• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil klub klub futsal di Eks Karesidenan Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Profil klub klub futsal di Eks Karesidenan Surakarta"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PROFIL KLUB KLUB FUTSAL DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

YUSUF HANDOKO

K5606060

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PROFIL KLUB – KLUB FUTSAL DI KARESIDENAN SURAKARTA

Oleh:

YUSUF HANDOKO

K5606060

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanMendapatkan

Gelar Sarjana PendidikanProgramPendidikan KepelatihanOlahraga

Jurusan Pendidikan OlahragadanKesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Yusuf Handoko. PROFILES OF FUTSAL CLUBS IN SURAKARTA

RESIDENCY. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty,

Surakarta SebelasMaret University, July 2011.

The objective of research is to find out: (1) the organizational leadership of futsal clubs in Surakarta residency, (2) method of building in the futsal clubs in Surakarta residency, (2) training methods in the futsal clubs in Surakarta residency, (4) infrastructures of the futsal clubs in Surakarta residency, and (5) the achievement of futsal clubs in Surakarta residency.

This research employed a descriptive method with survey technique. The sample used consisted of the administrators, coaches and players of futsal clubs in Surakarta residency. The sampling technique used was random sampling one. The number of sample consisted of 46 persons: 14 administrators, 14 coaches and 18 players of futsal clubs in Surakarta residency. The data source needed in this research included: club organization, building method, training method, infrastructure and achievement. Techniques of collecting data used were questionnaire, interview with the informant and observation (document study). The data was analyzed quantitatively with an interactive analysis model, and presented in the form of table containing frequency and percentage of each item of instrument completed with the descriptive essay.

(6)

commit to user

vi

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Kita adalah pembuat musik,

Dan kita adalah pemimpi yang bermimpi,

Berkelana di bibir pantai yang sunyi,

Dan duduk di tepian sungai yang lengang;

Para pecundang dan mereka yang mengabaikan dunia,

Diterangi sinar rembulan yang pucat:

Tetapi kita sesungguhnya adalah penggerak dan pendorong

Bagi dunia selamanya.

ARTHUR WILLIAM

EDGAR O’SHAUGHNESSY

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Penelitian ini peneliti persembahkan

kepada:

1. KlubKlub futsal di EksKaresidenan

Surakarta.

2. Kedua orangtua dan seluruh keluarga

tercinta;

3. Adik - adikku tercinta

4. Seseorang yang senantiasa memberi

semangat dan kasih sayang;

5. Seluruh teman-teman JPOK UNS Angkatan

2006

6. Adik Tingkat JPOK FKIP UNS; dan

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak atas terselesaikannya

skripsi ini, terima kasih saya sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta yang

telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Drs. Mulyono, M.Mselaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

3. Drs. Agustiyanta, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

KepelatihanOlahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Drs. H AgusMargono, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Fadilah Umar, S.Pd, M.Or selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

6. DraIsmaryatiM.Kesselakunarasumberdalampenelitianini yang

telahmemberikanbanyakilmukepadapenulis

7. SeluruhDosen di JPOK FKIP UNS yang

selalumemberiarahansertabimbingan ;

8. Teman – temanPengurus, PelatihmaupunPemainklub futsal di karesidenan

Surakarta yang telah memberikan bantuan dalam melaksanakan penelitian

ini;

9. Bapak, ibu, serta seluruh keluarga tercinta yang dengan tulus mendoakan

dan memberikan dukungan baik berupa moral maupun materiil;

(10)

commit to user

x

11. Teman-teman Tim Futsal UNS; dan

12. Pihak-pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu pe rsatu yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan

dan kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada

umumnya.

Surakarta, Juni 2011

(11)

commit to user

BAB II. LANDASAN TEORI, A. TinjauanPustaka... 6

1. Futsal... 6

a. Pengertian Futsal... 6

b. Sejarah Futsal…... 7

c. Perkembangan Futsal Di Indonesia ... 9

d. SejarahPerkembangan Futsal di Surakarta...10

(12)

commit to user

d. Prinsipprinsiplatihan………... 30

e. MetodeLatihan………. 34

f. Program latihan Futsal……….. 36

5. SaranadanPrasarana a. Pengertian SaranadanPrasarana………...38

b. SaranadanPrasaranaFutsal ...39

6. Prestasi………... 41

B. Kerangka Berpikir...42

BAB III. METODE PENELITIAN...44

A. Tempat dan Waktu Penelitian...44

B. MetodePenelitian... 44

C. PopulasiSampel……… ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data……….. 45

E. Teknik Analisis Data... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN………... 50

A. HasilPenelitian………...50

B. PembahasanHasilAnalisis Data... 50

(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan olahraga di Indonesia pada hakikatnya merupakan usaha

mengenai pendidikan manusia yang tidak dapat dipisahkan dari usaha-usaha

pendidikan nasional. Olahraga selain bertujuan mendidik manusia seutuhnya

(lahir dan bathin) menuju pembinaan hidup sehat, menumbuhkan dan memupuk

kepribadian yang tangguh, cerdas, berpengetahuan, jujur, disiplin, bertanggung

jawab, gotong royong serta juga berusaha untuk meningkatkan dan mencapai

prestasi yang setinggi-tingginya. Saat ini perkembangan olahraga di Indonesia

telah menunjukkan hasil yang signifikan. Ini terbukti dengan ditandai banyaknya

event-event pertandingan yang digelar, telah berdirinya bangunan-bangunan

sebagai prasarana olahraga dan telah banyak terbentuknya klub-klub maupun

lembaga sekolah olahraga.

Salah satu cabang yang saat ini mengalami perkembangan yang begitu

pesat adalah cabang olahraga permainan futsal. Olahraga ini telah memasyarakat

di seluruh lapisan penduduk Indonesia. Dapat dikatakan hampir setiap anak,

pemuda, orang tua, laki-laki yang sehat badannya tentu dapat bermain futsal.

Permainan futsal sendiri dapat dikatakan sebagai olahraga pendidikan, rekreasi

serta prestasi, dan untuk dapat masuk dalam kategori prestasi tentunya lebih

dikhususkan lagi ke dalam bentuk persyaratan untuk bisa bermain futsal dengan

baik. Soekatamsi (2000: 12) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan prestasi

yang setinggi-tingginya, olahragawan haruslah memiliki 4 kelengkapan pokok,

yaitu (1) pembinaan teknik (ketrampilan), (2) pembinaan fisik (kesegaran

jasmani), (3) pembinaan taktik (mental, daya ingatan dan kecerdasan), dan (4)

kematangan juara

Empat kelengkapan pokok tersebut di atas hanya dapat dicapai dengan

latihan-latihan dan pertandingan-pertandingan yang direncanakan dan dilakukan

secara terus menerus dan berkelanjutan. Berkaitan dengan kategori prestasi, saat

ini Indonesia telah memiliki badan maupun lembaga yang khusus mengurus

(14)

commit to user

perkembangan olahraga permainan futsal yaitu Badan Futsal Nasional dibawah

naungan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).

Sejak berdirinya induk organisasi yang khusus menangani perkembangan

permainan futsal tersebut, di Indonesia mulai bergulir kompetisi-kompetisi.

Seperti Indonesian Futsal League yang berlangsung setiap tahun sejak tahun 2006.

Dalam perkembangan, kompetisi yang diselenggarakan pihak BFN saat ini

telah diikuti oleh banyak klub yang berasal dari daerah-daerah di pelosok

nusantara. Hal ini tentunya membawa pengaruh positif bagi kemajuan olahraga

permainan futsal di daerah masing-masing. Dengan banyaknya klub yang

mengikuti tentunya juga membuat persaingan antarklub semakin menantang. Di

samping itu, kompetisi tersebut juga dapat memacu pemain-pemain muda untuk

menunjukkan kemampuannya. Hal ini tentunya membuat persaingan antarklub

semakin sengit sehingga tiap-tiap klub berusaha membentuk sebuah tim yang

solid didukung dengan materi pemain yang berkualitas.

Dalam perkembangannya, futsal di kota Surakarta tumbuh menjadi salah

satu barometer di Provinsi Jawa Tengah khususnya, terutama dalam

keikutsertaannya di kompetisi yang diadakan oleh KONI maupun PSSI sendiri.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika atmosfer klub-klub futsal di Surakarta

semakin kompetitif seiring berjalannya waktu.

Prestasi maksimal merupakan obsesi dari setiap tim futsal, demikian juga

dengan beberapa klub futsal di kota Surakarta. Keberhasilan prestasi suatu klub

futsal tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, salah satunya adalah dukungan

manajemen. Dukungan manajemen klub yang berkualitas merupakan faktor

penting terhadap hasil permainan di setiap pertandingan.

Namun dari hasil prestasi yang dicapai klub-klub futsal di Surakarta

apakah sudah mencerminkan kondisi intern klub futsal itu sendiri? Dan

bagaimana perjalanan menjadi klub yang besar saat ini? Apakah berjalan

Organisasi kepengurusan klub futsal di eks karesidenan Surakarta? Apakah karena

penerapan metode pembinaan serta latihan yang baik sudah dilakukan oleh klub

futsal di eks karesidenan Surakarta? Menjawab pertanyaan tersebut diperlukan

(15)

commit to user

manajemen, sejarah, pola latihan, segi keberadaan fasilitas pendukung serta

keseluruhan hasil yang telah dicapai.

Selanjutnya, untuk memperoleh data tersebut maka penelitian ini akan

meneliti secara menyeluruh tentang keberadaan klub-klub futsal di kota Solo.

Maksud peneliti mengambil data pada klub klub futsal secara menyeluruh adalah

untuk membuat suatu laporan yang akurat sebagai acuan perkembangan klub

futsal di kota Surakarta. Tentunya hal itu dilihat dari sejarah, organisasi

pengelolaan manajemen, program latihan, sarana dan prasarana serta

prestasi-prestasi yang pernah diraih. Hal ini disebabkan saat ini klub-klub futsal itu sendiri

belum diketahui secara jelas bagaimana sejarah, organisasi, pengelolaan

manajemen, program latihan, prasarana dan sarana serta prestasi yang diraih.

Sehubungan dengan hal tersebut, guna mengetahui dan memperoleh hasil yang

sesungguhnya, maka penelitian ini mengambil judul “Profil Klub-klub Futsal di

Eks Karesidenan Surakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Perkembangan prestasi futsal di Indonesia masih tertinggal jauh dan perlu

pembenahan yang lebih baik.

2. Perlunya pengurusan yang lebih baik sebagai sarana pembinaan olahraga.

3. Perlunya sarana dan prasarana yang baik sebagai penunjang meraih prestasi.

4. Perlunya program latihan yang baik dan tepat bagi klub futsal di eks

karesidenan Surakarta.

5. Keadaan pemain dan pelatih klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

6. Prestasi yang maksimal nerupakan tujuan dalam pembinaan klub futsal di

(16)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang, dilakukan pembatasan masalah

dalam penelitian yaitu:

1. Kepengurusan organisasi pada klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta.

2. Metode pembinaan yang dilakukan klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta.

3. Metode latihan klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

4. Keadaan sarana dan prasarana pada klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta.

5. Perkembangan prestasi klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dalam peniltian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kepengurusan organisasi klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta?

2. Bagaimana metode pembinaan pada klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta?

3. Bagaimana metode latihan pada klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta?

4. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang digunakan dan dimiliki

klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta?

5. Prestasi apa saja yang pernah diraih klub-klub futsal di eks karesidenan

Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Kepengurusan organisasi klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

(17)

commit to user

3. Metode latihan klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

4. Sarana dan prasarana klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

5. Prestasi klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi klub-klub futsal di eks karesidenan Surakarta dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pretasinya.

2. Sebagai rangsangan yang positif bagi pengurus dan pelatih klub-klub

futsal di eks karesidenan Surakarta.sehingga dapat meningkatkan

pembinaan yang dilaksanakan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat didalam

(18)

commit to user

Futsal, menurut pendapat beberapa ahli dan berbagai disiplin ilmu

adalah sebagai berikut :

1) Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal adalah permainan

bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing

beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke

gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima

pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain

cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan

lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.

2) Menurut Roeslan Hatta (2003: 9), olahraga futsal merupakan

olahraga futsal mini yang dilakukan dalam ruangan dengan panjang

lapangan 38-42 meter dan lebar 15-25 meter. Dimainkan oleh 5

pemain termasuk penjaga gawang. Futsal adalah permainan hampir

sama dengan sepakbola, dimana dua tim memainkan dan

memperebutkan bola diantara para pemain dengan tujuan dapat

memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang

dari kemasukan bola.

3) Menurut Justin Lhaksana (2004: 19), sebelum berkembang menjadi

cabang olahraga yang kedudukannya sejajar dengan sepakbola

rumput, futsal ditekuni sebagai sarana pengarahan dan pembentukan

para pemain muda yang ingin berkarir dalam bidang futsal.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat

disimpulkan pengertian futsal adalah cabang olahraga permainan beregu,

yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari lima

orang pemain. Permainan ini dimainkan dalam dua babak, setiap babak

lamanya 20 menit dengan waktu istirahat 15 menit yang dipimpin oleh

(19)

commit to user

wasit dan dibantu oleh wasit kedua, setiap pelanggaran ada sangsinya.

Oleh karena itu, pemain diharapkan memelihara sportivitas. Regu yang

paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya.

b. Sejarah Futsal

Menurut FIFA, asal mula futsal ini mulai pada tahun 1930 di

Montevideo, Uruguay. Pertama, futsal ini diperkenalkan oleh Juan Carlos

Ceriani, seorang pelatih sepak bola asal Argentina. Hujan yang sering

mengguyur Montevideo membuatnya kesal, karena rencana yang ia

susun menjadi berantakan karena lapangan yang tergenang air. Lalu

Ceriani memindahkan latihan ke dalam ruangan. Pertama, ia tetap

menggunakan jumlah pemain 11 orang, namun karena lapangan yang

sempit, ia memutuskan untuk mengurangi jumlah pemain menjadi 5

orang tiap tim, termasuk penjaga gawang.

Sejarah Futsal versi FIFA ini tidak bisa diterima begitu saja, ada

beberapa negara yang mengklaim bahwa futsal berasal dari negara

mereka masing-masing yaitu negara Kanada dan Brasil.

Futsal berkembang sangat pesat di Brazil, lalu pada tahun 1936

dibuatlah kesepakatan dan penetapan aturan main futsal. Pada masa itu,

peraturan futsal juga tidak banyak bedanya dengan peraturan futsal saat

ini. Dengan adanya peraturan ini, futsal semakin berkembang dan

digemari di Amerika Latin, bahkan ke seluruh dunia.

Di Italia, futsal telah mulai dikenal pada tahun 1950an. Futsal di

Italia diperkenalkan oleh pemain-pemain sepak bola impor dari Amerika

latin yang bermain di Seri A (Liga Italia). Di saat senggang,

pemain-pemain itu bermain futsal. Dan futsal semakin dikenal dan digemari di

Italia.

Beda halnya dengan di Inggris. Di Inggris pemain-pemain sepak

bola sering melakukan latih tanding enam lawan enam di lapangan

rumput. Futsal juga terkenal di Inggris, hingga suatu saat diselenggarakan

(20)

commit to user

Hal ini bisa terjadi karena budaya dan gaya bermain bola di Spanyol

sangat mirip dengan budaya Amerika Latin.

Pada 1965 kompetisi internasional Futsal digelar untuk pertama

kalinya, dengan Paraguay menjadi juara pertama. Lalu pada tahun-tahun

berikutnya hingga tahun 1979 Brazil merajai kompetisi ini. Brazil juga

memenangi piala Pan Amerika untuk kali pertama di tahun 1980 dan

1984.

Di tahun 1974 diadakan pertemuan perwakilan futsal dari

berbagai negara. Pertemuan di Sao Paulo itu menggagas dibentuknya

FIFUSA (The Federacao Internationale de Futebol de Salao / Federasi

Futsal AS) sebagai organisasi resmi yang mewadahi futsal. FIFUSA saat

itu menunjuk Joao Havelange sebagai ketua umum. Setelah eksisnya

FIFUSA ini futsal semakin cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Kejuaraan dunia futsal pertama diselenggarakan oleh FIFUSA

pada 1982 di Sao Paulo Brazil. Pada even edisi perdana ini Brazil keluar

sebagai juara. Tiga tahun berikutnya, even yang sama digelar di Spanyol.

Ini adalah kali pertama even tiga tahunan ini dihelat di benua Eropa, dan

lagi-lagi Brazil keluar sebagai juara. Dan pada 1988 Brazil berhasil

dikalahkan oleh Paraguay di Australia.

Setelah beberapa tahun eksis, Futsal semakin terorganisir, dan

FIFA pun tertarik. Karena bagaimanapun juga futsal turut memajukan

industri sepakbola internasional. Pada 1989 FIFA secara resmi

memasukkan futsal sebagai salah satu bagian dari sepakbola, dan FIFA

juga mengambil alih penyelenggaraan kejuaraan dunia futsal.

FIFA Menggelar Pertandingan piala dunia futsal yang pertama,

tempat penyelenggaraan berada di Belanda pada 1989 dan yang kedua

Berpindah di Negara Asia yang digelar di Hong Kong di tahun 1992,

dengan Brazil yang merajai di pentas sepakbola ternyata juga menjadi

raja di futsal terbukti keluar sebagai juara di dua gelaran ini. Daftar

(21)

commit to user Daftar kejuaraan piala dunia futsal

1. 1989 (di Rotterdam, Belanda): dimenangkan Brasil

2. 1992 (di Hong Kong): dimenangkan Brasil

3. 1996 (di Barcelona, Spanyol): dimenangkan Brasil

4. 2000 (di Guatemala): dimenangkan Spanyol

5. 2004 (di Taiwan): dimenangkan Spanyol.

6. 2008 (di Brasil): dimenangkan Brasil.

c. Perkembangan Futsal di Indonesia

Futsal masuk ke Indonesia sebenarnya sekitar tahun 1998-1999.

Lalu pada tahun 2000-an, futsal mulai dikenal masyarakat. Pada saat

itulah futsal mulai berkembang dengan maraknya sekolah-sekolah futsal

di Indonesia. Lalu pada tahun 2002 AFC meminta Indonesia untuk

menggelar kejuaraan Piala Asia.

Futsal di Indonesia saat ini sudah sangat berkembang. Akan

tetapi, sampai saat ini olahraga futsal hanya bersifat rekreatif saja, belum

menjadi sebuah olahraga profesional. Hal ini dapat dikatakan bahwa

futsal di Indonesia sudah menunjukkan awal perkembangan yang sudah

bagus. Sekarang tinggal bagaimana Badan Futsal Nasional (BFN) dan

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dapat bekerja

bahu-membahu untuk membawa olahraga ini dapat dinikmati oleh semua

elemen masyarakat dan menjadi sebuah olahraga yang profesional

menuju industri olahraga yang diharapkan bisa membangun olahraga di

Indonesia.

Kendala utama di olahraga ini adalah soal dana untuk uji coba.

Akibatnya, apabila tim nasional kita bertanding di dalam negeri pasti kita

selalu menang besar. Tetapi, kita tidak mendapatkan pelajaran dari

kemenangan-kemenangan itu. Tim nasional perlu untuk bermain di luar

negeri agar bisa belajar dan mengetahui kekuatan lawan walaupun

nantinya kita mengalami kekalahan. Di Eropa terdapat tim-tim kuat yang

(22)

commit to user

Saat ini, untuk mencari pengalaman bertanding dengan tim-tim

kuat hanyalah dengan mengikuti pertandingan persahabatan, kejuaraan

ASEAN, dan kejuaraan invitasi, seperti KL World 5 yang sudah

dilaksanakan secara rutin setiap tahun

Banyak hal yang perlu dilakukan agar futsal menjadi olahraga

profesional dan Indonesia menjadi kekuatan futsal di dunia, yang

pertama adalah sosialisasi. Harus memperbanyak pengadaan kejuaraan

atau turnamen dengan menggandeng sponsor. Memang ini merupakan

tugas kami, BFN, yang seharusnya memikirkan untuk

kompetisi-kompetisi. Saat ini kami sedang membicarakan mengenai

program-program futsal di tanah air. Kerja sama dengan pihak-pihak terkait,

terutama dengan berbagai media, bisa menjadi saran penting untuk

sosialisasi.

Lalu pembinaan harus dibenahi mulai dari bawah. Kerjasama

dengan pihak Depdiknas dan Menpora agar futsal menjadi olahraga wajib

di sekolah-sekolah dasar bisa menjadi salah satu solusi yang tepat untuk

mengembangkan cabang olahraga ini.

Yang terakhir adalah sarana. Saat ini lapangan futsal yang

berlapis rubber (karet) masih jarang. Lapangan-lapangan indoor soccer yang ada seperti di Jakarta saat ini malah semakin menjamur namun,

kurang memenuhi standar yang telah ditentukan. Diharapkan sarana

futsal yang sesuai dengan standar FIFA dapat diperbanyak.

d. Sejarah perkembangan futsal di kota Surakarta

Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki fasilitas olah

raga yang cukup lengkap di tingkat Jawa Tengah, terbukti Surakarta

menjadikan kota ini dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggara PON I.

Pada tahun 2009 Kota Surakarta ditunjuk sebagi tuan rumah pergelaran

Pekan Olahraga Provinsi (porprov). Cabang olahraga futsal termasuk

salah satu cabang yang dipertandingkan. Futsal sangat digemari dan

diminati oleh banyak orang, khususnya kalangan remaja dan anak muda

(23)

commit to user

Seiring dengan berkembangnya waktu, perkembangan olahraga

futsal di Kota Solo dapat dikatakan cukup maju. Hal ini terbukti hingga

pertengahan tahun 2010 banyak lapangan persewaan untuk olahraga

futsal yang didirikan. Beberapa lapangan “standar futsal” telah

meramaikan demam olahraga sepak bola jenis baru ini. Sebut saja Indoor

Futsal Solo Sehat, rendezvous, Coppa Futsal, dan lainnya.

Di dalam satu tempat persewaan lapangan futsal, sedikitnya dapat

diggunakan oleh lima tim yang menyewa lapangan tersebut untuk

bermain ataupun latihan rutin sesuai jadwal yang telah dibagi. Untuk

mendorong dan juga memajukan futsal di Kota Solo ada beberapa orang

yang mempunyai inisiatif dengan mengadakan ekshibisi-ekshibisi futsal

yang diadakan di lapangan-lapangan indoor bahkan di tempat

persewaan-persewaan futsal yang telah disebutkan di atas. Berbagai kalangan ikut

serta dalam ekshibisi tersebut, bahkan ada yang mengadakan ekshibisi

khusus anak-anak yang dilihat sebagai pencari bibit-bibit unggul yang

nantinya siapa sangka dapat membela tim futsal andalan kota mereka

yaitu Tim Futsal Solo

Dari semua yang sudah kita ketahui di atas, maka kota Solo perlu

memperhatikan dan juga merespon perkembangan khususnya futsal

untuk ditangani dengan diperlukan tempat yang mewadahi olahraga

futsal, mulai dari pendidikan, persewaan tempat, pertandingan dan

fasilitas-fasilitas yang nantinya dapat mendukung olahraga ini.

2. Organisasi

a. Pengertian Organisasi

Organisasi merupakan suatu unit (satuan) sosial yang di

koordinasikan dengan sadar, yang terdiri atas dua orang atau lebih yang

berfungsi atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu

tujuan atau serangkaian tujuan bersama. Organisasi bukan hanya

bertalian dengan angka bangunan semata, akan tetapi dengan badan

(24)

commit to user

mengkoordinasikan seluruh fakta-fakta, agar tercipta kerjasama dalam

mencapai tujuan.

Pada prinsipnya organisasi merupakan kumpulan orang-orang

yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Para ahli mengemukakan batasan-batasan organisasi tersebut:

1) Organisasi menurut Wright (dalam Arni Muhamad, 1989 : 24)

adalah suatu bentuk system terbuka dari aktifitas yang dikoordinir

oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.

2) Organisasi menurut Shcein (dalam Arni Muhammad, 1989 : 24 )

adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk

mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan

fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggungjawab.

3) Organisasi menurut Horald Koontz dan Cryil O’ donnel (dalam

Dalimin, 1999 : 80) adalah suatu hubungan wewenang dengan

maksud untuk mengurus kedua koordinasasi struktural, baik vertikal

maupun horizontal, kearah mana tugas khusus yang diinginkan itu di

pergunakan uintuk mencapai tujuan”.

Berikut ini beberapa ahli juga mengemukakan definisi organisasi

(Cholil dan Sarosa, 1996 : 17) :

1) Oliver Sheldon mendefinisikan organisasi adalah proses

pengabungan pekerjaan diantara indifidu-indifidu atau

kelompok-kelompok berdasarkan bakat-bakat tertentu yang diperlukan dalam

pelaksanaan kegiatan secara fungsional, sehinga memungkinkan

terdapatnya saluran terbaik yang bersifatb efisien, sistematis, positif,

dan terkoordinasikan di usaha yang tersedia.

2) Cheltan atau Bernard mendefinisikan organisasi formal adalah

system kerja sama yang kompleks dari unsur fisik, biologis, pribadi ,

dan sosial yang terikat dalam hubungan yang teratur secara khusus

(25)

commit to user

3) Ralp Ceiries Davis mendefinisikan oganisasi sebagai suatu

kelompok oran-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama di

bawah kepemimpinan.

4) Herbert A. Simon mendefinisikan oganisasi adalah bola komunikasi

yang komplek dan hubungan-hubungan lain didalam suatu kelompok

manusia.

5) Ernest Dale mendefinisikan oganisasi adalah suatu proses

perencanaan yang berkaitan dengan perihal penyusunan,

pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pada

hubungan-hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kelompok kerja.

Dari berbagai pengertian organisasi di atas walaupun berbeda

namun mempunyai ciri-ciri yang sama, seperti diungkapkan Pandjaitan

(1990:2), yaitu:

1) Adanya suatu kelompok orang,

2) Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling

berkaitan yang merupakan kesatuan kegiatan,

3) Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan tenaganya,

4) Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan,

5) Adanya suatu tujuan.

Organisasi sebagai wadah interaksi antara manusia serta

sebagai proses seperti diungkapkan Pandjaitan (1990:2) mempunyai

prinsip-prinsip yaitu:

1) Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas.

2) Prinsip kesatuan komando.

3) Prinsip pertanggungjawaban.

4) Prinsip pembagian kerja.

5) Prinsip kepemimpinan.

Organisasi mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

kegiatan olahraga, karena organisasi didalam olahraga merupakan

(26)

commit to user

dimaksud adalah peningkatan prestasi yang maksimal dari hasil kerja

semua elemen, baik pemain pelatih maupun pengurus.

b. Jenis Organisasi

Berdasarkan tujuan, organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa

macam. Jenis organisasi yang dapat dilihat dari aktifitas dan tujuan yang

dilakukan, sehingga dengan demikian organisasi tersebut dapat diketahui

status organisasi. Menurut Soedarno (1991 : 9 ) jenis organsasi dapat

dibedakan menjadi :

1) Organisasi formal yaitu bila tujuannya dinyatakan lebih formal

secara tertulis berdasarkan peraturn atau hukum tang berlaku,

menetapkan pola kegiatan dengan menekankan kepada koordinasi

dan herarkhis kewenangan. Termasuk golongan ini adalah

perusahaan, sekolah, organisasi politik, massa.

2) Organisasi sosial yaitu organisasi yang dibentuk berdasarkan tujuan

yang tidak dinyatakan secara formal tetapi secara emplisit dengan

pola kerja yang longgar dan bahkan tida ada kewenangan yang

herarkis termasuk dalam golongan ini misalnya perkumpulan

sahabat untuk mengisi waktu luang atau senggang , reuni, dan

lain-lain.

3) Organisasi informal yaitu rganisasi yang tebentuk dalam bentu

formal , tetapi tidak temasuk dalam struktur organisasi seperti yang

digariskan secara formal. Organisasi ini timbul secara spontan dan

didorong oleh kebutuhan akan pergaulan, persahabatan, rasa aman

diantara anggota oganisasi formal yang bersangkutan. Termasuk

golongan ini seperti arisan, persahabatan, kegiatan hobi, dan

rekreasi diantara karyawan.

Jenis organisasi formal mempunyai kedudukan paling baik dan

kuat bila dibandingkan dengan jenis organisasi sosial dan informal,

apabila dijabarkan secara luas organisasi formal memuat hal-hal

(27)

commit to user

koordinasi dan hierarkis kewenangan, dimana hal tersebut kesemuannya

dibutuhkan bagi keberadaan sebuah organisasi.

c. OrganisasiOlahraga

Jenis organisasi lainnya yang sering kita jumpai di dalam

masyarakat salah satunya dalah organisasi olahraga. Organisasi olahraga

tidaklah berbeda dengan organisasi pada umumnya perbedaanya hanya

terletak pada kegiatan atau aktifitas yang dijalankan dalam suatu

organisasi dan tujuan dari organisasi olahraga tersebut. Organisasi

olahraga merupakan usaha interaksi dari beberapa kelompok orang yang

bergerak dalam bidang olahraga tertentu dan saling bekerjasama antara

pemain, pelatih maupun pengurus untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yaitu pencapaian prestasi maksimal.

Di dalam organisasi olahraga yang baik harus memenuhi

syarat-syarat khusus yang telah ditetapkan sebagai organisasi olahraga, sehingga

organisasi tersebut merupakan organisasi yang sehat, baik dan berjalan

dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Apabila ada organisasi

olahraga memenuhi kurang syarat yang telah ditetapkan bersama, maka

dapat dipastikan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai.

Cabang olahraga di Indonesia terdiri dari beberapa macam cabang

sehingga antara organisasi yang satu dengan lainnya berbeda-beda.

KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) adalah induk

organisasi olahraga di Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Dimana

KONI pusat ini membawahi dan mengkoordinasi semua

organisasi-organisasi di Indonesia, baik di tingkat propinsi sampai ke daerah-daerah.

Diharapkan semua cabang organisasi di tingkat cabang maupun di tingkat

pusat dapat terjalin kerjasama yang baik sehingga tujuan organisasi

olahraga yaitu prestasi yang maksimal dapat tercapai dengan baik. Oleh

karena itu, dibutuhkan peran serta masyarakat untuk ikut menyukseskan

tujuan tersebut.

Olahraga Futsal merupakan salah satu olahraga yang berkembang

(28)

commit to user

olahraga di Indonesia lainnya, olahraga futsal dijalankan dan dikelola

penuh oleh suatu organisasi tersendiri yaitu BFN (Badan Futsal Nasional

) dibawah naungan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia). PSSI

berdiri pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. Organisasi futsal di

Indonesia sangat diperlukan sebagai sarana untuk membawahi dan

mengelola berbagai kegiatan futsal seperti kompetisi, penataran wasit,

sampai pendataan klub-klub futsal di Indonesia di tingkat pusat maupun

di tingkat daerah.

d. Struktur dan Bagan Organisasi

Pada hakikatnya suatu organisasi itu akan terwujud atas dasar

nama tertentu, maka organisasi harus membentuk struktur organissi serta

menuangkan struktur tersebut ke dalam bagan organisasi. Struktur

organisasi merupakan gambaran kedudukan seseorang dalam sebuah

organisasi. Struktur organisasi adalah kerangka hubungan satuan-satuan

organisasi yang di dalamnya terdapat jabatan, tugas, serta wewenang

yang saling mempunyai tugas tertentu dalam kesatuan yang utuh

(Sutarto, 1998 : 37). Untuk dapat menyusun struktur organisasi yang

baik, dimungkinkan apabila senantiasa berpegang teguh dan menerapkan

asas-asas organisasi secara baik dan benar.

Struktur organisasi akan jelas dan tegas apabila dibuatkan bagan

organisasi. Bagan organisasi merupakan gambar dari struktur organisasi

berupa kotak-kotak yang disalurkan dengan garis wewenang antara

yang satu dengan yang lainnya. Soebagio Hartoko (1996:6)

mengemukakan bahwa bagan organisasi adalah gambar struktur

organisasi yang ditujukan dengan kotak-kotak atau garis-garis yang

disusun menurut kedudukannya yang masing-masing memuat fungsi

tertentu, yang satu sama lainnya di hubungkan dengan garis-garis saluran

wewenang dan tanggung jawab.

Dengan bagan organisasi, maka dapat dilihat bagaimana

kedudukan dalam sebuah organisasi. Seseorang yang menempati

(29)

tugas-commit to user

tugasnya dan kerjasama yang baik dengan yang lainnya, sehingga

organisasi tersebut bisa berjalan dengan lancar dan sehat. Menurut Cholil

dan Sarosa, (1996 : 39 ) adapun kegunaan dari bagan organisasi adalah:

1) Untuk mengetahui besar kecilnya skala organisasi.

2) Untuk mengetahui garis-garis saluran wewenang.

3) Untuk mengetahui berbagai macam satuan organisasi yang ada.

4) Untuk mengetahui perincian aktifitas masing-masing saluran

organisasi.

5) Untuk mengetahui setiap jabatan yang ada berikut jenis dan jumlah

tugas para pejabat.

6) Untuk mengetahui identitas pejabat.

7) Untuk mengetahui jumlah dan kedudukan setiap pejabat.

8) Untuk mengetahui apakah suatu organisasi telah menerapkan

prinsip-prinsip organisasi atau belum.

Organisasi yang sehat dan baik adalah organisasi yang setiap

satuan tertentu mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan

menghasilkan kualitas yang baik pula, sehingga membawa kemajuan

organisasi. Setiap bagian tertentu harus mampu menjalankan tugasnya

dengan baik dan menghasilkan kerja yang efektif dan efisien.

(30)

commit to user

Soebagio Hartoko (1996 : 2 ) mengemukakan bahwa rangkaian

aktifitas dalam olahraga meliputi :

1) Menyusun bentuk dan pola usaha kerjasama.

2) Menggolongkan tindakan yang harus dijalankan dalam kesatuan-

kesatuan tertentu.

3) Menentukan tugas pekerjaan bagi orang-orang yang bergabung

dalam usaha kerjasama itu.

4) Membagi wewenang masing-masing.

5) Menetapkan jalinan hubungan kerja diantara mereka serta saluran

pemerintahan dan tanggung jawab.

e. Pengertian Umum Manajemen

Organisasi ada untuk mencapai tujuan-tujuan, maka seseorang

harus menetapkan tujuan-tujuan tersebut dan alat atau cara yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan itu. Alat atau cara itu tidak lain adalah

manajemen. Manajemen erat hubungannya dengan organisasi. Demikian

pula dengan organisasi olahraga yang dalam pelaksansannya harus sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan dan di sepakati bersama, baik

anggota maupun pengurus dalam keorganisasian harus berdasarkan

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Sebelum diberikan kepastian definisi manajemen, ada baiknya

kita kutip beberapa definisi tentang manajemen pada umumnya dari

beberapa ahli yang dirangkum oleh Subagio Hartoko, Dalimin, dan

Soemarno (1998) antara lain:

1) Siagian menyatakan bahwa manajemen adalah kemampuan atau

keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka

pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.

2) The Liang Gie mengartikan ajemen itu sebagai tindakan-tindakan

atau proses menggerakan tindakan dalam usaha kerjasama manusia

(31)

commit to user

3) GR Terry mendefinisikan manajemen adalah pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan melalui atau

menggunakan negara orang lain.

Seorang ahli dari perancis bernama Hendry Fayol

mengemukakan tentang lima fungsi manajemen, yaitu : merencanakan,

mengorganisasi, memerintah, mengkoordinasi, dan mengendalikan.

Hadari Nawawi (dalam Hartoko, Dalimin, dan Soemarno : 1998 )

menyatakan bahwa manajemen dibedakan menjadi dua, yaitu :

manajemen administrasi dan manajemen operasional dengan fungsi yang

berbeda-beda. Fungsi manajemen administrasi, yaitu : perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan komunikasi. Sedangkan

fungsi dari manajemen operasional adalah: tata usaha, perbekalan,

kepegawaian, keuangan, dan hubungan masyarakat.

Dari berbagai pengertian manajemen tersebut di atas walaupun

berbeda-beda namun dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah

kemampuan untuk brtindak melalui kegiatan orang lain dalam rangka

untuk mencapai tujuan dari berbagai barusan maka, manajemen

mempunyai karakteristik yang sama yaitu:

1) Adanya tujuan yang telah ditetapkan.

2) Tujuan itu ditetapkan merlalui orang lain.

3) Diperlukannya bimbingan dan pengawalan.

3. Pembinaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan adalah upaya

yang dilakukan agar sedikit lebih maju atau sempurna. Sedangkan pengertian

dari pembinaan olahraga adalah upaya yang dilakukan untuk memajukan atau

menyempurnakan atlet agar dapat berprestasi dengan baik. Karakteristik

utama dari pembinaan olahraga prestasi selalu berorientasi jauh ke depan

untuk mencapai prestasi tinggi menuju ke taraf internasional. Perencanaan

tersebut dapat dikembangkan dengan baik, apabila ditunjang dan

(32)

commit to user

diorganisasikan untuk pembinaan olahraga secara terpadu dan

berkesinambungan ( Hadisasmita dan Syarifuddin : 1996 ). Dalam pembinaan

harus menempuh pola yang tepat dan dilakukan dengan tahap-tahap tertentu,

sehingga potensi yang dimiliki atlet dapat berkembang secara maksimal.

Untuk mencapai prestasi yang maksimal bukan kegiatan yang

mudah, dibutuhkan perencanaan yang matang dan kerja keras dari semua

elemen yang berada didalamnya karena untuk mencapai tujuan tersebut

dipengaruhi oleh banyak faktor, memerlukan proses dan waktu yang cukup

lama, sumber dana atau biaya yang cukup, prasarana dan sarana yang

memadai, dukungan masyarakat maupun pemerintah dan masih banyak lagi.

Soeharsono (dalam Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin, 1996 :

88 ) aspek-aspek yang terkait dalam pembinaan olahraga diantaranya:

a. Aspek Olahraga

6) Program Latihan dan Evaluasi.

b. Aspek Medis

1) Fungsi organ tubuh meliputi: jantung, paru-paru, syaraf, otot indera

dan lainnya.

3) Disiplin dan Semangat juang yang tinggi.

4) Ketenangan, ketekunan, dan kecermatan.

(33)

commit to user

Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, maka untuk penanganan

pembinaan olahraga diperlukan pakar-pakar yang berkualitas sesuai dengan

bidangnya, yaitu : pakar dibidang keolahragaan, pakar dibidang kesehatan

olahraga medis di bidang keolahragaan, pakar dibidang psikologi

keolahragaan dan pakar-pakar di bidang ilmu lainnya yang sesuai untuk

pembinaan keolahragaan. Karakteristik utama pembinaan olahraga prestasi,

selalu berorientasi jauh kedepan untuk mencapai prestasi tinggi menuju ke

taraf internasional. Perencanaan dapat dikembangkan dengan baik, apabila

ditunjang dan ditumbuhkan dalam satu sistem pembinaan yang mantap, yang

diorganisasi untuk penyelenggaraan pembinaan olahraga secara terpadu dan

berkesinambungan.

a. Pembinaan Atlet

Pembibitan atlet merupakan upaya untuk menemukan

individu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi yang tinggi di

kemudian hari. Jika mengevaluasi dan menganalisa dalam berbagai

kejuaraan dunia, menunjukkan bahwa atlet tertentu yang cocok untuk

olahraga tertentu, memiliki karakteristik psikologi dan mental yang

diperlukan, memiliki potensi fisik yang handal, memiliki kemampuan

teknik dan taktik yang baik dan memiliki pengalaman dalam berbagai

kompetisi.

Ada baiknya sebelum membina atlet lebih lanjut, atlet diberikan

kesadaran bahwa prestasi puncak tidak akan tercapai bila atlet tersebut

tidak mempunyai kemampuan untuk mencapainya. Meskipun faktor-faktor

yang lain sebagai faktor pendukung mempunyai sumbangan atau peranan

yang sangat penting, tetapi sumbangan terbesar datang dari atlet itu sendiri

( Soeharsono, 1999 : 6 ). Diperkirakan sumbangan tersebut adalah sebagai

berikut:

Dari atlet sekitar : 60-70 %

Faktor penunjang lain : 30-40 %

Pembinaan yang dilakukan secara sistematik, tekun dan

(34)

commit to user

pembinaan memerlukan waktu yang cukup lama , yakni dari masa

kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat efisiensi kompetisi

yang tinngi. Menurut Harre (dalam Hadisasmita dan Syariffudin, 1996: 70)

pembinaan dimulai dari program umum mengenai latihan dasar mengarah

kepada pengembangan efisiensi olahraga secara komperhensif dan

kemudian berlatih yang dispesialisasikan pada cabang olahraga yang

ditekuninya.

Tujuan pembinaan atlet-atlet junior menciptakan kondisi-kondisi

umum dan khusus dalam rangka pencapaian prestasi olahraga yang tiggi

dimasa yang akan dating. Pembinaan ini dilakukan dengan pengenalan

secara bertahap mengenai spesialisasi latihan ( Furqon, 1999 : 21 ).

Program latihan junior meliputi latihan untuk tingkat pemula dan

tingkat junior lanjutan. Pembinaan ini harus dimulai sedini mungkin,

yakni seawal mungkin dalam fase kehidupan dan merupakan suatu fase

latihan yang berdiri sendiri yang menekankan pergeseran dari latihan

untuk pemula ke latihan untuk tingkat lanjut dalam masa selanjutnya.

Tujuan program latihan atlet junior adalah mempersiapkan

atlet-atlet muda untuk mencapai prestasi yang tinggi pada saat ia mencapai usia

tertentu dan menciptakan dasar-dasar yang mantap. Latihan untuk pemula

lebih menekankan pada pengembangan berbagai kualitas koordinasi dan

pengkondisian, keterampilan teknik, kemampuan taktik dan kualitas

mental yang memiliki hubungan langsung dengan prestasi atlet. Pada akhir

fase latihan atlet harus mampu melanjutkan pengembangan efisiensinya

hingga mencapai prestasi puncak. Seorang atlet dapat mencapai puncak

prestasi, jika ia mulai berlatih untuk cabang olahraga yang telah terpadu

bakatnya sejak awal.

b. Pelatih

Pelatih yang dimaksud adalah seorang atau sekelompok orang

yang mengelola atau menangani sekolompok atau seseorang untuk

mencapai keberhasilan tertentu ( Suranto : 1994 ). Dengan demikian,

(35)

commit to user

yang mengelola atau menangani sekelompok atau seseorang untuk

mencapai prestasi olahraga tertentu setinggi-tingginya. Sehingga menjadi

sosok sentral dalam suatu kegiatan latihan klub untuk mencapai prestasi

maksimal

Pekerjaan seorang pelatih sangat berat. Harus sadar akan kenyataan

bahwa ia diwajibkan untuk dapat benar-benar bisa mempengaruhi atlet dan

membentuk watak (karakter) yang bermental juara dan kepribadian atlet

yang baik dalam hal tertentu. Pengaruh-pengaruh ini dapat berakibat

positif atau negatif, bermanfaat dan dapat merusak atau mengganggu, dan

yang jelas dapat berpengaruh relatif tahan lama atau permanen pada

seluruh kehidupan atlet asuhannya.

Mc Kinney (dalam Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996 : 27-28 )

mengungkapkan bahwa pelatih yang baik mempunyai kemampuan sebagai

berikut:

1) Mempunyai kemampuan untuk membantu atlet dalam

mengaktualisasikan potensinya.

2) Bila membentuk tim, didasarkan pada keterampilan individu yang

telah diajarkannya.

3) Mempunyai keterampilan dan teknis yang seimbang .

4) Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual

dengan kemampuan neuromuskuler atletnya.

5) Mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam membentuk kondisi

atlet.

6) Lebih mementingkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru

kemudian pada unsur pelatihan.

7) Membenci kekalahan, tetapi tidak mencari kemenangan dengan

berbagai cara yang etis.

8) Mempunyai kemampuan untuk mengendalian dirinya kearah

penyimpangan profesinnya.

9) Mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian dengan rentang

(36)

commit to user

10) Mampu menyatakan bahwa keberhasilannya adalah kerja timnya

kepada media komunikasi.

11) Mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atlet dan

teman-temannya.

12) Mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka seorang pelatih harus dibekali

dengan beberapa syarat, dimana dengan bekal tersebut pelatih mampu

menjalankan tugasnya dengan baik serta mampu menciptakan atlet-atlet

yang professional. Tanpa memiliki persyaratan-persyaratan tersebut

diatas, maka hasil pembinaan yang dilakukan menjadi kurang baik

Adapun syarat seorang pelatih menurut Dr. Soedjarwo (1993 : 7 )

adalah:

1) Harus mempunyai latar pendidikan yang sesuai dengan tugasnya

sebagai pelatih olahraga.

2) Mempunyai keterampilan cabang olahraga yang diminati, baik secara

teori maupun praktek.

3) Memiliki kondisi fisik yang baik, seperti kesegaran jasmani,

kemampuan gerak,dan proporsi bentuk tubuh yang sesuai dengan

cabang olahraga yang dibinanya.

4) Mempunyai pengalaman yang cukup dan selalu berusaha

meningkatkan ilmunya, terutama dalam cabang olahraga yang

diminati.

5) Dapat bekerjasama dengan atlet, pembantu-pembantunya, dan para

ahli dibidang lain yang menunjang peningkatan prestasi.

6) Mempunyai sikap kepemimpinan yang berwatak dan berkepribadian.

Seorang pelatih sangat diharapkan dapat berperan dalam berbagai

disiplin, seperti petugas bimbingan dan penyuluhan, psikologi, pemimpin,

guru, ahli strategi, bahkan seorang pelatih diharapkan dapat berperan

sebagai ayah atau teman akrab sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati

atau pelindung bagi atletnya. Seorang pelatih yang berkualitas harus sadar

(37)

commit to user

kepribadian atlet dalam hal tertentu. Maka seorang pelatih perlu

membekali diri dengan hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya,

sehingga di dalam melatih tidak akan mengalami kesulitan yang

mengakibatkan gagalnya dalam mencapai tujuan. Adapun tugas-tugas

pokok yang harus dilakukan seorang pelatih menurut Soedjarwo (1993 : 9

) adalah :

1) Mengadakan pemanduan untuk memilih bibit unggul atlet.

2) Menyusun program latihan untuk jangka pendek maupun jangka

panjang.

3) Menyusun strategi dan menentukan taktik dalam menghadapi

pertandingan.

4) Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan atau

pertandingan.

5) Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan baik secara teori maupun

praktek dalam cabang olahraga yang dibinanya.

4. Metode Latihan

a. Pengertian Latihan

Banyak orang merasa berlatih tetapi sebenarnya tidak. Hal ini

umumnya disebabkan yang bersangkutan kurang memahami pengertian

tentang latihan yang sebenarnya. Hamidsyah (1996 : 6 ) mengemukakan

pendapatnya tentang pengertian latihan yaitu suatu proses yang sistematis

dari latihan atau bekerja yang dilaksanakan berulang-ulang secara

kontinyu dengan kian hari kian bertambah beban latihan untuk mencapai

tujuan.

Soeharsono (dalam Hadisasmita dan Syarifuddin 1996 : 126 )

mengemukakan pengertian latihan berdasarkan ciri-ciri pelatih yang baik,

latihan dapat diartikan sebagai proses yang sistematis dari berlatih yang

dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah

(38)

commit to user

Menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996: 126) dari beberapa

pengertian latihan, akan didapat unsur-unsur latihan antara lain:

1) Sistematis adalah berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem

tertentu, metodis, dari mudah ke yang sukar, latihan teratur, dari yang

sederhana ke yang lebih rumit.

2) Berulang-ulang yaitu setiap elemen teknik harus diulang sesering

mungkin, dimaksudkan agar gerakan-gerakan yang semula sukar

dilakukan menjadi semakin mudah, dan otomatis pelaksanaannya

sehingga menghemat energi.

3) Kian hari ditambah bebannya ialah setiap kali, secara periodik, segera

setelah tiba saatnya, beban latihan harus ditambah. Jika beban tidak

pernah bertambah prestasi pun tidak akan meningkat.

Menurut Sudjarwo (1993 : 23 ) tujuan pokok dari latihan adalah

prestasi yang maksimal disamping kesehatan juga kesegaran jasmani bagi

atlet. Sesuai dengan tujuan maka urutan penekanan latihan sebagai berikut:

1) Pembentukan Kondisi Fisik (a Physic l Bild Up)

Unsur-unsur yang harus dibentuk dan dikembangkan meliputi

kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, ketepatan,

keseimbangan dan koordinasi.

2) Pembentukan Teknik ( Technical Build Up )

Pembentukan teknik adalah latihan khusus yang dimaksudkan

untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik

dan neuromuscular. Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik

dasar ke teknik tinggi yang akhirnya menuju kepada gerakan-gerakan

otomatis.

3) Pembentukan Taktik ( Tectical Build Up )

Pembentukan taktik meliputi pertahanan maupun penyerangan

termasuk didalamnya penyusunan strategi, sistem, pola, dan tipe.

4) Pembentukan Mental ( Mental Build Up )

Pembentukan mental untuk bertanding dengan unsure

(39)

commit to user

5) Kematangan Juara

Dengan bekal teknik, taktik, fisik yang didukung dengan

mental bertanding merupakan keselarasan yang matang antara

tindakan dan proses mental bertanding tersebut. Latihannya dengan

jalan mengadakan berbagai pertandingan dengan segala macam

fariasi.

b. Periodesasi Latihan

Tuntutan latihan adalah mencapai prestasi semaksimal mungkin.

Itulah sebabnya dibutuhkan penyusunan program latihan. Program

latihan disusun secara teliti dan dilaksanakan secara teratur sesuai dengan

prinsip-prinsip latihan. Program akan memerlukan waktu yang cukup

panjang, sehingga jadwal latihan perlu dibagi-bagi menjadi beberapa

tahapan atau musim latihan. Pembagian tahapan dalam program latihan

biasa disebut periodesasi.

Hadisasmita dan Syarifuddin (1996 : 128 ) menyatakan bahwa

periodesasi latihan adalah suatu proses pembagian latihan dari rencana

tahunan kedalam tahapan yang lebih kecil. Adapun kegunaan periodesasi

latihan adalah sebagai berikut:

1) Pelatih akan dapat mengatur setiap komponen-komponen latihan dari

rencana tahunan.

2) Membantu pelatih dalam menentukan puncak latihan yang tepat,

pada pertandingan-pertandingan sasaran ( diantara pertandingan

utama selama kalender tahunan ).

Sudjarwo ( 1993 : 82 ) membagi program latihan dalam satu

tahun menjadi tiga periode atau lima musim latihan, sebagai berikut :

1) Periode Latihan

a) Periode Persiapan ( Preparation Period)

b) Periode Pertandingan ( Comperatioan Period )

c) Periode Peralihan ( Transation Period )

2) Musim Latihan

(40)

commit to user b) Early Season

c) Mid Season

d) Late Season

e) Post Season

Sama halnya dengan Sudjarwo, Bompa ( 1990 : 174 ) menyusun

program latihan tahunan sebagai berikut :

1) Masa Persiapan ( Preparation Period )

a) Persiapan Umum ( General Preparation )

Pada masa ini penekanan latihan ditujukan pada masa

pembentukan atau pembinaan. Bobot latihan akan berkisar 80 –

70 % fisik dan 30 – 35 % teknik serta 5% mental. Periode ini

berlangsung selama 2 – 3 bulan.

b) Persiapan Khusus ( Specific Preparation )

Pada masa persiapan khusus ini lebih menekankan pada

penguasaan teknik dasar yang kemudian ditingkatkan menjadi

satu kesatuan gerak yang sempurna. Periode latihan dapat

berlangsung selama 2-3 bulan dengan bobot latihan 50% untuk

latihan teknik, 20% untuk latihan fisik dan 10% untuk latihan

test.

2) Masa Pertandingan ( Competition Period )

a) Masa Prakompetisi ( Pre Competition )

Pada periode ini penekanan lebih diutamakan pada

masalah taktik. Perkembangan mental emosional atlet perlu

mendapat perhatian khusus. Periode ini berlangsung sekitar 2-3

bulan.

b) Masa Pertandingan ( Competition period )

Pada tahap ini harus diciptakan suatu kondisi yang baik

sehingga atlet percaya diri dan mempunyai motivasi yang tinggi

(41)

commit to user

c) Masa Peralihan atau seusai pertandingan ( Transation Period )

Pada masa transisi atlet akan melakukan istirahat aktif

dengan melakukan kegiatan fisik yang ringan seperti joging,

senam atau melakukan aktivitas fisik yang lain. Pada masa inilah

dilakukan evaluasi dari hasil prestasi serta program dan proses

latihan selama persiapan yang lalu.

Prestasi maksimal seorang atlit hanya mungkin dapat dicapai

melalui suatu program latihan jangka panjang , karena

perubahan-perubahan dalam organisasi tubuh tidak mungkin terjadi dalam

waktu yang singkat, butuh waktu dan proses yang lama untuk

mencapainya.

c. PengertianProgramLatihan

Program latihan merupakan bahan atau kegiatan yang harus

dilaksanakan dalam latihan. Dalam menentukan program latihan harus

menyatu pada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan latihan.

Penerapan program latihan yang tepat dan disesuaikan dengan

kemampuan atletnya akan meningkatkan kualitas atlet secara maksimal.

Suatu hal yang harus dipertahankan dalam menyusun program latihan,

adalah menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau target yang hendak

dicapai. Hal itu penting agar atlet dapat berlatih dengan motivasi untuk

mencapai sasaran.

Mempersiapkan seorang atlet untuk menghadapi pertandingan

hingga mencapai tingkat prestasi tinggi atau maksimal, diperlukan waktu

yang cukup lama serta peyusunan program latihan yang seksama.

Teratur, sistematis, bertahapkan serta terus-menerus sepanjang tahun

tanpa selingan berhenti sedikitpun. Latihan yang dilakukan hanya

isidentil, atau hanya selama enam bulan saja, bahkan kurang setiap

tahunnya, tidak akan ada artinya sama sekali. Bahkan mungkin dapat

(42)

commit to user

Menurut Iwan Setiawan (dalam Hadisasmita dan Syarifuddin,

1996 : 14 ), untuk menyusun program latihan yang teratur perlu

diperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :

1) Kemampuan atlet, baik fisik maupun mental

2) Waktu pelaksanaan program latihan untuk mengembangkan tenaga

atau kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas dan lain-lain

untuk dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

3) Cabang olahraga yang akan disiapkan.

4) Standar tingkat nasional atau internasional.

5) Keadaan setempat : tradisi, iklim, dan lain-lain.

6) Faktor latihan : Prestasi, volume, intensitas.

7) Jadwal perlombaan dan uji coba.

8) Periodesasi latihan.

Untuk membina atlet agar dapat meningkatkan prestasi

setinggi-tingginya, diperlukan jangka waktu yang lama, maka latihan-latihan

tersebut dilaksanakan secara bertahap yang terdiri dari program jangka

panjang dan program tahunan (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:141 ).

Menurut Sudjarwo (1993 : 81 ) penyusunan program latihan dapat

dibagi menjadi :

1) Program Jangka Panjang

Program jangka panjang berhubungan dengan program latihan

untuk sasaran dua tahun ke atas, misalnya untuk PON atau

Olympiade.

2) Program Jangka Menengah

Program jangka menengah adalah program latihan yang

disusun untuk jangka waktu satu tahun.

3) Program Jangka Pendek

Program jangka pendek merupakan penyusunan program

(43)

commit to user

d. Prinsip-prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan meningkatkan pemberian beban latihan Itulah sebabnya

pemberian beban latihan harus memenuhi prinsip-prinsip yang sesuai

dengan tujuan latihan. Prinsip-prinsip latihan tersebut merupakan

prinsip-prinsip beban latihan secara umum. Dengan mengetahui prinsip-prinsip-prinsip-prinsip

latihan diharapkan prestasi seorang atlet dapat cepat meningkat. Tanpa

mengetahui hal ini seorang atlet atau pelatih tidak mungkin dapat

berhasil dalam latihannya

Sudjarwo ( 1993 : 21-23 ) menyarankan agar seluruh program

latihan sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip latihan sebagai berikut :

1) Prinsip Individu

Pemberian latihan harus selalu mengingat kemampuan dan

kondisi individu masing-masing atlet. Faktor-faktor individu yang

harus mendapat perhatian misalnya, tingkat ketangkasan atlet, umur

atau lamanya berlatih harus dibedakan, kesehatan dan kesegaran

jasmaninya, psychologis atau mentalnya.

2) Prinsip Penambahan Beban ( Overload Principle )

Penambahan beban latihan harus dilakukan tahap demi tahap

secara teratur dan ajeg. Beban latihan berat yang diberikan secara

terus menerus justru akan menghentikan kenaikan prestasi.

Sebaiknya setelah dua atau tiga kali latihan beban latihan

ditingkatkan itupun tergantung dari atletnya.

3) Prinsip Interval

Latihan interval merupakan serentetan latihan yang diselingi

dengan istirahat tertentu. Prinsip latihan interval ini dapat digunakan

untuk suatu rencana latihan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

4) Prinsip Penekanan Beban ( Stress )

Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan

dengan tekanan yang berat. Penekanan beban latihan tersebut harus

(44)

commit to user

ini diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, kekuatan

mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan.

5) Prinsip Makanan Baik ( Nutrition )

Kalori yang masuk harus sesuai denagn kalori yang

dikeluarkan untuk latihan. Untuk seorang atlet diperlukan 25-35 %

lemak, 15 % putih telur, 50-60 hidrat arang dan vitamin serta mineral

lainnya.

6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun

Suatu latihan harus dilakukan secara sistematis yang

dilaksanakn sepanjang tahun tanpa berseling.

Sedangkan menurut Bompa (dalam Hadisasmita dan Syarifuddin,

1996 : 130-140 ) menyarankan agar dalam latihan sebaiknya menerapkan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Prinsip Beban – Lebih ( Overload )

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan

pada pembebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu

dilakukan dilakukan oleh atlet. Seorang atlet harus berlatih dengan

beban yang lebih berat atau berlatih dengan beban di atas ambang

rangsang. Namun beban tersebut harus sesuai dengan kemampuan

atlet.

2) Prinsip Perkembangan Multilateral

Prinsip ini sebaiknya diterapkan pada atlet-atlet muda. Pada

permulaam belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan

agar dengan demikian mereka memiliki dasar-dasar yang lebih

kokoh untuk menunjang keterampilan psesialisasinya kelak.

3) Prinsip intensitas Latihan

Perubahan fisiologis dan spikologis yang positif hanyalah

mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih suatu program latihan

yang intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban

(45)

commit to user

Ada beberapa teori yang dapat dipakai sebagai tolak ukur

untuk menentukan kadar intensitas latihannya. Salah satunya teori

Katch dan Mc Ardle ( 1993) sebagai berikut:

a) Menghitung Denyut Nadi Maksimal ( DNM ) dengan rumus

DNM = 220 – Umur.

b) Menentukan takaran intensits latihannya, yaitu 80 % - 90 % dari

DNM

c) Lamanya berlatih dalam ambang rangsang atau training zone,

untuk atlet sebaiknya 45-120 menit

4) Prinsip Kualitas Latihan

Latihan dikatakan berkualitas apabila latihan dan dril-dril

yang diberikan memang benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan

kebutuhan atlet, koreksi-koreksi yang tepat dan kontruksif harus

sesering mungkin diberikan, pengawasan dapat dilakukan oleh

seorang pelatih sampai ke detail gerakan dan setiap kesalahan gerak

segera diberikan, Prinsip-prinsip melebihi beban atau overload harus

selalu diterapkan dalam setiap latihan, baik dalam aspek kondisi fisik

maupun pembentukan mental.

5) Prinsip Berfikir Positif

Jika ingin berprestasi, atlet harus berani sakit dalam latihan.

Pelatih harus tahu bagaimana hati atlet, apa yang mereka katakana

kepada dirinya sendiri. Dan pelatih harus mempengaruhi kata

hatinya, melatih atlet untuk selalu berfikir positif dan optimis,

mengubah sikap bawah sadar yang negatif menjadi positif.

6) Variasi Dalam Latihan

Latihan yang dilakukan biasanya banyak menuntut waktu,

pikiran, tenaga. Karena itu bukan mustahil jika latihan yang intensif

dan terus-menerus kadang-kadang menimbulkan rasa bosan pda

atlet. Jika sudah bosan, maka gairah pada atlet dan motivasinya

untuk berlatih biasanya menurun atau bahkan hilang sama sekali.

(46)

commit to user

kebosanan berlatih, misalnya dengan cara merencanakan dan

menyelenggakan variasi-variasi dalam latihan.

7) Prinsip Individualisasi

Setiap individu berbeda dari segi fisik maupun mental, maka

setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap

suatu beban latihan yang diberikan pelatih. Latihan merupakan suatu

beban latihan yang diberikan pelatih. Latihan merupakan suatu

persoalan pribadi bagi setiap atlet dan tidak bisa disama ratakan bagi

semua atlet. Latihan harus direncanakan dan disesuaikan bagi setiap

individu atlet agar dapat menghasilkan prestasi yang baik.

8) Penetapan Sasaran ( Goal Setting )

Seringkali suatu tim atau atlet tidak berlatih dengan

sungguh-sungguh, atau kurangnya motivasi untuk berlatih karena tidak ada

tujuan atau sasaran yang jelas untuk apa atlet berlatih. Karena itu

menetapkan sasaran latihan untuk atlet sangat penting.

9) Prinsip Perbaikan Kesalahan

Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak, maka pada

waktu memperbaiki kesalahan tersebut, pelatih harus menekankan

pada penyebab terjadinya kesalahan.

e. Metode Latihan

Di dalam olahraga ditemukan berbagai ragam definisi tentang

mengajar atau melatih. Menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996 :

142), yang diartikan dengan metode mengajar atau melatih adalah suatu

cara tertentu, sistem bekerja seorang pelatih atau olahragawan,

sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuannya yang cukup.

Pemilihan suatu metode, terutama tergantung pada :

1) Tujuan umum melatih

2) Tugas-tugas tertentu

3) Kekhususan suatu cabang olahraga

Gambar

Gambar 1.  Lapangan Futsal
Tabel 1.a Frekuensi dan Prosentasi Sekretariat  Klub Futsal di Eks
Tabel 1.b Frekuensi dan Prosentasi Struktur organisasi Klub Futsal
Tabel 1.f  Frekuensi dan Prosentasi Penyandang dana Klub Futsal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan penelitian pada indikator kemaritiman pengembangan ekonomi maritim yang dilakukan oleh Unsrat selama tahun 2012-2014 adalah terpusat pada indikator produksi

Bidang hubungan masyarakat dan sekolah (Humas) adalah suatu proses komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung

Oleh karena itu, menurut hukum Islam petugas atau pejabat yang bertugas mengurus uang tersebut apabila melakukan pencurian dia berdosa dan

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris adakah pengaruh pengungkapan dari CSR (Corporate Social Responsibility) dan Pertumbuhan Penjualan terhadap

Dalam melaksanakan kegiatan PPL II praktikan mendapat bimbingan baik dari dari guru pamong maupun dosen pembimbing. Dalam pembuatan silabus, program tahunan, program semester,

[r]

Terdapat enam proses dalam DFD level 1 yaitu proses input data nasabah, input data parameter, input data kasus, proses menentukan nilai probabilitas dari variabel Bayes,