• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alternatif Pemulihan Lahan Kering Masam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Alternatif Pemulihan Lahan Kering Masam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Alternatif Pemulihan Lahan Kering Masam

Terdegradasi dengan Formula Pembenah Tanah

Biochar di Typic Kanhapludults Lampung

Neneng Laila Nurida dan Achmad Rachman

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16114

Abstrak. Pengembangan pertanian tanaman pangan di lahan kering masam mengharuskan adanya upaya ekstra untuk memulihkan kondisi lahan tersebut terlebih dahulu agar tanah dapat berproduksi secara optimal. Upaya mempercepat pemulihan lahan kering masam terdegradasi sudah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan amelioran yang umumnya masih bersifat sementara karena sifatnya yang mudah terdegradasi oleh mikroorganisme. Saat ini telah mulai berkembang di dunia, penggunaan biochar/arang limbah pertanian yang sulit didekomposisi (tempurung kelapa, kulit buah kakao, sekam padi, batang kayu bakau, kulit kelapa sawit, dan lain-lain) sebagai bahan pembenah tanah alternatif. Biochar selain mampu bertahan lama di dalam tanah atau mempunyai efek yang relatif lama, juga bahan bakunya mudah diperoleh. Penelitian ini bertujuan menguji formulasi pembenah tanah berbahan baku biochar limbah pertanian dalam memperbaiki kualitas sifat fisik dan kimia tanah terdegradasi. Penelitian dilakukan pada tanah Typic Kanhapludults Kebun Percobaan Taman Bogo, Lampung Timur dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot) 3 ulangan. Petak utama adalah 3 jenis formula pembenah tanah biochar (SP-50, SP-75, dan KS-50) dan sebagai anak petak adalah tanpa pembenah tanah dan 3 tingkat dosis formula bahan pembenah tanah (2,5, 5, dan 7,5 t ha

-1

.MT-1). Pembenah tanah biochar dengan cara disebar. Parameter yang diamati adalah BD (bulk density), porositas, pF, permeabilitas, pH (H2O), Corganik, P tersedia, K total, KTK,

dan respirasi mikroorganisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah satu musim tanam, ketiga formula pembenah tanah biochar limbah pertanian mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan dosis pemberian pembenah tanah biochar berpengaruh nyata terhadap fisik dan sifat kimia tanah. Pemberian dosis 5-7,5 t ha-1 meningkatkan persentase pori air tersedia (PAT) menjadi 9,18-10,11% vol dari semula 6,69% vol (tanpa pembenah tanah). Kandungan P-tersedia meningkat menjadi 29,12-30,71 ppm dari 24,52 ppm (tanpa pembenah tanah), K total meningkat menjadi 5,13-6,43 ppm dari 3,08 ppm (tanpa pembenah tanah), KTK tanah meningkat menjadi 5,91-6,00 cmol(+) kg-1 dari 4,71 cmol(+) kg-1, dan respirasi mikroorganisme meningkat menjadi

9,88-10,78 mg CO2 kg-1 tanah hari-1 dari semula 8,71 mg CO2 kg-1 tanah hari-1 (tanpa pembenah

tanah). Peningkatan ketersediaan hara pada lahan kering masam terdegradasi dengan pemberian formula pembenah tanah biochar akibat terjadinya perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan pH, dan KTK. Berdasarkan perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah tersebut, maka formulasi biochar berbahan baku limbah pertanian dapat digunakan sebagai alternatif pembenah tanah untuk pemulihan lahan kering masam yang terdegradasi.

Kata kunci: Biochar, limbah pertanian, sifat tanah, degradasi, pemulihan tanah

(2)

PENDAHULUAN

Sebagai negara agraris, luas lahan pertanian merupakan modal yang potensial untuk menghasilkan pangan yang cukup. Sekitar 102 juta hektar dinyatakan sesuai untuk pertanian dan 64,7 juta ha di antaranya telah dibuka dan digunakan sebagai lahan pertanian, baik dalam bentuk lahan kering (tegalan dan tanaman tahunan) maupun lahan basah khususnya sawah (Hidayat dan Mulyani, 2005). Namun tingginya laju konversi lahan sawah yaitu sekitar 132.000 ha tahun-1 (Agus dan Irawan, 2006) mengharuskan untuk lebih meningkatkan produktivitas lahan-lahan suboptimal yang potensial untuk penyediaan pangan. Salah satu lahan suboptimal yang potensial untuk dikembangkan ditinjau dari luasan dan resiko lingkungan adalah lahan kering masam. Potensi lahan kering masam di Indonesia yang sesuai untuk kawasan budidaya pertanian seluas 62,6 juta ha dan yang berpotensi untuk perluasan areal tanaman pangan seluas 47,1 juta ha, sedangkan untuk tanaman perkebunan seluas 15,3 juta ha (Puslitbangtanak, 2001; BBSDLP, 2012).

Kendala utama lahan kering masam adalah pH tanah yang tergolong masam (<5,5), kadar Al tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan basa-basa dapat tukar dan KTK rendah, kandungan besi dan mangan mendekati batas meracuni, dan miskin elemen biotik. Pada umumnya terletak di daerah dengan curah hujan tinggi (>2.000 mm tahun-1) dengan bulan basah >6 bulan, berada pada wilayah berombak-bergunung (Subagyo et al. 2002), sehingga erosi seringkali menjadi penyebab utama degradasi lahan kering masam (Adimihardja et al. 2005; Undang Kurnia et al. 2005).

Pemulihan lahan kering masam menjadi prioritas untuk dilakukan apabila lahan tersebut akan dikelola secara intensif untuk pengembangan tanaman pangan agar tanaman mampu berproduksi secara optimal. Salah satu upaya mempercepat pemulihan kualitas tanah adalah dengan penggunaan berbagai bahan amelioran yang mudah tersedia dan mampu bertahan lama di dalam tanah atau mempunyai efek yang relatif lama, atau relatif resisten terhadap serangan mikroorganisme sehingga proses dekomposisi berjalan lambat. Saat ini telah mulai berkembang di dunia, penggunaan biochar/arang limbah pertanian yang sulit didekomposisi (tempurung kelapa, kulit buah kakao, sekam padi, batang kayu bakau, kulit kelapa sawit, dan lain-lain) sebagai bahan pembenah tanah alternatif.

(3)

dan hingga saat ini (100-1000 tahun kemudian) terbukti bahwa kualitas sifat fisik dan kimia tanah tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan tanah sekitarnya (Steiner et al. 2007).

Pemanfaatan biochar berbahan baku limbah pertanian yang sulit terdekomposisi merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memulihkan lahan kering masam terdegradasi. Pemberian biochar sebagai pembenah tanah baik secara langsung maupun diformulasikan terlebih dahulu dengan bahan lainnya diharapkan dapat mempercepat peningkatan kualitas sifat tanah. Penelitian ini bertujuan menguji formulasi pembenah tanah berbahan baku biochar limbah pertanian dalam memperbaiki kualitas sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada lahan kering masam terdegradasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada lahan kering masam Kebun Percobaan Taman Bogo, Lampung Timur yang terletak pada koordinat 05000.406'S dan 105029.405'E pada bulan Januari-April 2009. Jenis tanah KP Taman Bogo adalah Typic Kanhapludults dengan karakteristik seperti tertera pada Tabel 1. Biochar yang digunakan adalah biochar sekam padi (SP) dan biochar tempurung kelapa sawit (KS) yang diproduksi melalui pembakaran tanpa oksigen (pirolisys) selama 3,5 jam dengan temperatur 250-3500 C. Kedua jenis biochar tersebut (SP dan KS) diformulasikan dengan bahan lain (kompos pupuk kandang) sehingga diperoleh tiga foemula yaitu SP-50, SP-75, dan KS-50. Kualitas formula pembenah tanah yang dignakan tertera pada Tabel 2.

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 jenis formula pembenah tanah biochar (SP-50, SP-75, dan KS-50) dan sebagai anak petak adalah tanpa pembenah tanah dan 3 tingkat dosis formula pembenah tanah biochar, yaitu 2,5 t ha-1; 5 t ha-1, dan 7,5 t ha-1. Formula pembenah tanah biochar diberikan dengan cara disebar di permukaan tanah. Ukuran petak adalah 4x6 m dan tanaman indikator yang digunakan adalah jagung varietas Bisma. Pupuk anorganik yang diberikan adalah 300 kg Urea.ha-1 dan 200 kg Ponska.ha-1.

Parameter yang diukur adalah BD atau bulk density (gravimetri), porositas (gravimetri), pF (pressure plate) permeabilitas (Klute), pH H2O (elektroda gelas),

C-organik (Walkley and Black), N total (Kjeldahl), K total (HCl 25%), P tersedia (Bray 2), dan kapasitas tukar kation atau KTK (NH4-Acetat 1N, pH 7) serta respirasi

(4)

Tabel 1. Karakteristik sifat fisik dan kimia Typic Kanhapludults KP. Tamanbogo, Lampung

Sifat fisik 0-10 cm 10-20 cm Sifat Kimia Nilai Keterangan BD (g.cc-1) 1,32 1,47 pH H2O 4,17 Sangat masam Ruang pori total

(% vol.) 47,8 42,2 Corganik (%) 0,90 Sangat rendah Pori drainase

cepat (% vol.) 16,0 12,2 N total (%) 0,07 Sangat rendah Air tersedia (%

vol.) 6,6 7,1 P205 Bray (ppm) 27,0 Sangat rendah Permeabilitas

(cm.jam-1) 5,47 2,60 K20 (ppm) 3,2 Sangat rendah KTK (cmol(+)kg-1 4,98 Sangat rendah

Al3+ (cmol(+)kg-1 1,20

Tabel 2. Kualitas formula pembenah tanah biochar limbah pertanian

Parameter Satuan SP-50 SP-75 KS-50

pH H2O 7,1 7,7 7,4

Corganik % 32,07 32,82 41,83

N total % 1,70 1,47 1,83

C/N 22 25 26

KA % 10,24 8,69 10,07

P2O5 % 1,14 0,91 1,09

K2O5 % 1,14 0,90 1,10

KTK cmol(+)kg-1 32,32 23,43 21,83

Tanah KP Tamanbogo Lampung merupakan lahan kering yang telah terdegradasi yang dicirikan dengan tanah tergolong masam (pH H20 4,17), kadar Corganik tergolong

sangat rendah (0,09%). Kandungan unsur hara N total (0,07%), P tersedia (27,0 ppm) dan K total (3,2 ppm), KTK tanah (4,98 cmol(+) kg-1) tergolong sangat rendah, dan kandungan

Al3+ sekitar 1,2 cmol(+) kg-1. Sementara itu, sifat fisik tanah dicirikan dengan BD tanah

cukup tinggi yaitu 1,32-1,47 (cukup padat), dengan ruang pori total (RPT) berkisar 42,2-47,8%, pori air tersedia (PAT) tergolong rendah (6,6-7,1% vol.) yang mengindikasikan bahwa ketersediaan air menjadi kendala untuk pertumbuhan tanaman. Melihat fakta tersebut, maka tanah di KP Tamanbogo perlu segera dipulihkan terlebih dahulu agar mampu mendukung produksi tanaman pangan.

Formula pembenah tanah biochar yang digunakan mempunyai kadar air berkisar 8-10% dengan pH netral (7,1-7,7) dan kandungan hara N, P, dan K tergolong rendah hanya sekitar 0,90-1,83% sehingga kemampuan formula tersebut mensuplai hara sangat rendah. Keunggulan formula pembenah tanah biochar terletak pada tingginya kandungan Corganik

yaitu >32% dan formula KS mengandung Corganik tertinggi sekitar 41,83%. Keunggulan

lainnya adalah cukup tingginya KTK formula tersebut yaitu sekitar 21,83-32,32 cmol(+)

(5)

fisik biochar yang berongga diharapkan akan mampu berperan dalam memulihkan kualitas tanah terdegradasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat fisik tanah

Pada Tabel 3 diperlihatkan bahwa perbedaan formula pembenah tanah biochar (SP-50, SP-75, dan KS-50) tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah. Apabila dibandingkan dengan tanah tanpa diberi pembenah tanah (dosis 0 t ha-1) maka setelah satu musim tanam pemberian formula pembenah tanah telah mampu meningkatkan sifat fisik tanah terlihat dari penurunan nilai BD menjadi 1,32-1,34 g.cm-3 dan peningkatan PAT menjadi 7,72-9,41% vol., dibandingkan tanpa pembenah tanah (BD 1,39 gr.cm-3 dan PAT 6,69% vol). Hal ini berarti ketiga formula (SP-50, SP-75, dan KS-50) tersebut dapat dijadikan alternatif untuk merehabilitasi lahan kering masam yang telah terdegradasi.

Dosis pembenah tanah biochar hanya berpengaruh terhadap PAT, sedangkan sifat fisik tanah lainnya tidak dipengaruhi oleh perbedaan dosis pembenah tanah. Pemberian pembenah biochar 5 dan 7,5 t ha-1 mampu meningkatkan PAT, sedangkan bila hanya diberi 2,5 t ha-1 belum mampu meningkatkan PAT. Pori drainase cepat (PDC) dan pori air tersedia (PAT) tergolong sedang yaitu masing-masing berkisar pada 11,65-14,85% vol dan 7,46-10,01% vol. Untuk meningkatkan ketersediaan air, yang dicerminkan oleh volume PAT, pada tanah mineral masam yang telah terdegradasi Typic Kanhapludults KP Taman Bogo diperlukan dosis yang lebih tinggi (7,5 t ha-1).

Tabel 3. Bulk Density (BD), porositas, dan permeabilitas setelah aplikasi formula pembenah tanah biochar pada Typic Kanhapludults di KP Taman Bogo

Perlakuan BD (gr.cm-3)

RPT PDC PAT Permeabilitas (cm.jam-1) --- % vol. ---

SP-50 1,32 a 45,01 a 14,38 a 7,72 a 6,37 a SP-75 1,30 a 45,12 a 13,90 a 9,41 a 4,29 a KS-50 1,34 a 43,51 a 11,65 a 9,37 a 5,39 a 0 t ha-1 1,39 a 45,26 a 11,85 a 6,69 ab 4,78 a 2,5 t ha-1 1,32 a 44,88 a 13,40 a 7,46 b 4,62 a 5,0 t ha-1 1,33 a 44,09 a 12,75 a 10,01 a 5,41 a 7,5 t ha-1 1,32 a 43,97 a 12,24 a 9,18 ab 4,58 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menurut kolom menunjukkan tidak

(6)

Gambar 1. Kurva pF setelah aplikasi formula pembenah tanah biochar pada Typic Kanhapludults di KP Taman Bogo

Gambar 1 memperlihatkan bahwa pemberian formula pembenah tanah biochar selama satu musim tanam dengan dosis 2,5-7,5 t ha-1 belum mampu merubah secara signifikan kurva pF Typic Kanhapludults KP Taman Bogo. Namun demikian, dapat dilihat bahwa tanah yang diberi formula biochar 7,5 t ha-1, kadar air pada pF 2,0 dan pF 2,54 lebih tinggi dibandingkan tanah yang diberi formula biochar 2,5 dan 5 t ha-1. Pada umumnya permeabilitas tanah tergolong sedang dengan laju 4,37-5,41 cm.jam-1, kecuali pada perlakuan formula SP-50 dan tanpa pembenah tanah tergolong agak cepat. Pemberian pembenah tanah biochar cenderung mengurangi laju permeabilitas tanah, diduga hal ini berkaitan dengan kemampuan biochar meretensi air secara fisik sehingga air tidak cepat menghilang dari zona perakaran (Glaser et al. 2002; Nurida et al. 2009).

Sifat kimia dan biologi tanah

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa setelah satu musim tanam, perbedaan formula pembenah tanah biochar (SP dan KS) tidak berpengaruh terhadap pH, Corganik, N total, P

(7)

Gambar 2. pH, Corganik, K total, dan KTK tanah dengan dan tanpa formula pembenah

tanah biochar pada Typic Kanhapludults KP Taman Bogo

Pada Gambar 2 diperlihatkan bahwa pH, Corganik, K total, dan KTK meningkat

setelah diberi formula pembenah tanah biochar dibandingkan tanah tanpa pembenah tanah biochar. Selain itu, dapat dilihat bahwa untuk meningkatkan pH dan Corganik tanah,

penggunaan formula KS-50 cukup potensial dimana formula KS-50 mempunyai pH sekitar 7,4 dan Corganik yang paling tinggi (41,83%) dibandingkan kedua formula lainnya

(Tabel 2). Formula SP-50 dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan P-tersedia karena kandungan P205 formula tersebut tergolong paling tinggi (1,14%).

Dosis formula pembenah tanah mampu meningkatkan pH, P tersedia, K total, dan KTK, namun tidak berpengaruh terhadap Corganik dan N total. Pada Tabel 4 dapat dilihat

bahwa pH tanah meningkat secara nyata bila diberi formula pembenah tanah biochar 7,5 t ha-1, kurang dari dosis tersebut belum mampu meningkatkan pH tanah. Kadar Corganik dan

N total belum mampu ditingkatkan secara nyata dalam waktu satu musim tanam, meskipun kadar Corganik formula cukup tinggi. Pemberian formula pembenah tanah biochar

7,5 t ha-1 dengan kandungan Corganik 32,07-41,83% (Tabel 2), sebenarnya hanya mensuplai

(8)

Tabel 4. pH, Corganik, N total, dan P tersedia setelah aplikasi pembenah biochar pada Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menurut kolom menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %.

Tabel 5. K total, KTK tanah, dan respirasi mikroorganisme (MO) setelah aplikasi pembenah biochar pada Typic Kanhapludults KP Taman Bogo.

Perlakuan K total

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menurut kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %.

Pemberian formula pembenah tanah biochar dengan dosis 5 dan 7,5 t ha-1 mampu meningkatkan kandungan P tersedia dan K total tanah yaitu masing-masing menjadi 29,12-30,71 ppm dan 5,03-6,43 ppm. Pemberian dengan dosis 2,5 t ha-1 belum mampu meningkatkan kandungan P tersedia dan K total. Rendahnya kandungan P205 dan K20

dalam formula pembenah tanah biochar yaitu hanya 0,90-1,14% (Tabel 2) menyebabkan pemberian dengan dosis rendah tidak mampu meningkatkan kandungan P dan K dalam tanah. Setelah satu musim tanam, KTK tanah masih tergolong rendah, namun terlihat bahwa pemberian pembenah tanah biochar telah mampu meningkatkan KTK tanah secara signifikan menjadi 5,77-6,00 cmol(+) kg-1 dibandingkan tanpa pembenah tanah biochar

hanya 4,71 cmol(+) kg -1

. Pengaruh positif dari pemberian formula pembenah tanah biochar terhadap ketersediaan hara P dan K disebabkan adanya perubahan sifat fisik tanah dan peningkatan pH dan KTK tanah (Chan et al. 2007). Selain itu hasil penelitian Asai et al. (2009) mendapatkan bahwa adanya respon yang signifikan pemberian biochar yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik terhadap ketersediaan P pada tanah status P rendah sebagai akibat dari adanya peningkatan pH tanah sehingga konsentrasi PO4

(9)

sangat rendah sehingga peningkatan P-tersedia terjadi melalui mekanisme yang sama seperti yang ditemukan oleh Chan et al. (2007) dan Asai et al. (2009)

Aktivitas mikroorganisme terlihat mulai meningkat dengan diberi formula pembenah tanah biochar khususnya jika diberi 2,5 t ha-1 atau 7,5 t ha-1. Pemberian 5 t ha-1 meningkatkan aktivitas mikroorganisme namun tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian formula pembenah tanah biochar. Kemungkinan peningkatan aktivitas mikroorganisme tersebut terkait dengan perbaikan lingkungan mikro habitat mikroorganisme seperti pH dan porositas.

Mengingat lahan kering masam KP Taman Bogo tergolong terdegradasi berat (Tabel 1) maka pemberian formula pembenah tanah dengan dosis 2,5-7,5 t ha-1 tergolong terlalu rendah yaitu hanya sekitar 0,13-0,38% bobot tanah. Selain itu, pemberian dengan cara disebar akan menyebabkan semakin rendahnya kontak biochar dengan tanah pada areal perakaran. Itulah sebabnya efektivitas pemberian formula pembenah tanah biochar masih perlu ditingkatkan dengan cara pemberian secara kontinu hingga mencapai 3-5% bobot tanah dan selanjutnya tidak perlu diberikan lagi dan pemberiannya dilakukan dengan cara larikan atau dalam lubang tanam.

KESIMPULAN

1. Setelah satu musim tanam, formula pembenah tanah biochar (SP-50, SP-75, dan KS-50) mampu memperbaiki sifat fisik (BD dan PAT) dan kimia tanah (pH, Corganik, P

tersedia, K total, dan KTK)

2. Pemberian formula pembenah tanah biochar dengan dosis 5-7,5 t ha-1 mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah:

- persentase pori air tersedia (PAT) menjadi 9,18-10.11% vol dari semula 6,69% vol

(tanpa pembenah tanah).

- Kandungan P-tersedia meningkat menjadi 29,12-30,71 ppm dari 24,52 ppm (tanpa

pembenah tanah),

- K total meningkat menjadi 5,13-6,43 ppm dari 3,08 ppm (tanpa pembenah tanah),

KTK tanah meningkat menjadi 5,91-6,00 cmol(+) kg-1 dari 4,71 cmol(+) kg-1, - respirasi mikroorganisme meningkat menjadi 9,88-10,78 mgCO2 kg-1 tanah hari-1

dari semula 8,71 mgCO2 kg-1 tanah hari-1 (tanpa pembenah tanah).

3. Peningkatan ketersediaan hara pada lahan kering masam terdegradasi dengan pemberian formula pembenah tanah biochar akibat terjadinya perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan pH, dan KTK

4. Formula pembenah tanah biochar limbah pertanian (SP-50, SP-75, dan KS-50) cukup potensial untuk digunakan sebagai alternatif pembenah tanah dalam memulihkan lahan kering masam yang terdegradasi.

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Agus, F. dan Irawan, 2006. Agricultural land conversion as a threat to food security and environmental quality. Prosiding Seminar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Kerjasama Badan Ltbang Pertanian, MAFF, dan ASEAN Secretariat. Hal. 101-121

Asai, H., B.K. Samson, H.M. Stephan, K. Songyikhangsuthor, K. Homma, Y. Kiyono, Y. Inoue, T. Shiraiwa, and T. Horie. 2009. Biochar amendment techniques for upland rice production in Northern Laos 1. Soil physical properties, leaf SPAD and grain yield. Field Crops Research, 111, 81-84.

Atkinson, C.J., J.D. Fitzgerald, N.A. Hipps. 2010. Potential mechanisms for achieving agricultural benefits from biochar application to temperate soils: a review. Plant and Soil, 337, 1-18.

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). 2012. Lahan Sub Optimal:Potensi, Peluang, dan Permasalahan Pemanfaatannya untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan. Disampaikan dalam Seminar Lahan Suboptimal, Palembang, Maret 2012. Kementrian Ristek dan Teknologi.

Chan, K.Y., L. van Zwieten, I. Meszaros, A. Downie, and S. Joseph. 2007. Agronomic values of greenwaste biochar as a soil amendment. Australian Journal of Soil Research, 45, 629-634.

Glaser, B., J. Lehmann, and W. Zech. 2002. Ameliorating physical and chemical properties of highly weathered soils in the tropics with charcoal: A review. Biol. Fertil. Soils 35: 219-230.

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2005. Lahan kering untuk pertanian. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hal 7-37

Kurnia U., Sudirman, dan H. Kusnadi. 2005. Teknologi rehabilitasi dan reklamasi lahan. Hlm. 147-182 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Puslitbangtanak. Bogor

Lehmann, J. 2007. A handful of carbon. Nature, 447, 143-144

Nurida, N.L., A. Dariah, dan A, Rachman. 2009. Kualitas limbah pertanian sebagai bahan baku pembenah berupa biochar untuk rehabilitasi lahan. Prosiding Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Tahun 2008. Hal. 209-215.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2001. Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000. Puslitbangtanak. Bogor. Indonesia. 37 hal.

Steiner, Christoph, Teixeira, Wenceslau, Lehmann, Johannes, Nehls, Thomas, de Macdo, Jeferson, Blum, Winfried, and Zech, Wolfgang. 2007. Long term effects of manure, charcoal and mineral fertilization on crop production and fertility on a highly weathered Central Amazonian upland soil. Plant and Soil 291[1], 275-290. Springer Netherlands.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik sifat fisik dan kimia Typic Kanhapludults KP. Tamanbogo, Lampung
Tabel 3. Bulk Density (BD), porositas, dan permeabilitas setelah aplikasi formula pembenah tanah biochar pada Typic Kanhapludults di KP Taman Bogo
Gambar 1. Kurva pF setelah aplikasi formula pembenah tanah biochar pada Typic Kanhapludults di KP Taman Bogo
Gambar 2. pH, Corganik, K total, dan KTK tanah dengan dan tanpa formula pembenah tanah biochar pada Typic Kanhapludults KP Taman Bogo
+2

Referensi

Dokumen terkait

"Apakah Kantor Kecamatan Tanjung Redeb memberikan jaminan tepat waktu dalam proses pelayanan ?".. "Apakah Kantor Kecamatan Tanjung Redeb memberikan jaminan biaya dalam proses

Pada form ini user dapat melihat jalur terpendek antara gedung posisi awal dengan gedung tujuan dengan cara menekan gambar gedung posisi awal dan gedung posisi

Dan yang terjadi pada kertas berwarna adalah warna kertas akan lebih cepat memudar karena kekuatan dari kaporit ditentukan oleh banyaknya klor, dimana pada reaksi ini kaporit

Biopolimer P(3HB) dapat disintesis oleh bakteri Bacillus sp FAAC 20801 dengan bahan dasar jerami sebagai sumber karbon secara fermentasi. Makin tinggi sumber karbon

Namun dengan asumsi bahwa pendekatan ini merupakan sarana berbagi dan memahami interes masing-masing pihak, serta membangun hubungan yang baik untuk bisa menimbulkan komitmen

Besarnya IGIP merupakan indikator dalam meyakinkan dan memvalidasi apakah model yang kita lakukan pada Modern Production Data Analysis sudah tepat. IGIP yang didapat pada dari

Pada tahap pemanasan ini pati akan mengalami proses gelatinasi sehingga granula pati rusak akibat pemanasan di dalam air berlebih dan amilosa dilepaskan dari

Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah aplikasi yang dibuat telah memberikan unsur-unsur dan informasi mengenai beberapa alat musik tradisional dengan cara yang