• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA DALA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA DALAM

MENGHADAPI TANTANGAN MODERNITAS

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas UAS

Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah

Dosen: Drs. Fahrurrozi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Fenti Nur 1815151895

KELAS E 2015 / SEMESTER 6 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

Membicarakan tentang pendidikan karakter sebetulnya bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan di Indonesia, sejak lama pendidikan karakter ini telah menjadi bagian penting dalam misi kependidikan nasional walaupun dengan penekanan dan istilah yang berbeda. Membicarakan arakter merupakan hal sangat penting dan mendasar. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgentnya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Fenomena tersebut merupakan salah satu ekses dari kondisi masyarakat yang sedang berada dalam masa transformasi sosial menghadapi era globalisasi.

Dengan adanya globalisasi problematika menjadi sangat kompleks. Globalisasi disebabkan perkembangan teknologi, kemajuan ekonomi dan kecanggihan sarana informasi. Kondisi tersebut telah membawa dampak positif sekaligus dampak negatif bagi bangsa Indonesia, dengan adanya kebudayaan negara-negara Barat yang masuk ke Indonesia dan cenderung mengedepankan rasionalitas, mempengaruhi negara-negara Timur termasuk Indonesia yang masih memegang erat adat dan kebudayaan leluhur yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan spiritualitas keagamaan.

(3)

demikian kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang riil yaitu budaya yang hidup di dalam masyarakat kebangsaan Indonesia. Sedangkan pendidikan mempunyai arah untuk mewujudkan keperluan perikehidupan dari seluruh aspek kehidupan manusia dan arah tujuan pendidikan untuk mengangkat derajat dan harkat manusia. (Tilaar, 1999:68).

A. Devinisi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya

Dalam pendidikan karakter berbasis budaya, kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan apa yang dipelajari serta mengubahnya menjadi sesuatu yang baru, itulah inti dari proses pendidikan. Apabila demikian adanya, maka tugas pendidikan sebagai misi kebudayaan harus mampu melakukan proses; pertama pewarisan kebudayaan, kedua membantu individu memilih peran sosial dan mengajari untuk melakukan peran tersebut, ketiga memadukan beragam identitas individu ke dalam lingkup kebudayaan yang lebih luas, keempat harus menjadi sumber inovasi sosial.

Tahapan tersebut diatas, mencerminkan jalinan hubungan fungsional antara pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua hal utama, yaitu : 1. Bersifat reflektif, pendidikan merupakan gambaran kebudayaan yang

sedang berlangsung.

2. Bersifat progresif, pendidikan berusaha melakukan pembaharuan, inovasi agar kebudayaan yang ada dapat mencapai kamajuan.

Kedua hal ini, sejalan dengan tugas dan fungsi pendidikan adalah meneruskan atau mewariskan kebudayaan serta mengubah dan mengembangkan kebudayaan tersebut untuk mencapai kemajuan kehidupan manusia. Disinilah letak pendidikan karakter itu dimana proses pendidikan merupakan ikhtiar pewarisan nilai-nilai yang ada kepada setiap individu sekaligus upaya inovatif dan dinamik dalam rangka memperbaharui nilai tersebut ke arah yang lebih maju lagi.

(4)

mempelajari nilai, norma, dan moral. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang berupa tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.

B. Pengertian Budaya Bangsa

Menurut Handayani (2013), budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Kebudayaan menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Adapun perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya di masyarakat.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh umat manusia (Hasan; dkk, 2010).

C. Komponen Utama Pendidikan Karakter

(5)

1. Keberagamaan, terdiri dari nilai-nilai a. Kekhusuan hubungan dengan tuhan; b. Kepatuhan kepada agama;

c. Niat baik dan keikhlasan; d. Perbuatan baik;

e. Pembalasan atas perbuatan baik dan buruk. 2. Kemandirian, terdiri dari nilai-nilai

Dalam hal mengajarkan nilai-nilai tersebut diatas, ada tiga komponen penting dalam membangun pendidikan karakater yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral action (perbuatan bermoral). Ketiga hal tersebut dapat dijadikan rujukan implementatif dalam proses dan tahapan pendidikan karakater. Kalaulah pendidikan karakter adalah hasil dari tindakan moral, maka pendekatan pendidikan moral dapat digunakan untuk pendidikan karakter. Untuk memahami tentang karakter maka pahamilah berbagai hal yang berhubungan dengan konsep moral. Misalnya beberapa pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral.

D. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter

(6)

dilakukan di luar jam pelajaran. Strategi dalam pendidikan karakter dapat

Sedangkan menurut Halomoan (2012), strategi pengembangan pendidikan karakter bangsa di satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Program Pengembangan Diri

Program ini dapat diintegrasikan melalui hal-hal berikut: a. Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. c. Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.

d. Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

(7)

tersebut dicantumkan dalam silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP).

3. Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah.

Menurut Rakhmat (2013), strategi pengembangan pendidikan karakter dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: (1). Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach), (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).

a. Pendekatan Penanaman Nilai

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut Superka et al. (1976), tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan iniantara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.

b. Pendekatan Perkembangan Kognitif

(8)

perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju tingkat yang lebih tinggi.

Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Proses pengajaran nilai menurut pendekatan ini didasarkan pada dilemma moral, dengan menggunakan metoda diskusi kelompok. Pendekatan perkembangan kognitif mudah digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir.

Oleh karena pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya

kepada isu moral dan penyelesaian

masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat, penggunaan pendekatan ini menjadi menarik. Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas. Teori Kohlberg dinilai paling konsisten dengan teori ilmiah, peka untuk membedakan kemampuan dalam membuat pertimbangan moral, mendukung perkembangan moral, dan melebihi berbagai teori lain yang berdasarkan kepada hasil penelitian empiris.

c. Pendekatan Analisis Nilai

(9)

perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilemma moral yang bersifat perseorangan. (Superka, 1976).

d. Pendekatan Klarifikasi Nilai

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga. Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain,berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri; Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri (Superka, 1976).

e. Pendekatan Pembelajaran Berbuat

(10)

praktek keterampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antara sesama (Superka, 1976).

(11)

Daftar Pustaka

Budimansyah, Dasim. 2011. Pendidikan Karakter; Nilai Inti bagi upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widaya Aksara Press.

Darahim, Andarus. 2015. Membentuk Jati Diri dan karakter Anak Bangsa, Institut Pembelajaran Gelar Hidup (IPGH), Jakarta.

Elmubarok, Z. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Handayani, U. 2013. Membangun Jati Diri Bangsa Melalui Budaya, Pendidikan Karakter, dan Sopan Santun Berbahasa. SMP Negeri 2

Sukoharjo, Sukoharjo.

Larasati, Ani, dkk. 2014. Kajian Awal Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Pada Tingkat Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta, Balai Pelestari Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta, Yogyakarta. Megawangi, Ratna. 2007. Character Parenting Space. Publishing House Bandung: Mizan. Bandung.

Rakhmat, C. 2013. Menyemai Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Dalam Menghadapi Tantangan Modernitas. Institut Hindu Dharma Negeri, Bali.

Tilaar, H.A.R., 1999, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Strategi Reformasi Pendidikan Nasional, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Zubaedi. 2011, Desain Pendidikan Karakter, Prenadamedia Group, Jakarta. http://digilib.unimed.ac.id/27499/

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 program ganda jurusan Sistem Informasi dan Manajemen di Universitas

Priatmoko (2012) mengatakan melalui permainan sirkuit cerdik menyebabkan suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan santai sehingga diharapkan turut membantu siswa untuk

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Penulis mencoba melakukan inovasi pembelajaran dengan memadukan berbagai media berbasis teknologi dengan memanfaatkan software gratis dari internet yaitu Geogebra dan media

Hasil dari uji jarak Duncan’s yang dilakukan menunjukkan bahwa pada perlakuan perendaman dalam asap cair 5,0 % dan 7,5 % selama 1 dan 5 menit memberikan karakteris- tik kimia

Penelitian ini diharapkan juga berguna untuk memberi masukan bagi para perumus kebijakan dan para pengambil keputusan dalam masalah regulasi yang berkaitan dengan zakat

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dalam tingkatan aplikatif siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Pontianak Utara, termasuk