• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan sosial asosiatif pemerintah dan pedagang dalam pembangunan pasar Parang Magetan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan sosial asosiatif pemerintah dan pedagang dalam pembangunan pasar Parang Magetan"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

i

Disusun Oleh :

FERDY HARLASTIKO

NIM D 0305030

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing

(3)

iii

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari : Tanggal :

Panitia Penguji

1. Dr. Mahendra Wijaya, M.S

NIP. 19600723 198702 1 001 (_____________________) Ketua

2. Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si

NIP. 19700813 199512 2 001 (_____________________) Sekretaris

3. Dra. LV. Ratna Devi S, M.Si

NIP. 19600414 198601 2 002 (_____________________) Penguji

Disahkan Oleh:

Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

(4)

iv

"Aku berpegang teguh pada kebesaran Allah

karna dialah yang maha kuasa dan maha segala-galanya.

dan, aku percaya pada diri dan kemampuanku,

karna aku tahu

bahwa sebutir kepercayaan diri,

lebih besar nilainya dari pada sekarung bakat yang tertidur.

Orang yang tidak yakin bahwa tujuannya akan tercapai

sesungguhnya ia telah jatuh sebelum melangkah.

Yakin kepada Allah

Dan

percaya diri

menciptakan mukjizat di atas dunia."

(5)

v

Alhamdulillah,

Puji syukur kehadirat Allah SWT

atas Rahmat dan

karunia-Nya

sehingga Skripsi ini

dapat penulis selesaikan.

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

(6)

vi Assalamu’alaikum Wr Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kenikmatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah dan Pedagang Pembangunan Pasar Parang Magetan “.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si selaku pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademis yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam masa perkuliahan sekaligus menyelesaikan skripsi ini.

4. Akbar Pristiati selaku Koordinator Pelaksana Pasar Parang Magetan, Wiji Harto selaku Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Parang Magetan, Budi hartoyo selaku kepala bagian pasar DPPKAD Kab. Magetan, terima kasih untuk informasi-informasi yang telah diberikan.

(7)

Penyol, Grina, Herlin, Angga, Aik, Lina, Pak Ndut, Fatwa, Zunita, Bram, Miko, Anus, Sugeng dkk ) terima kasih untuk kebersamaannya. Teman-teman Sosiologi Angkatan 2006 sampai angkatan 2009, tetap semangat dan selamat berjuang. 7. Teman-teman Wisma Generus (Aix, Santox, Ipan, Gusur, Jindar, Zaki, Iksan,

Ucup, Angga, Bima, Galih, Bang Kris, Dixi, Kliwon), Kos Ex. Wisma Wijaya ( Kamplenk, Rangga, Iphin, Alex, Ipunk dkk) yang selalu berbagi keceriaan, Teman-teman KPB Futsal (Bayu, Hadex, Pak Mik, Didit, Agung, Fosil dkk) Teman-teman Interisti Solo, dukung terus Inter Milan, Forza Internazionale!! 8. Seluruh jajaran KPU dan Sekretariat Kota Surakarta (Pak Didik, Pak Pata, Pak

Agus, Pak Untung, Pak Wisnu, Pak Gik, Mas Risang, Mas Dendi, Mas Bayu, Agnes, Nanda, Novi, Grina, Wawan, Edi, Pak Tatag, Pak Beno, Mas Eko, Mbak Lina, Mbak Arum, Pak Sayid dkk) yang telah memberi pengalaman berharga selama ini.

9. Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Surakarta, Mei 2010

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL DAN MATRIK ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka 1. Konsep yang digunakan a. Hubungan Sosial ... 7

(9)

ix

c. Pedagang ... 23

d. Pembangunan Pasar Tradisional ... 26

2. Teori yang Digunakan ... 28

3. Penelitian Terdahulu ... 33

4. Definisi Konsep ... 37

F. Kerangka Berpikir ... 40

G. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 42

2. Bentuk Penelitian ... 43

3. Sumber Data ... 44

4. Teknik Pengambilan Sampel ... 44

5. Teknik Pengumpulan data ... 46

6. Teknik Analisa Data ... 48

7. Validitas Data ... ... 50

BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Sejarah dan Perkembangan Pasar Parang Magetan ... 52

B. Kondisi Umum Pasar Parang ... 55

C. Pelaku Pasar ... 64

1. Pedagang Kios ... 64

2. Pedagang Los ... 65

3. Pedagang Pelataran ... 68

D. Pengelola Pasar Parang Magetan ... 70

(10)

x BAB III HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan Pedagang Kios, Los dan Pelataran

di Pasar Parang Magetan ... 78 B. Hubungan Sosial Dalam Pembangunan

Pasar Tradisional ... 82 1. Kerjasama dalam Hubungan Sosial

Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang ... 82 2. Akomodasi dalam Hubungan Sosial

Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang ... 88 3. Asimilasi dalam Hubungan Sosial

Pemerintah dan pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang ... 95 4. Akulturasi dalam Hubungan Sosial

Pemerintah dan pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang ... 99 BAB IV PEMBAHASAN

A. Keterkaiatan Hubungan Sosial dan

Solidaritas Sosial ... 114 B. Analisa Solidaritas Sosial ... 106 C. Hubungan Sosial Pemerintah dan Pedagang dalam

(11)

xi

dengan Teori Solidaritas Sosial ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 114

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritik ... 116

2. Implikasi Empiris ... 116

3. Implikasi Metodologis ... 118

C. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(12)

xii

Tabel 1.1 Pendapatan Retribusi Pasar Parang ... 2 Tabel 1.2 Tabel Penarikan Sampel ... 46 Tabel 2.1 Prakiraan Kebutuhan Lahan Pembangunan

Pasar Parang ... 62 Tabel 2.2 Jumlah Pedagang Yang Berjualan di Kios

Berdasarkan Jenis Dagangan ... 64 Tabel 2.3 Jumlah Pedagang Yang Berjualan di Los

Berdasarkan Jenis Dagangan ... 66 Tabel 2.4 Jumlah Pedagang Yang Berjualan di Pelataran

Berdasarkan Jenis Dagangan ... 68 Tabel 2.5 Jumlah Total Los Pasar Parang

Berdasarkan Blok ... 67 Tabel 2.6 Pedagang di Pasar Parang Yang Terdaftar

berdasarkan tempat usaha ... 70 Tabel 3.1 Pedagang Berdasarkan Tempat Usaha, Skala Usaha,

Jenis Dagangan, Nama Informan, Jenis Kelamin,

Usia, dan Lama Usaha ... 78 Tabel 3.2 Pedagang berdasarkan Tempat Usaha, Skala Usaha,

Jenis Dagangan, Nama Informan, Sejarah Usaha

(13)

Agama, Etnis, Asal Daerah Informan ... 80 Tabel 3.4 Pedagang berdasarkan Jenis dagangan, skala usaha,

waktu berdagang dan omset dagang ... 81 Matrik 3.1 Kerjasama dalam Hubungan Pemerintah

dan pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang Magetan ... 87 Matrik 3.2 Akomodasi dalam Hubungan Pemerintah

dan pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang Magetan ... 94 Matrik 3.3 Asimilasi dalam Hubungan Pemerintah

dan pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang Magetan ... 99 Matrik 3.4 Akulturasi dalam Hubungan Pemerintah

dan pedagang dalam Pembangunan

Pasar Parang Magetan ... 103 Tabel 4.1 Kajian teori Solidaritas Sosial dalam

Kerjasama ... 108 Tabel 4.2 Kajian teori Solidaritas Sosial dalam

Akomodasi ... 111 Tabel 4.3 Kajian Teori Solidaritas Sosial dalam

Asimilasi ... 112 Tabel 4.4 Kajian teori Solidaritas Sosial dalam

(14)

xiv

Bagan 1.1 Proses Pembentukan Hubungan Sosial ... 42 Bagan 1.2 Komponen Interactive Model of Analisys ... 50 Bagan 2.1 Struktur Organisasi UPTD Pengelola

(15)

xv

Gambar 2.1 Bagian Depan Pasar Parang Lama ... 54

Gambar 2.2 Peta Lokasi Kecamatan Parang ... 57

Gambar 2.3 Bagian depan Pasar Parang Baru yang belum jadi ... 62

Gambar 2.4 Lay Out Pasar Parang Parang Baru ... 63

Gambar 2.5 Salah satu Kios di Pasar Parang ... 65

Gambar 2.6 Salah satu Los di Pasar Parang ... 67

(16)

xvi

Pedagang Dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan. Skripsi: Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan memaparkan bentuk-bentuk hubungan sosial antara Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode utamanya deskriptif kualitatif, yang mengambil lokasi di Pasar Parang Magetan. Data dari penelitian ini berwujud data primer dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada informan yaitu pedagang kios, los dan pelataran khususnya pedagang grosir-eceran. Adapun data yang berwujud data sekunder diperoleh dari kantor pengelola pasar, data dari Dinas DPKKAP dan BAPEDDA Kab. Magetan. Pengambilan sampel dilakukan dengan maximum variation sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi tidak berpartisipasi dan wawancara secara mendalam (in-depth-interview). Analisis data menggunakan analisis data model interaktif. Validitasnya adalah trianggulasi data (sumber).

Setelah dilakukan kajian dapat diperoleh kesimpulan bahwa bentuk-bentuk hubungan sosial memiliki komponen yang sama dengan Teori Solidaritas Sosial. Yaitu dalam hal bentuk-bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi, terdapat komponen dari solidaritas sosial berupa keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, pengalaman emosional bersama, adanya interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan.

(17)

xvii ABSTRACT

Ferdi Harlastiko, D0305030. The Associative Social Relation between the Government and Trader in Developing Magetan Parang Market. Thesis: Graduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

This research aims to describe the associative social relation forms between the Government and Trader in Developing Magetan Parang Market.

The study belongs to a qualitative research, with descriptive qualitative method as the primary method, taken place in Magetan Parang Market. The data of research was primary data from the result of observation and in-depth interview with the informants consisting of kiosk, los (shed without interior walls), and yard traders particularly the grocery-retail traders. Meanwhile the secondary data was obtained from the market manager office, data from DPKKAP and BAPPEDDA Services of Regency Magetan. The sampling technique employed was maximum variation sampling. The data collection was done using non-participatory observation technique and in-depth-interview. The data analysis was done using an interactive model data analysis. The validity was data triangulation (source).

From the result of research, it can be concluded that the social relation forms have similar component with the Social solidarity theory. That is in the forms of cooperation, accommodation, assimilation and acculturation, there is the component of social solidarity constituting the relatedness and belief in society values, jointly emotional experience, the presence of interaction so that sense of togetherness emerges, sense of one fate and need.

(18)

1 A. Latar Belakang

Pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada akhir-akhir ini yang sering menjadi perbincangan dan perhatian banyak kalangan, adalah pasar tradisional. Pasar Tradisional merupakan Infrastruktur ekonomi daerah, menjadi pusat kegiatan distribusi dan pemasaran, penting bagi sebagian masyarakat Indonesia Keberadaannya kian menurun dengan berkembangnya perpasaran swasta modern khususnya diperkotaan. Berbagai kendala dan perubahan yang terjadi telah meminggirkan pasar tradisional yang telah lama memiliki fungsi redistribusi produk-produk yang dihasilkan masyarakat. Kondisi pasar tradisional pada umumnya tidak layak ditinjau dari fisik dan pengelolaannya. Padahal keberadaan pasar tradisional tidak hanya memiliki arti ekonomis semata, melainkan juga terkait dengan nilai-nilai kultural masyarakatnya.

(19)

ekonomi daerah sekaligus perekat hubungan sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, pasar tradisional bukan hanya sekadar ruang, akan tetapi sebagai lembaga sosial yang terbentuk karena proses interaksi sosial dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh karenanya, keberadaan pasar tradisional perlu dikembangkan dan dilestarikan agar menjadi simbol kebanggaan dari suatu masyarakat dan daerah.

Kondisi Pasar Parang Magetan saat ini mengalami peningkatan omset yang diakibatkan oleh over load pedagang sehingga pasar dinilai sudah tidak sanggup menampung pedagang lagi. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari terus bertambah. Hal ini bisa disimpulkan bahwa pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial dan sayang bila kesempatan tersebut dilewatkan begitu saja. Rencana pembangunan Pasar Parang sendiri akan berlokasi tidak jauh dengan lokasi Pasar Parang lama. Tentunya akan sangat menguntungkan bagi para pedagang. Disisi lain dari tahun ke tahun penerimaan daerah dari Penerimaan Retribusi dari Pasar Parang rari tahun ke tahun terus merangkak naik.

Tabel 1.1 Pendapatan Retribusi Pasar Parang

Tahun Retribusi

2009 Rp. 113.514.250

2008 Rp. 103.486.250

2007 Rp. 97.825.000

(20)

Dikatakan, pembangunan pasar ini dilakukan karena Pasar Parang lama sudah terlalu penuh. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari terus bertambah. ''Kami melihat pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial. Karena itu, butuh lahan yang memadai. Apalagi, pasar lama sudah tidak mampu menampung,'' terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum Samuri. Pasalnya, tahun ini, pemkab berencana membangun megaproyek Pasar Parang. Tak tangung-tanggung, mega proyek tersebut menyedot dana APBD sekitar Rp 7,4 milyar untuk Tahap awal. ''Pasar Parang itu kebutuhan, bukan sekedar proyek,'' terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum Samuri. (Mbak Sri, 2009)

Pasar Parang Magetan merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di Kabupaten Magetan bagian Selatan mendapat perhatian khusus dari Pemerintahan Kabupaten Magetan. Apalagi didukung realita bahwa keberadaan Pasar Parang merupakan aset penting bagi Pemerintahan Kabupaten Magetan dari sisi ekonomi dan sosial. Pasar Parang ini merupakan Rujukan bagi masyarakat Magetan bagian Selatan dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya Pembangunan Pasar Parang yang baru dan kemudian diperkuat dengan pembangunan infrastruktur lain diharapkan akan mempercepat perkembangan Kabupaten Magetan khususnya bagian selatan. Pasar Parang dinilai sangat sentral dan mempunyai jaringan yang sangat luas dalam pemasok hasil bumi khususnya untuk Magetan bagian selatan.

(21)

menampung para pedagang. Dengan alasan tersebut Pemerintah Kabupaten Magetan memutuskan perlunya Pembangunan Pasar Parang di Magetan. Upaya Pembangunan Pasar Parang dimaksud untuk mengoptimalkan lahan tempat usaha menjadi tempat yang tepat untuk pemasaran hasil pertanian daerahnya, serta meningkatkan arus perputaran modal dan jasa yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan perekonomian daerah pada umumnya.

Samuri, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU ) Magetan, menilai pembangunan Pasar Parang sangat dibutuhkan. Alasannya, pedagang sudah overload serta kondisi pasar lama kurang reprsentatif. Dikatakan, pembangunan pasar ini dilakukan karena Pasar Parang lama sudah terlalu penuh. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari terus bertambah. 'Kami melihat pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial. Pasar baru nanti diproyeksikan bisa menampung setidaknya 60 bedak dan 800 los. Saat ini, lanjut Samuri, pembangunan tahap pertama sudah dilakukan. Yakni, pekerjaan pemerataan tanah yang menelan dana Rp 2,2 miliar lebih. (Mbak Sri, 2009)

Selama ini pihak pedagang mengeluhkan macetnya jalan dari dan ke Pasar pada waktu hari-hari tertentu, mengeluhkan kondisi prasarana pasar yang rusak. Menurut pedagang walaupun macet pada hari-hari tertentu, sangat mengganggu aktifitas dalam berdagang. Baik atap los pasar maupun jalan masuk. Juga soal kebersihan dan keamanan yang dinilai kurang optimal.

(22)

interaksi dan hubungan sosial pemerintah daerah dan pedagang dengan tujuan yang sama walaupun mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda.

Hubungan sosial dalam pembangunan pasar tradisional merupakan hubungan antara pemerintah dengan pedagang, dapat dilihat dari kontak dan komunikasi yang telah terjadi diantara keduanya. Dalam kontak dan komunikasi yang terjadi yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Hubungan sosial juga dapat dilihat pada kontak dan komunikasi yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama. Komponen-komponen tersebut membentuk suatu kontak sosial dan komunikasi sosial sebagai kesadaran kolektif bersama untuk menjalin solidaritas bersama.

Dengan latar belakang yang diuraikan di atas penulis terdorong untuk mengkaji Pasar Parang Magetan dengan judul “HUBUNGAN SOSIAL

ASOSIATIF PEMERINTAH DAN PEDAGANG DALAM

PEMBANGUNAN PASARPARANGMAGETAN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah dirumuskan, perlu dikemukakan pula tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sehingga permasalahan dapat diungkapkan secara jelas di dalam analisis. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

 Mengetahui Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian sejenis secara mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintahan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengambil kebijakan publik terutama berkaitan dengan pasar.

(24)

E. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Yang Digunakan

a. Hubungan Sosial (Interaksi Sosial)

Hubungan sosial (Interaksi Sosial) menurut Sutherland kriminolog sosiologi, sebagaimana dikutip oleh Wila Huky (1986), merupakan saling pengaruh-mempengaruhi secara dinamis antar kekuatan-kekuatan dalam mana kontak di antara pribadi dan kelompok menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku daripada partisipan. Jika manusia tidak dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu oleh dirinya sendiri, maka hal ini dapat mendorong timbulnya organisasi formal, institusi, dan birokrasi.

Secara umum, hubungan sosial merupakan proses pokok dalam masyarakat yang timbul kalau ada kontak-kontak sosial di antara sesama. Kontak sosial hanya terjadi bila ada komunikasi yang dalam di antara mereka. Menurut Gillin dan Gillin (1964: 740), hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,dan antar orang dengan kelompok.

(25)

memungkinkan pembentukan struktur sosial”. Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung. (Siagian, 2004 : 216).

Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok. Proses hubungan sosial akan terjadi pada saat ada dua individu atau lebih yang saling mengadakan kontak sosial maupun komunikasi.

1) Syarat-syarat Terjadinya Hubungan Sosial (Interaksi Sosial) Syarat-syarat terjadinya hubungan sosial meliputi:

a) Kontak sosial

(26)

 Berdasarkan proses berlangsungnya, kontak sosial dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a. Kontak primer, terjadi secara langsung bertatapan muka, baik melalui persentuhan fisik maupun tidak, misalnya berjabat tangan, berbicara, bahasa isyarat, tersenyum.

b. Kontak sekunder, terjadi secara tidak langsung menggunakan media tertentu, misalnya melalui TV, telepon, dan lain-lain.  Berdasarkan jumlah individu yang terlibat di dalamnya, kontak

sosial dapat dibedakan:

a. Kontak antar individu. Contohnya: kontak antara guru dengan guru, antara penjual dengan pembeli, dan lain-lain.

b. Kontak antar kelompok. Contohnya pertandingan sepak bola yang mempertemukan dua tim sepak bola, pertandingan voli, perlombaan cerdas cermat, dan lain-lain.

c. Kontak antara individu dengan kelompok. Contohnya guru sedang mengajar murid-muridnya, penceramah dengan peserta seminar, dan lain-lain.

b) Komunikasi Sosial

(27)

menunjukkan bahwa kontak sosial tidak menghasilkan komunikasi. Jadi, komunikasi lebih menunjukkan adanya hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antara dua orang yang berperan sebagai komunikator (pemberi pesan) dan penerima pesan. Komunikasi bisa terjadi secara positif dan negatif. Komunikasi yang positif jika individu yang saling berkomunikasi menghasilkan bentuk kerja sama. Adapun komunikasi negatif jika individu yang saling berkomunikasi menghasilkan bentuk pertentangan atau permusuhan. (Soekanto (2002:60)

2) Ciri-ciri hubungan sosial

Menurut Soekanto (2002: 60), ciri-ciri hubungan sosial, unsur-unsur hubungan sosial dan tujuan hubungan sosial Secara ringkas hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat kita identifikasikan melalui ciri-ciri yang Nampak berupa:

a. Ada pelaku lebih dari satu orang.

b. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.

c. Ada komunikasi antar pelaku dengan memakai simbol-simbol dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa isyarat.

d. Ada dimensi waktu (masa lalu, sekarang, dan masa datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

(28)

merupakan hubungan yang bersifat positif, artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau solidaritas kelompok yang telah terbangun.

I. Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial Asosiatif

Hubungan sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini.

a. Kerja sama

(29)

hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dan komitmen yang kuat dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. (Soekanto, 2002: 61)

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung

anggota/perorangan lainnya. (Gillin dan Gillin, 1964: 740). Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.

Kerja sama dapat dibedakan atas beberapa bentuk berikut ini.

1) Kerukunan; merupakan bentuk kerja sama yang paling sederhana dan mudah diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kerukunan, misalnya kegiatan gotong royong, musyawarah, dan tolong menolong. Contohnya gotong- royong membangun rumah, menolong korban becana, musyawarah dalam memilih kepanitiaan suatu acara di lingkungan RT.

(30)

proses tawar menawar atau kompromi antara dua pihak atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan. Bentuk kerja sama ini pada umumnya dilakukan di bidang perdagangan atau jasa. Contohnya kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli dalam kegiatan perdagangan.

3) Kooptasi (cooptation); proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik suatu organisasi agar tidak terjadi keguncangan atau perpecahan di tubuh organisasi tersebut. Contohnya pemerintah akhirnya menyetujui penerapan hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam yang semula masih pro kontra, untuk mencegah disintegrasi bangsa.

4) Koalisi (coalition); yaitu kombinasi antara dua pihak atau lebih yang bertujuan sama. Contohnya koalisi antara dua partai politik dalam mengusung tokoh yang dicalonkan dalam pilkada.

5) Joint venture; yaitu kerja sama antara pihak asing dengan pihak

setempat dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Contohnya kerjasama antara PT Exxon mobil Co.LTD dengan PT Pertamina dalam mengelola proyek penambangan minyak di Blok Cepu.

b. Akomodasi

(31)

usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. (Soekanto, 2002: 61)

Menurut Gillin & Gillin (1964: 740) , Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang digunakan ahli biologi untuk suatu proses penyesuaian mahkluk hidup dengan alam sekitarnya. Tujuan akomodasi dapat berupa berbeda-beda , sesuai dengan situasi yang dihadapi, antara lain :

a. Mengurangi pertentangan antara orang perorang/kelompok sebagai akibat perbedaan faham

b. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu/ temporer

c. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah, sebagai akibat faktor sosial , psikologis, & kebudayaan

d. Mengusahaakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah

(32)

bentuk-bentuk akomodasi adalah:

1. Koersi (coercion); suatu bentuk akomodasi yang dilaksanakan karena adanya paksaan, baik secara fisik (langsung) ataupun secara psikologis (tidak langsung). Di dalam hal ini, salah satu pihak berada pada kondisi yang lebih lemah. Contoh: Koersi secara fisik adalah perbudakan dan penjajahan, sedangkan koersi secara psikologis contohnya tekanan negara-negara donor (pemberi pinjaman) kepada negara-negara kreditor dalam pelaksanaan syarat-syarat pinjaman. 2. Kompromi (compromize); suatu bentuk akomodasi di antara

pihak-pihak yang terlibat untuk dapat saling mengurangi tuntutannya agar penyelesaian masalah yang terjadi dapat dilakukan. Contohnya perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan gerakan separatis Aceh dalam hal menjaga stabilitas keamanan stabilitas keamanan di Aceh.

(33)

Contohnya penyelesaian pertikaian antara buruh dengan pemilik perusahaan oleh Dinas Tenaga Kerja. mediasi hampir sama dengan arbitrasi. Akan tetapi, dalam hal ini fungsi pihak ketiga hanya sebagai penengah dan tidak memiliki wewenang dalam penyelesaian sengketa. Contohnya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah Finlandia dalam penyelesaian konflik antara pemerintah Indonesia dengan GAM.

4. Mediasi (mediation); mediasi hampir sama dengan arbitrasi. Akan tetapi, dalam hal ini fungsi pihak ketiga hanya sebagai penengah dan tidak memiliki wewenang dalam penyelesaian sengketa. Contohnya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah Finlandia dalam penyelesaian konflik antara pemerintah Indonesia dengan GAM. 5. Konsiliasi (conciliation); yaitu usaha mempertemukan keinginan dari

beberapa pihak yang sedang berselisih demi tercapainya tujuan bersama. Contohnya konsultasi antara pengusaha angkutan dengan Dinas Lalu Lintas dalam penetapan tarif angkutan.

6. Toleransi (tolerance); suatu bentuk akomodasi yang dilandasi sikap saling menghormati kepentingan sesama sehingga perselisihan dapat dicegah atau tidak terjadi. Dalam hal ini, toleransi timbul karena adanya kesadaran masing- masing individu yang tidak direncanakan. (Soekanto, 2002:61)

(34)

lagi maju ataupun mundur (seimbang). Hal ini menyebabkan masalah yang terjadi akan berlarut-larut tanpa ada penyelesaiannya. Contohnya perselisihan antara negara Amerika Serikat dengan negara Iran terkait dengan isu nuklir.

8. Pengadilan (adjudication); merupakan bentuk penyelesaian perkara atau perselisihan di pengadilan oleh lembaga negara melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku.Contohnya penyelesaian kasus sengketa tanah di pengadilan.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama. Dengan demikian, lambat laun kebudayaan asli akan berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan baru yang merupakan perpaduan kebudayaan dan masyarakat dengan tidak lagi membeda-bedakan antara unsur budaya lama dengan kebudayaan baru. (Soekanto, 2002: 60)

(35)

lingkungan fisik tertentu. (Profesor Hayes ,2007: 2)

Menurut Profesor Hayes (2007: 2) Asimilasi, adalah istilah yang menunjuk hasil dari proses sosial atau proses kombinasi. Perbedaan yang ia berusaha untuk membuat di sini adalah inti dari seluruh pertanyaan dari satu sudut pandang, seperti yang akan kita tunjukkan saat ini. Di sini kita hanya dapat mencatat bahwa istilah asimilasi, karena kebiasaan bahasa yang mewujudkan, dapat diambil baik sebagai kegiatan atau sebagai hasil dari suatu kegiatan.

Proses ini ditandai dengan adanya usaha mengurangi perbedaan yang ada. Proses asimilasi bisa timbul jika ada:

1. kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya;

2. orang perorangan sebagai anggota kelompok saling bergaul secara intensif, langsung, dan dalam jangka waktu yang lama;

3. kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan. Contohnya perkawinan antarsuku sehingga terjadi pembauran dari kebudayaan masing-masing individu sehingga muncul kebudayaan baru.

Asimilasi terjadi dikarenakan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat proses asimilasi.

 Faktor pendukung proses asimilasi adalah

(36)

2. Adanya sikap saling menghargai orang asing dan kebudayannya. 3. Adanya kesamaan harkat dan tingkat unsur kebudayaan.

4. Adanya upaya untuk saling menerima dan saling memberi dari unsur kebudayaan atas kerjasama yang saling menguntungkan.

 Faktor penghambat proses asimilasi adalah

1. Adanya kelompok masyarakat yang terisolir. 2. Adanya diskriminasi dan ketidakadilan

3. Adanya kecurigaan dan kecemburuan social terhadap kelompok lain 4. Primodialisme

5. Adanya perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan cirri-ciri ras, suku dan lain sebagainya.

d. Akulturasi

(37)

Proses akulturasi dapat dengan mudah terjadi di suatu daerah karena adanya interaksi sosial yang baik antara si pembawa kebudayaan dan si pendukung kebudayaan. Namun, jika proses akulturasi tersebut terjadi di suatu daerah yang memegang teguh terhadap ideology ataupun kepercayaan dengan amat sangat fanatiknya, maka unsur kebudayaan tidak dapat diterima disana karena di anggap tidak sesuai bahkan bertentang dengan kepercayaannya. Proses akulturasi dapat terwujud jika kebudayaan itu di anggap bermanfaat bagi masyarakat pendukung (si penerima) kebudayaan tersebut dan sesuai dengan kebudayaan yang telah mereka miliki. Budaya luar yang dimaksud adalah budaya yang dibawa oleh pejabat-pejabat pasar dalam menghadapi pedagang. Tentunya pedagang juga mempunyai budaya dasar yang sudah kental dan tidak bisa dirubah-rubah. Begitu sebaliknya dengan budaya-budaya pejabat. Tapi pergaulan tersebut disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang.

Dalam penelitian ini berusaha melihat bentuk akulturasi yang terjadi yaitu cara bersikap yang terjadi antara pedagang dengan pejabat pasar jika bertemu dan saling bertukar informasi ketika terjalin suatu kontak maupun komunikasi.

II. Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif

a) Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.

(38)

antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain. Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, namun tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontravensi, misalnya berupa perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi, dan intimidasi.

c) Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,dan antar orang dengan kelompok. Proses hubungan sosial dapat terjadi secara langsung dengan tatap muka maupun secara tidak langsung.

Syarat-syarat Terjadinya Hubungan Sosial meliputi 1) adanya Kontak Sosial dan 2) adanya Komunikasi.

(39)

b. Pemerintah

Dalam perspektif teologi pemerintah adalah orang-orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan memegang kekuasaan Negara untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan Negara; dan kesempatan itu diberikan oleh Tuhan di dalam rangka tata-reksaNya atas kehidupan makluk. Tetapi, bukan berarti bahwa karena anugerah tersebut penyelenggaraan pemerintah menutup diri dari control masyarakat. Rakyat memiliki kemungkinan untuk “melawan” pemerintah kalau

ternyata pemerintah tidak memenuhi fungsinya di dalam tata-reksaNya. Rakyat melakukan perlawanan kepada pemerintah apabila di dalam melaksanakan kekuasaannya Negara tidak mendatangkan kesejahteraan rakyat, tidak menghormati hak-hak asasi manusia, tidak memperlakukan manusia sesuai dengan martabatnya, dan semua bentuk ketidak-adilan.

Dari sudut sosiologis (dalam hal ini tinjauan Publik Service), pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan kepada Masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

(40)

Dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara tertulis bahwa yang dimaksud „Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau

pemerintah daerah“. Kemudian, Pasal 1 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 merumuskan Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945“. Selanjutnya, di dalam Pasal 1 ayat (3) juga dirumuskan bahwa ”Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah”.

Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah yaitu Bupati dan segenap jajarannya, disini termasuk dinas-dinas yang ada di Pemerintahan Kabupaten Magetan. Berkaitan dengan pembangunan pasar tradisional ini adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Magetan dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Magetan yang menangani segala urusan pembangunan Pasar Parang Magetan ini.

c. Pedagang

Pedagang merupakan orang atau kelompok yang mencari nafkah dengan cara menjual dan membeli barang yang memperoleh keuntungan (www.wikipedia.com). Dalam masyarakat pasar Parang, pedagang diklasifikasikan sebagai berikut:

(41)

berupa bangunan permanen dan barang yang diperjualbelikan dalam skala besar.

2. Pedagang los yaitu pedagang yang melakukan aktifitas perdagangnya di bangsa pasar. Bangunan luas tanpa sekat (tembok). Bangsal ini diatur sedemikian rupa sehingga letak barang dagangan terlihat teratur dan tertib. Pedagang yang menempati los biasanya menjajakan barang dagangannya dengan bantuan rak atau meletakkannya di dasar los.

3. Pedagang Pelataran yaitu pedagang yang menggelar barang dagangannya di lorong-lorong jalan dan gang-gang dalam pasar.

4. Pedagang kaki lima yaitu pedagang yang berjualan di serambi muka (emper) toko atau lantai sepanjang trotoar pasar.

Menurut Damsar (1997) pedagang adalah orang atau instansi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yaitu:

a) Pedagang Distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.

b)Pedagang (partai) yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksud unuk dij+ual kepada pedagang lain.

c)Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen.

(42)

hubungannya dengan ekonomi keluarga. Dari studi sosiologi ekonomi tentang pedagang yang telah dilakukan seperti Geertz (1963) Mai dan Buchholt (1987) dan lain-lain dapat disimpulkan bahwa pedagang dibagi atas:

a. Pedagang Profesional: pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga

b. Pedagang semi Profesional: pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

c. Pedagang Subsistensi: Merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dan hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

d. Pedagang Semu : adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang. Pedagang Janis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh uang. Malahan mungkin saja sebaliknya, ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.

( Dr. Damsar, MA.2002 : 95-96)

(43)

tradisional dikenal sebagai juragan dan bakul. Juragan adalah pedagang besar dan bakul dalah pedagang kecil. (Hefner,2000 : 292)

Dari paparan diatas, dalam penelitian ini digunakan konsep pedagang adalah orang yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Pedagang yang diteliti dalam penelitian ini adalah pedagang-pedagang yang terdapat di Pasar Parang Magetan yang sebagian besar adalah pedagang Sayur-sayuran, Gerabahan, dan barang kebutuhan pokok lainnya.

d. Pembangunan Pasar Tradisional

Sebelum membahas tentang pengertian Pasar tradisional terlebih dulu kita bahas tentang pengertian Pembangunan. Pembangunan secara umum yaitu ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik (Deddy S. Bratakusumah, 2005). Perubahan kearah yang lebih baik yang dimaksud adalah perubahan dari segi fisik pasar tradisional yang lebih tertata rapi dan dari segi organisasi pasar tradisional itu sendiri.

(44)

ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. (www.wikipedia.com)

Pembangunan Pasar Tradisional meliputi beberapa Tahap: 1. Tahap Perencanaan, meliputi:

- Lahan yang dipakai

- Pembangunan Fisik dan sarana pendukung lainnya - Peraturan / kebijakan Pemerintah

2. Tahap Pelaksanaan,meliputi: - Penataan Pedagang

- Penataan Los, kios dan pelataran - Pengelolaan dan Organisasi Pasar - Retribusi Pasar

- Penetapan harga kios dan los pasar

(45)

2. Teori Yang Digunakan Teori Solidaritas Sosial

Teori solidaritas sosial merupakan teori sentral Emile Durkheim (1858-1917) dalam mengembangkan teori sosiologi. Durkheim (dalam Lawang, 1994: 181) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.

(46)

wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan, (3) dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga, yang akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu merupakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu: (1) Solidaritas Sosial Mekanik, dan (2) Solidaritas Sosial Organik.

a. Solidaritas Mekanik

(47)

tingkah laku dan pikiran masyarakat, yang pada akhirnya menjadi fakta sosial. Fakta sosial yang merupakan gejala umum ini sifatnya kolektif, disebabkan oleh sesuatu yang dipaksakan pada tiap-tiap individu. Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk kolektif. Jadi masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif. Argumentasi Durkheim, diantaranya pada kesadaran kolektif yang berlainan dengan dari kesadaran individual terlihat pada tingkah laku kelompok.

(48)

kesadaran kolektif, terdapat suatu penolakkan karena tidak searah dengan tindakan kolektif. Tindakan ini dapat digambarkan, misalnya tindakan yang secara langsung mengungkapkan ketidaksamaan yang menyolok dengan orang yang melakukannya dengan tipe kolektif, atau tindakan-tindakan itu melanggar organ hati nurani umum.

b. Solidaritas Organik

Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum. Titik tolak perubahan tersebut berasal dari revolusi industri yang meluas dan sangat pesat dalam masyarakat. Menurutnya, perkembangan tersebut tidak menimbulkan adanya disintegrasi dalam masyarakat, melainkan dasar integrasi sosial sedang mengalami perubahan ke satu bentuk solidaritas yang baru, yaitu solidaritas organik. Bentuk ini benar-benar didasarkan pada saling ketergantungan di antara bagian-bagian yang terspesialisasi. Pertambahan jumlah penduduk yang menimbulkan adanya “kepadatan penduduk” merupakan kejadian alam, namun

(49)

sumber-sumber yang semakin terbatas. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan masyarakat yang pluralistis, dimana antar hubungan lebih banyak diatur berdasarakan pembagian kerja. Mereka mulai mengadakan kompromi dan pembagian yang memberikan ruang hidup kepada jumlah orang yang lebih besar. “Kepadatan moral” itu merupakan suatu konsep yang tidak bercorak alami,

melainkan budaya, karena manusia sendiri yang membentuk masyarakat yang dikehendakinya.

(50)

dapat bersifat mekanik. Kelompok-kelompok kecil ini mempunyai tujuan yang sama dan mempunya komitmen yang sangat kuat.

Menurut Emile Durkheim, solidaritas sosial adalah “kesetiakawanan yang

menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama”. Solidaritas sosial menurutnya,

sebagaimana yang telah diungkapkan, di bagi menjadi dua yaitu: pertama, mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif”

(collective consciousness) bersama yang menunjuk pada totalitas

kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Yang ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral. Sedangkan yang kedua, organik adalah solidaritas yang muncul dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja). Dalam pembagian kerja ini hubungan-hubungan akan terjalin kuat dengan adanya kerja sama antar komponen. Komponen-komponen tersebut membentuk suatu kontak sosial dan komunikasi sosial sebagai kesadaran kolektif bersama untuk menjalin solidaritas bersama.

3. Penelitian Terdahulu

(51)
(52)

dilandasi ini oleh adanya kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan hidup bersama bagi masyarakat harmonis, nyaman, tenang dan damai. Kerjasama yang terjadi dalam masyarakat desa Kaliancar ini adalah saling membantu apabila ada satu warga lain di Desa Kaliancar ini membutuhkan bantuan, kegiatan gotong royong dan kerjasama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari nafas kehidupan masyarakat desa Kaliancar. Sedangkan persaingan yang baik daam rangka usaha untuk meningkatkan taraf hidup kehidupan ekonomi. Dalam hal ini dapat menimbulkan konflik laten yang tak terlihat. Dalam hal ini masyarakat Desa Kaliancar memiliki cara tersendiri untuk menghindari konflik yaitu dengan cara toleransi dan menghormati hak yang dimiliki oleh warga lain. Nilai-nilai social budaya dianggap sebagai denyut nadi kehidupan masyarakat.

2) B. PabJan (2005), dalam penelitiannya mengenai “M e a s u r i n g T h e S o c i a l R e l a t i o n s : S o c i a l D i s t a n c e i n S o c i a l S t r u c t u r e – A

study of Prison Community” (Mengukur Hubungan sosial: Jarak

(53)

konstitutif untuk berbagai jenis kelompok dan perilaku orang. Untuk menjelajahi hubungan sosial sangat penting setidaknya untuk dua alasan. Hal ini memungkinkan untuk menjelaskan dinamika sistem sosial (bagaimana indikator interaksi, micromotives bentuk sistem sosial), dan pengaruh dari sistem-makro pada individu (bagaimana bentuk sistem sosial dunia-mikro). Interaksi lokal (hubungan mikro-tingkat) adalah fondasi mikro macropatterns di tingkat relasional. Penelitian yang didasarkan pada

penelitian kami dilakukan di 17 penjara di Polandia pada tahun 2003, 2004 dan 2005. Ada sekitar 2000 tahanan dalam sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana hubungan sosial (interaksi antar-subjektif) membentuk dinamika masyarakat penjara dan bagaimana pengaruh makro-sistem sosial sistem-mikro dan individu. Sifat spesifik dari hubungan sosial merupakan faktor konstitutif untuk berbagai jenis kelompok dan perilaku orang. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif.

(54)

penjara (model penjara) selama periode totaliter. Hubungan sosial tertentu adalah hasil dari suatu lingkungan sosial bermusuhan: solidaritas tingkat tinggi di kelompok terhadap institusi itu, para penjaga, norma-norma sosial yang sangat kuat dan kontrol sosial, beragam kepentingan bersama dari individu-individu dan kelompok. Sebagai konsekuensi hubungan dalam kelompok yang kuat, menciptakan hubungan minat yang kuat baik dan dasi ekspresif dan mengintensifkan solidaritas kelompok. Karena memang sudah disebutkan, semua proses tersebut didasarkan pada hubungan sosial. Lingkungan pasar bebas merangsang penurunan solidaritas kelompok dan meningkatkan mengejar kepentingan pribadi mereka.

F. Definisi Konsep

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan istilah dan pengertian sehingga diharapkan akan memberikan kejelasan tentang masalah pokok penelitian, adapun batasan konsep yang dalam penelitian ini adalah:

1. Hubungan Sosial

(55)

a. Kerja sama

Kerja sama dapat dilakukan paling sedikit oleh dua individu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di dalam mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing- masing dan saling membantu sehingga terjalin sinergi. Kerjasama dibedakan dalam berapa bentuk yaitu Kerukunan, Bergaining, Kooptasi, Koalisi.dan Joint venture.

b. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antar individu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. Sebagai proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Sebagai suatu proses, akomodasi mempunyai beberapa bentuk. Berikut ini bentuk-bentuk akomodasi antara lain Koersi, Kompromi , Arbitrasi, Mediasi , Konsiliasi, Toleransi, Stalemate dan Pengadilan.

c. Asimilasi

(56)

membeda-bedakan antara unsur budaya lama dengan kebudayaan baru.

d. Akulturasi

Akulturasi adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri. Diterimanya unsur-unsur budaya asing tersebut berjalan secara lambat dan disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang.

Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok. Hubungan sosial berdasarkan bentuknya terdiri dari Kerjasama, Akomodasi, Asimilasi dan Akulturasi. Proses hubungan sosial akan terjadi pada saat ada dua individu atau lebih yang saling mengadakan kontak sosial maupun komunikasi.

2. . Pemerintah

(57)

Tingkat 1 yaitu di Provinsi, DPRD Tingkat II Kabupaten atau Kota , eksekutif dan yudikatif. Yang dimaksud yudikatif disini adalah MA di pusat, Pengadilan Tinggi di Provinsi dan Pengadilan Negeri di Kota/ Kabupaten. Sedangkan Eksekutif yaitu Presiden.

3. Pedagang

Pasar tradisional merupakan suatu tempat usaha bagi pedagang untuk menjajakan dagangannya yang ditandai dengan adanya jual-beli secara langsung yang melibatkan lebih banyak pedagang yang saling bersaing, masih menggunakan manajemen sederhana, terdapat proses tawar-menawar dan menjual bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

4. Pembangunan pasar Tradisional

Pembangunan Pasar tradisional yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Pembangunan secara fisik. Pembangunan tersebut melalui beberapa tahapan diantaranya tahapan perencanaan meliputi Pembangunan fisik pasar dari bentuk pasar dan segala sarana pendukung lainnya. Kedua tahapan pelaksanaan maliputi penataan pedagang, penataan los, kios, dan pelataran, pengelolaan dan organisasi pasar, dan retribusi pasar.

G. Kerangka Berpikir

(58)

lembaga sosial yang terbentuk karena proses interaksi sosial dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh karenanya, keberadaan pasar tradisional perlu dikembangkan, dilestarikan dan dibangun agar menjadi simbol kebanggaan dari suatu masyarakat dan daerah. Dalam pembangunan pasar tradisional diperlukan adanya kontak dan komunikasi antara pemerintah daerah dan pedagang pasar tersebut untuk menjalin suatu hubungan sosial dalam mencapai tujuan bersama.. Menurut Gillin dan Gillin (1964; 740), hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,dan antar orang dengan kelompok. Proses hubungan sosial akan terjadi pada saat ada dua individu atau lebih yang saling mengadakan kontak sosial maupun komunikasi. Dalam hubungan sosial terjadinya adanya kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Kerjasama yang terjadi Pemerintah dengan pedagang, dan upaya-upaya menstabilkan suatu dominasi kelompok tertentu yaitu melalui akomodasi. Hubungan sosial itu berupa cara atau gaya bicara ketika pedagang dan Pemerintah bertemu. Sedangkan Akulturasi mengacu pada proses di mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Budaya luar yang dimaksud adalah budaya yang dibawa oleh pejabat-pejabat pasar dalam menghadapi pedagang. Tentunya pedagang juga mempunyai budaya dasar yang sudah kental dan tidak bisa dirubah-rubah. Begitu sebaliknya dengan budaya-budaya pejabat. Tapi pergaulan tersebut disesuaikan dengan kebudaya-budayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang.

(59)

Parang Magetan. Hubungan sosial tersebut segara garis besar dapat di lihat pada bagan di bawah ini:

Bagan I.1 Proses Pembentukan Hubungan Sosial

Keterangan

: Hubungan Sosial

H. Metode Penelitian 1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Parang Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, pemilihan daerah ini didasari alasan karena Pasar Parang Magetan merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di Kabupaten Magetan bagian Selatan mendapat perhatian khusus dari Pemerintahan Kabupaten Magetan. Pasar Parang ini merupakan Rujukan bagi masyarakat Magetan bagian Selatan dalam memenuhi kebutuhannya.

Pembangunan pasar ini dilakukan karena Pasar Parang lama sudah terlalu penuh. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari

1. Kerjasama 2.Akomodasi 3. Asimilasi 4. Akulturasi Pembangunan

Pasar Tradisional

Pemerintah h

(60)

terus bertambah. Pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial untuk berkembang. Karena itu, butuh lahan yang memadai. Apalagi, pasar lama sudah tidak mampu menampung. Dengan adanya Pembangunan Pasar Parang yang baru dan kemudian diperkuat dengan pembangunan infrastruktur lain diharapkan akan mempercepat perkembangan Kabupaten Magetan khususnya bagian selatan.

2. Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu bentuk penelitian yang dimaksudkan atau ditujukan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Yang bertujuan untuk mengemukakan gejala-gejala yang secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaannya, serta bertujuan mengemukakan hubungannya satu sama lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki..

(61)

3. Sumber data a. Data Primer:

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara. Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi fisik pasar (penataan kios, los dan pelataran, kondisi kios/ los, kondisi lingkungan pasar, dan jenis dagangan yang ada di pasar). Dan aktivitas-aktivitas pelaku pasar dalam perencanaan pembangunan pasar Parang ini. Yaitu hubungan sosial antara Pemerintah dan pedagang dalam pembangunan Pasar Parang. Wawancara dilakukan secara langsung dari sumbernya yaitu informasi dari pedagang yang kemudian di Cross Chek-kan dengan hasil wawancara dengan Dinas terkait yang mengurusi pembangunan Pasar Parang dan Ketua Paguyuban Pasar Parang Magetan.

b. Data Sekunder:

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumber-sumber di lapangan. Adapun data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini meliputi data dari surat kabar, data Pemkab Magetan dan data dari dinas pasar Parang Magetan dan elemen-elemen yang berhubungan dengan masalah pasar.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Yaitu teknik atau tata cara pengambilan sampel dan populasi.

(62)

Unit of analysis adalah kelmpok orang-orang atau obyek yang akan kita

teliti. Unit of analysis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit satuan kelompok yaitu pedagang. Peneliti mencoba menggali informasi dari kelompok pedagang untuk menemukan informasi hubungan sosial Pemerintah dan Pedagang dalam pembangunan Pasar Parang Magetan ini.

b. Sampel

Dalam penelitian kualitatif, sampel bukan mewakili populasi, tetapi “mewakili kualitas populasi” sehingga tidak ditentukan berdasarkan ketentuan yang mutlak, tetapi sampel berfungsi untuk menggali beragam informasi penting yang dibutuhkan peneliti di lapangan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan non probability sampling yaitu bahwa seseorang untuk terpilih menjadi anggota yang sama untuk menjadi sampel.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Strategi yang digunakan dalam memilih sampel penelitian adalah dengan

maximum variation sampling, yaitu sampel yang memberikan keragaman

maksimal. Ini bertujuan untuk memperoleh berbagai variasi informasi dari responden yang diadaptasi dengan kondisi yang berbeda. Variation sampling disini peneliti ambil berdasarkan skala usaha (grosir-eceran) yaitu berdasarkan tempat usaha, baik los, kios maupun pelataran.

(63)

los, dan 2 orang pedagang pelataran. Hal tersebut dipilih karena berdasarkan Teknik Pengambilan maximum variation sampling. Dari informan-informan tersebut akan mewakili pelaku pasar di Pasar Parang Magetan.

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah hubungan sosial antara Pemerintah dan pedagang. Wawancara dilakukan kepada sumbernya yaitu informasi dari pedagang-pedagang yang diambil berdasarkan pengelompokkan skala usaha. yang kemudian di Cross Chek-kan dengan hasil wawancara dengan Pemerintah dalam hal ini adalah wakil dari DPKKAD Kab. Magetan dan Ketua Paguyuban Pasar Magetan.

Tabel I.2 Penarikan Sampel

Skala Usaha

Pedagang Berdasarkan Tempat Usaha dan Jenis Dagangan

Kios Los Pelataran

mebel Pakaian Pakaian Sandal

(64)

a. Interview (wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewce) yang memberikan atas pertanyaan ini. ( Moloeng, 2001:135).

Wawancara adalah dengan maksud tertentu. Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (dalam Moleong ; 1989 : 135 ) antara lain : menkonsrtuksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstuksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang telah diharapka untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara dilakukan dengan pedoman panduan wawancara (interview guide) yang telah dibuat yang berkaitan dengan apa yang dijadikan kajian dalam penelitian ini.

Untuk memperdalam informasi digunakan juga metode depth interview. Dept interview dapat diartikan sebagai suatu wawancara mendalam. Dengan

(65)

Informan yang diteliti adalah, Pedagang Pasar Parang dengan triangulasi data yaitu wawancara dengan Kepala bagian pasar DPKKAD Kab. Magetan dan Ketua Paguyuban Pasar parang.

b. Observasi Langsung

Yaitu peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati semua aktivitas penghuni pasar lama dan mengamati lokasi pembangunan Pasar Parang yang baru dan peristiwa yang menyertai aktifitas sehari-hari, untuk mengetahui bagaimana mereka menjalankan perekonomian pasar dan memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam pengamatan ini peneliti secara langsung terjun ke lapangan dan membuat catatan (field note). Pada teknik pengamatan ini peneliti juga memberitahukan maksud kepada kelompok yang diteliti (Ritzer, 1992:74).

c. Dokumentasi

Dokumentasi ini merupakan pengumpulan data yang bersumber pada dokumen-dokumen, arsip-arsip, catatan-catatan, kegiatan-kegiatan, peristiwa-peristiwa yang diselidiki. Data ini diperoleh dari Pemkab Magetan, Surat kabar dan data paguyuban.

6. Teknik Analisa Data

(66)

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebegai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang direduksi adalah data yang tidak berhubungan dengan batasan penelitian. Selama pengumpulan data di langsungkan reduksi yang merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian Data

Alur penting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan kebijakan. Penyajian yang akan digunakan dapat berupa teks naratif, pembuatan bagan, matrik ataupun tabel. Data yang disajikan adalah data yang sudah direduksi sesuai dengan batasan penelitian yang melihat penyajian data kita akan memahami apa yang ditemukan di lapangan.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(67)

Bagan I.2 Komponen Interactive Model of Analisys ( Matthew & Huberman, 1992: 20)

7. Validitas Data

Dalam penelitian ini untuk mencari validitas data menggunakan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang berada di luar data itu untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain (Moeloeng, 1988:179). Dalam hal ini metode triangulasi yang digunakan yaitu: Triangulasi data dengan menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data yang sama yaitu dengan melakukan cross check dengan beberapa sumber yang berkaitan dengan

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan dan

Verifikasi Reduksi

Data

(68)

penelitian ini. Teknik triangulasi ada empat macam, yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidik, teori.

Untuk mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan triangulasi sumber dapat dengan cara:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneliti, dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d) Membandigkan keadaan perspektif seseorang dalam berbagai pendapat dan pandangan orang lain, seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, serta orang pemerintah.

Gambar

Tabel 1.1 Pendapatan Retribusi Pasar Parang
Tabel I.2 Penarikan Sampel
Gambar 2.2 Peta Lokasi Kecamatan Parang
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui keefektifan hasil proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro secara sosial dalam mencapai tujuan awal, (2) untuk

Persaingan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada

Pertentangan, adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara menantang pihak lawan melalui ancaman atau

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari suatu keuntungan

• Untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan tertentu, baik yang bersifat individu atau kelompok. • Untuk proses pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial atau pemenuhan

Dalam interaksi sosial antara individu dengan individu, atau individu dengan kelompok, atau individu kelompok dengan kelompok, terjadi perubahan sosial yang secara sosial

Merupakan proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok dalam mencapai keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu menjadi pusat

Semakin positif evaluasi individu bahwa dirinya menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu maka semakin bagus konsep dirinya dengan menjadi anggota di kelompok sosial tertentu,