PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak
kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap
masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi
modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi
ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor
informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya
serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup
dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri
kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan
pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010
sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25%
dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2008 % 2009 % 2010 % 2011 %
Pertanian 4.726 0,06 5.007 0,06 5.532 0,06 5.927 0,05
Pertambangan dan Galian 2.945 0,04 2.994 0,03 2.942 0,03 3.010 0,03
Industri P engolahan 1.838.499 23,27 1.592.356 17,93 2.081.494 20,94 2.233.248 20,32
Listrik, G as dan Air Bersih 203.337 2,57 227.937 2,57 259.004 2,61 287.576 2,62
Bangunan 1.140.846 14,44 1.314.189 14,80 1.440.525 14,49 1.584.659 14,42
Perdagangan 1.984.698 25,12 2.223.561 25,04 2.556.483 25,72 2.885.293 26,25
Pengangkutan dan Komunikasi 884.951 11,20 986.323 11,11 1.106.229 11,13 1.206.106 10,97
Keuangan dan Jasa Perusahaan 863.921 10,93 976.355 10,99 1.123.362 11,30 1.282.678 11,67
Jasa-jasa 977.959 12,38 1.192.017 13,42 1.365.561 13,74 1.504.470 13,69
PDRB 7.901.886 100,00 8.880.692 100,00 9.941.136 100,00 10.992.971 100,00
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 sektor
perdagangan menyumbangkan sebesar 26.25% dari seluruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua
adalah sektor industri pengolahan yang menyumbangkan sebesar 20,32%. Urutan
ketiga ditempati sektor jasa yang menyumbangkan sebesar 13,69%. Sektor yang
menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah pada tahun
2011 adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan menyumbang sebesar
0,03% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.
Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada
awalnya pasar dinyatakan sebagai tempat di mana barang-barang
diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan
sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan
dan pasar tradisional. Pasar tradisional digunakan untuk menunjukkan tempat
bagi perdagangan pasar yang asli setempat yang sudah berlangsung sejak lama.
Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir misalnya, dapat dimasukkan
dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara
tradisional (Pamardi, 2002). Sedangkan pengertian tradisional menurut Pepres RI
Nomor 112 tahun 2007 adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui
tawar-menawar. Pasar tradisional merupakan aset yang memiliki nilai dan potensi yang
tak terhingga bagi pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan adanya peran
pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan
mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah
maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh
pemerintah daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap
sendi-sendi kehidupan yang lain.
Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong
kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing
dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983
tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta
Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau
rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan. Kontribusi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20,3 miliar
dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional
antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan
surat hak penempatan.
Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama
pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang
membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas
tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang
kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang
reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara
lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik
Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia
pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik
Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi,
tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan
bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu
bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya
yang membangun atmosfir yang sangat khas di Pasar Antik Windujenar. Berkaca
mata pada kondisi yang sudah berjalan maka pengembangan Pasar Antik
Windujenar diharapkan dapat disinergiskan dengan pengembangan koridor
pariwisata di Kota Surakarta.
Revitalisasi pasar merupakan salah satu cara yang diterapkan
pemerintah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat
kecil dan menengah dan memperbaiki citra pasar tradisional di mata khalayak.
Menurut Danisworo (2002), Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup,
akan tetapi kemudian mengalami kemunduruan/degradasi. Berdasarkan
Departemen Kimpraswil (2005), dapat didefinisikan bahwa revitalisasi adalah
upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam
pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk
menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya
dimiliki oleh sebuah kota.
Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan
antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan
tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut.
Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta
termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan
potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang
membuat Surakarta menjadi acuan penyelenggaraan program revitalisasi pasar
tradisional di Indonesia. Inovasi dan pengembangan bisnis di dalamnya menjadi
acuan dalam konsep revitalisasi pasar merakyat (www.sindonews.com:31 Januari
2012). Dalam program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan terdapat
sekitar 3.366 pedagang kios, 7.415 pedagang los dan 4.949 pedagang pelataran di
38 pasar tradisional. Dalam proses revitalisasi ini, seluruh biaya ditanggung oleh
APBD kota Surakarta dan tidak ada biaya yang dipungut dari pedagang. Berikut
ini asalah jumlah pasar tradisional di Surakarta:
Tabel 1.2 Jumlah Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2009
No Kecamatan Jumlah Presentase
1 Laweyan 8 19,00%
2 Serengan 2 5,00%
3 Pasar Kliwon 9 21,50%
4 Jebres 9 21,50%
5 Banjarsari 14 33,00%
Total 42 100,00%
Sumber: Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta 2009
dikenal dengan nama Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura
Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh Walikota
Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan
pedagang pasar. Adanya revitalisasi pasar dalam hal ini Pasar Antik Windujenar
membawa berbagai dampak baik bagi pedagang secara khusus maupun bagi
perekonomian kota Surakarta secara umum. Dengan adanya revitalisasi yang
dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan
pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi
tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Maka atas
dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian “ANALISIS
PENGARUH PROGRAM REVITALISASI PASAR TERHADAP
KEUNTUNGAN PEDAGANG DI PASAR ANTIK WINDUJENAR
B. RUMUSAN M ASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut;
1. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah
tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang
di Pasar Antik Windujenar Surakarta?
2. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar
Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan agar penelitian tersebut dapat
memberikan manfaat yang sesuai dengan yang dikehendaki, adapun tujuan
penelitian ini lebih lanjut adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur,
jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan
pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.
2. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain :
1. Bagi Pedagang
Memberi motivasi untuk peningkatan usaha dan perbaikan manajemen
tata kelola usahanya dalam rangka peningkatan keuntungan yang
diperoleh dan perkembangan usaha.
2. Bagi Pemerintah Daerah Surakarta
Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah
daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan
kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar
a. Pengertian Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah
barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang
menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai
kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,
2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi
dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang)
melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat
tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas
tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual,
mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli
mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan
kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk
selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku
ekonomi produksi atau pedagang.
Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai
1) adanya penjual
2) adanya pembeli
3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan
4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual
(pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting
dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada tiga
macam, yaitu (Sadono Sukirno, 2004:220):
1) Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak
antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar
memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi
kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat
memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara
lainnya. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat
memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhannya secara mudah dan cepat.
2) Fungsi Pembentukan Harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan
tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual
pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan
kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.
3) Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,
karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk,
membagikan brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh
produk kepada calon pembeli, dan sebaginya.
b. Klasifikasi Pasar
1) Pasar Modern
Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak
bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label
harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan)
atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain
bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian
besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan
(supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam
beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual,
lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat
produsen dan konsumen tidak saling mengenal. Sedangkan yang
melayani sekedar sebagai penjaga yang tidak mempunyai akses
menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan
kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak
sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen.
2) Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli
secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka
yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,
pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula
yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini
masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain
adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo,
pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia
terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
(retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri.
Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli
membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi
(wikipedia, akses Juni 2012).
c. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar
1. Jumlah penjual atau produsen
Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam
suatu industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang
memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras
persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja
secara efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun
produk yang dihasilkan sama tetapi orang dapat membedakan karena
merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap
dalam persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik. Jika
dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar monopoli.
Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup
banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli.
2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan
Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan
menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi
dan tidak dapat diganti dengan produk yang dihasilkan oleh
produsen lain.
2. Pengertian Pedagang
Pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan
berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen
tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Pedagang
adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas
orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan
Basu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai
orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir
bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha.
Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk
melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk
keperluan pribadi atau non-bisnis.
3. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Permintaan
Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah
suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat
harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi
oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik
sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan
berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau
bertambah. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu
barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut.
Analisis hubungan antara jumlah permintaan dengan harga barang
tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain selain harga barang
dianggap tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Oleh karena itu
diasumsikan bahwa harga adalah tetap kemudian menganalisis bagaimana
permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti selera
masyarakat, pendapatan (Sukirno, 2005). Hukum permintaan menyatakan
bila harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris
paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami
penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada gambar
2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta
dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari kurva tersebut
terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P0), jumlah barang yang diminta
rendah (Q0), dan apabila pada tingkat harga yang lebih rendah (P1),
jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q1). Kurva permintaan
berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan
bawah. Kurva demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan
jumlah yang diminta, yang memiliki sifat hubungan tang terbalik. Apabila
salah satu variabel naik (misal harga) maka variabel lainnya akan
P
P0
P1
Permintaan (D)
Q0 Q1 Q
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak
bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel
tidak bebas. Menurut Suparmoko (1990) fungsi permintaan dapat ditulis
sebagai berikut:
Qd = f ( Px, Py, I, T, A, N, …. )
Keterangan :
Qd = Jumlah barang yang diminta
Px = Harga barang A
Py = Harga barang lain
I = Tingkat pendapatan konsumen
T = Selera
A = Pengeluaran perusahaan untuk promosi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sadono
Sukirno (2005) selain harga barang itu sendiri, faktor-faktor lain yang
menentukan permintaan individu maupun pasar adalah :
1) Selera konsumen
Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang
berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat
harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan
bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan
barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva
permintaan bergeser ke kiri.
2) Jumlah penduduk
Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya
menyebabkan pertambahan permintaan. Akan tetapi dengan
pertambahan penduduk yang diikuti oleh perkembangan kesempatan
kerja maka pendapatan penduduk meningkat sehingga daya beli
masyarakat akan naik yang mengakibatkan naiknya permintaan. Bila
volume pembelian oleh masing-masing penduduk adalah sama, maka
kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan,
sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah penduduk
akan menyebabkan penurunan permintaan.
Pengaruh perubahan terhadap pendapatan mempunyai dua
kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap
permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan
akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut
merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan
efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus
barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan
permintaan.
4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan
Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan
barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan harga barang
subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif
meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang
tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang
akan naik apabila harga barang penggantinya turun, maka permintaan
akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut
harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga barang
penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang
tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun,
dan sebaliknya.
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan
pada masa yang akan datang dapat mempengauhi permintaan.
Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah
tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli
lebih banyak barang pada saat sekarang yang bertujuan untuk
menghemat pengeluaran di masa akan datang. Sebaliknya, ramalan
bahwa lowongan kerja akan bertambah sulit diperoleh dan kegiatan
ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang untuk lebih
berhemat dalam pengeluaran dan mengurangi permintaan.
Gerakan sepanjang kurva permintaan merupakan perubahan
sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta
menjadi makin tinggi atau makin menurun.
Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan
Sedangkan pergeseran kurva permintaan jika kurva permintaan
sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor
bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan
menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kananatau ke kiri.
P
P1 A2 A1 A3
Q
Q2 Q1 Q3
Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan
Titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P1, jumlah yang
diminta adalah Q1. Apabila Q1 > Q2 berarti kenaikan pendapatan
menyebabkan harga P1 permintaan bertambah sebesar Q1Q2. Apabila
kurva bergerak ke sebelah kanan maka perpindahan itu menunjukan
pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan
ke sebelah kiri berarti permintaan berkurang. Akibatnya pada harga P1,
jumlah barang yang diminta adalah Q2 (Sukirno, 2005:84).
b. Penawaran
Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang
ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa
pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan.
Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya
secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan
konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin
sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga
jumlah yang ditawarkan.
Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu
barang dengan jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran
menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat
demikian karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan
jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, makin banyak
jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2005 : 86-87).
P
P0 Penawaran (S)
P1
Q0 Q1 Q
Gambar 2.4 Kurva Penawaran
Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai
akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat
faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva penawaran
tersebut.
Harga
S2 S S3
P A2 A A3
P1 B
S2
S S3
Q2 Q1 Q Q3 Jumlah Barang
Gambar 2.5 Grafik Gerakan Kurva Penawaran da n Pergeseran Kurva Penawaran
Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A
menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang
ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P1, hubungan di antara
harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang
jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q1. Perubahan dalam jumlah
yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran.
Pergeseran dari SS menjadi S2S2 atau S3S3 menggambarkan perubahan
penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran
dari SS menjadi S2S2, menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang
dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan
oleh titik A3, pada harga P sekarang jumlah barang yang ditawarkan
menjadi Q3 (Sukirno, 2005 : 89-90).
4. Keuntungan
Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk
memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka
usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Pemilik usaha menjalankan
kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksimum, dan
keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha
membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan
dijualnya. Berikut pengertian keuntungan menurut para ahli :
1) Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara
penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang.
2) Apandi Nasehatun (1999:166) mengemukakan bahwa keuntungan
adalah selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya-biaya dalam
periode tertentu.
3) Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal
dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau
dikeluarkan. Apabila selisih antara penerimaan dan biaya tersebut positif,
maka itulah yang disebut keuntungan. Apabila sebaliknya selisihnya
negatif itu disebut rugi.
5. Teori Keuntungan
Fungsi keuntungan didefinisikan sebagai total nilai keluaran (output) yang
dikurangi dengan total biayadari faktor produksi tidak tetap (variables input)
Secara bentuk sistematis Fungsi keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut
(Arsyad, 1987:109):
- TC
Dimana :
–
– TR = Total revenue (jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan
hasil outputnya)
TR = output x harga jual.
– TC = Total cost (jumlah biaya)
– Apabila TR-TC = positif (0< ) maka terdapat keuntungan, TR –TC =
Negatif maka terjadi kerugian, dan apabila TR-TC = 0 maka terjadi
Break Event Point (tidak terjadi keuntungan maupun kerugian)
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang
Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain :
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya
spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya
perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang lebih
menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah
yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu
mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga saat ini di
antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa
yang disebut modal (Sulistiyono, 2009). Sumber modal, yaitu terdiri dari :
a. Sumber Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di
bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan
menggunakan sumbar dana intern yaitu:
1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak
mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di
pakai.
2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.
3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana
perusahaan.
4) Biaya pemakaian relatif murah.
Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari
luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern
adalah:
1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.
2) Dapat dicari dari berbagai sumber.
3) Dapat bersifat fleksibel.
Sumber dari modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009):
1) Supplier
Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk
penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari
1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari
10 tahun). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu
pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang
dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Supplier
atau manufaktur (pabrik) sering pula menjual mesin atau peralatan lain
hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin
atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10
tahun.
2) Bank
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta
3) Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu pasar abstrak yang mempertemukan dua
kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling
mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten
yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain
pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak)
bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau
jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan
atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan
emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan
kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan
secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus
tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.
Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal
aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang
menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat
perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif
adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang
menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar
kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap
keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang
banyak, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh
pengusaha.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal
sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal
dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah
modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga
keuangan yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan
sendiri akan lebih baik daripada modal berasal dari luar, karena modal
dari luar tentu memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan
dari pihak luar.
2) Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha
yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti
usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok
ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman
usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian
tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya
pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris
Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama
seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman
keberhasilan usahanya, karena selain mereka mempunyai pengalaman
dalam pengelolaannya mereka juga mengetahui celah-celah mana yang
sekiranya dapat membuat barang dagangannya laku sehingga akan
memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba.
Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang akan lebih terampil dalam
melakukan pekerjaannya, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan
memberikan hasil yang baik.
3) Umur
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, umur didefinisikan
sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur
merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya
keuntungan pedagang karena umur berkaitan dengan tingkat produktivitas
seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya, terutama bekerja. Umur
produktif ialah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan
menghasilkan sesuatu. Indonesia memiliki batasan usia produktif yaitu
antara 15 tahun-50 tahun (BPS,2010). Pada masa produktif tersebut
seseorang diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap
dirinya maupun lingkungannya.
4) Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup
berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin
diharapkan para pelangganpun akan terlayani dengan baik karena adanya
efisiensi waktu sehingga kualitas dari pelayanan tersebut akan lebih baik.
5) Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu syarat utama yang harus
ditempuh oleh seseorang untuk memasuki pasar kerja. Tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dalam bekerja.
Pendidikan memberi pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja,
akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran
pekerjaan. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk
masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidikan formal
dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai
bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam
pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang
meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan
dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mengembangkan sumber daya manusia.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk
keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi
perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya.
yang diterima sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
serta mampu membantu dalam pengambilan keputusan. Hubungan
pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat
penghasilan yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan
mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan akan
memungkinkan perolehan penghasilan yang lebih tinggi pula
(Simanjuntak, 1987: 66).
7. Pengertian Benda Antik
Istilah barang antik dari bahasa Latin: antiques “tua” ialah benda
menarik yang telah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun
perabotan rumah tangga. Antik adalah sebuah objek yang dimiliki oleh sebuah
era masa lalu bernilai seni, kerajinan, kelangkaan dan usia.Barang antik yang
berharga yaitu bagi terlihat dari benda langka, seni, usia dan keunikan.
Kebanyakan kolektor yang telah cukup berpengalaman dalam bidang ini,
tidak asing dengan dasar-dasar penentuan nilai sebuah barang. Benda antik
dapat langsung dibedakan berdasar objek benda antik asli maupun benda antik
reproduksi. Langkah dalam menentukan nilai barang-barang antik dengan
hati-hati yaitu memeriksa kondisi barang. Barang antik yang dijual dalam
kondisi baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada barang-barang
antik yang telah retak atau rusak.
Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang
bahwa nilai-nilai lama diatur sesuai dengan usia benda dan seni, para kolektor
mencari barang antik yang berada dalam kondisi yang bisa diterima. Namun,
ada beberapa kolektor yang membeli barang dengan cacat kecil, asalkan
nilainya signifikan. Untuk alasan ini, bahwa tidak semua barang antik
sekurang-kurangnya 50 tahun memiliki nilai yang sama. Nilai barang antik
didasarkan pada gagasan pemasaran serta permintaan untuk barang yang baik
sesuai dengan nilai barangnya.
8. Revitalisasi
a. Pengertian Revitalisasi
Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi
revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau
bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian
mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil
(2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan
yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan
mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang
dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota
(http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya
berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus
dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan
budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya
serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya
partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya
masyarakat di lingkungan tersebut akan tetapi masyarakat dalam arti luas.
b. Tahap Revitalisasi
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi
melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Tahap
revitalisasi antara lain:
1) Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik
revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan
peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem
penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan.
Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi
visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan
pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan
(environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga
intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks
lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran
jangka panjang.
2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses
peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan
ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek,
formal (local economic development), sehingga mampu
memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Dalam konteks
revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa
mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial.
3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah
kawasan dapat terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang
menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat suatu tempat
menjadi indah dan layak. Kegiatan tersebut harus berdampak
positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial
masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis,
bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk
menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making)
dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu
pengembangan institusi yang baik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Revitalisasi
Menurut Danisworo (2002) faktor yang mempengaruhi adanya
revitalisasi adalah sebagai berikut:
1) Bangkrutnya sebagian besar dari sektor-sektor penyumbang PDRB,
terutama sektor yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Resesi
ekonomi yang mempengaruhi kegiatan perdagangan dan jasa, antara
lain mempengaruhi kegiatan perdagangan, naiknya pengangguran
2) Menurunnya populasi pada kawasan, berubahnya struktur demografi
masyarakat dan menurunnya kondisi fisik bangunan. Penyebab
penurunan vitalitas kawasan disebabkan oleh ketidakmampuan
kawasan tersebut bersaing dengan kawasan lain secara ekonomi, tidak
adanya atau hilangnya kekhasan yang memberikan daya tarik, kondisi
sosial budaya yang tidak menunjang kawasan dan tidak sesuainya
kegiatan yang ada di kawasan dan fungsinya. Fenomena menurunnya
vitalitas dan kualitas kawasan disebabkan menurunnya fasilitas fisik
(physical amenities), tidak adanya atau melemahnya komunitas dan
organisasi yang mewadahi masyarakat lokal, hilangnya kepemimpinan
lokal, dan modal sosial di masyarakat serta tidak adanya peran dari
pemerintah. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum.
Faktor-faktor penyebab penurunnya vitalitas kawasan di antaranya
adalah ekonomi kawasan tidak stabil, pertumbuhan ekonomi yang
menurun, produktivitas ekonomi menurun, menurunnya pelayanan
sarana dan prasarana, serta hilangnya tradisi lokal.
9. Pengertian Sosial Demografi
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yangmempelajari dinamika
kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat
didasarkan pada kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,
atau etnisitas tertentu (http://robir08.student.ipb.ac.id/2010/06/). Sedangkan
menurut Calvin Goldscheider (1985) sosial demografi adalah suatu studi
ilmiah yang sistematis mengenai peristiwa kependudukan baik dalam bentuk
perorangan maupun kelompok yang ditekankan pada hubungan antar
fenomena kependudukan dan variabel sosial. Sumber-sumber data
kependudukan/demografi yang pokok ialah sensus, sistem registrasi
kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk dan survei-survei terbatas atau survei
sampel. Sumber lain sebagai tambahan yang sering berguna adalah
catatan-catatan dan dokumen-dokumen instansi pemerintah. Diantara sumber-sumber
ini, sensus merupakan sumber data yang paling utama di berbagai negara,
terlebih di negara berkembang.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang terdiri
atas skripsi dan jurnal dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
2
Keuntungan merupakan tujuan dari seseorang menjalankan usaha. Teori
keuntungan menurut Cobb Douglas menyatakan bahwa keuntungan diperoleh dari
total pendapatan dikurangi dengan total pengeluaran/jumlah biaya yang
dikeluarkan. Mengacu pada teori tersebut dan pengembangan dari penelitian
terdahulu (Reni Pratiwi, Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha
pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan:2011) maka variabel yang
diperkirakan berpengaruh terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik
Windujenar Surakarta antara lain modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga
keleluasaan bagi pedagang untuk menentukan keputusan bisnis, usaha apa yang
akan dijalankan oleh pedagang. Pengetahuan yang diperoleh dari proses
pendidikan formal dan pengalaman usaha dapat membantu pedagang untuk
menentukan strategi bisnis mengambil keputusan terkait dengan bisnis yang
dijalani. Tingkat pendidikan diukur dengan tahun tempuh/tahun sukses pedagang.
Pedagang dengan usia produktif lebih siap dalam menjalani ritme berdagang
dalam kesehariannya. Stamina dan ketahanan mental menjadikan pedagang lebih
siap dalam menjalankan usahanya. Tenaga kerja berfungsi untuk efisiensi
pedagang dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan sehingga
keuntungan akan lebih maksimal. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.6 Diagram Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta
D. Hipotesis Pemikiran
MODA L
PENGALAMA N BERDAGANG
UMUR
TENAGA KERJA
KEUNTUNGAN
TING KAT PENDIDIKAN
SEBELUM REVITALISASI
Berdasarkan teori, kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu
maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. 1) Variabel modal diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan
2) Variabel pengalaman usaha diduga berpengaruh positif signifikan terhadap
keuntungan
3) Variabel umur diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan
4) Variabel jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif signifikan
terhadap keuntungan
5) Variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif signifikan terhadap
keuntungan
b. Adanya perbedaan keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik
BAB III
METODEPENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah kota Surakarta dengan
ruang lingkup penelitian adalah Pasar Antik Windujenar. Subyek analisis
penelitian adalah pedagang yang berada di kawasan Pasar Antik Windujenar,
Kalurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta dengan
batas-batas antara lain sebagai berikut:
Utara : Istana Mangkunegaran
Timur : Jalan Teuku Umar
Selatan : Jalan Slamet Riyadi
Barat : Jalan Diponegoro
Variabel adalah nilai dari suatu obyek yang memiliki variasi tertentu
(Sugiyono,2004:32). Variabel penelitian terdiri atas dua macam yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah keuntungan pedagang (LnY). Variabel independen yang
dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
ü Modal (LnX1)
ü Umur pedagang (X3)
ü Jumlah tenaga kerja (X4)
ü Tingkat pendidikan (X5)
1. Operasional Variabel
Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah :“Segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”. Operasional Variabel untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Keuntungan
Keuntungan adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari
aktivitas jual beli yang dilakukan, sebagian besar berasal dari penjualan
produk kepada pelanggan dalam satu periode tertentu. Keuntungan
diukur dalam satuan rupiah.
2. Modal
Modal (bahasa inggris: equity) adalah investasi yang dilakukan pemilik
usaha (http://id.wikipedia.org). Modal digunakan pedagang untuk
menjalankan operasional usahanya, baik berupa modal sendiri maupun
modal dari pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur dalam
satuan rupiah.
Pengalaman usaha adalah jangka waktu lamanya seseorang menekuni
usaha yang dijalankan atau waktu yang telah dihabiskan oleh pedagang
semenjak usaha itu berdiri dan sampai sekarang. Pengalaman usaha
diukur dalam tahun.
4. Umur Pedagang
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan
masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya
adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah
lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock,
2004). Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat
penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang
dalam suatu hal. Umur diukur dalam satuan tahun.
5. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di kios tempat berdagang,
baik sebagai pemilik usaha itu sendiri dan ditambah pegawai yang
membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah
atas tenaga yang digunakannya. Tenaga kerja diukur dalam jumlah
orang.
6. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan para
dummy tingkat pendidikan dalam penelitian adalah pedagang dengan
pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, Strata.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek yang mempunyai
karakteristik tertentu (Djarwanto,2000:107). Populasi dari penelitian ini
adalah Pasar Antik Windujenar Surakarta. Elemen dari populasi penelitian
ini adalah semua pedagang yang terdapat di Pasar Windujenar Surakarta.
Jumlah populasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta adalah 116
pedagang yang tersebar di area pasar.
b. Sampel
Menurut Djarwanto (2000:108) yaitu: “Sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa
mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah
populasinya)”. Penentuan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut
dapat digunakan rumus Slovin, yaitu:
= 1 0,29 116
+
= 291, 116
= 89,922 = 90
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (nilai
kritis).
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau
pendapat orang (responden). Jenis data yang digunakan adalah data subyek.
Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman
atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek
penelitian (responden).
2. Sumber Data
a) Data primer
(kuesioner) yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian
(Arsyad,2004). Variabel dalam kuesioner meliputi nama, jenis kelamin,
umur, daerah asal, status, pendidikan, lama berdagang, jumlah tenaga
kerja, modal usaha, keuntungan rata-rata dari hasil berdagang per bulan
sebelum (tahun 2006-2007) dan sesudah revitalisasi pasar (tahun
2010-2011), dan kendala yang dihadapi pedagang.
b) Data sekunder
Data sekuder ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak
lain (Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, 2001). Data sekunder
diperoleh dari lembaga terkait antara lain kantor paguyuban pedagang
pasar Windujenar Surakarta (jumlah populasi pedagang, luas area pasar,
dan potret Pasar Antik Windujenar sebelum revitalisasi), Biro Pusat
Statistik (PDRB Surakarta, data jumlah penduduk menurut umur, jenis
kelamin, dan pendidikan, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk
tiap Kecamatan), Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta (data jumlah
pasar tradisional tahun 2009) serta situs internet yang mendukung antara
lain www.travel.detik.com (potret Pasar Antik Windujenar setelah
revitalisasi) dan www.surakarta.go.id (peta kota Surakarta).
1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian
sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk
proses penyelesaian penelitian ini.
2. Kuesioner, merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan atau pernyaataan tertulis kepada reponden untuk
dijawab. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh
informasi yang relevan dengan penelitian dengan kesahihan yang cukup
tinggi.
D. Metode Analisis Data
Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil
disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab
persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Tahap-tahap dalam analisis ini
yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2005:21) “Analisis deskriptif adalah analisis yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Analisis
deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai
keadaan dan karakteristik sosial demografi pedagang. Karakteristik
sosial demografi yang digunakan dalam penelitian tentang pedagang
pasar Windujenar berdasar pada hasil kuosioner yang disusun dalam
1. Umur pedagang
Merupakan salah satu unsur demografi terkait dengan produktivitas
seseorang dalam kaitannya dengan motivasi kerja. Seseorang dengan
usia produktif cenderung memiliki etos kerja yang lebih tinggi
dibanding usia tidak produktif.
2. Jenis kelamin
Merupakan salah satu indikator tentang jenis kelamin yang
mendominasi kegiatan usaha berdagang di Pasar Antik Windujenar.
3. Tingkat pendidikan pedagang
Tingkat pendidikan dapat memeberi gambaran tentang seberapa
besar kemajuan tingkat pendidikan formal yang ditempuh
pedagang..
4. Tingkat keuntungan pedagang
Rata-rata keuntungan yang diterima pedagang atas kegiatan
perdagangan yang dilakukan selama periode tertentu, biasanya
berdasar kisaran per bulan.
5. Modal usaha
Ialah modal yang dikeluarkan pembeli dalam memulai usaha dagang
antara lain untuk pembelian barang dagangan dan properti
pendukungnya.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar, maka digunakan model
regresi berganda (multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan
variabel yang lebih dari satu (multivariables) dan dapat dirumuskan model
fungsi sebagai berikut (Djarwanto PS, 2000) :
1
X
1 2X
2 3X
3 4X
4 5X
5 ...(1)Dari rumusan fungsi di atas dan pengembangan dari penelitian Dewi
Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam (2004) persamaan fungsi dapat
dikembangkan menjadi sebagai berikut:
1
X
1i 2X
2i 3X
3i 4X
4i 5i...(2)
Keterangan :LnY = Keuntungan
Ln = Modal
= Pengalaman Usaha
= Umur
= Jumlah Tenaga Kerja
X5 = Tingkat Pendidikan
e =Standar eror
Tahap pengujian persamaan regresi di atas antara lain dengan uji
statistik yang meliputi uji t-statistik, uji f, dan Uji R2, uji asumsi klasik
meliputi multikolinearitas, autokorelasi,dan heterokedastisitas serta uji
beda dua rata-rata.
1. Uji Statistik
Uji statistik merupakan sebuah prosedur dimana masukan
(input) adalah sampel dan hasilnya adalah hipotesis. Perhitungan
statistik dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).Uji
statistik antara lain:
a. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah apakah koefisien
regresi dari variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Ketentuan uji t-statistik mengacu
pada sumber buku Djarwanto (2000:196) dengan kriteria
pengujian:
a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya
koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima artinya
koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel
b. Uji F
Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi secara bersama-sama.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependennya. Ketentuan uji F mengacu pada sumber
buku Djarwanto (2000:268) dengan hipotesis sebagai berikut :
1 2 3= 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen)
Ha 1 2 3 -sama variabel
independen mempengaruhi variabel dependen)
Dari hipotesis di atas diperoleh kesimpulan Ho diterima bila F
hitung dan Ho ditolak bila F hitung > F tabel
2. Uji Asumsi Klasik
a) Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat terjadi jika model tersebut mempunyai
standar eror yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir
dengan ketepatan tinggi (Gujarati,1995:159). Cara untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, salah satunya dengan
metode Klein, yaitu dengan membandingkan R2(koefisien
determinansi) regresi awal dengan r2 parsial (koefisien korelasi
antara variabel independen). Apabila r2<R2, maka tidak terdapat
b) Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir
Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil
maupun besar (Gujarati,1995:183). Uji Heteroskedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Mengacu pada buku Ekonometrika Dasar (Gujarati,
1995:187) salah satu cara untuk mendeteksi masalah
heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut
residualnya.
c) Autokorelasi
Menurut Maurice G. Kendall dan William Buckland (1971)
“Pengertian autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu”. Uji autokorelasi
bertujuan menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t terhadap periode
sebelumnya. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson, akan tetapi apabila terdapat bias yang
terpasang tetap terhadap korelasi model tersebut maka terdapat
(Gujarati,1995:225). Pengujian Run Test dilakukan dengan dengan
cara mengukur populasi acak yang didasarkan atas data hasil
pengamatan melalui data sampel dengan ketentuan kriteria
pengujian apabila probalitasnya (nilai sig) > 0.05 maka H0 diterima,
tidak terjadi autokorelasi dan apabila ika probalitasnya (nilai sig) <
0.05 maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi.
3. Uji Beda Dua Rata-rata (Mean)
Uji beda rata-rata dikenal dengan nama uji-t (t-test). Konsep dari
uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang
kepercayaan tertentu (confidence interval) dari dua kejadian. Prinsip
pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan dua kelompok data.
Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tingkat keuntungan
antara sebelum dan sesudah adanya program revitalisasi digunakan uji
hipotesis beda dua rata-rata untuk observasi berpasangan.
Langkah-langkah pengujian uji beda dua rata-rata (Djarwanto, 2000:211) adalah
sebagai berikut:
a. Formulasi H0 dan H1
H0 1 2 artinya tidak ada perbedaan antara rata-rata tingkat
keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan
H1 1 2 artinya terdapat perbedaan antara rata-rata tingkat
keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan
sesudah revitalisasi.
Ho ditolak Ho ditolak
H0 diterima
-t tabel t tabel
Gambar 3.1 Uji Statistik t
b. H0 diterima apabila : - ttabel hitung tabel, tidak terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah proses
H0 ditolak apabila : thitung > ttabel atau thitung < - ttabel , terdapat
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Surakarta
1. Aspek Geografis
Surakarta merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah
dengan jumlah penduduk 501.650 jiwa (2011) dan kepadatan penduduk
13.636/km2. Surakarta juga dikenal dengan sebutan Solo atau Sala.
Surakarta memiliki luas lahan 44 km2 atau sekitar 0,14 % luas Jawa
Tengah. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar
61,68%, dan 20% lahan digunakan untuk kegiatan perekonomian.
a. Kondisi Geografis
Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45`
35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan serta berada di
dataran rendah dengan ketinggian 105 m dpl dan 95 m dpl di pusat
kota. Batas Wilayah Surakarta antara lain sebagai berikut:
Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo