Volume 1, Nomor 2 Januari 2015
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 69
“
Analisis Implementasi Program Penanggulangan
Human
Immunodeficiency Virus
dan
Acquired Immuno Deficiency
Syndrome
di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang
Tahun 2014
”
“Analysis of Program Implementation and Management Human Immunodeficiency
Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Prevention and Control
District Commission Sintang 2014”
Galelius Paulus Micky Dadong
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1)
Abstrak
Latar Belakang : Human
Immunodeficiency Virus yang selanjutnya
disingkat HIV adalah Virus yang
menyebabkan Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS). Sedangkan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome
yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. Data Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang sampai dengan bulan Juni 2014 berjumlah 171 kasus.
Tujuan : Untuk menganalisis
Implementasi Program Penanggulangan
Human Immunodeficiency Virus dan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang Tahun 2014.
Metode Penelitian : Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah pengurus dan pengelola KPA Kabupaten Sintang serta masyarakat umum dengan jumlah total 8
responden. Teknik penelitian
menggunakan observasi dan wawancara mendalam (in-dept interview).
Pembahasan : Implementasi Program
Penanggulangan Human
Immunodeficiency Virus dan Acquired
Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang tahun 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berbagai faktor yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi
implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang seperti proses komunikasi, ketersediaan sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di KPA Kabupaten Sintang.
Hasil : Implementasi Program
Penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan, hal ini dikarenakan berbagai kendala seperti proses komunikasi, ketersediaan sumber daya, faktor disposisi serta mekanisme dalam struktur birokrasi.
Kesimpulan : Implementasi Program
Penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan.
Kata Kunci : Implementasi Program,
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 70 Abstract
Background : Human immunodeficiency virus HIV is hereinafter abbreviated virus that causes Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). While the Acquired Immuno Deficiency Syndrome hereinafter abbreviated as AIDS is a collection of symptoms reduced ability to self defense caused by the entry of the HIV virus in a person's body. Data Cases of HIV and AIDS in Sintang until the month of June 2014 amounted to 171 cases.
Purpose : To analyze Mitigation Program
Implementation Human
Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Commission Sintang 2014.
Methods : This study used a descriptive research with a qualitative approach.
Respondents in this study were
administrators and managers NAC Sintang and the general public with a total of 8 respondents. Engineering research using observation and in-depth interviews (in-dept interview).
Discussion : Implementation of Program Management of Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Commission 2014 Sintang influenced by various factors. Various factors that interact and influence the implementation of the HIV and AIDS in Sintang such communication processes, resource availability, disposition and bureaucratic structure in NAC Sintang.
Results : Implementation of HIV and AIDS programs in AIDS Commission Sintang already executed, but not yet
achieving maximum results in its
implementation in the field, this is due to various constraints such as communication processes, availability of resources, and the disposition factor in the mechanism of bureaucratic structure .
Conclusions : Implementation of HIV and AIDS programs in AIDS Commission Sintang already implemented, but have not
reached the maximum results in its implementation in the field.
Keywords : Program Implementation, HIV and AIDS.
Pendahuluan
Status derajat kesehatan masyarakat disuatu wilayah dapat dilihat dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor
yang memberi pengaruh terpenting,
dimana penularan penyakit akan lebih cepat terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak baik. Hal inilah yang menyebabkan penyakit-penyakit menular masih menjadi masalah utama. Salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di Indonesia, bahkan permasalahan global
adalah penyakit HIV/AIDS (Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional, 2014).
Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, bahwa dengan terjadinya peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang bervariasi mulai dari epidemi rendah,
epidemi terkonsentrasi dan epidemi
meluas, perlu dilakukan upaya
penanggulangan HIV dan AIDS secara terpadu, menyeluruh dan berkualitas.
Human Immunodeficiency Virus
yang selanjutnya disingkat HIV adalah
Virus yang menyebabkan Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Sedangkan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data dari Komisi
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 71 kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan
dari mulai tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak 127.427 orang. Sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak 52.348 orang.
Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan Provinsi Kalimantan Barat kepada Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional (KPAN) sampai dengan
Desember 2013 sebanyak 4.135 kasus, sedangkan jumlah kumulatif AIDS yang dilaporkan sampai dengan Desember 2013
sebanyak 1.699 kasus (Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional, 2014). Jumlah penderita HIV-AIDS yang dilaporkan dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2014 di Kabupaten Sintang berjumlah 171 orang, jumlah penderita HIV(+) sebanyak 76 orang, jumlah penderita AIDS sebanyak 56 orang dan jumah kasus meninggal karena HIV-AIDS sebanyak 39 orang.
Perkembangan epidemi yang
meningkat diawal tahun 2000-an telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS di Indonesia.
Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional dibentuk dalam rangka
meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Komisi Penanggulangan AIDS
dibentuk dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan AIDS, dimana dianggap perlu dilakukan langkah-langkah strategis
untuk menjaga kelangsungan
penanggulangan AIDS dan menghindari dampak yang lebih besar di bidang kesehatan, sosial, politik dan ekonomi
serta dalam rangka meningkatkan
efektivitas koordinasi penanggulangan
AIDS sehingga lebih intensif, menyeluruh dan terpadu.
Untuk menghadapi epidemi
tersebut, perlu dilakukan upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh,
terpadu dan terkoordinasi, untuk
menghasilkan program yang cakupannya
tinggi, efektif dan berkelanjutan.
Kebijakan program seperti ini sangat memerlukan peran aktif banyak pihak, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010-2014, terdapat beberapa program penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, yaitu Program Pencegahan Penularan Melalui Alat Suntik, Program Terapi Rumatan Metadon, Program di
Lembaga Pemasyarakatan, Program
Pencegahan Penularan HIV Melalui
Transmisi Seksual, Program Pencegahan Penularan HIV Melalui lbu ke Bayi (PMTCT), Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) serta
Program Perawatan Dukungan dan
Pengobatan.
Implementasi kebijakan adalah
suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi
implementasi kebijakan. Faktor-faktor
tersebut perlu ditampilkan guna
mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Ada empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi
kebijakan yaitu faktor komunikasi
(communication), sumber daya
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 72 Metode
Desain
Desain pada penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Desain penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian kualitatif merupakan
prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat (Djajasudarma, 2006: 11). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan
suatu bahasa memerlukan informan.
Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Jumlah informannya ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.
Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini meliputi
komunikasi, sumber daya, disposisi,
struktur birokrasi dan implementasi
program. Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Penelitian Definisi Operasional
1. Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan. Komunikasi yang efektif harus memiliki tranformasi informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. (Widodo, 2011: 97).
2. Sumber Daya Sumber daya merupakanhalterpenting dalam implementasi
kebijakan program. Sumber daya dalam implementasi program meliputi sumber daya manusia, anggaran, fasilitas serta informasi dan kewenangan.
3. Disposisi Disposisi dalam implementasi kebijakan program
merupakankecenderungan perilaku atau karakteristik sikap dalam pelaksanaan implementasi kebijakan.
4. Struktur Birokrasi Struktur Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas rutin yang dicapai melalui aturan dan ketentuan yang formal, dengan tugas dalam berbagai fungsional, pengambilan keputusan mengikuti rantai komando.
5. Implementasi
Program
Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis,
dimana banyak faktor yang saling berinteraksi dan
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 73 Subjek Penelitian
Moleong (2010: 132)
mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan. Artinya, orang pada latar
penelitian yang dimanfaatkan untuk
memberikaninformasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Informan merupakan orang yang
benar-benar mengetahui permasalahan
yang akan diteliti. Informan
penelitianadalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar belakang
penelitian. Terdapat 2 subjek penelitian, yaitu informan kunci (Key Informant) dan
informan pendukung (Seconder
Informant).
Informan Kunci (Key Informant)
Informan kunci yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah penyelenggara
program penanggulangan HIV-AIDS di
Kabupaten Sintang.Adapun yang
dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah Pengelola Program KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Administrasi KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Pelayanan VCT RSUD Ade M. Djoen Sintang (1 Orang) dan Kepala Seksi BINA-GIATJA Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Sintang (1 Orang).
Informan Pendukung (Seconder
Informant)
Informan pendukung informan yang sebagai objek implementasi program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Sintang. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah pelaksana dan penerima program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Sintang. Adapun yang dimaksud sebagai informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat umum (3 orang).
Hasil
Penelitian ini dilakukan di Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten
Sintang. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dibentuk pada
tahun 2007. Sekretariat Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang bertempat di Gedung Kantor Pelayanan
Izin Terpadu Satu Pintu (KPTSP)
SintangJalan Mohammad Saad No. 03 Sintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli tahun 2014.
Penelitian ini mengambil judul tentang Analisis Implementasi Program
Penanggulangan Human
Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang Tahun 2014. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari Pengelola Program KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Administrasi KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Pelayanan VCT RSUD Ade Mohamad Djoen Sintang (1 Orang), Kepala Seksi BINA-GIATJA Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Sintang (1 Orang) serta informan
pendukung yaitu masyarakat umum (3 orang). Sedangkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang.
Pembahasan
Komunikasi dalam implementasi kebijakan program mencakup beberapa
dimensi penting yaitu tranformasi
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 74
dari pelaksana kebijakan, kelompok
sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan serta konsistensi informasi yang bertujuan agar informasi
yang disampaikan harus konsisten
sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait. Komunikasi yang terjadi antara KPA Kabupaten Sintang dengan instansi terkait lainnya serta dengan masyarakat dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang belum berjalan dengan baik dan maksimal, karena masih ada kekurangan berupa hambatan dan kendala yang terjadi didalam prosesnya di lapangan. Hal ini terjadi karena proses komunikasi yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang tidak dapat diterima secara maksimal oleh masyarakat, serta
masih rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat untuk peduli dan berpartisipasi
dalam implementasi program
penanggulangan AIDS di Kabupaten Sintang.
Faktor sumber daya mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam
implementasi kebijakan program.
Ketersediaan sumberdaya dalam
melaksanakan sebuah program merupakan salah satu faktor yang harus selalu diperhatikan. Sumber daya yang tersedia di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang masih sangat minim dan banyak sekali kekurangan. Baik sumber daya yang berupa Sumber Daya Manusia (Staff), Anggaran (Budgetary),
Fasilitas (Facility) maupun Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)
masih belum terkoordinir dengan baik. Hal ini memerlukan perhatian serius serta perlu dikaji ulang dengan perencanaan yang lebih matang lagi untuk kedepannya agar implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan lancar dan baik serta mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi
kebijakan. Apabila implementator
memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. Disposisi (kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan) di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang sudah berjalan dengan baik. Tetapi perlu diperhatikan realisasi kebijakan program yang dilaksanakan di lapangan. Karena suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik jika hanya
direncanakan tetapi tidak dilakukan
monitoring serta pengawasan proses
implementasi program di lapangan.
Struktur Birokrasi atau struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam implementasi suatu kebijakan program. Jika Struktur birokasi sudah tertata baik serta dengan mekanisme manajemen yang jelas, maka baik pula hasil dari program yang rancang oleh birokasi tersebur. Peneliti menyimpulkan bahwa struktur birokrasi atau struktur organisasi Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Kabupaten Sintang dalam
implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang secara umum sudah tertata dan terkelola dengan baik sesuai tugas dan fungsi dari masing-masing kepengurusan di KPA.
Implementasi kebijakan adalah
suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi
implementasi kebijakan. Faktor-faktor
tersebut perlu ditampilkan guna
mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi.
Terdapat 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 75 komunikasi, sumber daya, disposisi dan
struktur birokrasi. Jika keempat faktor tersebut berjalan dan terkoordinir dengan baik, maka suatu kebijakan program akan
dapat berhasil dengan hasil yang
maksimal. Implementasi program
penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang sudah berjalan, tetapi belum semuanya terlaksana dengan maksimal
dalam pelaksanaannya di lapangan.
Seharusnya ada hubungan kerja sama yang baik lintas sektor dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang. Jika ada kerjasama yang baik lintas sektor, baik dari sektor pemerintahan maupun instansi terkait,
serta keterlibatan masyarakat dalam
implementasi program, maka
implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan baik dan lancar serta mendapatkan hasil yang maksimal.
Kesimpulan
Implementasi program
penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang sudah berjalan, tetapi belum semuanya terlaksana dengan maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan. Hal ini tidak hanya terkendala oleh sumber daya yang tersedia dalam setiap implementasi program, tetapi juga dapat disebabkan oleh kurangnya kerjasama lintas sektor serta
rendahnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam merespon setiap
implementasi kagiatan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang yang
dilaksanakan oleh KPA Kabupaten
Sintang.
Saran
Disarankan supaya masyarakat lebih peduli dan respon serta turut berpartisipasi
dalam setiap implementasi program
penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang, agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan baik serta mencapai hasil yang maksimal. Selain itu,
pemerintah daerah juga harus
mengkoordinir dengan baik antara
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di KPA Kabupaten Sintang dalam Implementasi Program Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang.
Daftar Pustaka
1. Agustino, Leo. 2008. Dasar Dasar
Kebijakan Publik. Bandung :Alfabeta. 2. Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
3. Data HIV dan AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang tahun 2014.Sintang: 2014.
4. KPAN. 2014. Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional.
(online)
http://www.aidsindonesia.or.id/. Diakses 01 Juni 2014.
5. ______. 2014. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014. Jakarta : Australian AID.
6. ______. 2013. Laporan
Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III Tahun 2013 . Jakarta.
7. KPA Kalimantan Barat. 2013.
Laporan Kasus HIV-AIDS di Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan bulan Desember 2013. Pontianak: 2013.
8. KPA Kabupaten Sintang. 2014.
Laporan Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Sintang sampai dengan bulan April 2014. Sintang: 2014.
9. Moleong, Lexy J. 2006. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 76 11. Nawawi,Ismail. 2009. Public Policy.
Surabaya : Putra Media Nusantara.
12. Notoadmodjo, S.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
13. ______. 2007. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan.. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
14. Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu. Jakarta: Salemba Medika.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Jakarta: 2013.
16. Subarsono, AG. 2010. Analisis
Kebijkan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
17. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
18. Suharto, Edi. 2005. Analisis
Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
19. Widodo. 2010. Analisis Kebijakan
Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media
20. Winarno, Budi.2012. Kebijakan