• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara. Alfin, Jauharoti. 2009.Keterampilan Dasar Berbahasa.Surabaya: Pustaka Intelektual. Bennett, Neville, dkk. 2005.Teaching Through Play.Jakarta: Grasindo.

Hadi, Sutrisno.1987.Metodologi Research.Yogyakarta: Andi Offset.

Hamid, Abdul, dkk. 2008.Pembelajaran Bahasa Arab.UIN MALANG PRESS. Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ismail, Andang. 2006.Education Games.Yogyakarta : Pilar Media.

J. Moleong, Lexi. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Machmudah, Umi dan Abdul Wahab Rosyidi. 2008. Active Learning dalam

Pembelajaran Bahasa Arab.Malang: UIN MALIKI PRESS.

Mansur. 2009.Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2011.Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.

Malang: UIN MALIKI PRESS.

Muslich, Masnur. 2009.Melaksanakan PTK Itu Mudah.Jakarta: Bumi Aksara.

Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-permainan Edukatif

dalam Belajar Bahasa Arab.Jogjakarta: DIVA Press.

Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN MALANG PRESS.

Sagala, Syaiful. 2005.KonsepdanMakna Pembelajaran.Bandung: CV. Alfabeta. Sudjana. 1988.Evaluasi Hasil Belajar.Bandung: Pustaka Mertiana.

Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Suja’i. 2008.Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Wisongo Press.

Sunendar, Dadang dan Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suwandi dan Basrowi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas,(Bogor: Ghalia Indonesia).

Tim Prima Pena.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Gita Media Press.

Tim Redaksi Fokus Media. 2008. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokus Media.

(2)

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA..

Kamus Besar,Peningkatan,(06 Juni 2012)

http://www.kamusbesar.com/41273/peningkatan. Arik Lutfiyah,Pembelajaran Kalam(08 Juni 2012)

http://ariklutfiyah.blogspot.com/2011/05/maharat-istima-kalamqiraatdan-kitabat.html. Mulyadi,Model-Model Penelitian Tindakan Kelas ,(12 Juni 2012)

(3)

Abstrak: Ibarat kertas putih yang kosong, bersih dan tidak ternoda begitulah anak-anak dilahirkan. Ia diciptakan dengan membawa fitrah32dari tuhan yang maha esa. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karenanya tugas lingkungan (baca: orang tua, keluarga guru dan lain-lain) memberikan rangsangan positif bagi perkembangan dan pertumbuhannya.

Membangun karakter anak atau siswa harus dilakukan sejak dini melalui pemberian contoh, pembiasaan diri dan pengontrolan. Tugas pendidikan adalah memberikan rangsangan atau stimulus kepada siswa agar ada perubahan pada diri siswa atau anak baik kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.

Umumnya anak usia MI, memilki tingkat ketergantungan tinggi kepada lingkungannya, mereka juga senang meniru atau menjadi seperti yang mereka idolakan. Jika guru telah menjadi idola maka apapun yang dilakukan guru merupakan kebenaran yang harus ia tiru atau miliki. Dan nilai-nilai yang mereka dapat selama usia MI ini sifatnya lebih kekal. Karena apa yang dipelajari diwaktu kecil diibaratkan tulisan di atas batu yang sulit untuk dihapus. Merubah anak kecil lebih mudah dari pada merubah orang dewasa, jiwa anak masih polos dan mudah untuk menanamkan nilai.

Kata Kunci:Membangun Karakter dan Siswa Madrasah Ibtidaiyah

Pendahuluan

Masa sekolah di Madrasah Ibtidaiyah adalah masa penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Karena pada masa ini anak-anak masih berada pada masa awal perkembangan dan pertumbuhan. Anak-anak MI membutuhkan perhatian dan penanganan serius guna masa depan mereka. Cara mendidik yang salah akan sangat mempengaruhi perkembangan mereka, baik fisik

32Makna fitrah yang tepat adalah seperti yang disampaikan oleh Ibn Abd al-Bar dan Ibn ‘Athiyah,

(4)

atau psikis. Misalnya saja jika anak sering mendapat perlakuan kasar, baik berupa perkataan atau perbuatan, maka hakikatnya anak sudah di didik menjadi pribadi yang kasar. Saat orang tua mencaci anak maka hakikatnya orang tua sudah menyiapkan anak menjadi seorang pencaci. Hal ini berhubungan dengan informasi yang di terima oleh otak dan disalurkan menuju short term memory

(STM) atau ingatan jangka pendek akan berakhir pada long term memory (LTM)

atau ingatan jangka panjang, informasi itu akan terus hidup dan tidak akan pernah hilang. Informasi yang tidak pernah hilang itu tersimpan pada alam bawah sadar manusia. Dan sifat dari alam bawah sadar manusia itu tahan lama. Jadi semakin sering anak mendapat cacian dan makian, maka semakin banyak hal buruk yang akan bersarang dalam jiwa dan raga orang tersebut. Artinya jika anak sering mendapati dirinya dikatai “bodoh” maka alam bawah sadar akan menyampaikan dan menguatkan konsep bahwa “saya bodoh”, meskipun pada dasarnya ia memiliki potensi untuk menjadi pandai. Tapi sebaliknya, jika anak sering mendapat pujian misalnya “pandai”, maka alam bawah sadar akan menggerakkan dan menguatkan konsep bahwa “saya pandai”. Karena pada hakikatnya anak itu bagaimana lingkungan membentuknya. Maka didiklah anak dengan cara yang baik sehingga nantinya dia akan menjadi manusia baik dan melahirkan hal-hal baik. Apa yang dilakukan anak hari ini adalah akumulasi dari pemahaman dan konsep yang dia terima sejak dia lahir.

Karakter atau Akhlak bisa diubah

Sebelum membicarakan tentang apakah karakter atau akhlak itu bisa diubah maka berikut penjelasan tentang definisi karakter atau akhlak.

(5)

istiadat.33 Jadi pendidikan karakter adalah usaha secara sadar yang dilakukan seseorang untuk menanamkan nilai-nilai perilaku manusia yang memiliki hubungan dengan semua aspek kehidupannya. Berbicara tentang nilai, maka ada nilai yang secara umum di pandang baik oleh masyarakat dan ada nilai yang dianggap buruk. Jika orang melakukan perbuatan yang memiliki nilai baik, maka masyakat akan menganggapnya sebagai orang yang berkarakter baik, pujian dan sanjungan akan menyertainya. Sebaliknya jika ada orang yang melakukan perbuatan yang memiliki nilai buruk, masyarakat akan menganggapnya berkarakter buruk, dan masyakat akan mencela, mencaci, menjauhi bahkan sampai menghukum orang tersebut akibat perbuatan yang dihasilkannya.

Pendidikan karakter berusaha untuk menanamkan nilai-nilai baik. Menurut Pendidikan Nasional ada 18 nilai pengembangan pendidikan budaya dan karakter yaitu:

1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa Ingin Tahu 10. Semangat Kebangsaan 11. Cinta Tanah Air 12. Menghargai Prestasi 13. Bersahabat/Komunikatif 14. Cinta Damai

15. Gemar Membaca 16. Peduli Lingkungan 17. Peduli Sosial

33

(6)

18. Tanggung Jawab34

Seluruh civitas akademika dan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus mengemban amanat untuk mengembangkan 18 nilai karakter di atas. Jika 18 karakter itu tertanam dalam peserta didik maka bangsa Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang memiliki karakter yang kuat dan mampu menunjukkan eksistensi dirinya di tengah persaingan global.

Apakah karakter sama dengan akhlak?

Berikut beberapa pendapat ulama’ tentang definisi akhlak. Imam Ghazali mendefinisikan akhlak adalah ungkapan yang menetap dalam kondisi jiwa, di mana semua perilaku bersumber darinya dengan penuh kemudahan tanpa memerlukan proses berpikir dan merenung. Sementara menurut Ibn Miskawaih, salah seorang filosof muslim juga mendefinisikan akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong untuk melakukannya tanpa berpikir dan merenung35. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan akhlak memiliki 3 ciri, yaitu: pertama, akhlak adalah

perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga sudah menjadi karakternya; kedua,akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa

memerlukan pemikiran, hal ini tidak menunjukkan bahwa saat melakukan, pelakunya dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila; ketiga,

akhlak adalah perbuatan yang muncul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Menurut al-ghazali, akhlak itu mengalami perubahan, artinya akhlak itu dapat diperoleh melalui proses belajar atau dapat diubah melalui proses belajar. Misalnya saja jika seseorang ingin mendapatkan akhlak sabar maka ia harus berusaha untuk berlaku sabar, menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang dikendalikan nafsu dan amarah. Jika dia sudah berhasil untuk melatih diri berlaku sabar berulang kali maka ia telah memiiki akhlak sabar. Dan akan mendapatkan predikat penyabar. Perlu diingat, tujuan utamanya berakhlak baik bukan hanya pada pemberian predikat tapi lebih jauh lagi yaitu membiasakan manusia dalam kondisi apapun dan dimanapun juga bisa berlaku sabar.

34

Rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa 35

(7)

Jalan menuju akhlak baik memang sedikit menanjak harus ada usaha lebih keras untuk mendapatkannya, tetapi sebaliknya akhlak buruk jalannya menurun sebagaimana perbuatan yang buruk, mudah dan gampang untuk dilakukan. Jadi pendidikan akhlak yang dimaksud adalah pendidikan akhlak baik. sebagaimana kecenderungan manusia untuk berlaku buruk dan tercela, demikian usaha pendidikan akhlak untuk mengangkat derajat manusia.

Dari penjelasan di atas kiranya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa akhlak, karakter, tabiat, sifat bisa diusahakan dalam arti dapat dibentuk melalui proses belajar. Maka pendidikan merupakan jalan untuk menjadi manusia yang berakhlak baik. Jadi dengan kata lain akhlak atau karakter seorang manusia dapat diubah.

Hal atau kondisi apa saja yang dapat mempengaruhi atau membentuk karakter atau akhlak. Menurut teori filosofi/psikologi karakter seseorang dibentuk oleh/saat:

No Hal/kondisi yang membentuk karakter Unsur dalam (intern)

Unsur dari luar

(ekstern)

1 Keturunan/genetika √

2 Perkembangan masa kecil √

3 Kejadian spesial dalam hidup (traumatis, kegembiraan,dsb)

4 Pergaulan √

5 Lingkungan dan masyarakat √

6 Media (TV,Koran) √

7 Apa yang diterima di sekolah/universitas √

(8)

masyarakat/keluarga (anak sulung/bungsu/tunggal, dsb)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka unsur luar (ekstern) itu yang paling

banyak mempengaruhi karakter atau akhlak seseorang. Sementara unsur dari dalam (intern) menempati posisi yang kecil. Semakin banyak rangsangan positif

yang diterima oleh seseorang maka semakin kuat unsur ekstern mempengaruhi karakter manusia. Semakin sering orang atau guru memberikan rangsangan positif, semakin kuat dan cepat pula perubahan pada diri anak. sementara karakter atau akhlak itu sangat berhubungan dengan perbuatan atau tingkah laku manusia. Hal apa saja yang membentuk tingkah laku manusia. Berikut penjelasan tentang unsur apa saja yang dapat membentuk tingkah laku individu:

1. Konstitusi jasmani : keadaan jasmani beserta sifat-sifat yang mengikutinya.

2. Temperamen : sifat laku jiwa, dalam hubungannya dengan sifat-sifat kejasmanian.

3. Sifat : peri keadaan yang menurut kodratnya ada pada sesuatu.

4. Watak : pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan pernyataan dalam hubungannya dengan bakat.

5. Kepribadian : himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda.

6. Sikap : kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan serta di posisi untuk bertindak dengan cara tertentu.36

36

(9)

Peran orang tua dalam membangun karakter anak

Kesuksesan pendidikan anak sangat ditentukan oleh 4 faktor. Yaitu, ayah, ibu, yang di pelajari (ilmu) dan lingkungan. Unsur pertama kesuksesan mendidik anak adalah ayah. Menjadi ayah adalah sebuah peran dan posisi yang mulia. Selain sebagai ayah, laki-laki juga diberikan amanah sebagai pemimpin. Memimpin istri, anak-anak dan keluarganya. Maka ajaran Islam memberikan petunjuk kepada laki-laki dan perempuan untuk menentukan kriteria memilih jodoh sebagai antisipasi :

a. Lijamaliha (karena kecantikannya) b. Limaliha (karena hartanya)

c. Linasabiha (karena nasab/keturunannya) d. Lidiniha (karena agamanya)

Kategori pertama adalah kecantikan/ketampanan, tidak hanya cantik/tampan secara fisik tapi juga baik budi pekerti atau akhlaknya. Kategori kedua adalah harta benda (kekayaan), hal ini untuk mendukung tercapainya kesejahteraan hidup lahir dan batin. Kategori ketiga adalah nasab/keturunan, hal ini mengarahkan agar tumbuh rasa percaya diri individu. Dan yang terakhir adalah agama, saran Rasulullah SAW, sebagai penentu untuk keempat kategori itu adalah faktor agamanya. Semakin baik pemahaman dan aplikasi keagamaan seseorang maka akan semakin baik pula sisi kehidupan seseorang. Bahkan saat manusia menghadapi hal tersulit dalam kehidupannya, manusia akan tetap berada dijalan yang lurus karena memiliki pondasi agama yang kuat. Keshalehan beragama seseorang itu bukan diturunkan, tapi harus diusahakan sehingga kualitas keberagamaan seseorang itu tergantung kepada individu masing-masing. Ayah yang shaleh, belum tentu memiliki anak yang shaleh. Ada banyak faktor yang mempengaruhi akhlak anak, untuk menjadi anak shaleh. Tapi paling tidak ayah atau ibu yang shaleh/shalihah akan mampu mengarahkan anaknya menuju jalan lurus/baik. Makanya kemudian jika ingin mendapat anak yang shaleh/shalehah maka persiapkan diri dulu untuk menjadi orang tua yang shaleh dan shalehah.

(10)

bagi kedua orang tuanya dan mendoakan ketika kedua orang tuanya telah tiada. Doa anak shaleh itulah yang akan menjadi pengiring dan hadiah terindah bagi perjalanan orang tua baik saat menanti di alam kubur atau bagi kehormatan dan kebaikan nama kedua orang tua bagi kehidupan berikutnya. Dan anak yang demikian menjadi harapan bagi semua orang tua.

Dari penjelasan di atas, maka sangat besar peran orang tua baik sebelum menjadi orang tua dan lebih saat mengemban amanah menjadi orang tua. Dalam kondisi yang seperti sekarang ini, di tengah kehidupan globalisasi dan era kebebasan banyak anak muda yang tergelincir untuk mencicipi kehidupan bebas itu dengan hal yang negatif atau dalam falsafah jawa berupa mo limo yang meliputi M pertama adalah maling (mencuri, merampok, memalak, merompak, korupsi dan semua hal yang merugikan atau mengambil milik orang lain), M kedua adalah main (judi, togel dan termasuk mengundi nasib) M ketiga adalah minumsebagai pelengkap orang main judi. M keempat adalah madat(memakai opium, kokain, sabu dan semua obat terlarang),dan M kelima adalah Madon (zina, selingkuh, free sex dan lain sebagainya).

(11)

Peran Sekolah dalam Membangun Karakter Anak

Sekolah termasuk madrasah ibtidaiyah sudah merancang berbagai kurikulum untuk mempersiapkan peserta didiknya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan siap menghadapi era globalisasi. Mendidik siswa yang berusia antara 6-12 tahun membutuhkan kerja keras dan kreatifitas. Kerja keras untuk mempersiapkan peserta didik agar matang secara jasmani, rohani, spiritual, ilmu, sosial, personal, keimanan dan ketakwaan. Sementara kreatifitas dibutkan untuk melahirkan manusia yang penuh dengan ide segar dan bermanfaat. MI adalah sekolah dasar plus agama (baca; Islam). Keunggulan dari sekolah ini adalah penekanan pada kemampuan dan pengetahuan tentang Islam. Selain belajar ilmu umum, seluruh siswa MI juga mendapat penguatan pada materi pendidikan agama Islam (PAI) yaitu berupa akidah akhlak, fikih, sejarah kudayaan Islam, al-qu’an hadits, dan bahasa arab.

Dengan tambahan penguatan materi yang dimaksudkan tersebut, diharapkan siswa lebih mengenal dengan agamanya. selain pada penguatan materi, siswa juga sudah dibiasakan dengan melakukan ritus keagamaan misalnya. Ada jam khusus baca tulis al-quran, sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur berjamaah, kegiatan berinfaq setiap minggu, bacaan doa yaumiyah (harian), serta untuk pembiasaan keakraban antara bapak/ibu guru, ustadz/ustadzah dengan siswa biasanya sebelum masuk kelas ada kegiatan baris-berbaris yang dipimpin oleh salah satu guru, pemberian motivasi, sampai menyanyikan lagu penyemangat belajar. Selain itu untuk penanaman ketaatan dan penghormatan (tawadhu’) maka setiap anggota madrasah jika bertemu dengan ustadz/ustadzah dibiasakan dengan mengucapkan salam dan bersalaman (cium tangan). Untuk memperjelas masing-masing kegiatan-kegiatan ritual itu berikut penjelasannya:

a. Baris bersama

(12)

baik ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS), pengumuman untuk kelas terbersih, hasil infak siswa, pemberian hadiah kepada siswa berprestasi dan semua kegiatan yang dapat memotivasi siswa, misalnya saja pengarahan dari kepala madrasah, wali kelas atau dari ustadz/ustadzah. Kegiatan selanjutnya adalah bernyanyi dan ustadz/ustadzah yang bertugas akan memberikan apresiasi kepada barisan yang paling rapi untuk masuk kelas terlebih dahulu, siswa akan merasa sangat senang ketika barisan mereka dapat giliran lebih awal bersalaman dengan ustadz/ustadzah dan masuk kelas. Setelah semua siswa masuk dalam kelas diikuti oleh ustadz/ustadzah maka ada giliran siswa untuk memimpin kegiatan doa bersama, biasanya siswa yang mendapat giliran ini berasal dari kelas dua hingga kelas enam. Semua jadwal memimpin doa bersama telah tersusun dengan rapi. Mikropon yang di pasang di setiap penjuru kelas akan sangat membantu siswa mengikuti kegiatan doa bersama. Kegiatan baris bersama hingga berdoa dialokasikan antara 15-20 menit.

b. Membaca Senyap

(13)

c. Wudhu bersama

Sebelum masuk ke musholla atau masjid madrasah, siswa melepas sepatu mereka ditempat sepatu yang disediakan, ustadz/ustadzah akan mengawasi kegiatan siswa meletakkan sepatu. Hal ini untuk membiasakan siswa hidup rapi, dan membiasakan hidup disiplin. Disiplin menunggu giliran meletakkan sepatu di rak sepatu. Secara tertib dan teratur mereka antri untuk memasuki berwudhu.

Kegiatan bersama yang juga menjadi kegiatan pembiasaan adalah wudhu. Wudhu atau bersuci dari hadas kecil merupakan salah satu syarat sahnya sholat yang jika tidak sempurna wudhu seseorang maka menjadi kurang nilai dari suatu ibadah. Kegiatan berwudhu dilakukan dibawah pengawasan ustadz/ustadzah sehingga diharapkan setiap siswa yang sudah di kelas tiga sudah mampu melakukan wudhu secara sempurna. Mulai dari bacaan niat wudhu sampai pada bacaan di akhir wudhu. Penanaman kebiasaan seperti ini sangat membantu siswa dalam memahami dan menanamkan kebiasaan berwudhu pada anak sedari kecil. Wudhu ini dilakukan menjelang sholat dhuha dan menjelang sholat dhuhur berjamaah. Setelah semua siswa berwudhu maka selanjutnya ustadz/ustadzah akan mempersiapkan para siswa untuk sholat dhuha bersama.

d. Sholat dhuha berjamaah

(14)

Rasa tenggang rasa, menghormati dan menyayangi diantara sesama siswa akan terus di pupuk, melalui pembiasaan sholat berjamaah. Kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi tumbuhnya rasa tanggung jawab akan kewajiban sholat dan lebih mendekatkan siswa kepada Allah Swt. Dan lebih dekat dengan kegiatan berdoa. Perlu diketahui kegiatan berdoa itu merupakan wujud pengakuan manusia akan kelemahannya dan mengagungkan kemahabesaran Allah Swt, sehingga manusia tidak perlu menampakkan kesombongan dan keangkuhannya selama hidup di dunia

e. Sholat Dhuhur Berjamaah

(15)

f. Berinfaq

Kegiatan ini adalah wujud penanaman jiwa sosial kepada anak. Peduli terhadap sesame dengan memberikan sebagian yang dia miliki. Memberikan infak berarti anak belajar berbagi, membagi milik dan kesenangannya kepada orang lain. Kelak jika dia tumbuh menjadi pemimpin maka dia akan menjadi pemimpin yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dengan sikap senang berderma, dan menjauhkan diri dari keangkuhan. Berinfak mengajarkan agar kita banyak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt, belajar bahwa apa yang dimiliki saat ini hanyalah titipan, yang suatu saat bisa diminta lagi oleh pemiliknya. Yang bisa berupa hilangnya harta benda, dan juga permintaan pertanggung jawaban. Berinfak juga mengajarkan agar manusia menyakini petunjuk kebenaran tentang satu perbuatan baik akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dilipatgandakan menjadi 700 kebaikan. Selain itu berinfak juga mengajarkan bahwa ada perputaran nasib sebagaimana ada perputaran harta benda dari milik kita yang jika dibelanjakan akan menjadi milik orang lain. Berinfak juga mengajarkan bahwa apa yang ada di dunia ini semua bersifat sementara. Karenanya kecintaan terhadap dunia harus diarahkan kepada jalan yang benar.

Bukan nilai uang infak yang diajarkan tapi, pemupukan jiwa dermawan itu adalah nilai yang paling utama. Biasanya berinfak ini dijadwalkan pada hari jumat. Karena keistimewaan hari jumat itu segala kebaikan akan dilipatgandakan dan semua doa di kabulkan.

g. Kegiatan Jumat bersih

(16)

h. Mengaji Al-quran

Kegiatan membaca al-quran merupakan kegiatan yang penting bagi siswa, kegiatan ini dilakukan pada jam sebelum kegiatan belajar formal dimulai. Dengan kegiatan ini anak-anak diajarkan untuk mengenal wahyu Allah SWT. Kelas mengaji ini berdasarkan kepada kemampuan mereka untuk membaca kumpulan huruf arab, belajar tajwid dan belajar tata cara menulis huruf arab. Ada buku pedoman bagi siswa dari jilid satu sampai khatam al-quran. Hal ini juga memudahkan bagi anak yang sudah mengaji di Taman Pendidikan Quran (TPQ) lebih cepat menguasai materi alquran. Disisi lain orang tua tidak perlu untuk mengikutkan anak mereka ke TPQ lagi. Materi yang diberikan itu berupa doa-doa harian sampai surat-surat pendek

i. Belajar Nahwu Shorof

Bagi kelas atas, ada tambahan pelajaran nahwu shorof yaitu pelajaran tentang gramatikal bahasa arab. Kegiatan ini dilakukan pada jam seusai belajar formal. Bagi mereka yang telah memenuhi criteria untuk mengikuti kelas ini maka mereka bisa mengikutinya pada hari-hari yang ditentukan. Biasanya seminggu 2 kali.

Ada banyak lagi kegiatan pembiasaan bagi siswa dalam rangka memupuk siswa memiliki jiwa religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Berikut beberapa cara untuk membangun karakter pada siswa MI: a. Pemberian Contoh

(17)

telah dicontohkan oleh guru. Siswa di MI masih memiliki masa depan yang panjang, mereka baru memulai lembar-lembar pertama dalam kehidupan mereka. Kehidupan dan tantangan yang mereka hadapi juga akan lebih keras dan kuat, jika mereka mendapatkan contoh perilaku yang buruk dari guru maka demikianlah mereka akan membawanya sampai di akhir hayatnya. Jika ada guru yang pernah memukul siswanya maka seumur hidup hal itu akan terkenang dalam pikiran mereka. Hingga mungkin mereka enggan untuk menaruh rasa hormat kepada guru itu kelak jika mereka sudah menamatkan studi mereka di MI bahkan mungkin mereka akan memandang sebelah mata kepada guru itu jika kehidupan guru itu lebih buruk darinya.

Sebagai renungan bersama, jadilah guru yang terus dikenang dan dihormati oleh murid, sehingga kelak jika mereka sukses mereka akan mengenang akan jasa dan pengorbanan yang telah diberikan oleh guru mereka. Andaikan ada murid yang berbuat buruk, dengan melakukan tawuran, langsung atau tidak maka ada peran guru disana. Mungkin saja guru tidak mengajarkan tentang hal yang buruk, tapi guru tidak mampu membimbing murid untuk menjadi manusia yang lebih baik. Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan kognitif saja dinilai dan dirasakan kurang efektif dalam mengantarkan anak-anak generasi muda menjadi manusia sukses secara materi tapi banyak juga ditemukan koruptor-koruptor yang merupakan produk pendidikan dari lembaga-lembaga pendidikan yang terkemuka.

Saat anak diajarkan untuk cium tangan guru, maka ada nilai moral yang hendak disampaikan bahwa anak muda harus hormat kepada yang lebih tua. Pesan berikutnya adalah orang tua atau guru harus menyayangi kepada yang lebih muda. Dari satu sikap yang dicontohkan maka dapat menunjukkan dan membangun karakter yang baik yaitu sikap saling menghormati dan kasih sayang.

b. Pembiasaan Diri

Referensi

Dokumen terkait

Bar-On (2000) mengemukakan bahawa terdapat lima domain kecerdasan emosi iaitu (i) intrapersonal EQ ialah kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri,

Sesuai dengan teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dimana ketiga hasil yang diperoleh adalah stres kerja memiliki pengaruh negatif terhadap komitmen organisasional,

“Dalam rangka membantu pemeriksa dalam proses perencanaan pemeriksaan dalam kondi- si krisis, Revbang telah menerbitkan beberapa panduan untuk tim pemeriksa dalam kondisi

Pada bagian kesimpulan ini penulis mengemukakan kembali beberapa hal yang perlu ditegaskan secara lebih mendalam sehubungan dengan pemikiran bagi keluarga kristiani dalam

Inilah penghasilan yang diperolehnya dari hasil andaliman dalam satu bulan yang didistribusikan untuk membiayai 6 orang anak,sepertimembiayai keperluan sekolah anak-anaknya,

 Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).  Paresis otot tungkai bawah. Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi tekanan

Dalam jaringan interkoneksi statis, jalur diantara terminal yang berbeda dari sistem bersifat pasif dan hanya jalur yang telah ditentukan oleh prosesor pengendali yang dapat

Maret 2007 tentang Pembentukan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Asahan, maka resmilah Perpustakaan Umum Kabupaten Asahan didirikan dan menjadi KAPERASDA dengan gedung