAMBANG SECARA EKONOMIS
- BAHAN GALIAN : - BIJIH MENGANDUNG LOGAM - MINERAL INDUSTRI
- BATUBARA
GENESA (TERBENTUKNYA BATUAN)
TERBENTUKNYA BATUAN TERDIRI DARI :
- ENDAPAN PRIMER TERBENTUK KARENA AKTIVITAS PEMBEKUAN MAGMA
BREBES PEMALANG SLAWI PEKALONG AN BATANG KENDAL SEMARANG DEMAK KUDUS J EPARA PATI REMBANG BLO RA SRAG EN SUKOHARJ O SURAKARTA BOYO LALI SALATIGA MAG ELANG MUNG KID PURWO REJ O
KEBUMEN BANJ ARNEGARA PURBALING GA PURWO KERTO CILACAP NUSAKAMBANGAN ISLAND : Regenc y/Municipa lity : Provinc e border : Regenc y border : Road
: Train line : Reservoir
KARIMUNJ AWA ISLANDS
EAST J AVA PROVINCE WEST JAVA PROVINCE YOGYAKARTA PROVINCE J A V A S E A
WONOSOBO TEMANGG UNG KLATEN KARANGANYAR WONOGIRI PURWO DADI UNGARAN North 0.5
0 1 3 Cm 1.5 Km
TEG AL
P E T A 1 3 B A H A N G A L I A N U N G G U L A N
D I J A W A T E N G A H
II. USAHA PERTAMBANGAN YG BAIK & BENAR
II. USAHA PERTAMBANGAN YG BAIK & BENAR
1)
1)
Ciri Good Mining Practice
Ciri Good Mining Practice
•
Mentaati hukum/perizinan
•
Mempunyai perencanaan teknis pertambangan komprehensif dan
mengikuti standar
•
Menerapkan teknologi pertambangan yang sesuai dan benar serta
mengikuti standar teknis berlandaskan efektivitas dan efisiensi
•
Melaksanakan konservasi bahan galian
•
Mengendalikan dan memelihara fungsi lingkungan
•
Menjamin keselamatan dan partisipasi masyarakat
•
Mengakomodir kemampuan/dan partisipasi masyarakat
•
Menghasilkan nilai tambah optimal
•
Meningkatnya kemampuan/kesejahteraan masyarakat sekitar
PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG
BAIK DAN BENAR
PEDULI K3 PEDULI LINGKUNGAN PUNYA NILAI TAMBAH Pengembangan Wilayah/ Masyarakat PENERAPAN PRINSIP KONSERVASI OPTIMALISASI PEMANFAATAN logam dan mineral
BAGI MASYARAKAT P E R A T U R A N P E R U N D A N G A N S T A N D A R D I S A S I
Penetapan cadangan
Kajian kelayakan
Konstruksi
Penambangan, pengolahan, pengangkutan
Penutupan tambang
Pasca tambang/pembangunan berkelanjutan Penerapan Teknik Pertambangan yang Tepat
ROI KEMANDIRIAN
MASYARAKAT
NILAI TAMBAH DENGAN PENGGERAK EKONOMI
-Cadangan SDA Tak Terbarukan Eksploitasi SDA Tak Terbarukan Pengembangan SDA Terbarukan Pendapatan Pemerintah
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, dan terlaksananya Pembangunan Berkelanjutan
-Efek Ganda SDA Tak Terbarukan
Eksplorasi
+
TATA RUANG WILAYAH
Dikutip dari Bahan Disertasi - S.Witoro.S “Perencanaan Penutupan Tambang dalam rangka Pembangunan Berkelanjutan”, Tahun 2002
Pola Ideal Dalam Pengelolaan Manfaat Sumber-sumber Daya
Tak Terbarukan dalam Pembangunan Berkelanjutan
2)
2)
Pengelolaan
Pengelolaan
Perizinan (tahapan perizinan, jenis perizinan)
Teknik Pertambangan (penetapan cadangan, studi kelayakan,
konstrusi, penambangan, pengolahan/pemurnian, pengangkutan)
Perlindungan Lingkungan Pertambangan (dokumen Amdal: Andal/
RKL/RPL dan RTPKL)
K 3 (pengawasan administrasi struktural dan operasional
fungsional, pembinaan zero accident dan pemberian Safety Award)
Konservasi (optimalisasi produksi, pengolahan, kadar marjinal,
mineral ikutan)
Nilai Tambah (pengembangan teknologi, peningkatan hubungan
kerja, pemakaian produk dalam negeri)
Penutupan dan Pasca Tambang (legalitas dokumen, penanggung
jawab lapangan, kriteria keberhasilan, penjamin penutupan
tambang dan pengawasan)
Standardisasi
Pertambangan
(sistem
SNI,
standardisasi
3)
3)
Implementasi Good Mining Practice
Implementasi Good Mining Practice
Acuan (standar, pedoman, kriteria dan norma)
Sumber Daya Manusia (kualitas dan integritas,
sinergi, kemitraan dan koordinasi)
Peralatan dan Teknologi (tepat guna dan cost
effective)
Dengan diberlakukannya UU No. 4 Th 2009 serta
disusunnya RPP sebagai aturan pelaksanaannya
diharapkan dapt menumbuhkembangkan
kondusivitas iklim investasi di Indonesia.
USAHA PERTAMBANGAN
(Peraturan Daerah Nomor 6/1994)
• Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C
hanya dapat dilakukan dengan Surat Ijin
Pertambangan Daerah (SIPD)
• SIPD meliputi :
– IJIN EKSPLORASI
– EKSPLOITASI
– PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
– PENGANGKUTAN
PERSYARATAN SIPD
• Prinsip SIPD, pemberian wewenang pengusahaan sumberdaya
mineral kepada perorangan, badan usaha, koperasi, BUMD,
BUMN yang berkemampuan dan dapat dipercaya.
• Bahan galian tidak terbaharui, menyangkut kepentingan umum,
sensitif berdampak lingkungan.
• Diperlukan syarat :
– KTP, AKTE BADAN HUKUM USAHA – Referensi Bank
– Memiliki NPWP – PETA Situasi
– Rencana Kerja Eksporasi/Eksploitasi – Dokumen AMDAL, UKL-UPL
– Tenaga Ahli/Kepala Teknik
KEWAJIBAN PEMEGANG SIPD :
•
PASAL 5 :
– SETIAP USAHA PERTAMBANGAN BGG C HRS DENGAN
IJIN GUBERNUR
– SIPD TIDAK DAPAT DIPINDAH TANGANKAN KECUALI
IJIN GUBERNUR
•
PASAL 11 :
– BERKEWAJIBAN MELAKSANAKAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA,
PENGAMANAN TEKNIS DAN LINGKUNGAN HIDUP
– MEMBERIKAN LAPORAN SECARA TERTULIS ATAS
PELAKSANAAN USAHANYA SETIAP 3 BULAN SEKALI
KPD GUBERNUR/ BUPATI
3.
KEPMENTAMBEN NO. 1221.K/008/M.PE/1995
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA
USAHA PERTAMBANGAN UMUM
•
PASAL 3
– PENGUSAHA WAJIB MENYEDIAKAN BIAYA DAN
FASILITAS YANG DIPERLUKAN DALAM
MELAKSANAKAN UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PERUSAKAN DAN
PENCEMARAN
•
PASAL 4 :
– PENGUSAHA WAJIB MENUNJUK KTT UNTUK
MEMIMPIN LANGSUNG DI LAP. AKAN
PENETAPAN SIPD
Kep.Gub JTG No. 188.3/01/1996 ttg JUKLAT PERDA 4/1994
• SIPD seluas 50 s/d 1000 Ha oleh GUBERNUR;
• SIPD seluas sampai dengan 50 Ha oleh KEPALA DISTAMBEN
Prov. Jateng;
– Keduanya diterbitkan setelah mendapat rekomendasi Bupati/Walikota setempat dan Instansi terkait.
• SIPD kurang dari 1 Ha tanpa menggunakan alat berat untuk jenis
bahan galian konstruksi dan kerajinan oleh BUPATI/WALIKOTA
• SIPD kurang dari 1 Ha untuk bahan galian Industri diberikan oleh
Bupati/Walikota setelah mendapat rekomendasi teknis dari Kepala
DISTAMBEN Prov.Jateng.
• SIPD Pengolahan/Pemurnian tanpa alat berat dan SIPD
Pengangkutan dan SIPD Penjualan diberikan oleh
DILEMA
PELANGGARAN KETENTUAN PERTAMBANGAN
1. Pengurusan ijin dilakukan hasil penertiban dan lokasi
tambang dalam kondisi rusak.
2. Penambang tidak berangkat dari pelaku bisnis yang
tidak memiliki keahlian di bidang pertambangan.
DAMPAK
1. Kecelakan tambang
(Thn 2005 pada 3 SIPD Kab. terjadi kecelakan
dengan 7 korban meninggal)
2. Kerusakan Lingkungan (bekas tambang tidak
direklamasi)
UPAYA YANG DILAKUKAN
1. Pembinaan kepada Kepala Teknik Tambang atau
Pengawas Lapangan/pemegang SIPD
2. Penertiban, pengawasan dan pengendalian terus
ditingkatkan