• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEROKOK PASIF DENGAN TINGKAT KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PEROKOK PASIF DENGAN TINGKAT KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN PEROKOK PASIF DENGAN TINGKAT KEJADIAN

KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Syahmi Amar

G0009206

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, September 2012

Syahmi Amar

(3)

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Perokok Pasif Dengan Tingkat Kejadian Kanker Serviks Di RSUD DR Moewardi Surakarta

Syahmi Amar, G0009206, Tahun 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari , Tanggal 2012

NIP :19551021 199412 1 001

Penguji Utama

Nama :DR. Abkar Raden, dr., Sp.OG(K) ……… NIP :19461019 197603 1 001

Penguji Pendamping

Nama :M Eko Irawanto, dr., Sp. KK ………

NIP :19751225 200812 1 003

Surakarta,……….2012

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. DR. Zainal Arifi Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(4)

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas segala limpahan karunia, berkat, rahmat, dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

“Hubungan Perokok Pasif dengan tingkat Kejadian Kanker Serviks di RSUD dr Moewardi” ini dapat kami selesaikan dengan baik, walaupun masih ada kekurangan dalam penulisannya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis di tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tinggi kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran UNS.

2. Rustam Sunaryo, dr., Sp. OG, selaku Pembimbing Utama dalam penelitian ini, yang telah banyak memberikan petunjuk dan bantuan serta dorongan untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., MSc., PhD selaku Pembimbing Pendamping dalam penelitian ini yang telah siap sedia dan sangat banyak menyediakan waktu untuk memberikan petunjuk, arahan, dorongan, dan semangat kepada penulis selama perjalanan penulis menyusun skripsi ini. 4. DR. Abkar Raden, dr., Sp.OG(K), selaku Penguji Utama atas segala

masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

5. M Eko Irawanto, dr., Sp. KK, selaku Anggota Penguji atas segala masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

6. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Seluruh perawat rawat inap Mawar 1, Mawar 3, dan Anggrek 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas segala waktu dan bantuan yang telah kalian berikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. 8. Kedua orang tua tercinta dan adik tersayang, Ady Amar, Najmah Abdat,

dan Filzah Amar, terimakasih atas panjatan doa, dukungan, pengertian, dorongan, motivasi, dan semangat yang kalian berikan kepada penulis agar segera menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

9. Teman seperjuangan, Octava Prima dan rekan-rekan skripsi obsgyn, terimakasih atas segala bantuan dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Semua teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Surakarta, September 2012

(5)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

PRAKATA………. ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN. ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... ... 3

D. Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... ... 4

1. Rokok ... 4

a. Pengertian ... 4

b. Kandungan ... 5

(6)

commit to user

ix

3. Kanker Serviks ... 8

a. Definisi ... 8

b. Gejala dan Tanda Klinis ... 8

c. Karsinogenesis ... 9

d. Human Papilloma Virus (HPV) ... 10

e. Patogenesis HPV dalam Perkembangan Kanker Serviks ... 12

f. Patologi ... 14

g. Penapisan Kanker serviks ... 15

4. Hubungan Perokok Pasif dengan Kanker Serviks ... 19

B. Kerangka Pemikiran ... ... 21

C. Hipotesis ... ... ..21

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….. 22

B. Lokasi Penelitian ...22

C. Subjek Penelitian ... ... 22

D. Tehnik Sampling ... ……. 23

E. Besar Sampel... ... ………… 23

(7)

commit to user

x

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian... .... 24

H. Instrumen Penelitian ... ... 25

I. Cara Kerja... ... 25

J. Rancangan Penelitian ... 26

K. Tehnik Analisis Data……… ... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ...29

B. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda ... ... 30

BAB V. PEMBAHASAN ... ... 34

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 36

B. Saran ... ... 36

(8)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Unsur Asap Rokok

Tabel 2.2. Klasifikasi HPV Berdasarkan Epidemiologi

Tabel 2.3 Fungsi Protein Produk Gen HPV

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perokok Pasif

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasar Status Kanker Serviks

Tabel 4.4 Status Perokok Pasif dengan Kejadian Kanker Serviks

Tabel 4.5 Umur dengan Kejadian Kanker Kerviks

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Tentang Perokok Pasif dengan

(9)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Multistep Karsinogenesis

Gambar 2.2 Patogenesis Kanker Serviks

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Gambar 4.1 Persentase Status Perokok Pasif dengan Kejadian Kanker Serviks

(10)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Surat Bukti Penelitian

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Lembar Biodata

Lampiran 4. Lembar Kuesioner Perokok Pasif

Lampiran 5. Daftar Responden

(11)

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN

CIN : Cervical Intraepithelial Neoplasia

GSTM1 : Gluthatione s-Transferase miu 1

GSTP 1 : Gluthatione s-Transferase phi 1

GSTT 1 : Gluthatione s-Transferase teta 1

HPV : Human Papilloma Virus

(12)

commit to user ABSTRAK

Syahmi Amar, G0009206, 2012, Hubungan Perokok Pasif dengan Tingkat Kejadian Kanker Serviks di RSUD Dr Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Latar Belakang: Kejadian kanker serviks setiap tahun mengalami peningkatan dan risiko kematian akibat kanker serviks juga meningkat. Asap rokok adalah salah satu faktor risiko penyebab kanker serviks yang mengandung zat kimia seperti nikotin dan benzopiren. Kandungan zat kimia tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks dengan berbagai mekanisme. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kejadian kanker serviks yang dihubungkan dengan paparan asap rokok.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini kasus kontrol. Sampel penelitian ini adalah pasien kanker ginekologi dengan total sampel 60 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah divalidasi, kemudian dilakukan analisis data dengan analisis regresi logistik ganda.

Hasil: Ditemukan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara perokok pasif dengan kejadian kanker serviks. Perokok pasif akan mengalami kanker serviks 11,5 kali dibandingkan bukan perokok pasif (p = 0,001, OR = 11,50).

Simpulan: Berdasar penelitian wanita perokok pasif akan mengalami risiko kanker serviks 11,5 kali lebih tinggi dibandingkan bukan perokok pasif.

(13)

commit to user ABSTRACT

Syahmi Amar, G0009206, 2012, Passive Smokers Relationship With Cervical Cancer Incidence Rate in Hospitals Dr Moewardi. Thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta

Background: Incidence of cervical cancer each year has increased and the risk of death from cervical cancer is also increased. Cigarette smoke is one of the risk factors associated with cervical cancer which contains chemicals such as nicotine and benzopiren. The content of these chemicals may increase the risk of cervical cancer by various mechanism. The purpose of this study was to determine the incidence rate of cervical cancer associated with exposure to passive smoker is connected.

Methods: This type of research is an case-control. Sample of this study were gynecologic cancer patients with a total sample of 60 people. Measuring instrument used was a validated questionnaire, and performed data analysis with multiple logistic regression analysis.

Result: Found a statistically significant association between passive smoking with the incidence of cervical cancer. Passive smokers will have 11,5 times the cervical cancer than non-passive smokers (p = 0,001, OR = 11,5).

Conclusion: Based on studies of passive smoking women would run the risk of cervical cancer will have 11,5 times higher than non-passive smokers.

(14)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah perokok di dunia mencapai satu milyar orang dan kematian yang

diakibatkan rokok mencapai lima milyar orang. Menurut data United States of

Departement of Agriculture (USDA) pada tahun 2007 Indonesia menduduki

urutan kelima sebagai negara dengan konsumsi tembakau tertinggi di dunia

setelah Cina, Amerika, Rusia, dan Jepang. Keadaan ini terjadi akibat peningkatan

tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun yaitu dari 30 milyar batang rokok

pertahun di tahun 1970 menjadi 217 milyar batang rokok di tahun 2000. Dari

hasil survei Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) pada tahun 2003, hampir satu

dari tiga orang dewasa merokok, sedangkan jumlah perokok pasif di Indonesia

berkisar seratus juta orang dan 66% yang terkena asap rokok adalah wanita

(Depkes RI, 2003). Peningkatan penggunaan rokok ikut meningkatkan kejadian

penyakit tidak menular, salah satunya kanker (Depkes RI, 2011).

Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia dan mengandung zat-zat

karsinogen dan ko-karsinogen (Maura dan Elisabetta, 2009; Bening, 2011).

Nikotin merupakan salah satu zat karsinogen yang terkandung di dalam rokok,

kadar nikotin sangat meningkat pada apusan lendir serviks seorang perokok pasif

(15)

S-commit to user

2

Transferase (GSTM1, GSTT1, GSTP1) yang mempunyai peran sebagai enzim

detoksifikasi, sehingga menyebabkan gangguan pencegahan perkembangan

human papilloma virus (HPV) (Sobti et al.,2006;Maura dan Elisabettta, 2009).

Senyawa lain, benzopiren akan meningkatkan jumlah virus dan memperbanyak

protein onkogen E6 dan E7 sehingga memperburuk prognosis kanker serviks

(Philip,2008).

Kanker serviks adalah penyakit yang penyebabnya belum diketahui secara

pasti, dari hasil penelitian diduga 90% penyebabnya adalah HPV tipe 16 dan 18

(Levinson, 2008). Kanker serviks menyerang lebih dari 1,4 juta wanita di seluruh

dunia, jika tidak segera diatasi akan meningkat menjadi 26 juta wanita yang

terkena (Depkes RI, 2010). Berdasarkan International Agency for Research on

Cancer (IARC), kanker serviks menempati urutan kedua dari seluruh kanker pada

perempuan dengan incidence rate 9,7 % dan jumlah kematian 9,3 % dari seluruh

kanker pada perempuan di dunia (Depkes RI, 2008). Diperkirakan lebih dari

500.000 kasus baru kanker serviks ditemukan di dunia dan 90% dari seluruh

kasus tersebut terdapat di negara-negara berkembang. Hampir 260.000 kasus

kematian wanita terjadi akibat kanker serviks dan hampir 95% dari kasus tersebut

terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Bila hal ini tidak

ditindaklanjuti dengan segera, kematian akibat kanker serviks diperkirakan akan

(16)

commit to user

3

Meningkatnya kejadian kanker serviks salah satu penyebabnya adalah semakin

bertambahnya wanita terpapar asap rokok (Louie et al., 2011).

Semakin meningkatnya jumlah perokok pasif dan penderita kanker serviks

dan belum banyaknya penelitian yang menghubungkan perokok pasif dengan

kejadian kanker serviks di Indonesia, maka penulis tertarik mengadakan

penelitian untuk mengetahui hubungan perokok pasif dengan tingkat kejadian

kanker serviks.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara perokok pasif dan tingkat kejadian kanker serviks di

RSUD Dr Moewardi Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara perokok pasif dan tingkat kejadian kanker serviks

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

hubungan perokok pasif dengan tingkat kejadian kanker serviks.

2. Manfaat Aplikatif

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan usaha untuk mengurangi

kejadian kanker serviks

b. Dapat dipergunakan sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi

(17)

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rokok

a. Pengertian

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui

dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu

masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai

macam penyakit (Bustan, 2000).

Menurut data di Indonesia terdapat peningkatan prevalensi

kejadian penyakit tidak menular dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi

59,5% pada tahun 2007. Penggunaan rokok merupakan faktor risiko dari

penyakit tidak menular, berbagai penyakit tersebut antara lain kanker,

penyakit jantung dan peredaran darah, bayi lahir dengan berat badan

rendah serta sindroma bayi meninggal mendadak (sudden death) dari ibu

yang merokok. Menurut data Depkes RI terdapat 6,5 juta orang dewasa

menderita penyakit akibat merokok, sedangkan jumlah perokok pasif di

Indonesia berkisar 100 juta orang dan 66% perokok pasif adalah wanita

(18)

commit to user

5

b. Kandungan

Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon

monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia

(NH4OH), akrolein, asetilen, benzaldehide, urethane, benzen, metanol,

coumarin, etilkatehol-4, dan ortokresol. Selain komponen gas ada

komponen padat atau partikel yang terdiri dari nikotin dan tar. Bahan di

ataslah yang menyebabkan terjadinya berbagai macam kelainan dan

penyakit. Beberapa penyakit dengan etiologi perokok, baik perokok aktif

maupun perokok pasif, adalah penyakit jantung koroner, penyakit paru

kronis, kanker, impotensi, dan gangguan sistem reproduksi (Yuliana,

2009).

Asap rokok mengandung beberapa zat yang berbahaya. Selain

sebagai karsinogen dan kokarsinogen, 40 % kandungan rokok merupakan

toksik yang berefek candu (Jaya, 2009). Kandungan asap rokok

selengkapnya akan disajikan dalam tabel 1.

Komponen yang terdapat dalam rokok dapat dibedakan dalam 2

bentuk, yaitu fase gas yang terdiri dari nitrosamin, nitrosopirodin,

hidrasin, vinil chlorida, uretan, formaldehid, hidrogen sianida, akrolein,

asetaldehid, nitrogen oksida, amonia, piridin, karbonmonoksida dan bahan

(19)

commit to user

6

piren, fluoranten, hidrokarbon aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosamin

yang tidak mudah menguap, nikel, arsren, nikotin, alkaloid tembakau,

fenol, dan kresol (Fajriwan, 1999).

Tabel 2.1 Unsur Asap Rokok

Sumber: (Bening, 2011)

2. Hubungan rokok dengan perokok pasif

(20)

commit to user

7

(Aditama, 2001) Perokok pasif adalah orang yang terkena paparan asap

rokok dari lingkungan. Perokok pasif akan menderita berbagai penyakit

akibat asap yang terhirup (Miller et al., 2003).

Kandungan yang terdapat di dalam asap rokok antara lain zat toksik,

karsinogen dan teratogen, sehingga dapat mengganggu metabolisme tubuh,

menyebabkan tumor dan kecacatan janin (Schick dan Glantz,2005). Jumlah

zat toksik yang terhirup perokok pasif 3-4 kali lebih banyak dibandingkan

pada perokok aktif, hal ini dikarenakan pada asap samping mengandung

banyak zat toksik. Partikel dari asap akan berubah secara kimia dan fisika

menjadi lebih kecil sehingga mudah terhirup (Schick dan Glantz,2006).

Zat toksik lebih banyak didapatkan pada asap samping, antara lain

CO lima kali lipat, benzopiren tiga kali lipat dan amoniak 50 kali lipat.

Beberapa bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam dalam ruangan

setelah rokok berhenti (Syahdrajat, 2007).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Mccan et al. (1999) yang

bertujuan untuk menghitung jumlah nikotin di dalam apusan lendir serviks

pada perokok aktif, perokok pasif, dan tidak merokok didapatkan hasil

nikotin pada perokok pasif lebih meningkat dibanding kelompok lain. Hasil

tes pap pada wanita yang mengalami paparan asap rokok ditemukan ada

(21)

commit to user

8

3. Kanker serviks

a. Definisi

Kanker serviks merupakan bentuk neoplasma ganas yang

terjadi pada bagian serviks uteri. Kejadian kanker ini terutama dimulai

pada hubungan skuamokolumner yang merupakan daerah peralihan

antara ektoserviks (portio vaginalis) yang dilapisi epitel skuamosa

kompleks dengan endoserviks (kanalis servikalis) yang dilapisi oleh

epitel kolumner selapis. Umumnya kanker serviks terjadi pada usia

30-60 tahun namun sebagian besar antara usia 45-50 tahun (Wiknjsastro,

2007).

b. Gejala dan Tanda Klinis

Kanker serviks biasanya asimtomatik pada saat CIN (Cervical

Intraepithelial Neoplasia) kemudian muncul adanya gejala dan tanda

klinis setelah memasuki kanker in situ dan/atau kanker invasif.

Keputihan atau fluor albus merupakan gejala yang sering ditemukan

dan discharge yang keluar dari vagina makin lama makin berbau

busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Perdarahan vagina

abnormal sering ditemukan pada kanker invasif dan terjadi di luar fase

menstruasi. Adanya post-coital bleeding merupakan jawaban spesifik

untuk kanker serviks dengan prevalensi 75-80% kasus dan perdarahan

(22)

commit to user

9

ulserasi yang akan berkembang menjadi nekrotik dan akan

menyebarkan pada fornesis vagina, parametrium dan korpus uterus

pada stadium lanjut (Wiknjosastro, 2007; Robbin dan Kumar, 2007;

DeCherney dan Nathan, 2007).

c. Karsinogenesis

Sel-sel manusia berada dalam keseimbangan yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang menyebabkan proliferasi. Bila

proliferasi sudah memadai terdapat mekanisme untuk menghambat

proliferasi dan sel-sel yang tua dimusnahkan oleh suatu program

kematian sel. Jika terjadi kelainan dari faktor yang mempertahankan

keseimbangan maka jumlah sel akan semakin banyak dan sel dapat

berubah menjadi sel ganas. Perubahan menjadi sel ganas atau sel kanker

disebut karsinogenesis. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh kerusakan

materi genetik yang disebabkan oleh virus HPV, radiasi, dan lain-lain

(Azis,2006).

Proses karsinogenesis dimulai dengan tahap inisiasi, dalam tahap

inisiasi terdapat kerusakan gen dan bersifat menetap. Sebelum

mengalami perubahan menjadi sel kanker, sel tersebut sama seperti sel

normal lainnya. Hanya saja mudah terangsang oleh faktor pertumbuhan

dan faktor penghambat. Promosi merupakan tahap selanjutnya dimana

(23)

commit to user

10

bahan lain yang disebut zat promotif (Azis,2006; Macdonald et

al.,2004).

Gambar 2.1. Multistep Karsinogenesis

Sumber: (Mc Donald et al., 2004)

d. Human Papilloma Virus (HPV)

HPV adalah anggota famili Papoviridae, dengan diameter 55 μm.

Virus ini mempunyai kapsul icosahedral yang telanjang dengan 72

kapsomer, berat molekulnya 5 x 106 Dalton serta mengandung DNA

sirkuler dengan untaian ganda yang panjangnya 7-8 kilo base pair (bp)

terdiri atas Late Genes (L1 dan L2) yang mengandung kapasitas

pengkodean (coding capacity) dan Early Genes (E1, E2, E4, E5, E6, dan

E7) yang berperan dalam proses replikasi virus DNA dan merangkai

(24)

gen-commit to user

11

gen ini dipisahkan oleh upstream regulatory region (URR) yang terdiri

dari 1000 bp yang tidak mengandung protein pengkodean tetapi terdapat

cis-element yang diperlukan untuk ekspresi gen dan replikasi genome.

Saat ini telah diidentifikasikan sekitar 120 tipe HPV dan

mungkin akan lebih banyak lagi di masa mendatang.

Tabel 2.2 Klasifikasi HPV Berdasarkan Epidemiologi

Golongan Tipe HPV

Risiko tinggi 16,18,31,33,35,39,45,51,52,56,58,59 Kemungkinan risiko tinggi 26,53,66,68,73,82

Risiko rendah 6,11,40,42,43,44,54,61,70,72,81

Sumber : (Andrijono2007)

Fungsi protein dari gen E dan L dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Fungsi Protein Produk Gen HPV

E protein

Mengontrol replikasi DNA virus/mempertahankan episomal Mengontrol replikasi/transkripsi/transformasi

Mengikat cytokeratin

Transformasi melalui reseptor permukaan (epidermal growth factor, platelet-derive growth factor, p123)

Immortalisasi/berikatan dengan p53, trans-activate/control transkripsi Immortalisasi/berikatan dengan Rb1, p107, p130, cyclin AICDK2 / transkripsi control

L protein L1 L2

Protein struktur / major viral coat protein Protein struktur / minor viral coat protein

(25)

commit to user

12

Bagian L kurang lebih merupakan 40% dari genom, bagian

L terbagi menjadi dua bagian yaitu 95% bagian adalah L1 mayor

dan sisanya 5% adalah L2 minor. Bagian E merupakan 45% dari

genom, gen E terdiri dari E1-E8, tetapi hanya E1, E2, E4, E6 dan E7 yang

banyak diteliti. E1 dan E2 berperan pada replikasi virus, E2 juga

berfungsi untuk transkripsi virus. E4 berperan pada siklus

pertumbuhan dan pematangan virus. Sedangkan E6 dan E7

merupakan bagian dari onkoprotein (Andrijono, 2006).

e. Patogenesis Infeksi HPV dalam Perkembangan Kanker Serviks

Serviks normal memiliki zona transisi dari epitel kolumner ke

epitel skuamosa, dimana HPV paling mudah menginfeksi sel-sel yang

terdapat pada zona tersebut. HPV dapat masuk ke dalam sel-sel epitel

basal serviks melalui vagina (misalnya, selama hubungan seksual), di

mana mereka bereplikasi secara episomal (di luar kromosom host pada

nukleus) dan mengekspresikan gen virus, seperti E1, E2, E4, E5, E6 dan

E7. Sel-sel basal yang terinfeksi, yang menunjukkan tanda-tanda

gangguan sel sebagai akibat dari infeksi virus, yang melanjutkan

diferensiasinya dan migrasi ke permukaan epitel, di mana sel skuamosa

mulai mengekspresikan gen HPV terakhir, yaitu LI dan L2 yang

(26)

commit to user

13

Kiyono, 2007). Patogenesis kanker serviks dapat dilihat pada gambar

2.1.

Adanya infeksi pada sel mengakibatkan peningkatan

pembentukkan faktor transkripsi NF-ĸB dan AP-1 yang menyebabkan

ekspresi protein tak terkendali (Divya dan Pillai. 2006). Pada keadaan

normal, ekspresi protein yang salah tersebut akan merangsang p53 dan

Rb yang akan menginduksi apoptosis (Narisawa-Saito dan Kiyono,

2007). Dengan adanya infeksi HPV pada sel epitel, gen HPV

diintegrasikan ke dalam kromosom host. Hal ini menimbulkan ekspresi

protein E6 dan E7 yang mengikat protein penekan tumor p53 dan Rb

sehingga terjadi proliferasi sel yang tidak terkendali dan proses

apoptosis terhambat.

Partikel infeksius virus kemudian terbentuk dan masuk ke

dalam lumen vagina. Infeksi HPV (terutama dengan jenis risiko tinggi)

dapat berkembang menjadi: (1) displasia ringan, (2) tahap akhir

neoplasia intraepithelial serviks (CIN3), dan (3) kanker serviks invasif

(kanker serviks). Ketika membran basalis ditembus oleh sel-sel tersebut,

maka memungkinkan terjadinya penyebaran lokal dan metastasis yang

(27)

commit to user

14

Gambar 2.2 Patogenesis Kanker Serviks

Sumber: (Narisawa-Saito dan Kiyono, 2007)

f. Patologi

Kanker serviks sering ditemukan pada daerah peralihan epitel

skuamosa berlapis pada ektoserviks dengan epitel kolumner selapis

(squamous-collumner junction) pada endoserviks. Tumor dapat tumbuh

melalui tiga bentuk, yaitu: (1) eksofitik, mulai dari daerah peralihan

tersebut ke arah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami

infeksi sekunder dan nekrosis; (2) endofitik, mulai dari daerah peralihan

epitel serviks tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk

(28)

commit to user

15

peralihan dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan

melibatkan awal fornesis vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses

metaplasia akibat saling mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi.

Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamosa)

yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik

(displastik-diskariotik) melalui tingkatan CIN I (displasia ringan), CIN II (displasia

sedang), CIN III (displasia berat) dan kanker in situ yang dapat menjadi

kanker invasif (Muller et al., 2006; DeCherney dan Nathan, 2007).

Keadaan histopatologik kanker serviks dapat berupa epidermoid

atau squamous cell carcinoma (sebanyak 95-97%), adenokanker, clear

cell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan sarkoma (DeCherney dan

Nathan, 2007; Wiknjsastro, 2007).

g. Penapisan Kanker serviks

Kanker serviks selain memiliki angka kejadian yang tinggi, juga

sering terlambat terdeteksi sehingga meningkatkan kematian. Hampir

70% pasien yang datang ke rumah sakit telah mencapai stadium IIB,

dimana efektifitas pengobatan lengkap masih belum memuaskan

(Nuranna, 2006). Dalam empat dekade kejadian dan kematian

mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan uji penapisan kanker

(29)

commit to user

16

1) Tes Pap

Tes Pap adalah pemeriksaan sitopatologi dengan mengambil

sampel sel epitel yang kemudian akan dilihat dengan mikroskop.

Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah berupaya menemukan sel

prakanker, sehingga dapat dicegah terjadinya kanker (karsinoma

invasif). Tes Pap telah berhasil menurunkan angka kejadian kanker

serviks infasif hingga 90% dan dapat menurunkan mortalitas hingga

70-80%. Berbeda di Indonesia, tes pap sangat sulit untuk

dilaksanakan secara nasional dikarenakan kurangnya sumber daya

manusia di Indonesia. Karena masalah ini ketercakupan tes pap di

Indonesia masih sangat rendah (Nuranna, 2006).

Cara pengerjaan tes pap adalah dengan mengambil sel di

daerah serviks. Untuk skrining kanker serviks daerah sambungan

skuamokolumnar penting diperhatikan karena sebagian besar

kejadian keganasan terjadi disana. Letak sambungan kolumnar

berbeda sesuai perkembangan umur, pada masa reproduktif

sambungan lebih ke arah luar (sekitar ostium uteri eksternum)

sedangkan pada masa menopause letaknya di dalam saluran

servikalis. Pengambilan sel menggunakan cytobrush untuk

(30)

commit to user

17

Kemudian dipindahkan ke kaca benda dan difiksasi dengan etil

alkohol 95% (Hamdani, 2006).

Untuk interpretasi dapat menggunakan beberapa

penggolongan. Berdasarkan CIN nomenklatur, CIN I (displasia

ringan), CIN II (displasia sedang), CIN III (displasia berat) dan

karsinoma in situ yang dapat menjadi karsinoma invasif. Saat ini,

ada pengklasifikasian sistem Bethesda yang menggolongkan

menjadi:

a) Ascus (sel skuamosa atipikal yang tidak dapat ditentukan secara

signifikan)

b) LSIL (tingkat rendah, perubahan dini dalam ukuran dan bentuk

sel lesi intraepithelial skuamosa). Sering juga dikategorikan

sebagai CIN I.

c) HSIL (lesi skuamosa intraepithelial tingkat-tinggi). Sering

dinamakan juga CIN II dan CIN III (DeCherney dan Nathan,

2007).

2) Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

Pemekrisaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

adalah pemeriksaan yang pemeriksanya mengamati serviks yang

telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat

(31)

commit to user

18

dan dapat dilakukan oleh dokter umum, bidan, atau paramedis

(Nuranna, 2006).

Pemeriksaan IVA memiliki beberapa manfaat jika

dibandingkan dengan uji yang sudah ada dikarenakan efektif, lebih

mudah dan murah, peralatan lebih sederhana, hasilnya segera

diperoleh sehingga tidak memerlukan waktu yang lama. Keadaan ini

lebih mungkin dilakukan di negara berkembang seperti di negara

berkembang, seperti Indonesia, karena memiliki tenaga skriner

sitologi masih sangat terbatas (Nuranna, 2006; Hamdani, 2006)

Gambaran normal serviks ketika dipantulkan cahaya akan

bewarna merah muda. Pada epitel yang abnormal didapatkan

ketebalan yang bertambah dan perubahan struktur epitel akan

menyebabkan cahaya tampak opak, gambaran opak ini akan tampil

sebagai warna putih (Nuranna, 2006).

3) Kolposkopi

Kolposkopi adalah teknik penapisan dengan menggunakan

alat yang menyerupai mikroskop untuk pemeriksaan visual suatu

objek. Kunci utama pemeriksaan kolposkopi adalah observasi epitel

serviks setelah pemberian NaCl, asam asetat 3-5% dan atau larutan

lugol. Kemudian apabila ditemukan sel yang abnormal maka akan

(32)

commit to user

19

dapat meningkatkan sensivitas dan spesivitas. Kemudian jika

ditemukan sel yang abnormal maka akan diambil untuk dilakukan

biopsi(Nuranna, 2006).

4. Hubungan perokok pasif dengan kanker serviks

Kanker serviks 90% disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18, infeksi

virus tersebut tidak dapat bekerja sendiri sehingga memerlukan kofaktor,

seperti asap rokok, sehingga dapat berkembang menjadi kanker serviks

(Chen dan Nirunsuksiri,2002; Sobti et al.,2006). Pada keadaan normal, virus

yang masuk akan dicegah oleh sistem imun non spesifik seperti sel

keratinosit. Sel keratinosit akan mengeluarkan sitokin seperti, tumor

necrosis factor, tumor growth factor, dan interferon yang berfungsi

menghambat ekspresi gen E6, E7 dan menghambat proliferasi HPV.

Sitokin juga berfungsi untuk merangsang pembentukan sel imun spesifik

(Scott, 2002).

Kemudian jika sel imun non spesifik dilewati oleh HPV, maka akan

muncul sistem pertahanan spesifik oleh sel langerhans dan sel limfosit yang

meliputi pengenalan dan penghancuran. Antigen HPV yang masuk akan

dikenali oleh sel langerhans untuk dipresentasikan ke sel T0 yang berada di

saluran limfe dengan bantuan sitokin, IL-1 dan kemokin, kemudian sel T

kembali ke tempat lesi sebagai sel Th. Sel Th akan berubah menjadi sel CD4

(33)

commit to user

20

Sel limfosit sitotoksik dapat mengenali dan menghancurkan HPV dan sel

tumor (Scott, 2002; Baratawidjaja, 2006; Kenter et al., 2009).

Seorang perokok pasif yang terpapar asap rokok akan mengalami

penurunan sistem imun untuk melawan virus HPV dan akan menyebabkan

terjadinya kanker serviks. Dalam penelitian didapatkan kelainan tes pap

pada wanita yang terkena paparan asap rokok terjadi kelainan sitologi yang

menyebabkan hilangnya sistem imun nonspesifik. Pada sitologi serviks yang

abnormal jumlah sitokin menurun yang dapat menyebabkan penurunan

pembentukan sel T (Scott, 2002; Ward et al.,2011).

Nikotin menyebabkan ganguan pada lokus GSTM1, GSTT1, dan

GSTP1. Lokus tersebut berfungsi sebagai pengatur pembentukan enzim

detoksifikasi yang dapat menghilangkan karsinogen dan onkogen (Sobti et

al., 2006). Hilangnya GSTM1, GSTT1, dan GSTP1 dapat meningkatkan

kejadian kanker (Khansakorn, 2012). Nikotin, hidrokarbon, tar disekresikan

dalam lendir serviks terbukti bersifat mutagenik dan menyebabkan

penurunan imunitas, hal ini ditandai dengan menurunannya jumlah antigen

presenting langerhans cell (Putra dan Moegni, 2006). Senyawa lain,

benzopiren akan meningkatkan jumlah virus dan memperbanyak protein

onkogen E6 dan E7 sehingga memperburuk prognosis kanker leher rahim

(34)

commit to user

21

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

: meningkatkan :menghambat

: merusak

C. Hipotesis

Perokok pasif dapat meningkatkan risiko untuk mengalami kanker serviks. Sel T

Usia

Sitokin HPV

Kanker Serviks GSTP1

GSTM1 GSTT1

Enzim Detoksifikasi

Nikotin

(35)

commit to user

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan obsevasional analitik. Observasional karena

peneliti hanya mengamati variabel dan tidak melakukan intervensi

(perlakuan). Analitik karena bertujuan mengetahui hubungan antar variabel,

yaitu paparan perokok pasif dan risiko kejadian kanker serviks. Penelitian ini

kasus kontrol karena peneliti memulai dengan menentukan kelompok

penelitian berdasarkan status penyakit, yaitu kelompok sakit (kasus) dan

kelompok tidak sakit (kontrol). Dalam hal ini kontrol merupakan pasien tumor

ginekologi selain kanker serviks, seperti: kanker vulva, kanker endometrium,

kanker ovarium, dan kistoma ovarii.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr

Moewardi mulai bulan April - Mei 2012.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah semua pasien onkologi yang

ada di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr Moewardi baik dengan

kanker serviks maupun menderita tumor ginekologi selain kanker serviks,

(36)

commit to user

23

1. Kriteria inklusi:

a. Pasien kanker serviks

b. Pasien tumor ginekologi selain kanker serviks

2. Kriteria Eksklusi:

a. Mempunyai riwayat perokok aktif

b. Mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus

D. Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed - disease

sampling. Murti (2006) menyebutkan bahwa fixed - disease sampling

merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek,

sedang status paparan subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek

yang sudah fixed, yaitu kanker serviks. Pada pengambilan sampel ini,

kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari satu populasi sumber,

sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang valid antara kedua

kelompok studi.

E. Besar Sampel

Menurut Murti (2006), salah satu teknik untuk mengontrol pengaruh

faktor perancu (confounding factor) adalah memperhitungkan pengaruh itu

dengan model analisis multivariat ketika peneliti sudah mempunyai data.

(37)

commit to user

24

Jumlah sampel ditentukan dari variabel independen x (15 - 20

observasi) (Murti, 2006). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel

independen sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah 3 x 15

= 45 orang.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Paparan rokok pada wanita perokok pasif.

2. Variabel terikat

Kejadian kanker serviks

3. Variabel perancu (confounding variabel )

Usia

G. Definisi Operasional Variabel

1. Perokok pasif

Definisi :Orang-orang bukan perokok aktif yang berada di

lingkungan yang tercemar asap rokok. Perokok pasif

minimal terpapar 30 menit/hari, baik terpapar dirumah,

di tempat kerja maupun di tempat umum.

Alat ukur : Kuesioner

(38)

commit to user

25

2. Kanker serviks

Definisi :Wanita yang terkena kanker serviks mulai dari stadium

I hingga stadium IV.

Alat ukur : Rekam medik

Skala pengukuran : Kategorikal

3. Usia

Definisi : Usia Pasien saat terdiagnosis kanker serviks

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Kategorikal

H. Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

1. Lembar biodata dan informed consent

2. Kuesioner perokok pasif

3. Rekam medik

I. Cara Kerja

1. Data mengenai kanker serviks diambil melalui rekam medik subjek

penelitian

2. Subjek penelitian mengisi biodata.

3. Peneliti mengisi kuesioner penelitian mengenai hubungan perokok pasif

(39)

commit to user

26

J. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

K. Teknik Analisis Data

Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik

ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat

untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang

diukur ordinal) dan dengan serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor

(40)

commit to user

27

P 1 P

Menurut Murti (2006), model regresi logistik selanjutnya dapat

digunakan untuk:

1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah

mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya.

2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding dengan analisis

ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi (bi)

menjadi Odds Ratio (OR).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 2006) :

ln = = a+b1X1+b2X2+b3X3

di mana :

p : Probabilitas wanita untuk mengalami kanker serviks

1 - p : Probabilitas wanita untuk tidak mengalami kanker serviks

a : Konstanta

b1..b3 : Konstanta regresi variabel bebas X1…X3

X1 : Perokok pasif ( 0 : Tidak; 1 : Ya)

X2 : Banyaknya pasangan seksual ( 0 : satu; 1 : lebih dari satu)

X3 : Usia (0 :<Mean; 1 : >= Mean)

Kekuatan hubungan ditunjukkan oleh rumus OR = Exp (bi). Interpretasi:

(41)

commit to user

28

OR>1, menunjukkan asap rokok meningkatkan kanker serviks

(42)

commit to user

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai hubungan perokok pasif dengan tingkat kejadian telah

dilaksanakan pada bulan April - Mei 2012 dan pengambilan data dilakukan di RSUD

dr Moewardi Surakarta. Sampel penelitian berjumlah 60 sampel yang terdiri dari 40

pasien kanker serviks dan 20 pasien kanker ginekologi lain.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perokok Pasif

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah perokok pasif pada penelitian ini adalah 35

wanita.

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasar Sstatus Kanker Serviks Kelompok

Umur Frekuensi

<45 28

>=45 32

Jumlah 60

Status Perokok Pasif Frekuensi

Perokok Pasif 35

Bukan Perokok Pasif 25

Jumlah 60

Status Kanker Serviks Frekuensi

Kanker Serviks 40

Bukan Kanker Serviks 20

(43)

commit to user

30

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah sampel pasien kanker serviks lebih

banyak daripada sampel pasien bukan kanker serviks atau kanker ginekologi

selain kanker serviks.

B. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ganda

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji analalisis regresi logistik

ganda, dengan uji tersebut maka dapat diketahui apakah hubungan antara kedua

variabel secara statistik bermakna.

Tabel 4.4 Status Perokok Pasif dengan Kejadian Kanker Serviks

Perokok Pasif Total OR p

(44)

commit to user

31

Gambar 4.1 dan Tabel 4.4 menunjukkan kejadian kanker serviks lebih banyak

dijumpai pada wanita perokok pasif (75%)

Tabel 4.5 Umur dengan Kejadian Kanker Serviks

Umur Total OR p

Gambar 4.2 Persentase Umur dengan Kejadian Kanker Serviks

(45)

commit to user

32

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Tentang Perokok Pasif

dengan Kejadian Kanker Serviks

Tabel 4.6 menunjukkan terdapat hubungan antara perokok pasif dan

risiko terkena kanker serviks yang secara statistik signifikan. Wanita perokok

pasif memiliki risiko untuk terkena kanker serviks 11,5 kali lebih besar

daripada tidak perokok pasif (OR=11,5; p=0,001, CI= 2,82 hingga 46,00),

p=0,001 menunjukkan bahwa variabel perokok pasif dan usia secara bersama

mampu menunjukKan tentang kejadian kanker serviks yang secara serviks.

Umur memiliki p=0,017 sehingga secara statistik tidak mempengaruhi

kejadian kanker serviks.

Hasil analisis menunjukkan Negelkerke R2= 40,5%. Artinya model

analisis regresi logistik dengan 2 variabel independen, perokok pasif dan

umur, secara bersama dapat menjelaskan terjadinya kanker serviks sebesar

40,5%,variabel lain yang juga menyebabkan terjadinya kanker serviks tidak

(46)

commit to user

33

menunjukkan adanya kesesuaian antara model regresi logistik yang digunakan

(47)

commit to user

34

BAB V

PEMBAHASAN

Asap rokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks, dalam

asap rokok terdapat nikotin dan benzopiren yang dapat menyebabkan terjadinya

kanker serviks. Hal ini dibuktikan dari penelitian Louie (2011) yang menyatakan

wanita yang terpapar asap rokok 1,5 kali lebih tinggi mengalami kelainan sitologik

serviks dibanding tidak perokok pasif (OR=1,57; CI 95% = 1,15 hingga 2,15).

Penelitian yang dilakukan Sobti et al. (2006) menyebutkan asap rokok dapat

menyebabkan hilangnya lokus GST yang menyebabkan terjadinya kanker serviks 7

kali lebih tinggi diabanding bukan perokok pasif (OR = 7.0, CI 95% = 2.19 hingga

22.36).

Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan perokok pasif dengan kanker

serviks. Perokok pasif meningkatkan kejadian kanker serviks 11,5 kali dibandingkan

tanpa terpapar asap rokok, hal ini berdasarkan Odds Ratio sebesar 11,50. Dengan

keyakinan 95% asap rokok dapat menyebabkan kanker serviks mulai dari 2 hingga 46

kali dibanding tanpa terpapar asap rokok (OR=11,50; CI 95% =2,82 hingga 46,00).

Odds Ratio di atas nilai 10 menunjukkan adanya hubungan yang kuat, sementara

Confidence Interval (CI) yang terlalu lebar 2,82 hingga 46 kali menunjukkan

(48)

commit to user

35

Kejadian kanker serviks terjadi paling banyak terjadi diantara umur 35 hingga

44 dengan rata-rata terjadi di umur 48 (SEER, 2011). Penelitian kali ini didapatkan

jumlah penderita kanker serviks yang berusia 45 atau lebih berjumlah 23 orang dan

kurang dari 45 berjumlah 17 orang. Dari hasil analisis statistik umur tidak

menunjukkan signifikansi, sehingga variabel umur tidak mempengaruhi kejadian

kanker serviks (P=0,017).

Jumlah sampel pada penelitian kali ini sudah sesuai, hal ini dapat ditunjukkan

dengan signifikanya penelitian ini. Kekurangan penelitian ini adalah kurang

(49)

commit to user

36 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasar hasil penelitian terdapat hubungan yang secara statistik

signifikan antara perokok pasif dan tingkat kejadian kanker serviks. Wanita

perokok pasif memiliki risiko mengalami kanker serviks 11,5 kali lebih besar

daripada bukan perokok pasif (OR = 11,50; CI 95% = 2,82 hingga 46,00; p =

0,001).

B. Saran

1. Edukasi terhadap wanita agar menjauhi paparan asap rokok dikarenakan

efek bahaya yang ditimbulkan asap rokok

2. Bagi pemerintah memberi regulasi sehingga penyebaran rokok dapat

dibatasi karena selain merugikan perokok aktif juga merugikan

lingkungan sekitarnya

3. Wanita yang telah menikah diharapkan rajin melakukan pemeriksaan

untuk mengetahui lebih dini kanker serviks dan mengurangi keparahan

dan mortalitas dari kanker serviks

4. Mengadakan penelitian lanjutan mengenai efek asap rokok terhadap

kejadian kanker serviks dengan populasi yang lebih luas serta lebih

Gambar

Tabel 2.3 Fungsi Protein Produk Gen HPV
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Tabel 2.1 Unsur Asap Rokok
Gambar 2.1. Multistep Karsinogenesis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa unsur pemandangan berseri membentuk karakter visual koridor adalah melalui adanya rasa penasaran yang dialami

Berdasarkan hasil pengolahan data primer maka diperoleh keuntungan usaha ternak ayam pedaging di Desa Ujung Baru selama 1 tahun dari 6 peternak adalah sebesar Rp 183.416.835,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: variabel Kualitas Pelayanan berpengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel Kepuasan; variabel Kualitas Pelayanan berpengaruh langsung

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah: Suatu proses berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manager dan tenaga kerja lainnya untuk

lalu saya coba nyari informasi di internet dan saya nemukan alamat web ini,lalu saya coba kontek ke nomer 085641355534 setelah saya coba konsultasi dan minta sarannya saya

Dalam penelitian ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahuiefektifitas dari modal kerja yang digunakan kegiatan usaha konveksi yang dilakukan oleh UMKM

Teori ini berhubungan dengan LDR dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai, semakin tingginya LDR atau pinjaman terhadap aset maka kualitas kredit tidak baik atau

Nugget tahu merupakan suatu jenis makanan yang kami buat dengan memberikan variasi rasa dan bentuk yang unik serta baru.. Produk kami ini bertujuan