• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR FISIK DAN PSIKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR FISIK DAN PSIKOLOGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Industrialisasi :

 Selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakain kompleks dan rumit.

 Sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM-nya.

 Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah (kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja).

 Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat luas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja : faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis.

Kinerja suatu sistem kerja sering dibatasi oleh keterbatasan manusia dan untuk meningkatkan keterbatasan tersebut dengan merancang sistem kerja secara benar dan ergonomis.

Tanggungjawab pekerjaan oleh pekerja tidak bisa berjalan dengan baik, karena :

1. Kesulitan menjaga kewaspadaan dalam jangka waktu yang cukup lama. 2. Pekerjaan disertai dengan tanggungjawab yang berat.

3. Kurangnya komunikasi antara manusia/ pekerja. 4. Pengaruh kelelahan, obat-obatan dan alkohol.

Faktor-faktor fisik dalam perancangan stasiun kerja : 1. Kebisingan

 Kebisingan :

(2)

- Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

 Kualitas suara yang tepat ditentukan : frekuensi suara (jumlah getaran per detik) Herz (Hz) dan intesitas suara (arus energi) desibel (dB) : perbandingan antara kekuatan dasar bunyi (0,0002 dyne/ cm2) dengan

frekuensi (1.000 Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga normal.

 Intesitas kebisingan di tempat kerja harus sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) 85 dB, waktu kerja terus menerus dan tidak lebih dari 8 jam/ hari atau 40 jam seminggu.

Tabel 1 Batas Waktu Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan Intensitas Kebisingan yang Diterima Pekerja

Batas Waktu Per Hari Kerja Intensitas Kebisingan dalam dB

(3)

- Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu - Ketel uap atau boiler untuk pemanas air

- Kendaraan bermotor dari lalu lintas, dll  Pengaruh kebisingan :

- Intesitas tinggi : kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian.

- Intesitas rendah : menyebabkan penurunan performansi kerja (penyebab stress : kelelahan dini, kegelisahan dan depresi) yang berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja.

 Pengendalian :

Pengendalian kebisingan bisa pendekatan jangka pendek dan jangka panjang.

1. Eliminasi sumber kebisingan

- Penggunaan tempat kerja atau pabrik baru.

- Mensyaratkan maksimum intesitas kebisingan dari mesin baru.

- Konstruksi pembuatan pabrik dan pemasangan mesin dapat meredam kebisingan serendah mungkin.

2. Pengendalian kebisingan secara teknik

- Mengisolasi mesin terpisah dari pekerja (pakai remote control). - Redesain landasan mesin dengan bahan anti getaran.

- Melapisi dinding, paflon dan lantai dengan bahan penyerap suara. 3. Pengendalian kebisingan secara administratif.

- Mengatur rotasi kerja.

4. Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja. - Pemakaian alat pelindung telinga.

2. Penerangan

 Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.

(4)

- Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata. - Kerusakan indra mata, dll

Menyebabkan :

- Kehilangan produktivitas. - Kualitas kerja rendah. - Banyak terjadi kesalahan. - Kecelakaan kerja meningkat.

 Pengendalian :

- Desain tempat kerja : penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan, pantulan dan bayang-bayang.

- Identifikasi problem dan kesulitan penerangan.

- Pengembangan dan evaluasi pengendalian resiko akibat penerangan : a) Modifikasi sistem penerangan yang sudah ada :

Merubah posisi lampu, menyesuaikan jumlah lampu, mengganti warna lampu, mengganti jenis lampu, dll)

b) Modifikasi pekerjaan :

Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, merubah posisi kerja, modifikasi obyek kerja sehingga dapat dilihat dengan jelas.

c) Pemeliharaan dan pembersihan lampu. d) Penyediaan penerangan lokal.

e) Menghindari sumber cahaya berkedip.

f) Menggunakan banyak lampu dengan daya kecil dari pada menggunakan lampu sedikit dengan daya besar.

g) Menghindari penempatan arah cahaya langsung.

h) Menghindari penggunaan cat yang mengkilat pada mesin, meja dan tempat kerja.

- Penggunaan warna-warna di tempat kerja.

 Merah : tanda bahaya, halte, tempat terlarang, peringatan untuk

kebakaran, alat pemadam api.

 Kuning kontras dengan hitam : bahaya tubrukan, bahaya

(5)

- Standard penerangan di tempat kerja.

Intensitas penerangan ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan.

 Halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan intensitas

penerangan paling sedikit 20 luks.

 Pekerjaan yang membedakan barang kasar dan besar intensitas

penerangan paling sedikit 50 luks.

 Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas

intensitas penerangan paling sedikit 100 luks.

 Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil agak teliti

intensitas penerangan paling sedikit 200 luks.

 Pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang-barang

kecil dan halus intensitas penerangan paling sedikit 300 luks.

 Pekerjaan yang membedakan barang-barang halus dengan

kontras yang sedang dalam waktu yang lama intensitas penerangan paling sedikit 500-1.000 luks.

 Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang sangat halus

dengan kontras yang kurang dalam waktu yang lama intensitas penerangan paling sedikit 2.000 luks.

3. Mikroklimat

 Mikroklimat dalam lingkungan kerja terdiri dari unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi, panas radiasi dan kecepatan gerakan udara.

 Negara dengan empat musim, rekomendasi untuk musim dingin pada suhu antara 19-23 oC, kecepatan udara antara 0,1-0,2 m/det dan pada musim panas

suhu antara 22-24 oC, kecepatan udara antara 0,15-0,4 m/det dan kelembaban

antara 40-60% sepanjang tahun.

 Negara dengan dua musim seperti Indonesia, rekomendasi suhu panas lingkungan kerja batas tolensansi suhu tinggi sebesar 35-40 oC, kecepatan

udara 0,2 m/det dan kelembaban antara 40-50% sepanjang tahun.

a. Lingkungan kerja panas.

(6)

panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh.

- Peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau di luar ruangan di bawah terik matahari.

b. Pengaruh fisiologis akibat tekanan panas.

- Peningkatan temperatur udara menyebabkan : denyut jantung dan temperatur kulit meningkat, suhu tubuh inti pada awalnya turun kemudian meningkat, dll.

- Gangguan kesehatan :

1) Gangguan perilaku dan performansi kerja (kelelahan, sering melakukan istirahat curian, dll).

2) Dehidrasi (kehilangan cairan tubuh yang berlebih).

3) Heat rash (biang keringat, gatal kulit).

4) Heat cramps (kejang-kejang otot tubuh tangan dan kaki).

5) Heat syncope (terhambatnya aliran darah ke otak).

6) Heat exhaustion (mulut kering, sangat haus, lemah, sangat lelah)

c. Penilaian lingkungan kerja panas.

 Dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja. Normal suhu inti tubuh 37 oC.

 Parameter pengukuran suhu dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) :

1) Pekerjan di bawah sinar matahari :

ISBB = (0,7 x suhu basah ) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering).

2) Pekerjaan di dalam ruangan :

ISBB = (0,7 x suhu basah ) + (0,3 x suhu radiasi). d. Pengendalian lingkungan kerja panas

 Perlu koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan.

 Teknik pengendalian :

(7)

 Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan

panas.

 Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.

 Penggunaan alat pelindung yang dapat memantulkan panas.

3) Mengurangi temperatur dan kelembaban. 4) Meningkatkan pergerakan udara.

5) Pembatasan waktu kerja di tempat panas :

 Melakukan pekerjaan di tempat panas pada pagi dan sore hari.

 Menyediakan tempat sejuk untuk proses pemulihan.

 Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban

kerja dan nilai ISBB.

Note : Dengan pengendalian faktor-faktor yang berbahaya di lingkungan kerja, diharapkan tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif bagi tenaga kerja.

Faktor-faktor psikologi dalam perancangan stasiun kerja :

1. Waktu respon manusia

 Waktu respon sangat signifikan untuk membatasi kinerja sistem. Waktu respon paling cepat berkisar ± 2 detik.

 Waktu respon, mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau alat kontrol sebelum alat kontrol tersebut terjangkau.

Contoh : pengoperasian pesawat terbang tempur.

Rumus : detik 980

d 2  t

Dimana :

t = waktu respon

d = jarak terjangkaunya alat 2. Daya Ingat Jangka Pendek

 Mempertimbangkan karakteristik manusia yang mempunyai daya ingat jangka pendek.

(8)

 Daya ingat akan menurun dengan bertambahnya usia.

3. Kewaspadaan

 Kewaspadaan : proses kesiap-siagaan yang dilengkapi dengan berbagai macam informasi dan adanya respon yang cepat untuk mengetahui masalah yang terjadi.

Contoh :

- Pengendalian kualitas dalam industri.

- Ruang pengendali reactor.

- Penjaga mercusuar.

- Menara pengawas pesawat.

- Pengoperasian truk jarak jauh.

- Masinis kereta api, dll.

Diperlukan bagi para militer dalam suasana perang.

Jenis pekerjaan yang terlalu ringan dapat menghilangkan rasa waspada ini.

4. Kelelahan kerja

Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja.

Kelelahan kerja : - Menurunkan kinerja dan menambah kesalahan kerja. - Memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja. - Meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan

dilakukan.

- Penurunan rasa lelah dengan memberikan istirahat yang cukup.

5. Kelelahan otot

 Terjadi bila suasana kerja dengan otot statis : aliran darah agak menurun sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kekelahan otot lokal.

 Beban otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu.

 Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga mengirim zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat.

(9)

 Kebanyakan jenis pekerjaan yang mengandung pembebanan otot statis sulit untuk dihindarkan.

 Mempertahankan suatu gaya dan momen pada lengan dan tangan amatlah tidak dikehendaki

 Kekuatan maksimum tidak akan berkurang jika otot statisnya berada pada 15 % dari kekuatan maksimum.

7. Kelelahan secara umum Ditandai dengan :

- Kelelahan Visual (indera penglihatan) - Kelelahan seluruh tubuh

- Kelelahan mental - Kelelahan urat syaraf - Stress (pikiran tegang) - Rasa malas

Kelelahan dapat ditandai dengan kondisi yang cenderung untuk mengantuk, Gejalanya :

 Rasa letih, lelah, lesu dan lemah

 Mengantuk

 Motivasi kerja menurun

 Rasa pesimis

Cara mengatasi kelelahan secara umum :

- Pengaturan jam istirahat kerja.

- Perbaikan tempat kerja.

- Pengaturan jam kerja.

- Pengaturan interval rotasi pekerjaan.

Gambar

Tabel 1 Batas Waktu Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan Intensitas Kebisingan yang Diterima Pekerja

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam proses kampanye mereka diharuskan untuk menggunakan strategi yang tepat, memaksimalkan sumber daya politik yang ada, dan menyiasati menguatnya praktik patronase

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setiap perusahaan, baik yang berskala besar, menengah maupun kecil akan berinteraksi dengan lingkungan dimana perusahaan tersebut berada.. Lingkungan itu sendiri selalu

Kesalahan yang paling sedikit adalah kesalahan penggunaan tanda hubung yaitu mencapai 3 kesalahan penggunaan tanda baca yang ditemukan dalam karangan siswa kelas V SD tidak

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang