• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual pada Peserta Didik Kelas 5 SDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual pada Peserta Didik Kelas 5 SDN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

31

Berikut ini akan dijelaskan mengenai seting dan karakteristik subjek

penelitian. Seting dibagi atas seting tempat yang akan membahas lokasi atau

tempat dilaksanakannya penelitian, dan seting waktu membahas mengenai

penentuan waktu/ jadwal penelitian. Sementara pada karakteristik subjek

penelitian akan membahas mengenai kondisi peserta didik kelas 5 sebagai subjek

penelitian.

3.1.1. Seting Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Cukil 01 Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran

2014/2015. Letak sekolah ini berada di lingkungan pedesaan dan dekat dengan

perkebunan warga. Sekolah Dasar ini jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat

mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana sedikit memadai

karena lokasi SD jauh dari perkotaan. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk

memperbaiki serta meningkatkan hasil dan proses pembelajaran.

3.1.2. Seting Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu januari sampai bulan april

2015. Bulan Januari persiapan dengan membuat proposal penelitian, bulan

Februari sampai bulan Maret merupakan perencanaan tindakan dalam melakukan

penelitian, validitas soal yang dilakaukan seperti menyusun instrumen dan uji

validitas soal yang dilakukan di SDN Tegalwaton 01 pada minggu ke-3 bulan

Maret. Selanjutnya pada minggu ke-4 bulan Maret sampai minggu ke-2 bulan

April peneliti mulai melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II.

Pelaksanaan tindakan penelitian siklus II mengacu kepada hasil refleksi dari

pelaksanaan tindakan siklus I, pelaksanaan kegiatan observasi guru dan observasi

(2)

Selanjutnya pada bulan April minggu ke-3 sampai selesai peneliti mengolah data

hasil penelitian, menyusun laporan penelitian. Rincian alokasi waktu penelitian

dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan PenelitianTindakan Kelas

3.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru kelas 5, peserta didik kelas 5 SDN Cukil

01, dan peneliti. Guru kelas yang bernama Bapak Lumadi Sabar dengan latar

belakang pendidikan yaitu SD, SMP, SPG Salatiga, dan melanjutkan S1 di

Universitas Terbuka Semarang. Gelar jabatan yang dimiliki beliau sekarang

adalah S.Pd.SD. Beliau megajar sudah 20 tahun, sehingga dalam kinerja sebagai

seorang guru beliau cukup berkompeten dalam bidangnya tersebut.

Subjek yang kedua yaitu peserta didik dengan jumlah peserta didik kelas 5

SDN Cukil 01 sebanyak 22 peserta didik, yang terdiri dari 8 peserta didik laki-laki

dan 14 peserta didik perempuan dengan karakteristik dan latar belakang yang

berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan di kelas 5 karena hasil belajar peserta didik

terhadap mata pelajaran IPA masih lumayan rendah. Hal tersebut dapat dilihat

dari rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran IPA, KKM untuk mata pelajaran

IPA di SDN Cukil 01 adalah 70. Tetapi pada kenyataanya peserta didik ada yang

mendapatkan nilai 50 jauh dari nilai KKM yang ditetapkan oleh pendidik.

Subjek yang terakhir yaitu peneliti yang bernama Ratna Puspita, mahasiswa

semester 8 PGSD FKIP UKSW bertugas sebagai peneliti. Penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas kolaborasi. Penelitian ini dilakukan berkolaborasi antar No Pelaksanaan

Penelitian

Waktu Januari 2015

Februari 2015

Maret 2015

April 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

(3)

peneliti, guru kelas 5, dan guru sejawat. Dalam penelitian ini yang mengajar

bukanlah peneliti melainkan guru kelasnya tetapi peneliti mempunyai tugas sangat

penting dalam pembelajaran. Peneliti merancang segala kegiatan pembelajaran

dan guru kelas yang mengajarkan, saat proses pembelajaran guru sejawat

melakukan observasi kepada guru dan peserta didik.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian

Pada sub judul jenis dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi dua

sub judul yaitu jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan

membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara

desain penelitian lebih kepada model atau rancangan penelitian yang akan

dijadikan acuan oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan peneliti.

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif

yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas. Hal itu senada dengan

pendapat Arikunto (2006: 96) yang menyatakan penelitian tindakan yang baik

apabila dilakukan dalam bentuk kolaborasi dimana pihak yang melakukan

tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap

berlangsungnya proses tindakan adalah guru sejawat, bukan guru yang sedang

melakukan tindakan.

Perencanaan penelitian tindakan kelas disusun dan didiskusikan oleh

peneliti bersama guru kolaborator untuk menemukan keberhasilan penelitian

tindakan kelas yang dilangsungkan.

3.2.2 Desain Penelitian

Rencana desain yang akan digunakkan dalam penelitan ini adalah model

PTK dari Kemmis dan Mc. Taggart (Saur tampubolon, 2014:27). Setiap siklus

terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan

tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Bentuk

(4)

Gambar 3.1. Bagan PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (Saur tampubolon, 2014:155).

Keterangan:

a. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini, perencanaan yang dilakukan seperti menelaah materi mata

pelajaran IPA kelas 5 semester II yang akan dilakukan tindakan penelitian dengan

menelaah indikator-indikator pelajaran, persiapan instrument penelitian, persiapan

bahan ajar, serta persiapan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang disesuaikan dengan silabus kelas 5 semester II tahun pelajaran 2014/2015.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pelaksanaan penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan

menggunakkan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti,

hingga kegiatan akhir sesuai dengan RPP.

c. Pengamatan (Observasing)

Siklus 1 Planning

Observing

Acting Reflecting

Replanning

Observing

Acting Reflecting Siklus 2

(5)

Observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh observer secara silmutan (bersamaan dengan

pembelajaran berlangsung).

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data bersama guru

pelaksana yang akan direkomendasikan tentang hasil belajar suatu tindakan yang

telah dilakukan demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh

aspek/indikator yang telah ditentukan.

3.3 Prosedur Penelitian

Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. Kegiatan diterapkan

dalam upaya menumbuhkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran

sebagai langkah untuk tercapainya kompetensi dasar yang diharapkan. Tahapan

disusun dalam 2 siklus penelitian yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dan siklus II

terdiri atas perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Pada siklus I terdiri dari empat tahap yaitu tahapan perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan yaitu

dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menentukan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan peneliti,

mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator,

setelah indikator dibuat langkah selanjutnya yaitu menjabarkan indikator menjadi

tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan audio visual. Menyiapkan

alat peraga, sarana, dan media pembelajaran (lingkaran kepala bernomor, video,

dan bahan-bahan lain), membuat lembar kerja peserta didik untuk diskusi

kelompok, membuat lembar observasi guru dan peserta didik dalam pembelajaran,

yang terakhir membuat evaluasi beserta kunci jawaban evaluasi.

Tahap kedua yaitu pelaksanaan tindakan, dalam tahap pelaksanaan tindakan

ini akan dilakukan oleh guru pelaksana dan didampingi oleh peneliti. Pelaksanaan

(6)

kegiatan akhir. Tahap ini merupakan implementasi kegiatan pembelajaran yang

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Adapun gambaran

pelaksanaan pembelajarannya yaitu guru membuka pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa, mempersiapkan media pembelajaran,

memberikan apersepsi tentang tentang tanah, selanjutnya yaitu menyampaikan

tujuan pembelajaran, menampilkan sebuah video tentang struktur lapisan tanah,

membentuk kelompok dan setiap anggota kelompok diberi lingkaran kepala

bernomor untuk dipakai, setiap kelompok diberi lembar kerja untuk didiskusikan

bersama kelompoknya, setelah selesai mengerjakan setiap kelompok mempunyai

kesempatan untuk mempressentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain,

kelompok yang lain boleh menanggapi, setelah itu peserta didik diminta untuk

membuat kesimpulan dari pembelajaran, guru memberi pekerjaan rumah, peserta

didik diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan yang terakhir yaitu guru

menutup pelajaran dengan mengucap salam penutup

Tahap yang ketiga yaitu observasi, dalam tahap ini peneliti melakukan

kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola

kelas, peneliti mengamatai peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran,

mengamati proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT berbantuan media audio visual, dan hasil belajar peserta didik melalui

evaluasi pembelajaran.

Tahap terakhir yaitu refleksi, pada tahap ini dijadikan refleksi terhadap

hasil- hasil observasi untuk mengkaji atau mempertimbangkan hasil atau dampak

dari tindakan yang telah dilakukan, jika belum memenuhi indikator, maka

kelemahan dan kekurangan akan diperbaiki pada siklus kedua. Kegiatan yang

dilakukan pada refleksi antara lain yaitu merekapitulasi hasil tes pada siklus I,

membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I, Mendiskusikan

dengan guru tentang hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan

kegiatan penelitian selanjutnya dalam siklus II.

Siklus II akan dilaksanakan apabila siklus I belum berhasil. Kegiatan

pembelajaran akan dilakukan sama seperti siklus I, tetapi waktu pelaksanaan akan

(7)

penelitian dengan Kompetensi Dasar yang berbeda pula. Siklus II merupakan

penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Setelah itu peneliti

mencatat permasalahan dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung

dan merencanakan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:2). Dalam

penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu:

3.4.1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011:4).

Variabel bebas kedudukannya tidak tergantung oleh variabel yang lain dan

mempengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual.

Model NHT merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menuntut

peserta didik untuk bekerjasama dan berkomunikasi antar peserta didik dalam

menyelesaikan tugas dari guru, dalam model NHT ini peserta didik akan dibagi

dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap anggota kelompok diberi nomor

berkepala. Setiap kelompok diberi tugas untuk diselesaikan bersama kelompok

masing-masing, apabila sudah selesai guru memanggil nomor kepala yang mereka

pakai, peserta didik yang dipanggil nomornya berkesempatan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Model NHT dibantu dengan media audio

visual, diharapkan dengan bantuan media audio visual peserta didik lebih

memahami materi yang diajarkan. Media ini akan digunakan sebelum

menjalankan model pembelajaraan kooperatif tipe NHT, terlebih dahulu guru

(8)

3.4.2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah proses pembelajaran dan hasil belajar IPA.

Variabel yang digunakan mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe NHT berbantuan media audio visual mempengaruhi proses pembelajaran dan

hasil belajar IPA peserta didik kelas 5 SDN Cukil 01. Dalam penelitian ini hasil

belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar dari aspek kognitif yang meliputi

pemahaman materi ajar dalam mengerjakan soal evaluasi. Hasil kognitif ini

diperoleh dari skor evaluasi pada akhir pelajaran. Nilai keberhasilan peserta didik

dianalisis menurut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sehingga dapat

diketahui keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data disertai instrumennya.

Teknik pengumpulan data adalah cara yang diambil untuk mengumpulkan

data selama proses penelitian. Instrument pengumpulan data akan menjelaskan

mengenai alat-alat instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam

menghimpun data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini

cara pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes.

Teknik nontes yaitu berupa observasi, sedangkan teknik tes berupa soal evaluasi.

a. Observasi

Untuk mengetahui perkembangan aktivitas belajar peserta didik dilakukan

teknik observasi. Observasi bertugas untuk melakukan pengamatan dan penilaian

melalui pengisian lembar aktivitas peserta didik dan kegiatan mengajar guru

dalam proses pembelajaran. Menurut Tampubolon (2014:51) mengungkapkan

(9)

kolaborator yang terdiri dari 2 orang (guru dan mahasiswa) melakukan penilaian

berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh

peneliti. Penilaian pelaksanaan pembelajaran diberikan dalam bentuk centang atau

ceklis pada instrument yang sama.

b. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi. Tes digunakan untuk

menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif

berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan

dan pengajaran.

Tes evaluasi dilaksanakan setiap akhir tindakan pembelajaran pada siklus I

maupun siklus II. Pemberian soal tes bertujuan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatIf tipe NHT

berbantuan media audio visual.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk

mengetahui hasil belajar IPA di kelas 5 SDN Cukil 01 Tengaran, Semarang

setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media

audio visual adalah:

1) Lembar Observasi

Kegiatan observasi harus dilaksanakan secara bersamaan dengan proses

pembelajaran. Dalam lembar observasi ini berisi hal-hal yang dapat mengukur

aktivitas serta keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio

visual. Lembar observasi diisi oleh peneliti dengan memberi tanda checklist (√)

pada kolom skor sesuai hasil yang diamati peneliti terhadap aktivitas guru dan

aktivitas peserta didik. Untuk skala (skala likert) penilaian dan kriteria yang

digunakan pada lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam penelitian

(10)

Skor 4 guru melaksanakan pembelajaran dengan „Sangat Baik”. Skor 3 guru melaksanakan pembelajaran dengan “Baik”.

Skor 2 guru melaksanakan pembelajaran dengan “Cukup”. Skor 1 guru melaksanakan pembelajaran dengan “Kurang”.

Skala likert biasa digunakan untuk memberikan penilaian terhadap sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2012:134). Kisi-kisi aktivitas guru dan peserta didik dalam

pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan

media audio visual sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru Langkah

Pembelajaran

Indikator No.Item

Pra Pembelajaran Memeriksa kesiapan ruang, alat dan media

pembelajaran.

1

Memimpin doa. 2

Mengecek kehadiran (presensi). 3

Memeriksa kesiapan peserta didik. 4

Kegiatan Awal Apersepsi sesuai dengan materi ajar 5

Memotivasi dengan bertanya jawab. 6

Menyampaikan tujuan yang akan dicapai. 7

Kegiatan Inti Memperlihatkan sebuah video sebagai

bahan materi.

8

Tanya jawab tentang video. 9

Menjelaskan materi pembelajaran secara

runtut.

10

Mengaitkan materi dengan kehidupan

sehari-hari.

11

Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran

NHT berbantuan media audio visual.

(11)

Membagi kelompok. 13

Menjelaskan aturan diskusi kelompok. 14

Membimbing dan memberikan bantuan

selama proses pembelajaran NHT.

15

Meminta untuk mempresentasikan hasil. 16

Memberikan kesempatan kelompok lain

untuk menanggapi.

17

Memberikan kesimpulan tentang kegiatan

tersebut.

18

Memberikan penghargaan. 19

Kegiatan Akhir Membuat kesimpulan. 20

Melakukan refleksi pembelajaran. 21

Menutup pembelajaran. 22

Total 22

Tabel 3.3

Kisi- kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik Langkah

Pembelajaran

Indikator No.item

Pra Pembelajaran Mempersiapkan alat belajar. 1

Kesiapan dalam menerima materi pelajaran. 2

Kegiatan Awal Menjawab pertanyaan dari guru. 3

memperhatikan motivasi dari guru. 4

Memperhatikan penjelasan tentang tujuan

pembelajaran.

5

Kegiatan Inti Memperhatikan video. 6

Memperhatikan materi yang dijelakan guru. 7

(12)

Interaksi dengan guru. 9

Ketertarikan terhadap materi yang disajikan. 10

Antusias dalam pembagian kelompok (NHT). 11

Bekerja sama dalam kelompok 12

Berpartisipasi dalam kelompok (NHT). 13

Melakukan diskusi sesuai dengan alokasi

waktu yang ditentukan.

14

Mempresentasikan hasil. 15

Memberikan tanggapan kepada kelompok

lain.

16

Menyimak dengan seksama pendapat

kelompok lain

17

Kegiatan Akhir Membuat kesimpulan dari pembelajaran 18

19

20 Melakukan refleksi pembelajaran .

Memberikan salam penutup.

Total 20

Untuk menghitung rentang kriteria skor aktivitas guru maupun peserta didik

digunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2011:36) dengan langkah-langkah

perhitungan sebagai berikut:

a) Menghitung Jumlah Kelas Interval

K = 1 +3,3 log n

n merupakan jumlah peserta didik yang dijadikan subjek penelitian.

b) Menghitung Rentang Data

R = Skor Maximal Skor Minimal

Skor maximal dihitung dengan mengalikan jumlah indikator penilaian

observasi aktivitas guru atau peserta didik dengan skala penilaian tertinggi (4),

sedangkan skor minimal diperoleh dengan mengalikan jumlah indikator penilaian

(13)

c) Menghitung Panjang Kelas

P =

Berdasarkan langkah-langkah perhitungan tersebut dapat diketahui kriteria

skor aktivitas guru dan aktivitas peserta didik sebagai berikut:

Tabel 3. 4

Kriteran Skor Aktivitas Guru

Rentang Kriteria

22 – 34 Sangat kurang

35 – 47 Kurang

48 – 60 Cukup baik

61 – 74 Baik

75 – 88 Sangat baik

Tabel 3.5

Kriteria Skor Aktivitas Peserta Didik

Rentang Kriteria

20 – 31 Sangat kurang

32 – 43 Kurang

44 – 55 Cukup baik

56 – 67 Baik

68 – 80 Sangat baik

2) Tes

Hasil tes yang diperoleh juga digunakan untuk mengetahui kemampuan

peserta didik sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil

dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui

dua siklus dan evaluasi di dilakukan di akhir siklus untuk mengetahui kemampuan

peserta didik pada setiap siklus. Tes hasil belajar yang diwujudkan dalam

butir-butir soal tes formatif berbentuk pilihan ganda pada siklus I dan II masing-masing

berjumlah 20 soal. Secara rinci kisi-kisi soal tes formatif siklus I disajikan pada

tabel 3.6 sebagai berikut:

Rentang

(14)

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus I Kelas 5 SDN Cukil 01 Tengaran Semarang

memiliki 4 indikator dan diwujudkan ke dalam 20 soal yang memiliki komposisi

jumlah soal berbeda. Secara rinci kisi-kisi soal tes formatif siklus II disajikan pada

(15)

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrument Soal Evaluasi Siklus II Kelas 5 SDN Cukil 01 Tengaran Semarang

diberi skor satu (Sudjana, 2011:54). Pada penelitian ini yang dilakukan di kelas 5

SDN Cukil 01 setiap item soal pada tes evaluasi hasil belajar IPA melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual diberi skor satu

dan perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar IPA berpedoman pada perhitungan

rumus sebagai berikut:

x =

Keterangan:

x = nilai tes evaluasi hasil belajar

∑ S = jumlah skor

∑ SM = jumlah skor maksimal ∑S

∑SM

(16)

Sekolah menetapkan KKM sebesar 70, sehingga dari perbandingan antara

nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa peserta didik

yang sudah tuntas belajar atau belum tuntas. Kriteria ketuntasan belajar peserta

didik dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Ketuntasan Belajar

Rentang Kriteria

x < 70 Tidak tuntas atau belum memenuhi KKM

x ≥ 70 Tuntas atau Memenuhi KKM

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan uji

instrumen soal. Instrumen soal yang akan digunakan sebelumnya harus diuji

validitasnya, dan reliabilitas.

3.6.1 Uji validitas

Validitas menurut Arikunto (2006:168) adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Uji validitas instrumen soal digunakan untuk mengetahui validitas soal

yang nantinya akan digunakan sebagai tes individual setelah proses pembelajaran

berlangsung. Pada uji validitas ini menggunakan nilai r Poduct Moment dengan

jumlah peserta didik (N) 25 maka taraf signifikan 5% adalah 0,396 (Sugiyono,

(17)

Tabel 3.9

Taraf Signifikan Validitas

N Taraf Signifikan 5%

23 0,413

24 0,404

25 0,396

26 0,388

27 0,381

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

seharusnya diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan

kriteria yang sudah ditentukan. Uji validitas ini menggunakan uji korelasi antar

skor (nilai) tiap-tiap item atau pertanyaan dengan nilai total tes. Bila korelasinya

rendah berarti pertanyaan ini tidak bergayut atau harus didrop. Koefisien korelasi

selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Teknik korelasi yang dipakai adalah

Corrected Item-Total Correlation dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20.

Menurut Arikunto (2012:89) interprestasi besarnya koefisien korelasi adalah

sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat baik

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Instrumen tes berupa butir soal pada siklus I dan II yang akan diberikan

pada peserta didik kelas 5 SD Negeri Cukil 01 sebelumnya telah diuji cobakan

pada peserta didik kelas 6 SD Negeri Tegalwaton 01 tanggal 20 Maret 2015

sampai selesai. Dari 25 peserta didik kelas 6 SDN Tegalwaton didapatkan hasil

yang berupa skor dari pekerjaan peserta didik, kemudian dilakukan perhitungan

uji validitas instrument hasil dengan bantuan SPSS versi 20. Pada siklus 1 dengan

35 butir soal pilihan ganda, setelah dilakukan uji validitas diperoleh hasil butir

(18)

telah mencukupi kebutuhan soal yang akan digunakan dalam siklus I yaitu 20

soal, maka 3 butir soal yang valid dan 12 butir soal yang tidak valid dibuang.

Secara rinci hasil analisis validitas uji instrumen tes hasil belajar siklus I disajikan

pada tabel 3.10 sebagai berikut:

Tabel. 3.10

Hasil Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I Bentuk soal Nomor soal

sebelum validitas

Butir soal valid Soal tidak valid

Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

valid sebanyak 10 soal. Karena Secara rinci hasil analisis validitas uji instrumen

tes hasil belajar siklus II disajikan pada Tabel. 3.11 sebagai berikut:

Tabel. 3.11

Hasil Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II BBentuk Soal Nomor soal sebelum

validitas

Butir soal valid Soal tidak valid

(19)

3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut

dalam menilai apa yang akan dinilainya. Istrumen yang reliabel berarti instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011:348). Uji reliabilitas dilakukan

dengan bantuan SPSS statistic versi 20 pengukuran uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunaka Croncbrach Alpha. Wardani (2012:346) mengatakan

bahwa semakin tinggi reliabilitas suatu tes (hasilnya mendekati satu) maka

semakin tinggi pula keajegan atau ketepatan instrument yang digunakan tersebut. Keajegan instrument dapat diketahui dengan menentukan koefisien alpha (α). Pengukuran koefisien reliabilitas instrument dalam penelitian ini sebagai berikut:

α ≤ 0,7 : tidak dapat diterima

0,7 < α < 0,8 : dapat diterima 0,8 < α ≤ 0,9 : reliabilitas tinggi

α ˃ 0,9 : reliabitas memuaskan

Hasil uji reliabilitas instrumen yang akan digunakan sebagai instrumen

evaluasi pada akhir siklus 1 dapat dilihat pada tabel 3.12 sebagai berikut:

Tabel 3.12

Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I

Berdasarkan tabel 3.12 uji reliabilitas instrumen dengan SPSS versi 20 yang

digunakan untuk evaluasi siklus I dapat diketahui bahwa reliabilitasnya 0,886

sehingga termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi. Cronbach's Alpha N of Items

(20)

Tabel. 3.13

Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus II

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.892 20

Berdasarkan Tabel 3.13 uji reliabilitas instrumen dengan SPSS versi 20

yang digunakan untuk evaluasi siklus II dapat diketahui bahwa reliabilitasnya

0,892 sehingga termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi.

Hasil uji validitas instrument uji coba siklus I didapati 23 instrumen valid,

akan tetapi penelitian hanya mengambil 20 instrumen yang valid dengan nomor 1,

3, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 33, dan 34. Selain itu

untuk instrumen uji coba siklus II yang di nyatakan valid ada 25 instrumen, akan

tetapi peneliti hanya mengambil 20 instrumen yang valid dengan nomor 1, 2, 3, 8,

10, 11, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 32, 33, dan 35. Instrumen uji

coba siklus I dan instrumen siklus I mengalami beberapa perubahan nomor, begitu

pula dengan instrumen siklus II .

Tabel 3.14

(21)

Tabel 3.15

Perubahan Nomor dari Instrumen Uji Coba Siklus II ke Instrumen Siklus II Nomor

Pada penelitian ini, dilakukan pengujian tingkat kesukaran instrumen pada

instrumen-instrumen siklus I dan siklus II. Untuk uji taraf kesukaran akan

diuraikan sebgai berikut:

3.7. Uji Taraf Kesukaran

Menurut Sudjana (2010:135) menganalisis tingkat kesukaran soal artinya

mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal

mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Untuk menentukan indeks

kesukaran digunkan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal

B = banyaknya peserta didik yang menjawab benar setiap butir soal

(22)

Tabel 3.16

Indeks Tingkat Kesukaran Soal

Interval Nilai Kriteria

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Uji tingkat kesukaran dilakukan setelah instrumen dilakukan uji validitas

dan uji reliabilitas instrumen dan hasil uji tingkat kesukaran instrumen tes dapat

dilihat perhitungan selengkapnya pada lampiran.

Tabel 3.17

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I

No. Interval Nilai Kriteria Nomor Item Jumlah 1 0,00 – 0,30 Sukar 13, 24, dan 34 3 2 0,31 – 0,70 Sedang 3, 5, 6, 7, 9,

10, 18, 21, 22, 23, 25, 27, 28, dan 33

14

3 0,71 – 1,00 Mudah 1, 14, dan 16 3

Total 20

Tabel 3.18

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II

No. Interval Nilai Kriteria Nomor Item Jumlah

1 0,00 – 0,30 Sukar 3, 21, dan 28 3

2 0,31 – 0,70 Sedang 1, 8, 10, 11, 12, 15, 18, 24, 25, 26, 29, 30, dan 33

13

3 0,71 – 1,00 Mudah 2, 16, 32, dan 35

4

Total 20

3.8 Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif

komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal,

nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II. Sedangkan untuk data

(23)

observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Analisis data terhadap hasil penelitian

dijelaskan sebagai berikut:

1) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil

belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung ketuntasan belajar IPA

peserta didik secara klasikal dan rata-rata nilai peserta didik. Analisis tersebut

dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual, ketuntasan klasikal, dan nilai

rata-rata peserta didik dengan rumus sebagai berikut:

x = × 100

Keterangan:

X = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA ∑ S = jumlah skor

∑ SM = jumlah skor maksimum

KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah sebesar 70, sehingga berdasarkan

perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa

peserta didik telah tuntas atau belum tuntas dalam pembelajaran IPA.

Sementara untuk mengukur nilai rata-rata peserta didik digunakan rumus sebagai

berikut:

X =

Keterangan:

X = nilai rata-rata

∑x

N = jumlah peserta didik

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik secara

klasikal adalah sebagai berikut:

∑ S

∑ SM

= jumlah nilai yang diperoleh ∑x

(24)

KB = x 100%

Ket :

KB = ketuntasan belajar

NS = jumlh peserta didik yang tuntas di atas KKM

N = jumlah peserta didik

Ada 5 kriteria ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal, berdasarkan

nilai persentase yang diperoleh melalui kriteria ketuntasan belajar secara klasikal

dapat dilihat pada tabel 3.19 sebagai berikut:

Tabel 3.19

Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

Rentang Kriteria

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup Baik

21 – 40 Kurang Baik

0 – 20 Sangat Tidak Baik

(Sumber: Saur Tampubolon 2014)

2) Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa serta guru selama

proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. Analisis hasil observasi

aktivitas guru dan peserta didik dilakukan dengan menghitung persentase jumlah

pencapaian skor minimal secara klasikal. Rumus persentase hasil observasi guru

dan peserta didik adalah sebagai berikut:

persentase = x 100%

Kriteria hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA

melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual

dibagi menjadi beberapa kriteria. Kriteria hasil observasi secara klasikal dapat

dilihat pada tabel 3.20 sebagai berikut: NS

N

(25)

Tabel 3.20

Kriteria Hasil Observasi Klasikal

Rentang Kriteria

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup Baik

21 – 40 Kurang Baik

0 – 20 Sangat Tidak Baik

(Sumber: Saur Tampubolon 2014)

3.9. Indikator Keberhasilan

Tolak ukur keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media audio visual pada pelajaran IPA meliputi indikator proses dan

hasil. Indikator proses dan hasil akan dijabarkan sebagai berikut:

3.9.1. Indikator Proses

Indikator proses pada penelitian ini berkaitan dengan keberhasilan dari

proses pembelajaran yang dilakukan guru maupun peserta didik melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual. Pada penelitian

ini aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dikatakan

berhasil apabila mengalami peningkatan secara signifikan minimal 10 skor.

Dilihat dari kriteria skor aktivitas guru dan kriteria skor aktivitas peserta didik

rentang kriteria skor guru sebesar 12 dan skor aktivitas peserta didik sebesar 11.

3.9.2. Indikator Hasil

Indikator hasil adalah hasil belajar IPA, melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dikatakan dapat

meningkatkan hasil belajar IPA apabila peserta didik kelas 5 SDN Cukil 01 secara

signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai sebesar ≥ 85% dari 22 peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaraan

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan PenelitianTindakan Kelas
Gambar  3.1. Bagan PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (Saur
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru
Tabel 3.3 Kisi- kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas yaitu pengalaman indrawi, pengalaman emosi, pengalaman sosial dan persepsi kualitas secara simultan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap niat beli

Penelitian ini diharapkan untuk menerapkan teori yang telah didapat dari perkuliahan dan untuk menambah pengetahuan mengenai pengalaman indrawi, pengalaman emosi,

1) Mengelola data pustaka. 2) Mencatat pengadaan buku dari berbagai sumber, seperti pembelian, sumbangan, kerjasama. 3) Mengelola data anggota, seperti registrasi, dan

Menurut Monroe dan Krishnan (1985) dan Zeithaml (1988) dalam Amir Nasermoadeli, Kwekachaoon Ling, dan Farshad Maghnati (2013) menyatakan bahwa produk yang baik nilai

Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah

Dengan hormat, disampaikan bahwa dalam rangka penyusunan tugas akhir (Tesis) dalam program studi Ekonomi Islam pada Program Pascasarjana UIN Sumatera Utara,

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari program S-1 jurusan Akuntansi

pejabat yang lebih tinggi. Setiap surat order pembelian harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang untuk mengurangi kemungkinan diterimanya barang dan timbulnya kewajiban