• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Analisis Pengaruh Program Revitalisasi Pasar Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Analisis Pengaruh Program Revitalisasi Pasar Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah

pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak

kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap

masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi

modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi

ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor

informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya

serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang

mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup

dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang

terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri

kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan

pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota

Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010

sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25%

dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di

(2)

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 % 2009 % 2010 % 2011 %

Pertanian 4.726 0,06 5.007 0,06 5.532 0,06 5.927 0,05

Pertambangan dan Galian 2.945 0,04 2.994 0,03 2.942 0,03 3.010 0,03

Industri P engolahan 1.838.499 23,27 1.592.356 17,93 2.081.494 20,94 2.233.248 20,32

Listrik, G as dan Air Bersih 203.337 2,57 227.937 2,57 259.004 2,61 287.576 2,62

Bangunan 1.140.846 14,44 1.314.189 14,80 1.440.525 14,49 1.584.659 14,42

Perdagangan 1.984.698 25,12 2.223.561 25,04 2.556.483 25,72 2.885.293 26,25

Pengangkutan dan Komunikasi 884.951 11,20 986.323 11,11 1.106.229 11,13 1.206.106 10,97

Keuangan dan Jasa Perusahaan 863.921 10,93 976.355 10,99 1.123.362 11,30 1.282.678 11,67

Jasa-jasa 977.959 12,38 1.192.017 13,42 1.365.561 13,74 1.504.470 13,69

PDRB 7.901.886 100,00 8.880.692 100,00 9.941.136 100,00 10.992.971 100,00

Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 sektor

perdagangan menyumbangkan sebesar 26.25% dari seluruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua

adalah sektor industri pengolahan yang menyumbangkan sebesar 20,32%. Urutan

ketiga ditempati sektor jasa yang menyumbangkan sebesar 13,69%. Sektor yang

menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah pada tahun

2011 adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan menyumbang sebesar

0,03% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.

Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada

awalnya pasar dinyatakan sebagai tempat di mana barang-barang

diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan

sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan

(3)

dan pasar tradisional. Pasar tradisional digunakan untuk menunjukkan tempat

bagi perdagangan pasar yang asli setempat yang sudah berlangsung sejak lama.

Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir misalnya, dapat dimasukkan

dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara

tradisional (Pamardi, 2002). Sedangkan pengertian tradisional menurut Pepres RI

Nomor 112 tahun 2007 adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha

berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang

kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,

modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui

tawar-menawar. Pasar tradisional merupakan aset yang memiliki nilai dan potensi yang

tak terhingga bagi pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan adanya peran

pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan

mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah

maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh

pemerintah daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap

sendi-sendi kehidupan yang lain.

Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong

kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing

dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota

(4)

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983

tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta

Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau

rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan. Kontribusi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20,3 miliar

dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional

antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan

surat hak penempatan.

Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama

pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang

membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas

tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang

kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang

reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara

lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik

Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia

pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik

Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi,

tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan

bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu

bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya

(5)

yang membangun atmosfir yang sangat khas di Pasar Antik Windujenar. Berkaca

mata pada kondisi yang sudah berjalan maka pengembangan Pasar Antik

Windujenar diharapkan dapat disinergiskan dengan pengembangan koridor

pariwisata di Kota Surakarta.

Revitalisasi pasar merupakan salah satu cara yang diterapkan

pemerintah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat

kecil dan menengah dan memperbaiki citra pasar tradisional di mata khalayak.

Menurut Danisworo (2002), Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan

kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup,

akan tetapi kemudian mengalami kemunduruan/degradasi. Berdasarkan

Departemen Kimpraswil (2005), dapat didefinisikan bahwa revitalisasi adalah

upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam

pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk

menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya

dimiliki oleh sebuah kota.

Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan

antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan

tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut.

Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta

termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan

potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang

(6)

membuat Surakarta menjadi acuan penyelenggaraan program revitalisasi pasar

tradisional di Indonesia. Inovasi dan pengembangan bisnis di dalamnya menjadi

acuan dalam konsep revitalisasi pasar merakyat (www.sindonews.com:31 Januari

2012). Dalam program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan terdapat

sekitar 3.366 pedagang kios, 7.415 pedagang los dan 4.949 pedagang pelataran di

38 pasar tradisional. Dalam proses revitalisasi ini, seluruh biaya ditanggung oleh

APBD kota Surakarta dan tidak ada biaya yang dipungut dari pedagang. Berikut

ini asalah jumlah pasar tradisional di Surakarta:

Tabel 1.2 Jumlah Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Presentase

1 Laweyan 8 19,00%

2 Serengan 2 5,00%

3 Pasar Kliwon 9 21,50%

4 Jebres 9 21,50%

5 Banjarsari 14 33,00%

Total 42 100,00%

Sumber: Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta 2009

(7)

dikenal dengan nama Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura

Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh Walikota

Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan

pedagang pasar. Adanya revitalisasi pasar dalam hal ini Pasar Antik Windujenar

membawa berbagai dampak baik bagi pedagang secara khusus maupun bagi

perekonomian kota Surakarta secara umum. Dengan adanya revitalisasi yang

dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan

pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi

tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Maka atas

dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian “ANALISIS

PENGARUH PROGRAM REVITALISASI PASAR TERHADAP

KEUNTUNGAN PEDAGANG DI PASAR ANTIK WINDUJENAR

(8)

B. RUMUSAN M ASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut;

1. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah

tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang

di Pasar Antik Windujenar Surakarta?

2. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar

Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai tujuan agar penelitian tersebut dapat

memberikan manfaat yang sesuai dengan yang dikehendaki, adapun tujuan

penelitian ini lebih lanjut adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur,

jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan

pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik

(9)

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain :

1. Bagi Pedagang

Memberi motivasi untuk peningkatan usaha dan perbaikan manajemen

tata kelola usahanya dalam rangka peningkatan keuntungan yang

diperoleh dan perkembangan usaha.

2. Bagi Pemerintah Daerah Surakarta

Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah

daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan

kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Pasar

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pasar

a. Pengertian Pasar

Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah

barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang

menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai

kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,

2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi

dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang)

melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat

tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas

tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual,

mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli

mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan

kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk

selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku

ekonomi produksi atau pedagang.

Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai

(11)

1) adanya penjual

2) adanya pembeli

3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan

4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual

(pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting

dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada tiga

macam, yaitu (Sadono Sukirno, 2004:220):

1) Fungsi Distribusi

Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak

antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar

memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi

kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat

memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun

tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara

lainnya. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat

memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhannya secara mudah dan cepat.

2) Fungsi Pembentukan Harga

Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan

tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual

(12)

pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan

kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.

3) Fungsi Promosi

Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,

karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi

dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk,

membagikan brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh

produk kepada calon pembeli, dan sebaginya.

b. Klasifikasi Pasar

1) Pasar Modern

Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak

bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label

harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam

bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan)

atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain

bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian

besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan

lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan

(supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam

beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual,

lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat

(13)

produsen dan konsumen tidak saling mengenal. Sedangkan yang

melayani sekedar sebagai penjaga yang tidak mempunyai akses

menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan

kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak

sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen.

2) Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual

dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli

secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan

biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka

yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan

makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,

pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula

yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini

masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat

kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai

pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain

adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo,

pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia

terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.

(14)

(retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri.

Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli

membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi

(wikipedia, akses Juni 2012).

c. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar

1. Jumlah penjual atau produsen

Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam

suatu industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang

memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras

persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja

secara efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun

produk yang dihasilkan sama tetapi orang dapat membedakan karena

merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap

dalam persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik. Jika

dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar monopoli.

Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup

banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli.

2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan

Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan

menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi

(15)

dan tidak dapat diganti dengan produk yang dihasilkan oleh

produsen lain.

2. Pengertian Pedagang

Pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan

berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen

tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Pedagang

adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas

orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan

Basu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai

orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir

bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha.

Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk

melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk

keperluan pribadi atau non-bisnis.

3. Teori Permintaan dan Penawaran

a. Permintaan

Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah

suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat

harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi

oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik

sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan

(16)

berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau

bertambah. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu

barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut.

Analisis hubungan antara jumlah permintaan dengan harga barang

tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain selain harga barang

dianggap tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Oleh karena itu

diasumsikan bahwa harga adalah tetap kemudian menganalisis bagaimana

permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti selera

masyarakat, pendapatan (Sukirno, 2005). Hukum permintaan menyatakan

bila harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami

penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada gambar

2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta

dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari kurva tersebut

terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P0), jumlah barang yang diminta

rendah (Q0), dan apabila pada tingkat harga yang lebih rendah (P1),

jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q1). Kurva permintaan

berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan

bawah. Kurva demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan

jumlah yang diminta, yang memiliki sifat hubungan tang terbalik. Apabila

salah satu variabel naik (misal harga) maka variabel lainnya akan

(17)

P

P0

P1

Permintaan (D)

Q0 Q1 Q

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak

bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel

tidak bebas. Menurut Suparmoko (1990) fungsi permintaan dapat ditulis

sebagai berikut:

Qd = f ( Px, Py, I, T, A, N, …. )

Keterangan :

Qd = Jumlah barang yang diminta

Px = Harga barang A

Py = Harga barang lain

I = Tingkat pendapatan konsumen

T = Selera

A = Pengeluaran perusahaan untuk promosi

(18)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sadono

Sukirno (2005) selain harga barang itu sendiri, faktor-faktor lain yang

menentukan permintaan individu maupun pasar adalah :

1) Selera konsumen

Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang

berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat

harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan

bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan

barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva

permintaan bergeser ke kiri.

2) Jumlah penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya

menyebabkan pertambahan permintaan. Akan tetapi dengan

pertambahan penduduk yang diikuti oleh perkembangan kesempatan

kerja maka pendapatan penduduk meningkat sehingga daya beli

masyarakat akan naik yang mengakibatkan naiknya permintaan. Bila

volume pembelian oleh masing-masing penduduk adalah sama, maka

kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan,

sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah penduduk

akan menyebabkan penurunan permintaan.

(19)

Pengaruh perubahan terhadap pendapatan mempunyai dua

kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap

permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan

akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut

merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan

efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus

barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan

permintaan.

4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan

Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan

barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan harga barang

subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif

meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang

tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang

akan naik apabila harga barang penggantinya turun, maka permintaan

akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut

harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga barang

penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang

tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun,

dan sebaliknya.

(20)

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan

pada masa yang akan datang dapat mempengauhi permintaan.

Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah

tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli

lebih banyak barang pada saat sekarang yang bertujuan untuk

menghemat pengeluaran di masa akan datang. Sebaliknya, ramalan

bahwa lowongan kerja akan bertambah sulit diperoleh dan kegiatan

ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang untuk lebih

berhemat dalam pengeluaran dan mengurangi permintaan.

Gerakan sepanjang kurva permintaan merupakan perubahan

sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta

menjadi makin tinggi atau makin menurun.

Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan

Sedangkan pergeseran kurva permintaan jika kurva permintaan

(21)

sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor

bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan

menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kananatau ke kiri.

P

P1 A2 A1 A3

Q

Q2 Q1 Q3

Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan

Titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P1, jumlah yang

diminta adalah Q1. Apabila Q1 > Q2 berarti kenaikan pendapatan

menyebabkan harga P1 permintaan bertambah sebesar Q1Q2. Apabila

kurva bergerak ke sebelah kanan maka perpindahan itu menunjukan

pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan

ke sebelah kiri berarti permintaan berkurang. Akibatnya pada harga P1,

jumlah barang yang diminta adalah Q2 (Sukirno, 2005:84).

b. Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang

ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa

(22)

pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan.

Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya

secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan

konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin

sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga

jumlah yang ditawarkan.

Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu

barang dengan jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran

menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat

demikian karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan

jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, makin banyak

jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2005 : 86-87).

P

P0 Penawaran (S)

P1

Q0 Q1 Q

Gambar 2.4 Kurva Penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai

akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat

(23)

faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva penawaran

tersebut.

Harga

S2 S S3

P A2 A A3

P1 B

S2

S S3

Q2 Q1 Q Q3 Jumlah Barang

Gambar 2.5 Grafik Gerakan Kurva Penawaran da n Pergeseran Kurva Penawaran

Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A

menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang

ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P1, hubungan di antara

harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang

jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q1. Perubahan dalam jumlah

yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran.

Pergeseran dari SS menjadi S2S2 atau S3S3 menggambarkan perubahan

penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran

dari SS menjadi S2S2, menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang

dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan

(24)

oleh titik A3, pada harga P sekarang jumlah barang yang ditawarkan

menjadi Q3 (Sukirno, 2005 : 89-90).

4. Keuntungan

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk

memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka

usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Pemilik usaha menjalankan

kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksimum, dan

keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha

membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan

dijualnya. Berikut pengertian keuntungan menurut para ahli :

1) Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara

penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada

besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang.

2) Apandi Nasehatun (1999:166) mengemukakan bahwa keuntungan

adalah selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya-biaya dalam

periode tertentu.

3) Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal

dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari

penghasilan atau penghasilan operasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau

(25)

dikeluarkan. Apabila selisih antara penerimaan dan biaya tersebut positif,

maka itulah yang disebut keuntungan. Apabila sebaliknya selisihnya

negatif itu disebut rugi.

5. Teori Keuntungan

Fungsi keuntungan didefinisikan sebagai total nilai keluaran (output) yang

dikurangi dengan total biayadari faktor produksi tidak tetap (variables input)

Secara bentuk sistematis Fungsi keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut

(Arsyad, 1987:109):

- TC

Dimana :

– TR = Total revenue (jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan

hasil outputnya)

TR = output x harga jual.

– TC = Total cost (jumlah biaya)

– Apabila TR-TC = positif (0< ) maka terdapat keuntungan, TR –TC =

Negatif maka terjadi kerugian, dan apabila TR-TC = 0 maka terjadi

Break Event Point (tidak terjadi keuntungan maupun kerugian)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang

Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain :

(26)

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya

spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya

perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang lebih

menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah

yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu

mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga saat ini di

antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa

yang disebut modal (Sulistiyono, 2009). Sumber modal, yaitu terdiri dari :

a. Sumber Intern

Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di

bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan

menggunakan sumbar dana intern yaitu:

1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak

mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di

pakai.

2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.

3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana

perusahaan.

4) Biaya pemakaian relatif murah.

(27)

Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari

luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern

adalah:

1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.

2) Dapat dicari dari berbagai sumber.

3) Dapat bersifat fleksibel.

Sumber dari modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009):

1) Supplier

Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk

penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari

1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari

10 tahun). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu

pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang

dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Supplier

atau manufaktur (pabrik) sering pula menjual mesin atau peralatan lain

hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin

atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10

tahun.

2) Bank

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta

(28)

3) Pasar Modal

Pasar modal adalah suatu pasar abstrak yang mempertemukan dua

kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling

mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten

yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain

pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak)

bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau

jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan

atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan

emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan

kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan

secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus

tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.

Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal

aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang

menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat

perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif

adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang

menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar

kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap

keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang

(29)

banyak, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh

pengusaha.

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal

sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal

dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah

modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga

keuangan yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan

sendiri akan lebih baik daripada modal berasal dari luar, karena modal

dari luar tentu memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan

dari pihak luar.

2) Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha

yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang

menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti

usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok

ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman

usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian

tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya

pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris

Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama

seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman

(30)

keberhasilan usahanya, karena selain mereka mempunyai pengalaman

dalam pengelolaannya mereka juga mengetahui celah-celah mana yang

sekiranya dapat membuat barang dagangannya laku sehingga akan

memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba.

Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang akan lebih terampil dalam

melakukan pekerjaannya, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan

memberikan hasil yang baik.

3) Umur

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, umur didefinisikan

sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur

merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya

keuntungan pedagang karena umur berkaitan dengan tingkat produktivitas

seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya, terutama bekerja. Umur

produktif ialah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan

menghasilkan sesuatu. Indonesia memiliki batasan usia produktif yaitu

antara 15 tahun-50 tahun (BPS,2010). Pada masa produktif tersebut

seseorang diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap

dirinya maupun lingkungannya.

4) Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup

berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin

(31)

diharapkan para pelangganpun akan terlayani dengan baik karena adanya

efisiensi waktu sehingga kualitas dari pelayanan tersebut akan lebih baik.

5) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu syarat utama yang harus

ditempuh oleh seseorang untuk memasuki pasar kerja. Tingkat pendidikan

seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dalam bekerja.

Pendidikan memberi pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja,

akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran

pekerjaan. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk

masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidikan formal

dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai

bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam

pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang

meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan

dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mengembangkan sumber daya manusia.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk

keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi

perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya.

(32)

yang diterima sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi

serta mampu membantu dalam pengambilan keputusan. Hubungan

pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat

penghasilan yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan

mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan akan

memungkinkan perolehan penghasilan yang lebih tinggi pula

(Simanjuntak, 1987: 66).

7. Pengertian Benda Antik

Istilah barang antik dari bahasa Latin: antiques “tua” ialah benda

menarik yang telah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun

perabotan rumah tangga. Antik adalah sebuah objek yang dimiliki oleh sebuah

era masa lalu bernilai seni, kerajinan, kelangkaan dan usia.Barang antik yang

berharga yaitu bagi terlihat dari benda langka, seni, usia dan keunikan.

Kebanyakan kolektor yang telah cukup berpengalaman dalam bidang ini,

tidak asing dengan dasar-dasar penentuan nilai sebuah barang. Benda antik

dapat langsung dibedakan berdasar objek benda antik asli maupun benda antik

reproduksi. Langkah dalam menentukan nilai barang-barang antik dengan

hati-hati yaitu memeriksa kondisi barang. Barang antik yang dijual dalam

kondisi baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada barang-barang

antik yang telah retak atau rusak.

Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang

(33)

bahwa nilai-nilai lama diatur sesuai dengan usia benda dan seni, para kolektor

mencari barang antik yang berada dalam kondisi yang bisa diterima. Namun,

ada beberapa kolektor yang membeli barang dengan cacat kecil, asalkan

nilainya signifikan. Untuk alasan ini, bahwa tidak semua barang antik

sekurang-kurangnya 50 tahun memiliki nilai yang sama. Nilai barang antik

didasarkan pada gagasan pemasaran serta permintaan untuk barang yang baik

sesuai dengan nilai barangnya.

8. Revitalisasi

a. Pengertian Revitalisasi

Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi

revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian

mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil

(2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan

yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan

mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang

dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota

(http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya

berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus

dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan

budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya

(34)

serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya

partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya

masyarakat di lingkungan tersebut akan tetapi masyarakat dalam arti luas.

b. Tahap Revitalisasi

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi

melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Tahap

revitalisasi antara lain:

1) Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik

revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan

peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem

penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan.

Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi

visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan

pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan

(environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga

intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks

lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran

jangka panjang.

2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses

peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan

ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek,

(35)

formal (local economic development), sehingga mampu

memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Dalam konteks

revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa

mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial.

3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah

kawasan dapat terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang

menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat suatu tempat

menjadi indah dan layak. Kegiatan tersebut harus berdampak

positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial

masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis,

bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk

menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making)

dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu

pengembangan institusi yang baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Revitalisasi

Menurut Danisworo (2002) faktor yang mempengaruhi adanya

revitalisasi adalah sebagai berikut:

1) Bangkrutnya sebagian besar dari sektor-sektor penyumbang PDRB,

terutama sektor yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Resesi

ekonomi yang mempengaruhi kegiatan perdagangan dan jasa, antara

lain mempengaruhi kegiatan perdagangan, naiknya pengangguran

(36)

2) Menurunnya populasi pada kawasan, berubahnya struktur demografi

masyarakat dan menurunnya kondisi fisik bangunan. Penyebab

penurunan vitalitas kawasan disebabkan oleh ketidakmampuan

kawasan tersebut bersaing dengan kawasan lain secara ekonomi, tidak

adanya atau hilangnya kekhasan yang memberikan daya tarik, kondisi

sosial budaya yang tidak menunjang kawasan dan tidak sesuainya

kegiatan yang ada di kawasan dan fungsinya. Fenomena menurunnya

vitalitas dan kualitas kawasan disebabkan menurunnya fasilitas fisik

(physical amenities), tidak adanya atau melemahnya komunitas dan

organisasi yang mewadahi masyarakat lokal, hilangnya kepemimpinan

lokal, dan modal sosial di masyarakat serta tidak adanya peran dari

pemerintah. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum.

Faktor-faktor penyebab penurunnya vitalitas kawasan di antaranya

adalah ekonomi kawasan tidak stabil, pertumbuhan ekonomi yang

menurun, produktivitas ekonomi menurun, menurunnya pelayanan

sarana dan prasarana, serta hilangnya tradisi lokal.

9. Pengertian Sosial Demografi

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yangmempelajari dinamika

kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat

(37)

didasarkan pada kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,

atau etnisitas tertentu (http://robir08.student.ipb.ac.id/2010/06/). Sedangkan

menurut Calvin Goldscheider (1985) sosial demografi adalah suatu studi

ilmiah yang sistematis mengenai peristiwa kependudukan baik dalam bentuk

perorangan maupun kelompok yang ditekankan pada hubungan antar

fenomena kependudukan dan variabel sosial. Sumber-sumber data

kependudukan/demografi yang pokok ialah sensus, sistem registrasi

kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk dan survei-survei terbatas atau survei

sampel. Sumber lain sebagai tambahan yang sering berguna adalah

catatan-catatan dan dokumen-dokumen instansi pemerintah. Diantara sumber-sumber

ini, sensus merupakan sumber data yang paling utama di berbagai negara,

terlebih di negara berkembang.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang terdiri

atas skripsi dan jurnal dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu

(38)

2

Keuntungan merupakan tujuan dari seseorang menjalankan usaha. Teori

keuntungan menurut Cobb Douglas menyatakan bahwa keuntungan diperoleh dari

total pendapatan dikurangi dengan total pengeluaran/jumlah biaya yang

dikeluarkan. Mengacu pada teori tersebut dan pengembangan dari penelitian

terdahulu (Reni Pratiwi, Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha

pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan:2011) maka variabel yang

diperkirakan berpengaruh terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik

Windujenar Surakarta antara lain modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga

(39)

keleluasaan bagi pedagang untuk menentukan keputusan bisnis, usaha apa yang

akan dijalankan oleh pedagang. Pengetahuan yang diperoleh dari proses

pendidikan formal dan pengalaman usaha dapat membantu pedagang untuk

menentukan strategi bisnis mengambil keputusan terkait dengan bisnis yang

dijalani. Tingkat pendidikan diukur dengan tahun tempuh/tahun sukses pedagang.

Pedagang dengan usia produktif lebih siap dalam menjalani ritme berdagang

dalam kesehariannya. Stamina dan ketahanan mental menjadikan pedagang lebih

siap dalam menjalankan usahanya. Tenaga kerja berfungsi untuk efisiensi

pedagang dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan sehingga

keuntungan akan lebih maksimal. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.6 Diagram Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta

D. Hipotesis Pemikiran

MODA L

PENGALAMA N BERDAGANG

UMUR

TENAGA KERJA

KEUNTUNGAN

TING KAT PENDIDIKAN

SEBELUM REVITALISASI

(40)

Berdasarkan teori, kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu

maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. 1) Variabel modal diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan

2) Variabel pengalaman usaha diduga berpengaruh positif signifikan terhadap

keuntungan

3) Variabel umur diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan

4) Variabel jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif signifikan

terhadap keuntungan

5) Variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif signifikan terhadap

keuntungan

b. Adanya perbedaan keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik

(41)

BAB III

METODEPENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah kota Surakarta dengan

ruang lingkup penelitian adalah Pasar Antik Windujenar. Subyek analisis

penelitian adalah pedagang yang berada di kawasan Pasar Antik Windujenar,

Kalurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta dengan

batas-batas antara lain sebagai berikut:

Utara : Istana Mangkunegaran

Timur : Jalan Teuku Umar

Selatan : Jalan Slamet Riyadi

Barat : Jalan Diponegoro

Variabel adalah nilai dari suatu obyek yang memiliki variasi tertentu

(Sugiyono,2004:32). Variabel penelitian terdiri atas dua macam yaitu variabel

dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah keuntungan pedagang (LnY). Variabel independen yang

dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

ü Modal (LnX1)

(42)

ü Umur pedagang (X3)

ü Jumlah tenaga kerja (X4)

ü Tingkat pendidikan (X5)

1. Operasional Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah :“Segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Operasional Variabel untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Keuntungan

Keuntungan adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari

aktivitas jual beli yang dilakukan, sebagian besar berasal dari penjualan

produk kepada pelanggan dalam satu periode tertentu. Keuntungan

diukur dalam satuan rupiah.

2. Modal

Modal (bahasa inggris: equity) adalah investasi yang dilakukan pemilik

usaha (http://id.wikipedia.org). Modal digunakan pedagang untuk

menjalankan operasional usahanya, baik berupa modal sendiri maupun

modal dari pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur dalam

satuan rupiah.

(43)

Pengalaman usaha adalah jangka waktu lamanya seseorang menekuni

usaha yang dijalankan atau waktu yang telah dihabiskan oleh pedagang

semenjak usaha itu berdiri dan sampai sekarang. Pengalaman usaha

diukur dalam tahun.

4. Umur Pedagang

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan

masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya

adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah

lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock,

2004). Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat

penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang

dalam suatu hal. Umur diukur dalam satuan tahun.

5. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di kios tempat berdagang,

baik sebagai pemilik usaha itu sendiri dan ditambah pegawai yang

membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah

atas tenaga yang digunakannya. Tenaga kerja diukur dalam jumlah

orang.

6. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan para

(44)

dummy tingkat pendidikan dalam penelitian adalah pedagang dengan

pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, Strata.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek yang mempunyai

karakteristik tertentu (Djarwanto,2000:107). Populasi dari penelitian ini

adalah Pasar Antik Windujenar Surakarta. Elemen dari populasi penelitian

ini adalah semua pedagang yang terdapat di Pasar Windujenar Surakarta.

Jumlah populasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta adalah 116

pedagang yang tersebar di area pasar.

b. Sampel

Menurut Djarwanto (2000:108) yaitu: “Sampel adalah sebagian dari

populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa

mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah

populasinya)”. Penentuan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut

dapat digunakan rumus Slovin, yaitu:

(45)

= 1 0,29 116

+

= 291, 116

= 89,922 = 90

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (nilai

kritis).

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau

pendapat orang (responden). Jenis data yang digunakan adalah data subyek.

Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman

atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek

penelitian (responden).

2. Sumber Data

a) Data primer

(46)

(kuesioner) yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian

(Arsyad,2004). Variabel dalam kuesioner meliputi nama, jenis kelamin,

umur, daerah asal, status, pendidikan, lama berdagang, jumlah tenaga

kerja, modal usaha, keuntungan rata-rata dari hasil berdagang per bulan

sebelum (tahun 2006-2007) dan sesudah revitalisasi pasar (tahun

2010-2011), dan kendala yang dihadapi pedagang.

b) Data sekunder

Data sekuder ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak

lain (Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, 2001). Data sekunder

diperoleh dari lembaga terkait antara lain kantor paguyuban pedagang

pasar Windujenar Surakarta (jumlah populasi pedagang, luas area pasar,

dan potret Pasar Antik Windujenar sebelum revitalisasi), Biro Pusat

Statistik (PDRB Surakarta, data jumlah penduduk menurut umur, jenis

kelamin, dan pendidikan, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk

tiap Kecamatan), Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta (data jumlah

pasar tradisional tahun 2009) serta situs internet yang mendukung antara

lain www.travel.detik.com (potret Pasar Antik Windujenar setelah

revitalisasi) dan www.surakarta.go.id (peta kota Surakarta).

(47)

1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian

sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk

proses penyelesaian penelitian ini.

2. Kuesioner, merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan atau pernyaataan tertulis kepada reponden untuk

dijawab. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh

informasi yang relevan dengan penelitian dengan kesahihan yang cukup

tinggi.

D. Metode Analisis Data

Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil

disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Tahap-tahap dalam analisis ini

yaitu:

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2005:21) “Analisis deskriptif adalah analisis yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tapi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Analisis

deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai

keadaan dan karakteristik sosial demografi pedagang. Karakteristik

sosial demografi yang digunakan dalam penelitian tentang pedagang

pasar Windujenar berdasar pada hasil kuosioner yang disusun dalam

(48)

1. Umur pedagang

Merupakan salah satu unsur demografi terkait dengan produktivitas

seseorang dalam kaitannya dengan motivasi kerja. Seseorang dengan

usia produktif cenderung memiliki etos kerja yang lebih tinggi

dibanding usia tidak produktif.

2. Jenis kelamin

Merupakan salah satu indikator tentang jenis kelamin yang

mendominasi kegiatan usaha berdagang di Pasar Antik Windujenar.

3. Tingkat pendidikan pedagang

Tingkat pendidikan dapat memeberi gambaran tentang seberapa

besar kemajuan tingkat pendidikan formal yang ditempuh

pedagang..

4. Tingkat keuntungan pedagang

Rata-rata keuntungan yang diterima pedagang atas kegiatan

perdagangan yang dilakukan selama periode tertentu, biasanya

berdasar kisaran per bulan.

5. Modal usaha

Ialah modal yang dikeluarkan pembeli dalam memulai usaha dagang

antara lain untuk pembelian barang dagangan dan properti

pendukungnya.

(49)

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya

keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar, maka digunakan model

regresi berganda (multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan

variabel yang lebih dari satu (multivariables) dan dapat dirumuskan model

fungsi sebagai berikut (Djarwanto PS, 2000) :

1

X

1 2

X

2 3

X

3 4

X

4 5

X

5 ...(1)

Dari rumusan fungsi di atas dan pengembangan dari penelitian Dewi

Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam (2004) persamaan fungsi dapat

dikembangkan menjadi sebagai berikut:

1

X

1i 2

X

2i 3

X

3i 4

X

4i 5i

...(2)

Keterangan :LnY = Keuntungan

Ln = Modal

= Pengalaman Usaha

= Umur

= Jumlah Tenaga Kerja

X5 = Tingkat Pendidikan

e =Standar eror

(50)

Tahap pengujian persamaan regresi di atas antara lain dengan uji

statistik yang meliputi uji t-statistik, uji f, dan Uji R2, uji asumsi klasik

meliputi multikolinearitas, autokorelasi,dan heterokedastisitas serta uji

beda dua rata-rata.

1. Uji Statistik

Uji statistik merupakan sebuah prosedur dimana masukan

(input) adalah sampel dan hasilnya adalah hipotesis. Perhitungan

statistik dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).Uji

statistik antara lain:

a. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah apakah koefisien

regresi dari variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Ketentuan uji t-statistik mengacu

pada sumber buku Djarwanto (2000:196) dengan kriteria

pengujian:

a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya

koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima artinya

koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel

(51)

b. Uji F

Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi secara bersama-sama.

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel

independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependennya. Ketentuan uji F mengacu pada sumber

buku Djarwanto (2000:268) dengan hipotesis sebagai berikut :

1 2 3= 0 (berarti secara bersama-sama variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen)

Ha 1 2 3 -sama variabel

independen mempengaruhi variabel dependen)

Dari hipotesis di atas diperoleh kesimpulan Ho diterima bila F

hitung dan Ho ditolak bila F hitung > F tabel

2. Uji Asumsi Klasik

a) Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat terjadi jika model tersebut mempunyai

standar eror yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir

dengan ketepatan tinggi (Gujarati,1995:159). Cara untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, salah satunya dengan

metode Klein, yaitu dengan membandingkan R2(koefisien

determinansi) regresi awal dengan r2 parsial (koefisien korelasi

antara variabel independen). Apabila r2<R2, maka tidak terdapat

(52)

b) Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi

regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir

Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil

maupun besar (Gujarati,1995:183). Uji Heteroskedastisitas

bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Mengacu pada buku Ekonometrika Dasar (Gujarati,

1995:187) salah satu cara untuk mendeteksi masalah

heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan

dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut

residualnya.

c) Autokorelasi

Menurut Maurice G. Kendall dan William Buckland (1971)

“Pengertian autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu”. Uji autokorelasi

bertujuan menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi

antara kesalahan penganggu pada periode t terhadap periode

sebelumnya. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah

dengan uji Durbin-Watson, akan tetapi apabila terdapat bias yang

terpasang tetap terhadap korelasi model tersebut maka terdapat

(53)

(Gujarati,1995:225). Pengujian Run Test dilakukan dengan dengan

cara mengukur populasi acak yang didasarkan atas data hasil

pengamatan melalui data sampel dengan ketentuan kriteria

pengujian apabila probalitasnya (nilai sig) > 0.05 maka H0 diterima,

tidak terjadi autokorelasi dan apabila ika probalitasnya (nilai sig) <

0.05 maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi.

3. Uji Beda Dua Rata-rata (Mean)

Uji beda rata-rata dikenal dengan nama uji-t (t-test). Konsep dari

uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang

kepercayaan tertentu (confidence interval) dari dua kejadian. Prinsip

pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan dua kelompok data.

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tingkat keuntungan

antara sebelum dan sesudah adanya program revitalisasi digunakan uji

hipotesis beda dua rata-rata untuk observasi berpasangan.

Langkah-langkah pengujian uji beda dua rata-rata (Djarwanto, 2000:211) adalah

sebagai berikut:

a. Formulasi H0 dan H1

H0 1 2 artinya tidak ada perbedaan antara rata-rata tingkat

keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan

(54)

H1 1 2 artinya terdapat perbedaan antara rata-rata tingkat

keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan

sesudah revitalisasi.

Ho ditolak Ho ditolak

H0 diterima

-t tabel t tabel

Gambar 3.1 Uji Statistik t

b. H0 diterima apabila : - ttabel hitung tabel, tidak terdapat perbedaan

sebelum dan sesudah proses

H0 ditolak apabila : thitung > ttabel atau thitung < - ttabel , terdapat

(55)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Surakarta

1. Aspek Geografis

Surakarta merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah

dengan jumlah penduduk 501.650 jiwa (2011) dan kepadatan penduduk

13.636/km2. Surakarta juga dikenal dengan sebutan Solo atau Sala.

Surakarta memiliki luas lahan 44 km2 atau sekitar 0,14 % luas Jawa

Tengah. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar

61,68%, dan 20% lahan digunakan untuk kegiatan perekonomian.

a. Kondisi Geografis

Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45`

35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan serta berada di

dataran rendah dengan ketinggian 105 m dpl dan 95 m dpl di pusat

kota. Batas Wilayah Surakarta antara lain sebagai berikut:

Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 2.4 Kurva Penawaran
Gambar 2.5  Grafik Gerakan Kurva Penawaran dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh laba yang diinginkan dan biaya produksi terhadap penetapan harga jual pada Produk Garam di Kabupaten Pati, berdasarkan uji

Berdasarkan peta rencana pola ruang Kota Pontianak yang direncanakan dalam RTRW Kota Pontianak tahun 2013-2033, wilayah Pontianak bagian timur ini merupakan area

Melihat demikian kompleksnya permasalahan ekonomi makro dan mikro yang disebabkan telah bergulirnya globalisasi ekonomi, gerakan Koperasi baik dalam bentuk Koperasi

Pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan untuk suatu kawasan lindung dapat diabaikan dengan memberikan alasannya dalam bagian komentar (contohnya, pertanyaan mengenai penggunaan

Hasil penelitian menyatakan ke-19 informan yaitu mahasiswa pada generasi milenial memberikan pernyataan yang sama perihal bahwa digital influencer memang merubah pola

relavan tentang Kompensi Guru dan Peningkatannya, dengan melakukan telaah literature (modul) mengamati objeknya, berdiskusi secara kelompok (peserta dibagi ke dalam 4 kelompok)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Agar perusahaan dapat berkembang daan meningkatkan kinerja karyawannya hingga kerja karyawan yang sangat baik dan produktivitas hasil yang di perolehnya, serta