• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN JATI (Tectona grandis) DAN LAHAN TERBUKA DI KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR, PROPINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN JATI (Tectona grandis) DAN LAHAN TERBUKA DI KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR, PROPINSI JAWA BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN

JATI (Tectona grandis) DAN LAHAN TERBUKA DI KECAMATAN

MANDE, KABUPATEN CIANJUR, PROPINSI JAWA BARAT

Paranita Asnur1 dan Ratih Kurniasih1

1 Staf Pengajar Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas, Jl. Margonda Raya

No.100, Depok 16424 Indonesia. Email: paranita@staff.gunadarma.ac.id

INTISARI

Morfologi tanah erat kaitannya dengan daya dukung tanah untuk pemanfaatan dan pengelolaan tanah. Secara sederhana morfologi menunjukkan kesuburan tanah yang dapat dianalisi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi tanah di bawah

tegakan jati (Tectona grandis) dan lahan terbuka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode survey dan secara kualitatif. Pembuatan profil tanah sebanyak 3 titik pada masin-masing sistem penggunaan lahan berukuran 1x1x1,5 m. Lapisan horison dibawah tegakan jati terdiri dari horison A dan B, terdapat lapisan peralihan diantara keduannya. Tanah bertekstur lempung hingga lempung debuan, dengan struktur tanah remah, gumpal bersudut dan lempeng/kemping. Sedangkan konsistensi terdiri dari tidak teguh, agak teguh dan teguh. Ukuran perakaran mikro dan meso, dengan jumlah perakaran 5-30% dan kedalaman bervariasi hingga 114 cm. Morfologi tanah di lahan terbuka terdiri dari lapisan O, A dan Bt membentuk lapisan bergelombang. Variasi struktur, tekstur, konsistensi dan ukuran perakaran serupa dengan dibawah tegakan jati, jumlah perakaran bervariasi 5-30% dan kedalaman perakaran hingga 109 cm.

Kata kunci: morfologi tanah, lahan terbuka, jati

ABSTRACT

Keywords :

PENDAHULUAN

Proses fisika, kimia dan biologi membantu pelapukan bahan mineral dan dekomposisi bahan organik. Proses pembentukan tanah ini terus berlanjut. Dalam prosesnya, mikroorganisme dan penetrasi akar membantu terjadinya perpindahan mineral tanah akibat adanya erosi dan infiltrasi. Proses ini menyebabkan terjadinya perbedaan morfologi tanah pada horison tanah.

Morfologi tanah hutan berkembang pada waktu yang lama. Hal ini disebabkan sistem pengelolaan tanah hutan yang tidak intensif dibandingkan tanah pertanian. Kerusakan pada tanah hutan terjadi ketika terjadi pemanenan, kebakaran atau alih fungsi penggunaan lahan. Lain halnya dengan penggunaan tanah pertanian, pengelolaan intensif yang dilakukan menyebabkan penurunan produktivitas tanah. Penurunan produktivitas tanah ditandai dengan terjadinya pemadatan tanah, kehilangan lapisan permukaan, struktur, porositas, aerasi, kekuatan, warna tanah, ketersediaan oksigen dan kemudahan penetrasi akar tanaman (Utomo, et al., 2016). Selain itu penggunaan dan pengelolaan lahan intensif tentu berbeda dengan tanah yang tidak dikelola secara intensif. Intensifikasi penggunaan lahan menurunkan stabilitas agregat tanah, terutama di lapisan tanah permukaan (Le Bissonais, et al., 2018).

(2)

dikendalikan oleh ukuran, distribusi, dan pengaturan partikel tanah (Osman, 2013; Ridwandi, et all., 2013; Rajamuddin dan Sanusi, 2014; Tufailah, et al., 2014). Penelitian mengenai morfologi tanah sudah banyak dilakukan, namun penelitian ini diharapkan memperkaya informasi

mengenai morfologi tanah diberbagai penggunaan lahan di bawah tegakan jati (Tectona

grandis) dan di lahan terbuka.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2017 di Desa Mulyasari, Kecamatan Mande,

Cianjur, Jawa Barat. Alat yang digunakan yaitu meteran, alat tulis, pH portable, cangkul, pisau,

kantong plastik, cepuk pH dan GPS untuk menentukan titik pengambilan sampel tanah. Bahan yang digunakan yaitu aquadest dan sampel tanah terganggu yang diambil pada setiap lapisan tanah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey dan secara kualitatif. Sampel titik ditentukan berdasarkan ketinggian tempat pada lahan terbuka dan

pada lahan di bawah tegakan jati (Tectona grandis) yang masing-masing dilakukan pada 3 titik.

Pada sampel titik yang sudah ditentukan dibuat profil tanah dengan ukuran 1x1x1,5 m. Sifat morfologi pada profil tanah dideskripsikan secara kualitatif. Sifat morfologi tanah yang diamati yaitu kedalaman/jeluk tanah, batas dan kejelasan horison tanah, bentuk horison, struktur tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, jumlah karatan/bercak, jumlah dan ukuran perakaran, dan kedalaman efektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Morfologi Tanah

Morfologi tanah adalah pendeskripsian suatu tanah mengenai kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat suatu tanah yang dapat diamati di lapangan. Morfologi yang diamati dalam penelitian ini adalah kedalaman/jeluk tanah, batas dan kejelasan horison tanah, bentuk horison, struktur tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, kandungan bahan konkresi, jumlah karatan/bercak, jumlah dan ukuran perakaran, dan kedalaman efektif.

Gambar 3. 1 Profil tanah (a) N-1 pada Lahan di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)

(3)

Gambar 3.2 Profil tanah (a) N-3 pada Lahan di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis) (b) TN-3 pada Lahan Terbuka

Tabel 3.1. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil N-1 pada Lahan di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)

Kode Profil : N-1

Lokasi : Desa Mulyasari Kec. Mande Kab. Cianjur

Karakteristik Eksternal

Koordinat Geografi : Latitude 604545.3S

: Longitude 10701234.6E

Ketinggian Tempat : 300 mdpl

Kemiringan Lereng : Curam

Relief Makro : Berombak

Keadaan Cuaca : Cerah

Penggunaan Lahan : Kebun Jati

Tanaman Utama : Jati

Tanaman Lain : Rumput, alang-alang, babadotan

Sistem Penanaman : Monokultur

Tabel 3.2. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil TN-1 pada Lahan Terbuka

Kode Profil : TN-1

Lokasi : Desa Mulyasari Kec. Mande Kab. Cianjur

Karakteristik Eksternal

Koordinat Geografi : Latitude 604545.3S

: Longitude 10704234.4E

Ketinggian Tempat : 98 mdpl

Kemiringan Lereng : Curam

Relief Makro : Berombak

Keadaan Cuaca : Cerah

(4)

Tanaman Utama : Alang-alang

Tanaman Lain : Rumput gajah, babadotan

Sistem Penanaman : -

Tabel 3.3. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil N-2 pada Lahan di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)

Kode Profil : N-2

Lokasi : Desa Mulyasari Kec. Mande Kab. Cianjur

Karakteristik Eksternal

Koordinat Geografi : Latitude 604545.718S LS/LU

: Longitude 10701258.5BT

Ketinggian Tempat : 300 mdpl

Kemiringan Lereng : Landai

Relief Makro : Datar

Keadaan Cuaca : Cerah

Penggunaan Lahan : Kebun Jati

Tanaman Utama : Jati

Tanaman Lain : Rumput

Sistem Penanaman : Monokultur

Tabel 3.4. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil TN-2 pada Lahan Terbuka

Kode Profil : TN-2

Lokasi : Desa Mulyasari Kec. Mande Kab. Cianjur

Karakteristik Eksternal

Koordinat Geografi : Latitude 604545.3S LS/LU

: Longitude 10701261.3BT

Ketinggian Tempat : 98 mdpl

Kemiringan Lereng : Landai

Relief Makro : Datar

Keadaan Cuaca : Cerah

Penggunaan Lahan : Bekas Sawah

Tanaman Utama : Rumput

Tanaman Lain : -

(5)

Tabel 3.5. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil N-3 pada Lahan di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)

Kode Profil : N-3

Lokasi : Desa Mulyasari Kec. Mande Kab. Cianjur

Karakteristik Eksternal

Koordinat Geografi : Latitude 6045702S LS/LU

: Longitude 107012611BT

Ketinggian Tempat : 284 mdpl

Kemiringan Lereng : Landai

Relief Makro : Datar

Keadaan Cuaca : Cerah

Penggunaan Lahan : Kebun Jati

Tanaman Utama : Jati

Tanaman Lain : Rumput

Sistem Penanaman : Monokultur

Tabel 3.6. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil TN-3 pada Lahan Terbuka

Kode Profil : TN-3

Lokasi : Desa Mulyasari Kec. Mande Kab. Cianjur

Karakteristik Eksternal

Koordinat Geografi : Latitude 604543.0416S LS/LU

: Longitude 10701237.08BT

Ketinggian Tempat : 284 mdpl

Kemiringan Lereng : Landai

Relief Makro : Datar

Keadaan Cuaca : Cerah

Penggunaan Lahan : Bekas Sawah

Tanaman Utama : Rumput

Tanaman Lain : -

(6)

Tabel 3.7. Karakteristik Internal Morfologi Tanah pada Lahan di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)

Tabel 3.8. Karakteristik Internal MorfologiTanah pada Lahan Terbuka

Sampel Horison Jeluk Tanah (cm) Struktur tanah Tekstur tanah Konsistensi Ukuran Perakaran Jumlah Perakaran (%)

Kedalaman Efektif (cm)

TN-1 O 0 – 30/45 Remah Lempung debuan Teguh Makro 20 35

A 30-71 / 45-82 Gumpal bersudut Lempung debuan Teguh Mikro 10 82

Bt 71-93 / 82-109 Gumpal bersudut Lempung Teguh Mikro 5 109

TN-2 O 0-27 Remah Lempung Tidak teguh Mikro 77 10

A 27-40 Gumpal bersudut Lempung Agak teguh Mikro 30 32

Bt 40-79 Gumpal bersudut Lempung Teguh Mikro 13 54

TN-3 O 0-37 Remah Lempung Tidak teguh Meso 45 37

A 37-66 Lempeng/Kemping Lempung Tidak teguh Meso 30 23

Bt 66-96 Lempeng/kemping Lempung Tidak teguh Meso 5 30

Sampel Horison Jeluk Tanah (cm)

Struktur

Tanah Tekstur Tanah Konsistensi

Ukuran Perakaran

Jumlah Perakaran (%)

Kedalaman Efektif (cm)

N-1 A 0-72/80 Remah Lempung debuan Tidak Teguh Makro 30 84

AB 72-90 / 80-111 Gumpal bersudut Lempung debuan Teguh Meso 20 111

Bt 90-109 / 111-114 Gumpal bersudut Lempung Teguh Mikro 15 114

N-2 AB 0-27 Gumpal bersudut Lempung Teguh Meso 30 20

Bt1 27-53 Gumpal bersudut Lempung debuan Teguh Meso 20 37

Bt2 53-82 Gumpal bersudut Lempung debuan Teguh Meso 10 70

Bt3 82-105 Lempeng/Keping Lempung debuan Tidak Teguh Meso 5 90

N-3 A 0-30/31 Lempeng/Keping Lempung debuan Tidak Teguh Makro 5 25

(7)

Pengamatan profil N-1 terdapat 3 lapisan dengan solum kedalaman yang cukup dalam yaitu sampai dengan 114 cm. Pada profil ini, pada lapisan 1 memiliki batas kejelasan horison yang jelas dengan lebar peralihan 2-5 cm, sedangkan pada lapisan 2 dan 3 memiliki batas kejelasan horison berangsur dengan lebar peralihan 5-12 cm. Bentuk horison ketiga lapisan ini berombak atau bergelombang. Struktur tanah pada lapisan 1 yaitu remah, dengan tekstur lempung debuan dan konsistensi yang tidak teguh. Struktur tanah pada lapisan 2 dan 3 sama yaitu gumpal bersudut dengan konsitensi teguh, hanya saja tekstur tanah lapisan 2 lempung debuan sedangkan lapisan 3 yaitu lempung. Perakaran pada ketiga lapisan bervariasi mulai dari perakaran mikro sampai dengan makro dengan presentase yang berbeda.

Pengamatan profil TN-1 terdapat 3 lapisan dengan solum kedalaman yang cukup dalam yaitu sampai dengan 109 cm. Pada profil ini, pada lapisan 1 dan 2 memiliki batas kejelasan horison yang jelas dengan lebar peralihan 2-5 cm, sedangkan pada lapisan 3 memiliki batas kejelasan horison berangsur dengan lebar peralihan 5-12 cm. Bentuk horison ketiga lapisan ini berombak atau bergelombang. Struktur tanah pada lapisan 1 yaitu remah, dengan tekstur lempung debuan dan konsistensi yang tidak teguh. Struktur tanah pada lapisan 2 dan 3 sama yaitu gumpal bersudut dengan konsitensi teguh, hanya saja tekstur tanah lapisan 2 lempung debuan sedangkan lapisan 3 yaitu lempung. Perakaran pada ketiga lapisan yaitu perakaran makro dan mikro dengan presentase yang perakaran makro yang lebih banyak.

Pengamatan profil N-2 terdapat 4 lapisan dengan solum kedalaman yang cukup dalam yaitu sampai dengan 105 cm. Pada profil ini, pada semua lapisan memiliki batas kejelasan horison yang baur dengan lebar peralihan > 12 cm. Bentuk horison ketiga lapisan ini rata dan membentuk garis lurus. Struktur tanah pada lapisan 1 sampai dengan lapisan 3 yaitu gumpal bersudut, dengan tekstur lempung debuan sampai dengan lempung dan konsistensi yang teguh. Struktur tanah pada lapisan 4 yaitu lempeng/keping dengan konsitensi tidak teguh. Perakaran pada keempat lapisan ini yaitu meso dengan presentase jumlah perakaran yaitu 5 – 20%.

Pengamatan profil TN-2 terdapat 3 lapisan dengan solum kedalaman yang tidak terlalu dalam yaitu sampai dengan 79 cm. Pada profil ini, pada lapisan 1 dan 2 memiliki batas kejelasan horison yang berangsur dengan lebar peralihan 5-12 cm, sedangkan pada lapisan 3 yaitu jelas dengan lebar peralihan 2-5 cm. Bentuk horison lapisan 1 dan 3 rata dan membentuk garis lurus sedangkan pada lapisan 2 yaitu berombak atau bergelombang. Struktur tanah pada lapisan 1 yaitu remah, dengan tekstur lempung dan konsistensi yang tidak teguh. Struktur tanah pada lapisan 2 yaitu gumpal membulat dengan konsitensi agak teguh, dan teksturnya lempung. Struktur tanah pada lapisan 3 yaitu gumpal bersudut dengan tekstur lempung dan konsistensi teguh. Perakaran pada ketiga lapisan bervariasi mulai dari perakaran mikro sampai dengan meso.

Pengamatan profil N-3terdapat 2 lapisan dengan solum kedalaman yang tidak terlalu dalam yaitu sampai dengan 85 cm. Pada profil ini, pada lapisan 1 dan 2 memiliki batas kejelasan horison yang baur. Bentuk horison kedua lapisan ini berombak atau bergelombang. Struktur tanah pada kedua lapisan yaitu lempeng/keping, dengan tekstur lempung debuan dan konsistensi yang tidak teguh. Perakaran pada kedua lapisan ini yaitu perakaran makro.

Pengamatan profil TN-3 terdapat 3 lapisan dengan solum kedalaman yang cukup dalam yaitu sampai dengan 96 cm. Pada profil ini, pada ketiga lapisan memiliki batas kejelasan horison yang jelas dengan lebar peralihan 2-5 cm. Bentuk horison ketiga lapisan ini rata dan membentuk garis lurus. Struktur tanah pada lapisan 1 yaitu remah, sedangkan struktur tanah pada lapisan 2 dan 3 sama yaitu lempeng/keping. Tekstur tanah pada ketiga lapisan sama yaitu lempung, dan konsistensinya adalah tidak teguh. Perakaran pada ketiga lapisan ini yaitu perakaran.

Karakteristik Sifat Fisik Tanah

(8)

antara butir-butir primer pasir, debu dan lempung yang dinyatakan dalam persen (Rachim dan Suwardi, 2002). Dengan demikian, keadaan tekstur tanah akan menentukan jumlah pori-pori yang ada di dalam tanah sehingga akan menentukan tingkat aerasi tanah dan kemampuan penetrasi akar di dalam tanah. Semakin halus tekstur tanah, maka jumlah pori-pori mikro dalam tanah akan meningkat sehingga mengakibatkan tingkat aerasi tanah sedikit rendah dan kemampuan penetrasi akar menurun.

Hasil pengamatan menunjukkan pada lapisan dengan tekstur tanah lempung, perakaran yang ditemukan adalah perakaran mikro sampai dengan meso. Dalam hal ini, persentase perakaran mikro lebih mendominasi jika dibandingkan dengan perakaran meso. Hal ini menunjukkan bahwa pada tekstur tanah lempung dengan fraksi lempung yang mendominasi, perakaran mikro sampai dengan meso masih bisa menembus pori-pori yang didominasi oleh pori mikro.

Selain itu, tekstur tanah juga akan menentukan kemampuan mengikat dan menahan air oleh tanah. Tanah bertekstur lempung memiliki ruang pori halus yang lebih banyak sehingga kemampuan menahan dan mengikat air lebih tinggi. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Sebaliknya, pada top-top soil bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri pori-pori kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hardjowigeno, 2007).

Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti lempung dan lempung halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut. Ciri morfologi yang paling penting pada tanah Ultisol yaitu terjadinya peningkatan fraksi lempung dalam jumlah tertentu yang biasa disebut dengan horison argilik (Bt) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lapisan dengan struktur remah mengandung perakaran makro yang tinggi, sedangkan pada lapisan di bawahnya perakaran didominasi oleh akar meso dan mikro. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akar dalam mempenetrasi semakin rendah jika struktur tanah bersifat pejal, dalam hal ini gumpal bersudut dan gumpal membulat. Tanah yang berstruktur granuler atau remah memiliki tingkat porositas yang lebih

tinggi daripada tanah yang berstruktur massive (pejal) dengan tingkat porositas tanah yang kecil.

Kedua tipe struktur tanah tersebut memiliki perbedaan dalam hal ruang/ pori yang didalamnya terdapat air dan udara. Tanah yang berstruktur granuler memiliki ruang/pori tanah yang besar berisi udara yang lebih sehingga menunjang tanaman dalam perkembangannya, sedangkan tanah bertekstur massive dengan tingkat pori yang lebih kecil sehingga tingkat aerasi di dalam tanah rendah (Pairunan, dkk, 1997).

Pada struktur tanah di profil tanah pada lahan naungan di bawah tegakan jati dan lahan kosong tidak ternaungi tidak memiliki perbedaan yang berarti. Pada kedua lahan tesebut, variasi tipe struktur tanahnya adalah remah sampai dengan pejal. Untuk struktur tanah bertipe remah terdapat pada lapisan paling atas, yaitu horison O dan juga A. Hal ini menunjukkan bahwa top soil yang kandungan bahan organiknya lebih tinggi dibanding horison di bawahnya memiliki organisme tanah yang mampu menggemburkan tanah. Namun, tipe struktur tanah yaitu remah, didominasi pada lapisan paling atas pada lahan kosong tanpa naungan. Hal ini membuktikan bahwa seresah tanaman yang berasal dari pohon jati yang kandungan ligninnya lebih tinggi dibandingkan pada seresah rumput, dalam hal ini mempengaruhi proses dekomposisi bahan organik di tanah. Seresah daun dan ranting jati memiliki rasio C/N yang tinggi yaitu 200-400 jika dibandingkan dengan seresah rumput yang memiliki rasio C/N sekitar 50-70.

(9)

Selain itu, tekstur tanah yang halus juga mempengaruhi kemampuan penetrasi akar yang semakin menuju lapisan paling bawah kemampuannya semakin rendah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Karakteristik morfologi tanah pada lahan di bawah tegakan jati dan lahan terbuka tidak jauh berbeda. Tekstur tanah pada lahan di bawah tegakan jati dan lahan terbuka berkisar antara lempung dan lempung debuan. Struktur tanah pada lahan di bawah tegakan jati dan lahan terbuka yaitu bertipe remah dan pejal yang didominasi dengan gumpal bersudut. Pada tanah yang berstruktur remah memiliki konsistensi yang tidak teguh, sedangkan pada tanah yang berstruktur gumpal bersudut memiliki konsistensi yang teguh. Pada kedua lahan terdapat bahan konkresi yang didominasi oleh Fe dan Mn, terutama pada lahan terbuka yang mulanya lahan tersebut pernah digunakan sebagai sawah.

Saran

Saran untuk penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pengamatan sifat fisika dan kimia tanah secara lengkap yang dianalisis secara kuantitatif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada mahasiswa dan mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Angkatan 2016 yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Angers, D.A. & Caron, J. 1998) Plant-induced Changes in Soil Structure: Processes and

Feedbacks 42: 55. https://doi.org/10.1023/A:1005944025343

Foth, H.D., 1984. Fundamental of Soil Science. 7-th Ed. John Wiley and Sons Inc. New.

Hardjowigeno, S., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika

Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. 296 Halaman.

Le Bissonnais, Y., Prieto, I., Roumet, C. et al. 2018. Soil aggregate stability in Mediterranean and tropical agro-ecosystems: effect of plant roots and soil characteristics 424: 303.

https://doi.org/10.1007/s11104-017-3423-6

Osman K. (2013) Physical Properties of Forest Soils. In: Forest Soils. Springer, Cham.

https://doi.org/10.1007/978-3-319-02541-4_2.

Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim

dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi

Negeri Bagian Timur, Makassar.

Prasetyo, B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2)

Rachim dan Suwardi. 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian

(10)

Rajamuddin, U, A dan Sanusi, I. 2014. Karakteristik Morfologi Dan Klasifikasi Tanah Inceptisol Pada Beberapa Sistem Lahan Di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. J. Agroland 21 (2) : 81 - 85, Agustus 2014 ISSN : 0854 - 641X E-ISSN : 2407 – 7607

Ridwandanil., Mukhlis., dan Semibiring, M. 2013. Morfologi Dan Klasifikasi Tanah Lereng Utara Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 vol.2, No.1: 324-332, Desember 2013

Tufailah, M., Syaf, H., Karim, J., dan Indriyani, L. 2014. Karakteristik Morfologi Dan Klasifikasi Tanah Luapan Banjir Berulang Di Kabupaten Konawe Selatan. AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 03 September 2014, ISSN 0854-0128

Gambar

Gambar 3. 1 Profil tanah (a) N-1 pada Lahan  di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis) (b) TN-1 pada Lahan Terbuka
Gambar 3.2 Profil tanah (a) N-3 pada Lahan  di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis) (b) TN-3 pada Lahan Terbuka
Tabel  3.3. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil N-2 pada Lahan  di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)
Tabel 3.5. Karakteristik Eksternal Morfologi Tanah Profil N-3 pada Lahan  di Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kedalaman efektif tanah, pH, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kalium (K) yang tidak sesuai menjadi faktor pembatas terberat bagi pengembangan T. grandis pada

Namun, dengan pengujian statistika tersebut mampu membuktikan hipotesis yang dibuat yaitu terdapat perbedaan potensi karbon pada salah satu variabel pengamatan (tegakan,

Adanya lapisan tapak bajak bajak pada tanah sawah ditunjukkan dengan besarnya nilai bobot isi yang lebih tinggi dan mempunyai konsistensi yang lebih teguh daripada horison di

Tahap kedua, yaitu uji efektivitas inokulum tanah FMA untuk semai jati Ambon yang dilaksanakan dengan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 2

Adanya lapisan tapak bajak bajak pada tanah sawah ditunjukkan dengan besarnya nilai bobot isi yang lebih tinggi dan mempunyai konsistensi yang lebih teguh daripada horison di

Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa porositas tanah pada berbagai macam kelerengan tergolong ideal, karena struktur tanahnya remah dan memiliki

Terdiri atas tiga horison yakni horison Ap (0-12 cm) berwarna kelabu kekuningan (5Y 4/4) pada kondisi kering, lempung liat berdebu, gumpal membulat berukuran

Sedangkan titik bor 3 pada lereng atas cembung hampir semua lapisan memiliki warna coklat kuat dengan hue 7,5 YR, value antara 4-5, tekstur yang sama yaitu