31
Berikut ini akan dijelaskan mengenai seting dan karakteristik subjek
penelitian. Seting dibagi atas seting tempat yang akan membahas lokasi atau
tempat dilaksanakannya penelitian, dan seting waktu membahas mengenai
penentuan waktu/ jadwal penelitian. Sementara pada karakteristik subjek
penelitian akan membahas mengenai kondisi peserta didik kelas 5 sebagai subjek
penelitian.
3.1.1. Seting Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Cukil 01 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran
2014/2015. Letak sekolah ini berada di lingkungan pedesaan dan dekat dengan
perkebunan warga. Sekolah Dasar ini jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat
mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana sedikit memadai
karena lokasi SD jauh dari perkotaan. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk
memperbaiki serta meningkatkan hasil dan proses pembelajaran.
3.1.2. Seting Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu januari sampai bulan april
2015. Bulan Januari persiapan dengan membuat proposal penelitian, bulan
Februari sampai bulan Maret merupakan perencanaan tindakan dalam melakukan
penelitian, validitas soal yang dilakaukan seperti menyusun instrumen dan uji
validitas soal yang dilakukan di SDN Tegalwaton 01 pada minggu ke-3 bulan
Maret. Selanjutnya pada minggu ke-4 bulan Maret sampai minggu ke-2 bulan
April peneliti mulai melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II.
Pelaksanaan tindakan penelitian siklus II mengacu kepada hasil refleksi dari
pelaksanaan tindakan siklus I, pelaksanaan kegiatan observasi guru dan observasi
Selanjutnya pada bulan April minggu ke-3 sampai selesai peneliti mengolah data
hasil penelitian, menyusun laporan penelitian. Rincian alokasi waktu penelitian
dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan PenelitianTindakan Kelas
3.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru kelas 5, peserta didik kelas 5 SDN Cukil
01, dan peneliti. Guru kelas yang bernama Bapak Lumadi Sabar dengan latar
belakang pendidikan yaitu SD, SMP, SPG Salatiga, dan melanjutkan S1 di
Universitas Terbuka Semarang. Gelar jabatan yang dimiliki beliau sekarang
adalah S.Pd.SD. Beliau megajar sudah 20 tahun, sehingga dalam kinerja sebagai
seorang guru beliau cukup berkompeten dalam bidangnya tersebut.
Subjek yang kedua yaitu peserta didik dengan jumlah peserta didik kelas 5
SDN Cukil 01 sebanyak 22 peserta didik, yang terdiri dari 8 peserta didik laki-laki
dan 14 peserta didik perempuan dengan karakteristik dan latar belakang yang
berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan di kelas 5 karena hasil belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran IPA masih lumayan rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran IPA, KKM untuk mata pelajaran
IPA di SDN Cukil 01 adalah 70. Tetapi pada kenyataanya peserta didik ada yang
mendapatkan nilai 50 jauh dari nilai KKM yang ditetapkan oleh pendidik.
Subjek yang terakhir yaitu peneliti yang bernama Ratna Puspita, mahasiswa
semester 8 PGSD FKIP UKSW bertugas sebagai peneliti. Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas kolaborasi. Penelitian ini dilakukan berkolaborasi antar No Pelaksanaan
Penelitian
Waktu Januari 2015
Februari 2015
Maret 2015
April 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan
peneliti, guru kelas 5, dan guru sejawat. Dalam penelitian ini yang mengajar
bukanlah peneliti melainkan guru kelasnya tetapi peneliti mempunyai tugas sangat
penting dalam pembelajaran. Peneliti merancang segala kegiatan pembelajaran
dan guru kelas yang mengajarkan, saat proses pembelajaran guru sejawat
melakukan observasi kepada guru dan peserta didik.
3.2 Jenis dan Desain Penelitian
Pada sub judul jenis dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi dua
sub judul yaitu jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan
membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara
desain penelitian lebih kepada model atau rancangan penelitian yang akan
dijadikan acuan oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan peneliti.
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif
yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas. Hal itu senada dengan
pendapat Arikunto (2006: 96) yang menyatakan penelitian tindakan yang baik
apabila dilakukan dalam bentuk kolaborasi dimana pihak yang melakukan
tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah guru sejawat, bukan guru yang sedang
melakukan tindakan.
Perencanaan penelitian tindakan kelas disusun dan didiskusikan oleh
peneliti bersama guru kolaborator untuk menemukan keberhasilan penelitian
tindakan kelas yang dilangsungkan.
3.2.2 Desain Penelitian
Rencana desain yang akan digunakkan dalam penelitan ini adalah model
PTK dari Kemmis dan Mc. Taggart (Saur tampubolon, 2014:27). Setiap siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Bentuk
Gambar 3.1. Bagan PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (Saur tampubolon, 2014:155).
Keterangan:
a. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini, perencanaan yang dilakukan seperti menelaah materi mata
pelajaran IPA kelas 5 semester II yang akan dilakukan tindakan penelitian dengan
menelaah indikator-indikator pelajaran, persiapan instrument penelitian, persiapan
bahan ajar, serta persiapan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disesuaikan dengan silabus kelas 5 semester II tahun pelajaran 2014/2015.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
menggunakkan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti,
hingga kegiatan akhir sesuai dengan RPP.
c. Pengamatan (Observasing)
Siklus 1 Planning
Observing
Acting Reflecting
Replanning
Observing
Acting Reflecting Siklus 2
Observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh observer secara silmutan (bersamaan dengan
pembelajaran berlangsung).
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data bersama guru
pelaksana yang akan direkomendasikan tentang hasil belajar suatu tindakan yang
telah dilakukan demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh
aspek/indikator yang telah ditentukan.
3.3 Prosedur Penelitian
Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. Kegiatan diterapkan
dalam upaya menumbuhkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran
sebagai langkah untuk tercapainya kompetensi dasar yang diharapkan. Tahapan
disusun dalam 2 siklus penelitian yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dan siklus II
terdiri atas perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Pada siklus I terdiri dari empat tahap yaitu tahapan perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan yaitu
dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menentukan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan peneliti,
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator,
setelah indikator dibuat langkah selanjutnya yaitu menjabarkan indikator menjadi
tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan audio visual. Menyiapkan
alat peraga, sarana, dan media pembelajaran (lingkaran kepala bernomor, video,
dan bahan-bahan lain), membuat lembar kerja peserta didik untuk diskusi
kelompok, membuat lembar observasi guru dan peserta didik dalam pembelajaran,
yang terakhir membuat evaluasi beserta kunci jawaban evaluasi.
Tahap kedua yaitu pelaksanaan tindakan, dalam tahap pelaksanaan tindakan
ini akan dilakukan oleh guru pelaksana dan didampingi oleh peneliti. Pelaksanaan
kegiatan akhir. Tahap ini merupakan implementasi kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Adapun gambaran
pelaksanaan pembelajarannya yaitu guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa, mempersiapkan media pembelajaran,
memberikan apersepsi tentang tentang tanah, selanjutnya yaitu menyampaikan
tujuan pembelajaran, menampilkan sebuah video tentang struktur lapisan tanah,
membentuk kelompok dan setiap anggota kelompok diberi lingkaran kepala
bernomor untuk dipakai, setiap kelompok diberi lembar kerja untuk didiskusikan
bersama kelompoknya, setelah selesai mengerjakan setiap kelompok mempunyai
kesempatan untuk mempressentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain,
kelompok yang lain boleh menanggapi, setelah itu peserta didik diminta untuk
membuat kesimpulan dari pembelajaran, guru memberi pekerjaan rumah, peserta
didik diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan yang terakhir yaitu guru
menutup pelajaran dengan mengucap salam penutup
Tahap yang ketiga yaitu observasi, dalam tahap ini peneliti melakukan
kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola
kelas, peneliti mengamatai peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran,
mengamati proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbantuan media audio visual, dan hasil belajar peserta didik melalui
evaluasi pembelajaran.
Tahap terakhir yaitu refleksi, pada tahap ini dijadikan refleksi terhadap
hasil- hasil observasi untuk mengkaji atau mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang telah dilakukan, jika belum memenuhi indikator, maka
kelemahan dan kekurangan akan diperbaiki pada siklus kedua. Kegiatan yang
dilakukan pada refleksi antara lain yaitu merekapitulasi hasil tes pada siklus I,
membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I, Mendiskusikan
dengan guru tentang hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan
kegiatan penelitian selanjutnya dalam siklus II.
Siklus II akan dilaksanakan apabila siklus I belum berhasil. Kegiatan
pembelajaran akan dilakukan sama seperti siklus I, tetapi waktu pelaksanaan akan
penelitian dengan Kompetensi Dasar yang berbeda pula. Siklus II merupakan
penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Setelah itu peneliti
mencatat permasalahan dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung
dan merencanakan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:2). Dalam
penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu:
3.4.1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011:4).
Variabel bebas kedudukannya tidak tergantung oleh variabel yang lain dan
mempengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual.
Model NHT merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menuntut
peserta didik untuk bekerjasama dan berkomunikasi antar peserta didik dalam
menyelesaikan tugas dari guru, dalam model NHT ini peserta didik akan dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap anggota kelompok diberi nomor
berkepala. Setiap kelompok diberi tugas untuk diselesaikan bersama kelompok
masing-masing, apabila sudah selesai guru memanggil nomor kepala yang mereka
pakai, peserta didik yang dipanggil nomornya berkesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Model NHT dibantu dengan media audio
visual, diharapkan dengan bantuan media audio visual peserta didik lebih
memahami materi yang diajarkan. Media ini akan digunakan sebelum
menjalankan model pembelajaraan kooperatif tipe NHT, terlebih dahulu guru
3.4.2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah proses pembelajaran dan hasil belajar IPA.
Variabel yang digunakan mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbantuan media audio visual mempengaruhi proses pembelajaran dan
hasil belajar IPA peserta didik kelas 5 SDN Cukil 01. Dalam penelitian ini hasil
belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar dari aspek kognitif yang meliputi
pemahaman materi ajar dalam mengerjakan soal evaluasi. Hasil kognitif ini
diperoleh dari skor evaluasi pada akhir pelajaran. Nilai keberhasilan peserta didik
dianalisis menurut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sehingga dapat
diketahui keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data disertai instrumennya.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang diambil untuk mengumpulkan
data selama proses penelitian. Instrument pengumpulan data akan menjelaskan
mengenai alat-alat instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
menghimpun data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini
cara pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes.
Teknik nontes yaitu berupa observasi, sedangkan teknik tes berupa soal evaluasi.
a. Observasi
Untuk mengetahui perkembangan aktivitas belajar peserta didik dilakukan
teknik observasi. Observasi bertugas untuk melakukan pengamatan dan penilaian
melalui pengisian lembar aktivitas peserta didik dan kegiatan mengajar guru
dalam proses pembelajaran. Menurut Tampubolon (2014:51) mengungkapkan
kolaborator yang terdiri dari 2 orang (guru dan mahasiswa) melakukan penilaian
berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti. Penilaian pelaksanaan pembelajaran diberikan dalam bentuk centang atau
ceklis pada instrument yang sama.
b. Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi. Tes digunakan untuk
menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajaran.
Tes evaluasi dilaksanakan setiap akhir tindakan pembelajaran pada siklus I
maupun siklus II. Pemberian soal tes bertujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatIf tipe NHT
berbantuan media audio visual.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui hasil belajar IPA di kelas 5 SDN Cukil 01 Tengaran, Semarang
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media
audio visual adalah:
1) Lembar Observasi
Kegiatan observasi harus dilaksanakan secara bersamaan dengan proses
pembelajaran. Dalam lembar observasi ini berisi hal-hal yang dapat mengukur
aktivitas serta keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio
visual. Lembar observasi diisi oleh peneliti dengan memberi tanda checklist (√)
pada kolom skor sesuai hasil yang diamati peneliti terhadap aktivitas guru dan
aktivitas peserta didik. Untuk skala (skala likert) penilaian dan kriteria yang
digunakan pada lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam penelitian
Skor 4 guru melaksanakan pembelajaran dengan „Sangat Baik”. Skor 3 guru melaksanakan pembelajaran dengan “Baik”.
Skor 2 guru melaksanakan pembelajaran dengan “Cukup”. Skor 1 guru melaksanakan pembelajaran dengan “Kurang”.
Skala likert biasa digunakan untuk memberikan penilaian terhadap sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2012:134). Kisi-kisi aktivitas guru dan peserta didik dalam
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan
media audio visual sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru Langkah
Pembelajaran
Indikator No.Item
Pra Pembelajaran Memeriksa kesiapan ruang, alat dan media
pembelajaran.
1
Memimpin doa. 2
Mengecek kehadiran (presensi). 3
Memeriksa kesiapan peserta didik. 4
Kegiatan Awal Apersepsi sesuai dengan materi ajar 5
Memotivasi dengan bertanya jawab. 6
Menyampaikan tujuan yang akan dicapai. 7
Kegiatan Inti Memperlihatkan sebuah video sebagai
bahan materi.
8
Tanya jawab tentang video. 9
Menjelaskan materi pembelajaran secara
runtut.
10
Mengaitkan materi dengan kehidupan
sehari-hari.
11
Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
NHT berbantuan media audio visual.
Membagi kelompok. 13
Menjelaskan aturan diskusi kelompok. 14
Membimbing dan memberikan bantuan
selama proses pembelajaran NHT.
15
Meminta untuk mempresentasikan hasil. 16
Memberikan kesempatan kelompok lain
untuk menanggapi.
17
Memberikan kesimpulan tentang kegiatan
tersebut.
18
Memberikan penghargaan. 19
Kegiatan Akhir Membuat kesimpulan. 20
Melakukan refleksi pembelajaran. 21
Menutup pembelajaran. 22
Total 22
Tabel 3.3
Kisi- kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik Langkah
Pembelajaran
Indikator No.item
Pra Pembelajaran Mempersiapkan alat belajar. 1
Kesiapan dalam menerima materi pelajaran. 2
Kegiatan Awal Menjawab pertanyaan dari guru. 3
memperhatikan motivasi dari guru. 4
Memperhatikan penjelasan tentang tujuan
pembelajaran.
5
Kegiatan Inti Memperhatikan video. 6
Memperhatikan materi yang dijelakan guru. 7
Interaksi dengan guru. 9
Ketertarikan terhadap materi yang disajikan. 10
Antusias dalam pembagian kelompok (NHT). 11
Bekerja sama dalam kelompok 12
Berpartisipasi dalam kelompok (NHT). 13
Melakukan diskusi sesuai dengan alokasi
waktu yang ditentukan.
14
Mempresentasikan hasil. 15
Memberikan tanggapan kepada kelompok
lain.
16
Menyimak dengan seksama pendapat
kelompok lain
17
Kegiatan Akhir Membuat kesimpulan dari pembelajaran 18
19
20 Melakukan refleksi pembelajaran .
Memberikan salam penutup.
Total 20
Untuk menghitung rentang kriteria skor aktivitas guru maupun peserta didik
digunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2011:36) dengan langkah-langkah
perhitungan sebagai berikut:
a) Menghitung Jumlah Kelas Interval
K = 1 +3,3 log n
n merupakan jumlah peserta didik yang dijadikan subjek penelitian.
b) Menghitung Rentang Data
R = Skor Maximal – Skor Minimal
Skor maximal dihitung dengan mengalikan jumlah indikator penilaian
observasi aktivitas guru atau peserta didik dengan skala penilaian tertinggi (4),
sedangkan skor minimal diperoleh dengan mengalikan jumlah indikator penilaian
c) Menghitung Panjang Kelas
P =
Berdasarkan langkah-langkah perhitungan tersebut dapat diketahui kriteria
skor aktivitas guru dan aktivitas peserta didik sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Kriteran Skor Aktivitas Guru
Rentang Kriteria
22 – 34 Sangat kurang
35 – 47 Kurang
48 – 60 Cukup baik
61 – 74 Baik
75 – 88 Sangat baik
Tabel 3.5
Kriteria Skor Aktivitas Peserta Didik
Rentang Kriteria
20 – 31 Sangat kurang
32 – 43 Kurang
44 – 55 Cukup baik
56 – 67 Baik
68 – 80 Sangat baik
2) Tes
Hasil tes yang diperoleh juga digunakan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil
dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui
dua siklus dan evaluasi di dilakukan di akhir siklus untuk mengetahui kemampuan
peserta didik pada setiap siklus. Tes hasil belajar yang diwujudkan dalam
butir-butir soal tes formatif berbentuk pilihan ganda pada siklus I dan II masing-masing
berjumlah 20 soal. Secara rinci kisi-kisi soal tes formatif siklus I disajikan pada
tabel 3.6 sebagai berikut:
Rentang
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus I Kelas 5 SDN Cukil 01 Tengaran Semarang
memiliki 4 indikator dan diwujudkan ke dalam 20 soal yang memiliki komposisi
jumlah soal berbeda. Secara rinci kisi-kisi soal tes formatif siklus II disajikan pada
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Instrument Soal Evaluasi Siklus II Kelas 5 SDN Cukil 01 Tengaran Semarang
diberi skor satu (Sudjana, 2011:54). Pada penelitian ini yang dilakukan di kelas 5
SDN Cukil 01 setiap item soal pada tes evaluasi hasil belajar IPA melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual diberi skor satu
dan perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar IPA berpedoman pada perhitungan
rumus sebagai berikut:
x =
Keterangan:
x = nilai tes evaluasi hasil belajar
∑ S = jumlah skor
∑ SM = jumlah skor maksimal ∑S
∑SM
Sekolah menetapkan KKM sebesar 70, sehingga dari perbandingan antara
nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa peserta didik
yang sudah tuntas belajar atau belum tuntas. Kriteria ketuntasan belajar peserta
didik dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kriteria Ketuntasan Belajar
Rentang Kriteria
x < 70 Tidak tuntas atau belum memenuhi KKM
x ≥ 70 Tuntas atau Memenuhi KKM
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan uji
instrumen soal. Instrumen soal yang akan digunakan sebelumnya harus diuji
validitasnya, dan reliabilitas.
3.6.1 Uji validitas
Validitas menurut Arikunto (2006:168) adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Uji validitas instrumen soal digunakan untuk mengetahui validitas soal
yang nantinya akan digunakan sebagai tes individual setelah proses pembelajaran
berlangsung. Pada uji validitas ini menggunakan nilai r Poduct Moment dengan
jumlah peserta didik (N) 25 maka taraf signifikan 5% adalah 0,396 (Sugiyono,
Tabel 3.9
Taraf Signifikan Validitas
N Taraf Signifikan 5%
23 0,413
24 0,404
25 0,396
26 0,388
27 0,381
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan
kriteria yang sudah ditentukan. Uji validitas ini menggunakan uji korelasi antar
skor (nilai) tiap-tiap item atau pertanyaan dengan nilai total tes. Bila korelasinya
rendah berarti pertanyaan ini tidak bergayut atau harus didrop. Koefisien korelasi
selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Teknik korelasi yang dipakai adalah
Corrected Item-Total Correlation dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20.
Menurut Arikunto (2012:89) interprestasi besarnya koefisien korelasi adalah
sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat baik
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Instrumen tes berupa butir soal pada siklus I dan II yang akan diberikan
pada peserta didik kelas 5 SD Negeri Cukil 01 sebelumnya telah diuji cobakan
pada peserta didik kelas 6 SD Negeri Tegalwaton 01 tanggal 20 Maret 2015
sampai selesai. Dari 25 peserta didik kelas 6 SDN Tegalwaton didapatkan hasil
yang berupa skor dari pekerjaan peserta didik, kemudian dilakukan perhitungan
uji validitas instrument hasil dengan bantuan SPSS versi 20. Pada siklus 1 dengan
35 butir soal pilihan ganda, setelah dilakukan uji validitas diperoleh hasil butir
telah mencukupi kebutuhan soal yang akan digunakan dalam siklus I yaitu 20
soal, maka 3 butir soal yang valid dan 12 butir soal yang tidak valid dibuang.
Secara rinci hasil analisis validitas uji instrumen tes hasil belajar siklus I disajikan
pada tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel. 3.10
Hasil Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I Bentuk soal Nomor soal
sebelum validitas
Butir soal valid Soal tidak valid
Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
valid sebanyak 10 soal. Karena Secara rinci hasil analisis validitas uji instrumen
tes hasil belajar siklus II disajikan pada Tabel. 3.11 sebagai berikut:
Tabel. 3.11
Hasil Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II BBentuk Soal Nomor soal sebelum
validitas
Butir soal valid Soal tidak valid
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang akan dinilainya. Istrumen yang reliabel berarti instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011:348). Uji reliabilitas dilakukan
dengan bantuan SPSS statistic versi 20 pengukuran uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunaka Croncbrach Alpha. Wardani (2012:346) mengatakan
bahwa semakin tinggi reliabilitas suatu tes (hasilnya mendekati satu) maka
semakin tinggi pula keajegan atau ketepatan instrument yang digunakan tersebut. Keajegan instrument dapat diketahui dengan menentukan koefisien alpha (α). Pengukuran koefisien reliabilitas instrument dalam penelitian ini sebagai berikut:
α ≤ 0,7 : tidak dapat diterima
0,7 < α < 0,8 : dapat diterima 0,8 < α ≤ 0,9 : reliabilitas tinggi
α ˃ 0,9 : reliabitas memuaskan
Hasil uji reliabilitas instrumen yang akan digunakan sebagai instrumen
evaluasi pada akhir siklus 1 dapat dilihat pada tabel 3.12 sebagai berikut:
Tabel 3.12
Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I
Berdasarkan tabel 3.12 uji reliabilitas instrumen dengan SPSS versi 20 yang
digunakan untuk evaluasi siklus I dapat diketahui bahwa reliabilitasnya 0,886
sehingga termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi. Cronbach's Alpha N of Items
Tabel. 3.13
Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus II
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.892 20
Berdasarkan Tabel 3.13 uji reliabilitas instrumen dengan SPSS versi 20
yang digunakan untuk evaluasi siklus II dapat diketahui bahwa reliabilitasnya
0,892 sehingga termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi.
Hasil uji validitas instrument uji coba siklus I didapati 23 instrumen valid,
akan tetapi penelitian hanya mengambil 20 instrumen yang valid dengan nomor 1,
3, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 33, dan 34. Selain itu
untuk instrumen uji coba siklus II yang di nyatakan valid ada 25 instrumen, akan
tetapi peneliti hanya mengambil 20 instrumen yang valid dengan nomor 1, 2, 3, 8,
10, 11, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 32, 33, dan 35. Instrumen uji
coba siklus I dan instrumen siklus I mengalami beberapa perubahan nomor, begitu
pula dengan instrumen siklus II .
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Perubahan Nomor dari Instrumen Uji Coba Siklus II ke Instrumen Siklus II Nomor
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian tingkat kesukaran instrumen pada
instrumen-instrumen siklus I dan siklus II. Untuk uji taraf kesukaran akan
diuraikan sebgai berikut:
3.7. Uji Taraf Kesukaran
Menurut Sudjana (2010:135) menganalisis tingkat kesukaran soal artinya
mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal
mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Untuk menentukan indeks
kesukaran digunkan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya peserta didik yang menjawab benar setiap butir soal
Tabel 3.16
Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Interval Nilai Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Uji tingkat kesukaran dilakukan setelah instrumen dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas instrumen dan hasil uji tingkat kesukaran instrumen tes dapat
dilihat perhitungan selengkapnya pada lampiran.
Tabel 3.17
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I
No. Interval Nilai Kriteria Nomor Item Jumlah 1 0,00 – 0,30 Sukar 13, 24, dan 34 3 2 0,31 – 0,70 Sedang 3, 5, 6, 7, 9,
10, 18, 21, 22, 23, 25, 27, 28, dan 33
14
3 0,71 – 1,00 Mudah 1, 14, dan 16 3
Total 20
Tabel 3.18
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II
No. Interval Nilai Kriteria Nomor Item Jumlah
1 0,00 – 0,30 Sukar 3, 21, dan 28 3
2 0,31 – 0,70 Sedang 1, 8, 10, 11, 12, 15, 18, 24, 25, 26, 29, 30, dan 33
13
3 0,71 – 1,00 Mudah 2, 16, 32, dan 35
4
Total 20
3.8 Analisis Data
Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif
komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal,
nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II. Sedangkan untuk data
observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Analisis data terhadap hasil penelitian
dijelaskan sebagai berikut:
1) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil
belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung ketuntasan belajar IPA
peserta didik secara klasikal dan rata-rata nilai peserta didik. Analisis tersebut
dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual, ketuntasan klasikal, dan nilai
rata-rata peserta didik dengan rumus sebagai berikut:
x = × 100
Keterangan:
X = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA ∑ S = jumlah skor
∑ SM = jumlah skor maksimum
KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah sebesar 70, sehingga berdasarkan
perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa
peserta didik telah tuntas atau belum tuntas dalam pembelajaran IPA.
Sementara untuk mengukur nilai rata-rata peserta didik digunakan rumus sebagai
berikut:
X =
Keterangan:
X = nilai rata-rata
∑x
N = jumlah peserta didik
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik secara
klasikal adalah sebagai berikut:
∑ S
∑ SM
= jumlah nilai yang diperoleh ∑x
KB = x 100%
Ket :
KB = ketuntasan belajar
NS = jumlh peserta didik yang tuntas di atas KKM
N = jumlah peserta didik
Ada 5 kriteria ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal, berdasarkan
nilai persentase yang diperoleh melalui kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
dapat dilihat pada tabel 3.19 sebagai berikut:
Tabel 3.19
Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
Rentang Kriteria
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup Baik
21 – 40 Kurang Baik
0 – 20 Sangat Tidak Baik
(Sumber: Saur Tampubolon 2014)
2) Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa serta guru selama
proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. Analisis hasil observasi
aktivitas guru dan peserta didik dilakukan dengan menghitung persentase jumlah
pencapaian skor minimal secara klasikal. Rumus persentase hasil observasi guru
dan peserta didik adalah sebagai berikut:
persentase = x 100%
Kriteria hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA
melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual
dibagi menjadi beberapa kriteria. Kriteria hasil observasi secara klasikal dapat
dilihat pada tabel 3.20 sebagai berikut: NS
N
Tabel 3.20
Kriteria Hasil Observasi Klasikal
Rentang Kriteria
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup Baik
21 – 40 Kurang Baik
0 – 20 Sangat Tidak Baik
(Sumber: Saur Tampubolon 2014)
3.9. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media audio visual pada pelajaran IPA meliputi indikator proses dan
hasil. Indikator proses dan hasil akan dijabarkan sebagai berikut:
3.9.1. Indikator Proses
Indikator proses pada penelitian ini berkaitan dengan keberhasilan dari
proses pembelajaran yang dilakukan guru maupun peserta didik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual. Pada penelitian
ini aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dikatakan
berhasil apabila mengalami peningkatan secara signifikan minimal 10 skor.
Dilihat dari kriteria skor aktivitas guru dan kriteria skor aktivitas peserta didik
rentang kriteria skor guru sebesar 12 dan skor aktivitas peserta didik sebesar 11.
3.9.2. Indikator Hasil
Indikator hasil adalah hasil belajar IPA, melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dikatakan dapat
meningkatkan hasil belajar IPA apabila peserta didik kelas 5 SDN Cukil 01 secara
signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai sebesar ≥ 85% dari 22 peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaraan