PROFIL PENDERITA ASMA PADA POLI ASMA DI BAGIAN PARU RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
PAUL ALWIN KHOMAN 070100152
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian: Profil Penderita Asma pada Poli Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan
NAMA : Paul Alwin Khoman NIM : 070100152
Pembimbing Penguji
dr. Bintang Y.M. Sinaga, Sp.P. dr. T. Ibnu Alferally, Sp.P.A. NIP: 19720228.199903.2.002
Penguji
dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) NIP: 19690524.1999031.001
Medan, 14 December 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Asma merupakan penyakit pernapasan kronik menyebabkan gangguan inflamasi saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, penderita asma dunia berjumlah kurang lebih 300 juta orang, Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992, asma merupakan penyebab mortalitas keempat di Indonesia (5,6%). Sedangkan, menurut hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar , prevalensi penderita asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil tentang penderita asma yang datang berobat jalan ke Poliklinik Asma di bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan menggunakan Cross Sectional Study, dan teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik total sampling. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 50 orang yang diambil dari rekam medis. Data yang telah diambil akan diolah dengan bantuan program Statisticale Products Social Science (SPSS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penderita asma berjenis kelamin perempuan (84%). Penderita berada pada kelompok umur 45-54 tahun (25%), dengan debu sebagai faktor pencetus terbanyak (46%), dan mayoritas memiliki derajat asma intermiten (39,1%). Hasil dari faal paru terbanyak yaitu dengan APE/VEP1>80% (47,2%) dan mayoritas menggunakan AsKes (44%). Pengobatan terbanyak adalah agonis β-2 kerja singkat (74%).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan profil penderita asma yang datang berobat ke poliklinik asma di bagian paru RSUP Haji Adam Malik Medan mayoritas berusia antara 45-54 tahun dengan kecenderungan penderita perempuan, dengan faktor pencetus berupa debu, tergolong dalam derajat asma intermiten, dengan faal paru APE/VEP1>80%, menggunakan AsKes, dan diberikan pengobatan agonis β-2 kerja singkat.
ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways in which many cells and cellular elements play a role. The Chronic inflammation is associated with airway hiperresponsiveness that leads to recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest tightness, and coughing. According to the World Health Organization (WHO), there are approximately 300 million worldwide asthma patients. According to the 1992 Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), asthma is the fourth leading causes of mortality in Indonesia (5,6%). Whereas according to Riset Kesehatan Dasar’ results, the prevalence of asthma in
Indonesia is approximately 4%. The purpose of this study is to obtain a profile of asthma outpatients from the asthma policlinic in RSUP Haji Adam Malik’s Pulmonary Division.
This is a descriptive study with a Cross Sectional Approach in which the samples were chosen using the total sampling method. The data from the 50 samples were taken from the medical record. The data collected is then analyzed using the Statisticale Products Social Science (SPSS) program.
The results from this study show that the majority of asthma patients are female (84%). The patients are within the 45-54 years old age group (25%), having dust as the majority inciting factor (46%), and the majority suffers from intermitten asthma (39,1%). The majority of lung function is APE/VEP1>80% (47,2%), and uses AsKes (44%). The majority of medication given is short acting β-2 agonists (74%).
We can conclude that from this study the profile of asthma outpatients from the asthma policlinic in RSUP Haji Adam Malik’s Pulmonary Division are within 45-54 years old age group with female as the dominating gender, dust as the inciting factor, classified under intermitten asthma, with APE/VEP1 lung function > 80%, uses AsKes, and are given short acting β-2 agonists medication.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Profil Penderita Asma pada Poli Asma
di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan”. Dalam penyelesaian
penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Bintang Y.M. Sinaga, Sp.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Drs. Palas Tarigan, Apt, selaku Kepala Instalasi Litbang RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.
4. Seluruh staf ruangan Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan,
khususnya Kak Ester, yang telah membantu penulis dalam melakukan proses pengumpulan data rekam medis.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
6. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ibunda
7. Terima kasih ditujukan kepada pasangan hidup penulis, Olivia Charissa, yang selalu memberi dukungan, doa, kasih sayang dalam hidupku dan juga dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah.
8. Terima kasih juga ditujukan kepada saudara-saudara penulis, kakak,
abang, dan adik, yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis.
9. Seluruh teman-teman Stambuk 2007, khususnya Tina Reisa, Suhenda
Ginting, Rio Janner, Ririn Wahyuni, Elvi Hasanah, Shanthy L. Tahmasebian, Jane Silitonga, Kelvin Yuwanda, Candly Vancola, Johanes, dan Adrianie M. Tantri, yang telah meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dengan penulis selama proses penulisan karya tulis ilmiah.
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materiil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebasar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, December 2010 Penulis,
Paul Alwin Khoman
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK……….…ii
ABSTRACT………..iii
KATA PENGANTAR………..………iv
DAFTAR ISI……….………vi
DAFTAR TABEL………...……..…...ix
DAFTAR GAMBAR……….x
DAFTAR SINGKATAN…………..………....xi
DAFTAR LAMPIRAN………..…….…xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Asma ... 4
2.1.1. Pengertian Asma ... 4
2.1.2. Epidemiologi ... 4
2.1.3. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asma ... 6
2.1.4. Diagnosis ... 7
2.1.4.1. Anamnesis ... 7
2.1.4.2. Pemeriksaan Fisik ... 8
2.1.4.3. Faal Paru ... 8
2.1.5. Klasifikasi ... 9
2.1.6. Penatalaksanaan ... 11
2.1.6.1. Medikasi ... 11
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16
3.2. Definisi Operasional ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19
4.1. Jenis Penelitian ... 19
4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... 19
4.2.1. Tempat Penelitian ... 19
4.2.2. Waktu Penelitian ... 19
4.3. Populasi dan Sampel ... 19
4.3.1. Populasi ... 19
4.3.2. Sampel ... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 20
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21
5.2. Karakteristik Responden ... 21
5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Sosiodemografi ... 22
5.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pencetus ... 22
5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Asma ... 23
5.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Faal Paru ... 23
5.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pembayaran ... 23
5.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pengobatan ... 24
5.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dengan Jenis Kelamin ... 24
5.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dengan Derajat Asma ... 25
5.2.11. Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pembayaran
dengan Jenis Pengobatan ... 26
5.2. Pembahasan... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran
Klinis………..10
3.1 Variabel, alat ukur, hasil ukur, dan skala ukur……….…...17
5.1 Distribusi responden berdasarkan sosiodemografi……….22
5.2 Distribusi responden berdasarkan faktor pencetus……….. ……….22
5.3 Distribusi responden berdasarkan derajat asma………….. ……….23
5.4 Distribusi responden berdasarkan faal paru……….23
5.5 Distribusi responden berdasarkan metode pembayaran….. …….…23
5.6 Distribusi responden berdasarkan jenis pengobatan……….24
5.7 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan
jenis kelamin……….24
5.8 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan
derajat asma………...25
5.9 Distribusi responden berdasarkan faktor pencetus dengan
derajat asma……….25
5.10 Distribusi responden berdasarkan derajat asma dengan jen
pengobatan………...26
5.11 Distribusi responden berdasarkan metode pembayaran
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Hubungan antara inflamasi, gejala klinis, dan
patofisiologi asma………...………....4
2.2 Prevalensi asma di dunia………...5
2.5 Penatalaksanaan berdasarkan derajat asma……….15
DAFTAR SINGKATAN
APE Arus Puncak Ekspirasi
AsKes Asuransi Kesehatan
BPPK Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
DepKes R.I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DPI Dry Powder Inahler
ENHIS European Environment and Health Information System
GINA Global Initiative for Asthma
IDT Inhalasi Dosis Terukur
JamKesMas Jaminan Kesehatan Masyarakat
KVP Kapasitas Vital Paksa
NHLBI National Heart, Lung and Blood Institute
PDPI Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PNS Pegawai Negri Sipil
PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
SKRT Survey Kesehatan Rumah Tangga
SPSS Statisticale Products Social Science
VEP1 Volume Ekspirasi Paksa detik pertama
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian SMF Paru
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Instalasi Rekam Medis
Lampiran 4 Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 5 Data Induk Penelitian 1
Lampiran 6 Data Induk Penelitian 2 – Faktor Pencetus
Lampiran 7 Data Induk Penelitian 3 – Jenis Pengobatan
Lampiran 8 Hasil Output – Karakteristik Responden
ABSTRAK
Asma merupakan penyakit pernapasan kronik menyebabkan gangguan inflamasi saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, penderita asma dunia berjumlah kurang lebih 300 juta orang, Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992, asma merupakan penyebab mortalitas keempat di Indonesia (5,6%). Sedangkan, menurut hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar , prevalensi penderita asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil tentang penderita asma yang datang berobat jalan ke Poliklinik Asma di bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan menggunakan Cross Sectional Study, dan teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik total sampling. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 50 orang yang diambil dari rekam medis. Data yang telah diambil akan diolah dengan bantuan program Statisticale Products Social Science (SPSS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penderita asma berjenis kelamin perempuan (84%). Penderita berada pada kelompok umur 45-54 tahun (25%), dengan debu sebagai faktor pencetus terbanyak (46%), dan mayoritas memiliki derajat asma intermiten (39,1%). Hasil dari faal paru terbanyak yaitu dengan APE/VEP1>80% (47,2%) dan mayoritas menggunakan AsKes (44%). Pengobatan terbanyak adalah agonis β-2 kerja singkat (74%).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan profil penderita asma yang datang berobat ke poliklinik asma di bagian paru RSUP Haji Adam Malik Medan mayoritas berusia antara 45-54 tahun dengan kecenderungan penderita perempuan, dengan faktor pencetus berupa debu, tergolong dalam derajat asma intermiten, dengan faal paru APE/VEP1>80%, menggunakan AsKes, dan diberikan pengobatan agonis β-2 kerja singkat.
ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways in which many cells and cellular elements play a role. The Chronic inflammation is associated with airway hiperresponsiveness that leads to recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest tightness, and coughing. According to the World Health Organization (WHO), there are approximately 300 million worldwide asthma patients. According to the 1992 Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), asthma is the fourth leading causes of mortality in Indonesia (5,6%). Whereas according to Riset Kesehatan Dasar’ results, the prevalence of asthma in
Indonesia is approximately 4%. The purpose of this study is to obtain a profile of asthma outpatients from the asthma policlinic in RSUP Haji Adam Malik’s Pulmonary Division.
This is a descriptive study with a Cross Sectional Approach in which the samples were chosen using the total sampling method. The data from the 50 samples were taken from the medical record. The data collected is then analyzed using the Statisticale Products Social Science (SPSS) program.
The results from this study show that the majority of asthma patients are female (84%). The patients are within the 45-54 years old age group (25%), having dust as the majority inciting factor (46%), and the majority suffers from intermitten asthma (39,1%). The majority of lung function is APE/VEP1>80% (47,2%), and uses AsKes (44%). The majority of medication given is short acting β-2 agonists (74%).
We can conclude that from this study the profile of asthma outpatients from the asthma policlinic in RSUP Haji Adam Malik’s Pulmonary Division are within 45-54 years old age group with female as the dominating gender, dust as the inciting factor, classified under intermitten asthma, with APE/VEP1 lung function > 80%, uses AsKes, and are given short acting β-2 agonists medication.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit pernapasan kronik, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), hipertensi pulmonal, dan penyakit paru kerja, merupakan kondisi yang memberikan beban yang berat kepada semua penderita. Sekitar 17.4% dari seluruh kematian di dunia adalah akibat dari penyakit pernapasan kronik (WHO, 2002).
Asma, yang merupakan salah satu penyakit pernapasan kronik, adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya (GINA, 2009). Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sasak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Gejala episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, dan bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Surjanto, 2008).
Di seluruh dunia, asma merupakan penyakit yang menjadi masalah publik dan sering dijumpai di masyarakat dan berjumlah sekitar 300 juta orang penderita. Sejalan dengan populasi dunia yang terus bertambah, diprediksikan populasi penderita asma akan bertambah menjadi 400 juta orang (WHO, 2010; GINA, 2009; GINA, 2003; Chan, 2008).
Menurut hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi penderita asma di Indonesia adalah 4% (BPPK, 2007). Pratama dkk. (2009) juga melakukan penelitian di RSUP Persahabatan pada tahun 2006, selama enam bulan dan menemukan 604 penderita asma. Lalu pada penelitian tentang profil kesehatan di Indonesia oleh DepKes R.I. (2009) dilaporkan terdapat 1.24% penderita asma di Sumatera Utara.
Peningkatan prevalensi kejadian dan mortalitas asma dalam beberapa tahun ini sangat mengkhawatirkan. Untuk menanggulanginya maka diperlukan data epidemiologi tentang karakteristik penderita asma agar membantu dalam hal pertimbangan pengobatan, prognosis, dan rehabilitasi pasien asma. Akan tetapi, data epidemiologi yang tersedia tentang penyakit asma di Sumatera, khususnya Medan masih kurang, belum terdapat data epidemiologi yang pasti (Sastrawan dkk, 2008). Oleh karena latar belakang inilah maka diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang profil penyakit asma di Medan terutama di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Haji Adam Malik Medan
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah melihat bagaimana profil penderita asma yang datang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Memperoleh profil tentang pasien-pasien penyakit Asma yang datang berobat ke Poliklinik Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui profil asma berdasarkan umur
6. Mengetahui gambaran metode pembayaran yang digunakan
7. Mengetahui gambaran pengobatan asma yang digunakan saat
berobat rawat jalan
1.4. Manfaat Penelitian
Masil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan mengenai gambaran
penderita asma pada RSUP Haji Adam Malik Medan
2. Memberikan informasi kepada penentu kebijakan dalam hal
menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam menangani penderita asma pada RSUP Haji Adam Malik Medan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asma
2.1.1. Pengertian Asma
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI, 2006; GINA, 2009).
Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.
Gambar 2.1 Hubungan antara inflamasi, gejala klinis, dan patofisiologi Asma Sumber: NHLBI, 2007.
2.1.2. Epidemiologi
Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia, pada tahun 1986 asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu pada SKRT 1995, dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006).
Dari hasil penelitian Riskesdas, prevalensi penderita asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Menurut Sastrawan, dkk (2008), angka ini konsisten dan prevalensi asma bronkial sebesar 5–15%.
2.1.3. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asma
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asma adalah: 1. Imunitas dasar
Mekanisme imunitas terhadap kejadian inflamasi pada asma kemungkinan terjadi ekspresi sel Th2 yang berlebihan (NHLBI, 2007). Menurut Moffatt, dkk (2007), gen ORMDL3 mempunyai hubungan kuat sebagai faktor predisposisi asma.
2. Umur
Insidensi tertinggi asma biasanya mengenai anak-anak (7-10%), yaitu umur 5 – 14 tahun. Sedangkan pada orang dewasa, angka kejadian asma lebih kecil yaitu sekitar 3-5% (Asthma and Allergy Foundation of America, 2010). Menurut studi yang dilakukan oleh Australian Institute of Health and Welfare (2007), kejadian asma pada kelompok umur 18 – 34 tahun adalah 14% sedangkan >65 tahun menurun menjadi 8.8%. Di Jakarta, sebuah studi pada RSUP Persahabatan menyimpulkan rerata angka kejadian asma adalah umur 46 tahun (Pratama dkk, 2009).
3. Jenis Kelamin
Menurut GINA (2009) dan NHLBI (2007), jenis kelamin laki-laki merupakan sebuah faktor resiko terjadinya asma pada anak-anak. Akan tetapi, pada masa pubertas, rasio prevalensi bergeser dan menjadi lebih sering terjadi pada perempuan (NHLBI, 2007). Pada manusia dewasa tidak didapati perbedaan angka kejadian asma di antara kedua jenis kelamin (Maryono, 2009).
4. Faktor pencetus
asma. Konsentrasi polen di udara bervariasi pada setiap daerah dan biasanya dibawa oleh angin dalam bentuk partikel – partikel besar.
Iritan – iritan berupa paparan terhadap rokok dan bahan kimia juga telah dikaitkan dengan kejadian asma. Dimana rokok diasosiasikan dengan penurunan fungsi paru pada penderita asma, meningkatkan derajat keparahan asma, dan mengurangi responsivitas terhadap pengobatan asma dan pengontrolan asma. Menurut Dezateux dkk (1999), balita dari ibu yang merokok mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi menderita kelainan seperti mengi dalam tahun pertama kehidupannya.
Kegiatan fisik yang berat tanpa diselingi istirahat yang adekuat juga dapat memicu terjadinya serangan asma (Nurafiatin dkk, 2007). Riwayat penyakit infeksi saluran pernapasan juga telah dihubungkan dengan kejadian asma. Menurut sebuat studi prospektif oleh Sigurs dkk (2000), sekitar 40% anak penderita asma dengan riwayat infeksi saluran pernapasan (Respiratory
syncytial virus) akan terus menderita mengi atau menderita asma dalam
kehidupannya.
5. Status sosioekonomik
Mielck dkk (1996) menemukan hubungan antara status sosioekonomik / pendapatan dengan prevalensi derajat asma berat. Dimana, prevalensi derajat asma berat paling banyak terjadi pada penderita dengan status sosioekonomi yang rendah, yaitu sekitar 40%.
2.1.4. Diagnosis
Seperti pada penyakit lain, diagnosis penyakit asma dapat ditegakkan dengan anamnesis yang baik. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
2.1.4.1. Anamnesis
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang penyakit/gejala, yaitu: 1. Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan atau tanpa
2. Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap alergen, gejala musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat keluarga pengidap asma
3. Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang episodik, rasa
berat di dada dan berdahak yang berulang
4. Gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari 5. Mengi atau batuk setelah kegiatan fisik
6. Respon positif terhadap pemberian bronkodilator
2.1.4.2. Pemeriksaan Fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik dapat normal (GINA, 2009). Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum ditemukan pada auskultasi adalah mengi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik akan sangat membantu diagnosis jika pada saat pemeriksaan terdapat gejala-gejala obstruksi saluran pernapasan (Chung, 2002).
Sewaktu mengalami serangan, jalan napas akan semakin mengecil oleh karena kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi mukus. Keadaan ini dapat menyumbat saluran napas; sebagai kompensasi penderita akan bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi jalan napas yang mengecil (hiperinflasi). Hal ini akan menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa batuk, sesak napas, dan mengi (GINA, 2009).
2.1.4.3. Faal Paru
menilai faal paru, tetapi yang telah dianggap sebagai standard pemeriksaan adalah: (1) pemeriksaan spirometri dan (2) Arus Puncak Ekspirasi meter (APE).
Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan hambatan jalan napas dan reversibilitas yang direkomendasi oleh GINA (2009). Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui spirometri. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 3 ekspirasi. Banyak penyakit paru-paru
menyebabkan turunnya angka VEP1. Maka dari itu, obstruksi jalan napas
diketahui dari nilai VEP1 prediksi (%) dan atau rasio VEP1/KVP (%).
Pemeriksaan dengan APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore (tidak lebih dari 20%). Untuk mendapatkan variabiliti APE yang akurat, diambil nilai terendah pada pagi hari sebelum mengkonsumsi bronkodilator selama satu minggu (Pada malam hari gunakan nilai APE tertinggi). Kemudian dicari persentase dari nilai APE terbaik (PDPI, 2006).
2.1.5. Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis
Derajat Asma Gejala Gejala Malam
• Serangan singkat
• ≤ 2 kali
• Variabiliti APE < 20 %
II. Persisten Ringan
Mingguan APE ≥ 80 %
• Gejala > 1x / minggu, tetapi < 1x / hari
• Serangan dapat mengganggu aktiviti dan tidur
• > 2 kali
Sedang Harian
APE 60 - 80 %
• Gejala setiap hari • Serangan
mengganggu aktiviti dan tidur • Membutuhkan • Variabiliti APE >
30 %
IV. Persisten
Berat Kontinyu
APE ≤ 60 %
• Gejala terus menerus • Sering kambuh • Aktiviti fisik
terbatas
• Sering • VEP1≤ 60 % nilai prediksi • APE ≤ 60 % nilai
terbaik
• Variabiliti APE > 30 %
2.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. GINA (2009) dan PDPI (2006) menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan berdasarakan kontrol.
Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Medikasi
2. Pengobatan berdasarkan derajat
2.1.6.1. Medikasi
Menurut PDPI (2006), medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara seperti inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim digunakan adalah melalui inhalasi agar langsung sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang minimal ataupun tidak ada. Macam–macam pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur (IDT), IDT dengan alat bantu (spacer), Dry powder
inhaler (DPI), breath–actuated IDT, dan nebulizer. Medikasi asma terdiri atas
pengontrol (controllers) dan pelega (reliever).
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma persisten, yang digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol (PDPI, 2006).
Menurut PDPI (2006), pengontrol, yang sering disebut sebagai pencegah terdiri dari:
1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik 2. Leukotriene modifiers
3. Agonis β-2 kerja lama (inhalasi dan oral) 4. Metilsantin (teofilin)
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan untuk cepat mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma. Prinsip kerja obat ini adalah dengan mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hipersensitivitas jalan napas.
Pelega terdiri dari:
1. Agonis β-2 kerja singkat 2. Kortikosteroid sistemik
3. Antikolinergik (Ipratropium bromide) 4. Metilsantin
2.1.6.2. Pengobatan Berdasarkan Derajat
Menurut GINA (2009), pengobatan berdasarkan derajat asma dibagi menjadi:
1. Asma Intermiten (Lihat Gambar 2.5)
a. Umumnya tidak diperlukan pengontrol
b. Bila diperlukan pelega, agonis β-2 kerja singkat inhalasi dapat diberikan.
Alternatif dengan agonis β-2 kerja singkat oral, kombinasi teofilin kerja
singkat dan agonis β-2 kerja singkat oral atau antikolinergik inhalasi c. Bila dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama tiga
bulan, maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma persisten ringan
2. Asma Persisten Ringan (Lihat Gambar 2.5)
a. Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan mencegah
progresivitas asma, dengan pilihan:
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah (diberikan sekaligus
atau terbagi dua kali sehari) dan agonis β-2 kerja lama inhalasi
Budenoside : 200–400 μg/hari
• Teofilin lepas lambat
• Kromolin
• Leukotriene modifiers
b. Pelega bronkodilator (Agonis β-2 kerja singkat inhalasi) dapat diberikan bila perlu
3. Asma Persisten Sedang (Lihat Gambar 2.5)
a. Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan mencegah
progresivitas asma, dengan pilihan:
• Glukokortikosteroid inhalasi (terbagi dalam dua dosis) dan agonis
β-2 kerja lama inhalasi • Budenoside: 400–800 μg/hari
• Fluticasone propionate : 250–500 μg/hari
• Glukokortikosteroid inhalasi (400–800 μg/hari) ditambah teofilin lepas lambat
• Glukokortikosteroid inhalasi (400–800 μg/hari) ditambah agonis
β-2 kerja lama oral
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 μg/hari)
• Glukokortikosteroid inhalasi (400–800 μg/hari) ditambah
leukotriene modifiers
b. Pelega bronkodilator dapat diberikan bila perlu
• Agonis β-2 kerja singkat inhalasi: tidak lebih dari 3–4 kali sehari, atau
• Agonis β-2 kerja singkat oral, atau
• Kombinasi teofilin oral kerja singkat dan agonis β-2 kerja singkat • Teofilin kerja singkat sebaiknya tidak digunakan bila penderita
telah menggunakan teofilin lepas lambat sebagai pengontrol
c. Bila penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi dosis
d. Dianjurkan menggunakan alat bantu / spacer pada inhalasi bentuk IDT atau kombinasi dalam satu kemasan agar lebih mudah
4. Asma Persisten Berat (Lihat Gambar 2.5)
• Tujuan terapi ini adalah untuk mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru (APE) mencapai nilai terbaik, variabiliti APE seminimal mungkin dan efek samping obat seminimal mungkin
• Pengontrol kombinasi wajib diberikan setiap hari agar dapat mengontrol asma, dengan pilihan:
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (terbagi dalam dua dosis) dan agonis β-2 kerja lama inhalasi
• Beclomethasone dipropionate: >800 μg/hari
• Selain itu teofilin lepas lambat, agonis β-2 kerja lama oral, dan
leukotriene modifiers dapat digunakan sebagai alternative agonis
β-2 kerja lama inhalai ataupun sebagai tambahan terapi
• Pemberian budenoside sebaiknya menggunakan spacer, karena
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Profil Penderita Asma
2.2. Definisi Operasional
1. Umur adalah usia pasien yang dihitung dari tanggal lahir yang tertulis dalam rekam medis sampai waktu pengambilan data dalam ukuran tahun.
2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tercantum dalam rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Faktor pencetus adalah segala sesuatu yang bersifat sebagai pencetus
terjadinya serangan asma.
4. Derajat asma adalah derajat asma yang ditentukan berdasarkan gambaran
klinis dan pemeriksaan faal paru.
5. Faal paru adalah pemeriksaan dengan alat bantu spirometri untuk mengetahui kemampuan fungsi paru-paru.
6. Metode pembayaran adalah cara pasien asma membayar pengobatannya.
7. Pengobatan asma adalah jenis–jenis pengobatan yang digunakan saat berobat rawat jalan.
8. Penyakit asma adalah pasien asma yang sudah didiagnosis oleh dokter dan
tidak sedang dalam keadaan eksaserbasi Profil Penderita Asma:
1. Umur
2. Jenis kelamin 3. Faktor pencetus 4. Derajat asma 5. Faal paru
6. Metode pembayaran
7. Pengobatan asma
Tabel 3.1. Variabel, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur Variabel Cara
Ukur
Jenis kelamin Melihat rekam
Pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kmia,
Riwayat infeksi pernapasan, Debu,
Tepung sari/polen, Binatang,
Kegiatan fisik
Nominal
Derajat asma Melihat rekam medik
Data rekam medik
Intermiten (Gejala bulanan), Persisten ringan (Gejala mingguan),
Persisten sedang (Gejala harian),
Persisten ringan (Gejala kontinyu)
Ordinal
Faal paru Melihat
Metode pembayaran
Melihat rekam medik
Data rekam medik
Biaya sendiri,
Asuransi kesehatan (AsKes), Jaminan kesehatan
masyarakat (JamKesMas)
Nominal
Pengobatan asma
Melihat rekam medik
Data rekam medik
Glukokortikosteroid inhalasi, Glukokortikosteroid
sistemik,
Agonis β-2 kerja lama inhalasi,
Agonis β-2 kerja lama oral, Teofilin,
Agonis β-2 kerja singkat
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan menggambarkan profil pasien asma. Jenis pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan desain cross-sectional.
4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada Poli Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai September 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh data pasien yang diambil dari rekam medis dengan penyakit asma yang berobat jalan pada Poli Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik sejak bulan Maret 2010 sampai September 2010.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian dengan teknik total sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Semua data yang telah dicatat dari rekam medis akan diolah, disusun, dipresentasikan dalam bentuk tabel dengan bantuan program Statisticale
Products Social Science (SPSS), dan kemudian akan dituangkan dalam bentuk
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A, sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes /SK/IX/1991, RSUP Haji Adam Malik juga merupakan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Penelitian ini dilakukan pada poliklinik asma di bagian paru RSUP Haji Adam Malik dan juga pada sub bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik.
5.2.Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat dan telah didiagnosa oleh dokter menderita asma yaitu sebanyak 50 orang.
5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Sosiodemografi Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan Sosiodemografi
Sosiodemografi n %
Usia
15–24 8 16,7
25–34 6 12
35–44 8 16,7
45–54 12 24
55–64 8 16,7
≥ 65 8 16,7
Total 50 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 16
Perempuan 42 84
Total 50 100
5.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pencetus Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan faktor pencetus
Faktor Pencetus n %
Rokok 15 30
Kimia 1 2
Riwayat infeksi pernapasan 3 6
Debu 23 46
Tepung sari/polen 2 4
Binatang 2 4
5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Asma Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan derajat asma
Derajat Asma n %
Intermiten 18 39,1
Persisten ringan 8 17,4
Persisten sedang 12 26,1
Persisten berat 8 17,4
Total 46 100
5.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Faal Paru Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan faal paru
Faal Paru n %
APE/VEP1 > 80% 17 47,2
APE/VEP1 60-80% 12 33,3
APE/VEP1 < 60% 7 19,4
Total 36 100
5.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pembayaran Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan Metode Pembayaran
Metode Pembayaran n %
Biaya sendiri 13 26
AsKes 22 44
JamKesMas 15 30
5.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pengobatan Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan Jenis Pengobatan
Metode Pembayaran n %
Glukokortikosteroid inhalasi 6 12
Glukokortikosteroid sistemik 30 60
Agonis β-2 Kerja Lama Inhalasi 1 2
Agonis β-2 Kerja Lama Oral 2 4
Teofilin 4 8
Agonis β-2 Kerja Singkat 37 74
Kombinasi 5 10
5.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dengan Jenis Kelamin
Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Total
Laki-Laki Perempuan
n % n % N %
Kelompok Umur
15-24 1 2 7 14 8 16
25-34 2 4 4 8 6 12
35-44 3 6 5 10 8 16
45-54 0 0 12 24 12 24
55-64 0 0 8 16 8 16
≥ 65 2 4 6 12 8 16
5.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dengan Derajat Asma
Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan derajat asma
5.2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pencetus dengan Derajat Asma
5.2.10.Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Asma dengan Jenis Pengobatan
Tabel 5.10. Distribusi responden berdasarkan derajat asma dengan jenis pengobatan
5.2.11.Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pembayaran dengan Jenis Pengobatan
Tabel 5.11. Distribusi responden berdasarkan metode pembayaran dengan jenis pengobatan
Sendiri AsKes JamKesMas
5.3. Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1, diperoleh sebanyak 50 orang penderita asma mayoritas perempuan berjumlah 42 orang (84%). Sedangkan penderita asma laki-laki berjumlah 8 orang (16%). Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2009) pada pasien rawat jalan Poli Asma RSUP Persahabatan dengan subjek yang berjumlah 604 orang, sebanyak 389 (64%) orang adalah perempuan. Kemudian ditemukan juga penderita asma mayoritas berada dalam kelompok umur 45-54 tahun, yang berjumlah 12 orang (24%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Swidarmoko dalam Pratama dkk. (2009) bahwa proporsi terbanyak terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun.
Berdasarkan tabel 5.2, diperoleh bahwa faktor pencetus terjadinya asma terbanyak adalah debu, dengan jumlah responden 26 orang (52%), lalu dikuti oleh aktivitas fisik dengan jumlah responden 16 orang (32%). Hasil ini sesuai dengan teori yang selama ini diketahui bahwa penderita asma dapat mengalami eksaserbasi yang dipicu oleh kontak dengan alergen lingkungan yang berlebihan berupa debu (80% penderita).
Berdasarkan tabel 5.3, hanya diperoleh 46 data mengenai derajat asma pada 50 orang responden. Dimana, mayoritas derajat asma adalah intermiten, dengan jumlah responden 18 orang (39,1%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2009) pada pasien rawat jalan Poli Asma RSUP Persahabatan dengan subjek yang berjumlah 604 orang, mayoritas penderita asma yang diperoleh derajat asma-nya adalah persisten sedang yang berjumlah 272 orang (45%); sedangkan asma intermiten berjumlah 143 orang (23,7%).
Berdasarkan tabel 5.4, hanya diperoleh 36 data mengenai derajat asma pada 50 orang responden. Dimana, mayoritas penderita asma mempunyai faal paru
APE/VEP1>80%, dengan jumlah responden 17 orang (47,2%). Menurut PDPI
penderita dengan derajat asma intermiten yang ditemukan yaitu berjumlah 18 orang.
Berdasarkan tabel 5.5, diperoleh bahwa metode pembayaran mayoritas penderita asma adalah dengan AsKes, dengan jumlah responden 22 orang (44%).
Berdasarkan tabel 5.6, diperoleh bahwa jenis pengobatan yang paling banyak diberikan adalah obat golongan agonis β-2 kerja singkat yang diberikan kepada 37 orang (74%) dan glukokortikosteroid sistemik yang diberikan kepada 30 orang (60%).
Menurut PDPI (2006), pengobatan utama asma bertujuan untuk mengatasi dan mencegah obstruksi jalan napas, yang terdiri dari pengontrol dan pelega.
Menurut Barnes JP (2005), jenis pengontrol yang paling efektif untuk mengontrol asma adalah kombinasi antara glukokortikosteroid inhalasi dan agonis β-2 kerja
lama inhalasi, sedangkan untuk mengatasi eksaserbasi dapat diberikan agonis β-2 kerja singkat.
Berdasarkan tabel 5.7, diperoleh bahwa pada responden penderita asma dengan kelompok umur 45-54 tahun paling banyak berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2009) pada pasien rawat jalan Poli Asma RSUP Persahabatan, dimana dikatakan bahwa mayoritas penderita asma adalah perempuan pada kelompok umur 41-50 tahun.
Berdasarkan tabel 5.8, diperoleh bahwa responden penderita asma dengan kelompok umur 45-54 tahun paling banyak ditemukan derajat persisten sedang (12%), diikuti oleh intermiten (6%), kemudian persisten ringan dan berat (2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2009), dimana dikatakan bahwa mayoritas penderita asma berada pada kelompok umur 41-50 tahun dengan derajat asma yang paling banyak terdapat pada derajat asma persisten sedang dan berat.
Asma RSUP Persahabatan, dimana dikatakan debu (terutama debu rumah) sebagai faktor pencetus asma yang terbanyak dan terpenting pada populasi yang rentan. Selain itu juga dikatakan bahwa debu merupakan pencetus terpenting asma persisten sedang dan berat.
Berdasarkan tabel 5.10, diperoleh bahwa pada responden dengan derajat intermiten, pengobatan yang paling banyak diberikan adalah agonis β-2 kerja singkat (24%), diikuti oleh glukokortikosteroid sistemik (20%), dan pengobatan kombinasi antara agonis β-2 kerja lama inhalasi dengan glukokortikosteroid inhalasi diberikan sebanyak 4%. Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan pedoman PDPI (2009), dimana dikatakan terapi utama pada derajat asma intermiten sebaiknya diberikan obat pelega berupa agonis β-2 kerja singkat saja bila perlu.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai profil tentang pasien-pasien penyakit Asma yang datang berobat ke Poliklinik Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar berjenis kelamin perempuan (84%)
2. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar berumur antara 45-54 tahun (24%)
3. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar mempunyai faktor pencetus debu (52%)
4. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar memiliki derajat asma intermiten (35%)
5. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar memiliki faal paru APE/VEP1>80% (47,2%)
6. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar menggunakan AsKes (44%)
7. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma sebagian besar diberikan pengobatan golongan agonis β-2 kerja singkat (74%), diikuti oleh glukokortikosteroid sistemik (60%), kemudian glukokortikosteroid inhalasi (12%), lalu pengobatan kombinasi antara agonis β-2 kerja lama inhalasi dengan glukokortikosteroid inhalasi (10%), teofilin (8%), dan terakhir agonis β-2 kerja lama oral dan inhalasi (4 & 2%)
8. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma pada kelompok
umur 45-54 tahun, semuanya berjenis kelamin perempuan (24%)
9. Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma pada kelompok
10.Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma dengan debu sebagai faktor pencetus, sebagian besar memiliki derajat intermiten, persisten ringan dan sedang (12%)
11.Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma dengan derajat
intermiten, sebagian besar diberikan agonis β-2 kerja singkat (24%)
12.Penderita asma yang berobat jalan di poliklinik asma yang menggunakan AsKes, sebagian besar diberikan agonis β-2 kerja singkat (32%)
6.2 SARAN
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Bagi masyarakat
Peneliti berharap agar masyarakat lebih aktif dalam mencari informasi tentang penyakit asma, termasuk faktor-faktor pencetus, derajat dan klasifikasi asma dan juga jenis pengobatan yang umumnya digunakan 2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti berharap penelitian ini dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, agar penelitian selanjutnya dilakukan di beberapa lokasi lain dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta agar dapat ditingkatkan menjadi penelitian analitik
3. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan
Bagi pihak RSUP Haji Adam Malik Medan dan kepada dokter yang bertugas di bagian poliklinik asma agar selalu melakukan anamnese yang lengkap, melakukan pemeriksaan faal paru, dan dicantumkan secara lengkap dalam rekam medis
4. Bagi penentu kebijakan kesehatan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Asthma and Allergy Foundation of America, 2010. Asthma Facts and Figures. Landover: Australian Institute of Health and Welfare.
Available from
[Accessed at 29 May 2010]
Australian Institute of Health and Welfare, 2007. Statistical Snapshots of People
with Asthma in Australia 2001. Australian Institute of Health and Welfare.
Available from:
[Accessed at 19 February 2010]
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK), 2007. Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007.
Available from:
[Accessed at 19 February 2010]
Barnes, P.J., 2005. Editorials: A Single Inhaler for Asthma?. Am J Respir Crit
Care Med Vol 171: 95-97.
Beasley, R. & Ellwood, P., 2003. International patterns of the prevalence of pediatric asthma: The ISAAC program. Pediatr Clin N Am 50: 539 – 553.
Chung, K.F., 2002. Clinician’s Guide to Asthma. United States of America:
Oxford University Press: 12-22.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes R.I.), 2009. Profil
Kesehatan Indonesia 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
dr. Margareth Chan, 2005. 61st World Health Assembly, Switzerland.
Available from:
[Accessed at 18 February 2010]
European Environment and Health Information System (ENHIS), 2007.
Prevalence of asthma and allergies in children. WHO Europe.
Available from:
[Accessed at 18 February 2010]
Global Initiative for Asthma (GINA), 2003. Global Burden of Asthma-Global
Initiative for Asthma.
Available from:
[Accessed at 22 February 2010]
Global Initiative for Asthma (GINA), 2009. Global Strategy for Asthma
Management and Prevention.
Available from:
[Accessed at 22 February 2010]
Maitra, A. & Kumar, V., 2007. The Lung. Dalam: Kumar V., Abbas A.K., Fausto N. dkk. Robbins Basic Pathology, eight edition. United States of America: Saunders Elsevier: 489-492.
Maryono, 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan Kekambuhan
Asma Bronkhiale pada Klien Rawat Jalan di Poliklinik Paru Instalasi Rawat Jalan RSUD DR. Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mielck, A., Reitmeir, P., Wjst, M., 1996. Severity of Childhood Asthma by Socioeconomic Status. International Journal of Epidemiology: 25: 386-393.
National Asthma Council Australia, 2006. Asthma Management Handbook. National Asthma Council Australia Ltd.
Available from:
[Accessed at 15 April 2010]
Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. U.S. Department of
Health and Human Services.
Available from
[Accessed at 31 Maret 2010]
Nurafiatin, A., Ayu, E.S., Mabruroh, F., dan Fauziah, N., 2007. Patofisiologi
Asma. Universitas Sumatera Utara.
Ownby, D.R., Johnson, C.C., Peterson, E.L. Exposure to dogs and cats in the first year of life and risk of allergic sensitization at 6 to 7 years of age. JAMA 2002; 228(8): 963-72.
Pellegrino R., Viegi G., Brusasco V. dkk, 2005. Interpretative strategies for lung function tests. Eur Respir J:26(5):948-68.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2003. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK): Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006. Asma: Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Pratama, S., Juniety, E., Zairus, D., Rassuna, V., Yunus, F., 2009. Profil Pasien Rawat Jalan Poli Asma RSUP Persahabatan Juli-Desember 2006. J Respir
Indo Vol. 29, No. 4, Oktober 2009.
Sigurs, N., Bjarnason, R., Sigurbergsson, F., Kjellman, B. Respiratory syncytial virus bronchiolitis in infancy is an important risk factor for asthma and allergy at age 7. Am J Respir Crit Care Med 2000; 161(5): 1501-7.
Supriyatno, H.B., 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma Terkini pada Anak. Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 3, Maret 2005.
Surjanto, E., 2008. Derajat Asma dan Kontrol Asma. J Respir Indo Vol. 28, No. 2, April 2008.
World Health Organisation (WHO), 2010. Asthma. New York: World Health Organisation.
Available from:
[Accessed at 18 February 2010]
World Health Organisation (WHO), 2002. WHO strategy for prevention and
control of chronic respiratory diseases. World Health Organisation: 1.
Available from:
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Paul Alwin Khoman
Tempat/Tgl. Lahir : Lhokseumawe / 14 July 1982
Agama : Kristen Katolik
Alamat : Jl. Kapten Pattimura No. 22 E, Medan - 20153
Jumlah Bersaudara : 3 orang
Riwayat Pendidikan:
1. Sekolah Dasar Budi Murni 3 1995-1993
2. Saint Maarteens International School Groningen 1993-1994
3. SLTP Santo Thomas 1 Medan 1994-1997
4. SMU Santo Thomas 1 Medan 1997-1998
5. De La Salle College Melbourne – Australia 1999-2001 6. The University of Melbourne 2001-2003
a. Bachelor of Information Systems
Riwayat Pelatihan:
1. “Hands on Traning for Job Skills” di De La Salle College, Melbourne
tahun 2000
3. “Professional Skills Program” (PSP) di The University of Melbourne tahun 2001 – 2003
4. Peserta Seminar dan Workshop Advance Cardiopulmonary Resuscitation
(A_CPR) di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) tahun 2010
5. Peserta Seminar dan Workshop Advance Cardiopulmonary Resuscitation
(A_CPR) di FK USU tahun 2010
Riwayat Organisasi:
1. Anggota MUDIKA Melbourne periode tahun 1999-2001
2. Anggota Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) periode tahun
2001-2002
3. Ketua Bagian Olahraga MUDIKA Melbourne periode tahun 2001-2002
4. Ketua Bagian Minat Bakat PPIA periode tahun 2002-2003
5. Ketua MUDIKA Melbourne periode tahun 2002-2003
6. Steering Committee MUDIKA Melbourne periode tahun 2003-2006
7. Panitia Seminar dan Workshop Pra Kepaniteraan Klinik Senior tahun
2008
8. Ketua Seksi Basket Pekan Olahraga dan Seni FK USU tahun 2008
9. Anggota Seksi Medis Bakti Sosial Komunitas Mahasiswa Kristen tahun
2009
Riwayat Pekerjaan:
1. Desember 1997 – Januari 1999: Pegawai Data Entry di praktek dr. J.S. Khoman, Sp.OG(K)
2. Februari 2000 – January 2002: Pegawai di Coles Supermarket Melbourne
3. Maret 2002 – September 2002: Pegawai perpustakaan di The University
of Melbourne
4. Desember 2003 – Februari 2004: Praktek kerja sebagai Systems Engineer di P.T. Logikreasi Utama Medan
6. Agustus 2004 – Desember 2006: Web Application Developer & Business
Analyst di Web Development Group Melbourne
LAMPIRAN 5
DATA INDUK PENELITIAN 1
Pasien Umur
Kelompok Umur
Jenis
Kelamin Derajat Asma Faal Paru
Metode
60-80% JamKesMas
4 41 35-44 Laki-laki
Persisten Sedang
APE/VEP1
60-80% Biaya sendiri
14 67 65+ Perempuan
60-80% Biaya sendiri
34 68 65+ Perempuan
60-80% JamKesMas
36 56 55-64 Perempuan
60-80% Biaya sendiri
49 16 25-34 Laki-laki
LAMPIRAN 6
DATA INDUK PENELITIAN 2
26 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
27 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya
28 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
29 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
31 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
32 Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
33 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
34 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
35 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
36 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya
37 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
38 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
39 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
40 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
41 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya
42 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
43 Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
44 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
45 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
46 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
47 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
48 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
49 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
LAMPIRAN 7
DATA INDUK PENELITIAN 3
JENIS PENGOBATAN
Pasien
Glukokortikosteroid Inhalasi
Glukokortikosteroid Sistemik
Agonis β-2 Kerja Lama Inhalasi
Agonis β-2 Kerja
Lama Oral Teofilin
Agonis β-2 Kerja Singkat
1 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
2 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
3 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
4 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
5 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
6 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
7 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya
8 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
9 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
12 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
13 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
14 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
15 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
16 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
18 Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak
19 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya
20 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
21 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
22 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya
23 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
24 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya
25 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
26 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
27 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
28 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
29 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
30 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
31 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
32 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
33 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
34 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
35 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
36 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
37 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
39 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
41 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
42 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
43 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
44 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
45 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya
46 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
47 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
48 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
49 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
LAMPIRAN 8
HASIL OUTPUT - KARAKTERISTIK RESPONDEN
Kelompok Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-24 8 16.0 16.0 16.0
25-34 6 12.0 12.0 28.0
35-44 8 16.0 16.0 44.0
45-54 12 24.0 24.0 68.0
55-64 8 16.0 16.0 84.0
65+ 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 8 16.0 16.0 16.0
Perempuan 42 84.0 84.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Berdasarkan Faktor Pencetus
Pencetus Rokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 15 30.0 30.0 30.0
Tidak 35 70.0 70.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 1 2.0 2.0 2.0
Tidak 49 98.0 98.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pencetus Riwayat Infeksi Pernapasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 3 6.0 6.0 6.0
Tidak 47 94.0 94.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pencetus Debu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 16 32.0 32.0 32.0
Tidak 34 68.0 68.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pencetus Tepung Sari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 2 4.0 4.0 4.0
Tidak 48 96.0 96.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 2 4.0 4.0 4.0
Tidak 48 96.0 96.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pencetus Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 26 52.0 52.0 52.0
Tidak 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Berdasarkan Derajat Asma
Derajat Asma
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Intermitten 18 36.0 36.0 36.0
Persisten Ringan 8 16.0 16.0 52.0
Persisten Sedang 12 24.0 24.0 76.0
Persisten Berat 8 16.0 16.0 92.0
N/A 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Berdasarkan Faal Paru
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid APE/VEP1 > 80% 17 34.0 34.0 34.0
APE/VEP1 60-80% 12 24.0 24.0 58.0
APE/VEP1 < 60% 7 14.0 14.0 72.0
N/A 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Berdasarkan Metode Pembayaran
Metode Pembayaran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Biaya sendiri 13 26.0 26.0 26.0
AsKes 22 44.0 44.0 70.0
JamKesMas 15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan gkI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 6 12.0 12.0 12.0
Tidak 38 76.0 76.0 88.0
N/A 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan gkS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid N/A 1 2.0 2.0 2.0
Tidak 19 38.0 38.0 40.0
Ya 30 60.0 60.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan aB2KLI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 1 2.0 2.0 2.0
Tidak 43 86.0 86.0 88.0
N/A 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan aB2KLO
Frequency Percent Valid Percent
Tidak 47 94.0 94.0 98.0
N/A 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan Teofilin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 4 8.0 8.0 8.0
Tidak 45 90.0 90.0 98.0
N/A 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan aB2KS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 37 74.0 74.0 74.0
Tidak 12 24.0 24.0 98.0
N/A 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengobatan Kombinasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 5 10.0 10.0 10.0
N/A 1 2.0 2.0 100.0
LAMPIRAN 9
HASIL OUTPUT - DISTRIBUSI SILANG
Berdasarkan Kelompok Umur – Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
Umur_Kel 15-24 1 7 8
25-34 2 4 6
35-44 3 5 8
45-54 0 12 12
65+ 2 6 8
Total 8 42 50
Berdasarkan Kelompok Umur – Derajat Asma
Derajat Asma
Total Intermitten
Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten Berat N/A
Umur_Kel 15-24 Count 2 3 0 2 1 8
% within Umur_Kel 25.0% 37.5% .0% 25.0% 12.5% 100.0%
% of Total 4.0% 6.0% .0% 4.0% 2.0% 16.0%
25-34 Count 2 2 1 1 0 6
% within Umur_Kel 33.3% 33.3% 16.7% 16.7% .0% 100.0%
% of Total 4.0% 4.0% 2.0% 2.0% .0% 12.0%
35-44 Count 5 1 1 1 0 8
% within Umur_Kel 62.5% 12.5% 12.5% 12.5% .0% 100.0%
% of Total 10.0% 2.0% 2.0% 2.0% .0% 16.0%
45-54 Count 3 1 6 1 1 12
% within Umur_Kel 25.0% 8.3% 50.0% 8.3% 8.3% 100.0%
% of Total 6.0% 2.0% 12.0% 2.0% 2.0% 24.0%
55-64 Count 3 1 2 1 1 8
% within Umur_Kel 37.5% 12.5% 25.0% 12.5% 12.5% 100.0%
% of Total 6.0% 2.0% 4.0% 2.0% 2.0% 16.0%
65+ Count 3 0 2 2 1 8
% of Total 6.0% .0% 4.0% 4.0% 2.0% 16.0%
Total Count 18 8 12 8 4 50
% within Umur_Kel 36.0% 16.0% 24.0% 16.0% 8.0% 100.0%
% of Total 36.0% 16.0% 24.0% 16.0% 8.0% 100.0%
Berdasarkan Faktor Pencetsu dengan Derajat Asma
Pencetus Rokok * Derajat Asma Crosstabulation
Derajat Asma
Total Intermitten
Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Berat N/A
Rokok Ya Count 4 1 6 3 1 15
% within Pencetus Rokok
26.7% 6.7% 40.0% 20.0% 6.7% 100.0%
% of Total 8.0% 2.0% 12.0% 6.0% 2.0% 30.0%
Tidak Count 14 7 6 5 3 35
% within Pencetus Rokok
40.0% 20.0% 17.1% 14.3% 8.6% 100.0%
% of Total 28.0% 14.0% 12.0% 10.0% 6.0% 70.0%