• Tidak ada hasil yang ditemukan

Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1, Nomor 2 Januari 2015

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 69

Analisis Implementasi Program Penanggulangan

Human

Immunodeficiency Virus

dan

Acquired Immuno Deficiency

Syndrome

di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang

Tahun 2014

“Analysis of Program Implementation and Management Human Immunodeficiency

Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Prevention and Control

District Commission Sintang 2014”

Galelius Paulus Micky Dadong

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1)

Abstrak

Latar Belakang : Human

Immunodeficiency Virus yang selanjutnya

disingkat HIV adalah Virus yang

menyebabkan Acquired Immuno

Deficiency Syndrome (AIDS). Sedangkan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome

yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya

kemampuan pertahanan diri yang

disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. Data Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang sampai dengan bulan Juni 2014 berjumlah 171 kasus.

Tujuan : Untuk menganalisis

Implementasi Program Penanggulangan

Human Immunodeficiency Virus dan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Metode Penelitian : Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah pengurus dan pengelola KPA Kabupaten Sintang serta masyarakat umum dengan jumlah total 8

responden. Teknik penelitian

menggunakan observasi dan wawancara mendalam (in-dept interview).

Pembahasan : Implementasi Program

Penanggulangan Human

Immunodeficiency Virus dan Acquired

Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang tahun 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berbagai faktor yang saling

berinteraksi dan mempengaruhi

implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang seperti proses komunikasi, ketersediaan sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di KPA Kabupaten Sintang.

Hasil : Implementasi Program

Penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan, hal ini dikarenakan berbagai kendala seperti proses komunikasi, ketersediaan sumber daya, faktor disposisi serta mekanisme dalam struktur birokrasi.

Kesimpulan : Implementasi Program

Penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan.

Kata Kunci : Implementasi Program,

(2)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 70 Abstract

Background : Human immunodeficiency virus HIV is hereinafter abbreviated virus that causes Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). While the Acquired Immuno Deficiency Syndrome hereinafter abbreviated as AIDS is a collection of symptoms reduced ability to self defense caused by the entry of the HIV virus in a person's body. Data Cases of HIV and AIDS in Sintang until the month of June 2014 amounted to 171 cases.

Purpose : To analyze Mitigation Program

Implementation Human

Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Commission Sintang 2014.

Methods : This study used a descriptive research with a qualitative approach.

Respondents in this study were

administrators and managers NAC Sintang and the general public with a total of 8 respondents. Engineering research using observation and in-depth interviews (in-dept interview).

Discussion : Implementation of Program Management of Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Commission 2014 Sintang influenced by various factors. Various factors that interact and influence the implementation of the HIV and AIDS in Sintang such communication processes, resource availability, disposition and bureaucratic structure in NAC Sintang.

Results : Implementation of HIV and AIDS programs in AIDS Commission Sintang already executed, but not yet

achieving maximum results in its

implementation in the field, this is due to various constraints such as communication processes, availability of resources, and the disposition factor in the mechanism of bureaucratic structure .

Conclusions : Implementation of HIV and AIDS programs in AIDS Commission Sintang already implemented, but have not

reached the maximum results in its implementation in the field.

Keywords : Program Implementation, HIV and AIDS.

Pendahuluan

Status derajat kesehatan masyarakat disuatu wilayah dapat dilihat dari berbagai

faktor yang mempengaruhinya.

Lingkungan merupakan salah satu faktor

yang memberi pengaruh terpenting,

dimana penularan penyakit akan lebih cepat terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak baik. Hal inilah yang menyebabkan penyakit-penyakit menular masih menjadi masalah utama. Salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di Indonesia, bahkan permasalahan global

adalah penyakit HIV/AIDS (Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional, 2014).

Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, bahwa dengan terjadinya peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang bervariasi mulai dari epidemi rendah,

epidemi terkonsentrasi dan epidemi

meluas, perlu dilakukan upaya

penanggulangan HIV dan AIDS secara terpadu, menyeluruh dan berkualitas.

Human Immunodeficiency Virus

yang selanjutnya disingkat HIV adalah

Virus yang menyebabkan Acquired

Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

Sedangkan Acquired Immuno Deficiency

Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data dari Komisi

(3)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 71 kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan

dari mulai tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak 127.427 orang. Sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak 52.348 orang.

Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan Provinsi Kalimantan Barat kepada Komisi Penanggulangan AIDS

Nasional (KPAN) sampai dengan

Desember 2013 sebanyak 4.135 kasus, sedangkan jumlah kumulatif AIDS yang dilaporkan sampai dengan Desember 2013

sebanyak 1.699 kasus (Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional, 2014). Jumlah penderita HIV-AIDS yang dilaporkan dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2014 di Kabupaten Sintang berjumlah 171 orang, jumlah penderita HIV(+) sebanyak 76 orang, jumlah penderita AIDS sebanyak 56 orang dan jumah kasus meninggal karena HIV-AIDS sebanyak 39 orang.

Perkembangan epidemi yang

meningkat diawal tahun 2000-an telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS di Indonesia.

Komisi Penanggulangan AIDS

Nasional dibentuk dalam rangka

meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Komisi Penanggulangan AIDS

dibentuk dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan AIDS, dimana dianggap perlu dilakukan langkah-langkah strategis

untuk menjaga kelangsungan

penanggulangan AIDS dan menghindari dampak yang lebih besar di bidang kesehatan, sosial, politik dan ekonomi

serta dalam rangka meningkatkan

efektivitas koordinasi penanggulangan

AIDS sehingga lebih intensif, menyeluruh dan terpadu.

Untuk menghadapi epidemi

tersebut, perlu dilakukan upaya

pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh,

terpadu dan terkoordinasi, untuk

menghasilkan program yang cakupannya

tinggi, efektif dan berkelanjutan.

Kebijakan program seperti ini sangat memerlukan peran aktif banyak pihak, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010-2014, terdapat beberapa program penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, yaitu Program Pencegahan Penularan Melalui Alat Suntik, Program Terapi Rumatan Metadon, Program di

Lembaga Pemasyarakatan, Program

Pencegahan Penularan HIV Melalui

Transmisi Seksual, Program Pencegahan Penularan HIV Melalui lbu ke Bayi (PMTCT), Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) serta

Program Perawatan Dukungan dan

Pengobatan.

Implementasi kebijakan adalah

suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling

berinteraksi dan mempengaruhi

implementasi kebijakan. Faktor-faktor

tersebut perlu ditampilkan guna

mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Ada empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan implementasi

kebijakan yaitu faktor komunikasi

(communication), sumber daya

(4)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 72 Metode

Desain

Desain pada penelitian ini

menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Desain penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian kualitatif merupakan

prosedur yang menghasilkan data

deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat (Djajasudarma, 2006: 11). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan

suatu bahasa memerlukan informan.

Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Jumlah informannya ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.

Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini meliputi

komunikasi, sumber daya, disposisi,

struktur birokrasi dan implementasi

program. Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Penelitian Definisi Operasional

1. Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari

komunikator kepada komunikan. Komunikasi yang efektif harus memiliki tranformasi informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. (Widodo, 2011: 97).

2. Sumber Daya Sumber daya merupakanhalterpenting dalam implementasi

kebijakan program. Sumber daya dalam implementasi program meliputi sumber daya manusia, anggaran, fasilitas serta informasi dan kewenangan.

3. Disposisi Disposisi dalam implementasi kebijakan program

merupakankecenderungan perilaku atau karakteristik sikap dalam pelaksanaan implementasi kebijakan.

4. Struktur Birokrasi Struktur Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas rutin yang dicapai melalui aturan dan ketentuan yang formal, dengan tugas dalam berbagai fungsional, pengambilan keputusan mengikuti rantai komando.

5. Implementasi

Program

Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis,

dimana banyak faktor yang saling berinteraksi dan

(5)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 73 Subjek Penelitian

Moleong (2010: 132)

mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan. Artinya, orang pada latar

penelitian yang dimanfaatkan untuk

memberikaninformasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Informan merupakan orang yang

benar-benar mengetahui permasalahan

yang akan diteliti. Informan

penelitianadalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar belakang

penelitian. Terdapat 2 subjek penelitian, yaitu informan kunci (Key Informant) dan

informan pendukung (Seconder

Informant).

Informan Kunci (Key Informant)

Informan kunci yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Informan kunci dalam

penelitian ini adalah penyelenggara

program penanggulangan HIV-AIDS di

Kabupaten Sintang.Adapun yang

dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah Pengelola Program KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Administrasi KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Pelayanan VCT RSUD Ade M. Djoen Sintang (1 Orang) dan Kepala Seksi BINA-GIATJA Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Sintang (1 Orang).

Informan Pendukung (Seconder

Informant)

Informan pendukung informan yang sebagai objek implementasi program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Sintang. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah pelaksana dan penerima program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Sintang. Adapun yang dimaksud sebagai informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat umum (3 orang).

Hasil

Penelitian ini dilakukan di Komisi

Penanggulangan AIDS Kabupaten

Sintang. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dibentuk pada

tahun 2007. Sekretariat Komisi

Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang bertempat di Gedung Kantor Pelayanan

Izin Terpadu Satu Pintu (KPTSP)

SintangJalan Mohammad Saad No. 03 Sintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli tahun 2014.

Penelitian ini mengambil judul tentang Analisis Implementasi Program

Penanggulangan Human

Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang Tahun 2014. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari Pengelola Program KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Administrasi KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Pelayanan VCT RSUD Ade Mohamad Djoen Sintang (1 Orang), Kepala Seksi BINA-GIATJA Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

Sintang (1 Orang) serta informan

pendukung yaitu masyarakat umum (3 orang). Sedangkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang.

Pembahasan

Komunikasi dalam implementasi kebijakan program mencakup beberapa

dimensi penting yaitu tranformasi

(6)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 74

dari pelaksana kebijakan, kelompok

sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan serta konsistensi informasi yang bertujuan agar informasi

yang disampaikan harus konsisten

sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait. Komunikasi yang terjadi antara KPA Kabupaten Sintang dengan instansi terkait lainnya serta dengan masyarakat dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang belum berjalan dengan baik dan maksimal, karena masih ada kekurangan berupa hambatan dan kendala yang terjadi didalam prosesnya di lapangan. Hal ini terjadi karena proses komunikasi yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang tidak dapat diterima secara maksimal oleh masyarakat, serta

masih rendahnya tingkat kesadaran

masyarakat untuk peduli dan berpartisipasi

dalam implementasi program

penanggulangan AIDS di Kabupaten Sintang.

Faktor sumber daya mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam

implementasi kebijakan program.

Ketersediaan sumberdaya dalam

melaksanakan sebuah program merupakan salah satu faktor yang harus selalu diperhatikan. Sumber daya yang tersedia di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang masih sangat minim dan banyak sekali kekurangan. Baik sumber daya yang berupa Sumber Daya Manusia (Staff), Anggaran (Budgetary),

Fasilitas (Facility) maupun Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)

masih belum terkoordinir dengan baik. Hal ini memerlukan perhatian serius serta perlu dikaji ulang dengan perencanaan yang lebih matang lagi untuk kedepannya agar implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan lancar dan baik serta mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi

kebijakan. Apabila implementator

memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. Disposisi (kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan) di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang sudah berjalan dengan baik. Tetapi perlu diperhatikan realisasi kebijakan program yang dilaksanakan di lapangan. Karena suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik jika hanya

direncanakan tetapi tidak dilakukan

monitoring serta pengawasan proses

implementasi program di lapangan.

Struktur Birokrasi atau struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam implementasi suatu kebijakan program. Jika Struktur birokasi sudah tertata baik serta dengan mekanisme manajemen yang jelas, maka baik pula hasil dari program yang rancang oleh birokasi tersebur. Peneliti menyimpulkan bahwa struktur birokrasi atau struktur organisasi Komisi Penanggulangan AIDS

(KPA) Kabupaten Sintang dalam

implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang secara umum sudah tertata dan terkelola dengan baik sesuai tugas dan fungsi dari masing-masing kepengurusan di KPA.

Implementasi kebijakan adalah

suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling

berinteraksi dan mempengaruhi

implementasi kebijakan. Faktor-faktor

tersebut perlu ditampilkan guna

mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi.

Terdapat 4 (empat) faktor yang

mempengaruhi keberhasilan suatu

(7)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 75 komunikasi, sumber daya, disposisi dan

struktur birokrasi. Jika keempat faktor tersebut berjalan dan terkoordinir dengan baik, maka suatu kebijakan program akan

dapat berhasil dengan hasil yang

maksimal. Implementasi program

penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang sudah berjalan, tetapi belum semuanya terlaksana dengan maksimal

dalam pelaksanaannya di lapangan.

Seharusnya ada hubungan kerja sama yang baik lintas sektor dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang. Jika ada kerjasama yang baik lintas sektor, baik dari sektor pemerintahan maupun instansi terkait,

serta keterlibatan masyarakat dalam

implementasi program, maka

implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan baik dan lancar serta mendapatkan hasil yang maksimal.

Kesimpulan

Implementasi program

penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang sudah berjalan, tetapi belum semuanya terlaksana dengan maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan. Hal ini tidak hanya terkendala oleh sumber daya yang tersedia dalam setiap implementasi program, tetapi juga dapat disebabkan oleh kurangnya kerjasama lintas sektor serta

rendahnya kesadaran dan partisipasi

masyarakat dalam merespon setiap

implementasi kagiatan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang yang

dilaksanakan oleh KPA Kabupaten

Sintang.

Saran

Disarankan supaya masyarakat lebih peduli dan respon serta turut berpartisipasi

dalam setiap implementasi program

penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang, agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan baik serta mencapai hasil yang maksimal. Selain itu,

pemerintah daerah juga harus

mengkoordinir dengan baik antara

komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di KPA Kabupaten Sintang dalam Implementasi Program Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang.

Daftar Pustaka

1. Agustino, Leo. 2008. Dasar Dasar

Kebijakan Publik. Bandung :Alfabeta. 2. Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

3. Data HIV dan AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang tahun 2014.Sintang: 2014.

4. KPAN. 2014. Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional.

(online)

http://www.aidsindonesia.or.id/. Diakses 01 Juni 2014.

5. ______. 2014. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014. Jakarta : Australian AID.

6. ______. 2013. Laporan

Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III Tahun 2013 . Jakarta.

7. KPA Kalimantan Barat. 2013.

Laporan Kasus HIV-AIDS di Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan bulan Desember 2013. Pontianak: 2013.

8. KPA Kabupaten Sintang. 2014.

Laporan Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Sintang sampai dengan bulan April 2014. Sintang: 2014.

9. Moleong, Lexy J. 2006. Metode

Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

(8)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 76 11. Nawawi,Ismail. 2009. Public Policy.

Surabaya : Putra Media Nusantara.

12. Notoadmodjo, S.2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

13. ______. 2007. Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan.. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

14. Nursalam. 2008. Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu. Jakarta: Salemba Medika.

15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Jakarta: 2013.

16. Subarsono, AG. 2010. Analisis

Kebijkan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

17. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

18. Suharto, Edi. 2005. Analisis

Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.

19. Widodo. 2010. Analisis Kebijakan

Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media

20. Winarno, Budi.2012. Kebijakan

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Budaya Angngaru Mangkasarak C. Nilai Ajaran Islam Terhadap Budaya Angngaru Mangkasarak …………... Angngaru mangkasarak adalah bagian terpenting dalam sejarah lahirnya

- Menimbang, bahwa selanjutnya dalam mempertimbangkan suatu perbuatan pidana, sebelum menjatuhkan pidana terhadap diri Para Terdakwa, maka dalam hukum pidana terdapat dua hal

Semakin baik brand image yang melekat pada produk tersebut, konsumen akan semakin tertarik untuk membeli karena konsumen beranggapan bahwa suatu produk dengan brand

4) Pelayanan yang cepat, tepat dan sederhana. 5) Penetapan prosedur operasional sesuai dengan asas penye- lenggaraan informasi publik.. Laporan Pengelolaan dan

dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah ketigakalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara

penelitian Harris (2008) yang menunjukkan bahwa sikap kewirausahaan mahasiswa yang berlatar belakang bisnis lebih tinggi dari mahasiswa yang berlatar belakang non

10.0 % 1 0.10 Dewan Komisaris telah memiliki komposisi, intergritas dan kompetensi yang sesuai dengan kompleksitas Bank OCBC NISP, melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara

Kriteria standar manggis mutu ekspor meliputi warna kulit buah seragam dengan kelopak yang masih hijau dan segar, tidak rusak, bersih, bebas dari hama penyakit, tidak terkena