• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MASALAH PSIKOLOGIS MASA KANAK KA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MASALAH PSIKOLOGIS MASA KANAK KA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MASALAH PSIKOLOGIS MASA KANAK-KANAK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Psikologi Prodi S-1 Manajemen Pendidikan Islam

Dosen pembimbing Lilik Suhartiningsih, M. Psi

Disusun Oleh:

1. Jushanah

2. Kholisotu Sa’adah

3. Lailatu Maghfiroh

4. Leni Ayu Safitri

5. Rosita Sari

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL URWATUL WUTSQO

JOMBANG

(2)

ii

Kata Pengantar

م ۡسب

ميحهرلٱ ن ٰ م ۡحهرلٱ هَٱ

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberi

Rahmat dan Hidayah serta Taufiq-Nya kepada kami sehingga kami dapat melakukan tugas

membuat makalah ini serta menyusun menurut kamampuan kami, meskipun kami mengalami

hambatan, tetapi tidak menjadikan kami suatu kendala dalam membuat makalah ini.

Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami merasa sangat berhutang budi atas

bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dan kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Lilik Suhartiningsih, M. Psi selaku dosen pembimbing kami

2. Sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi informasi yang kami butuhkan

Atas bantuan dan kemurahan hati bapak dosen maupun sahabat-sahabat, kami

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan dan

bantuan baik berupa material maupun spiritual.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin…

Akhir dari harapan kami semoga makalah ini senantiasa bermanfaat bagi kita semua, dan

kami mohon maaf apabila di dalam makalah ini ada kekurangan atau kesalahan meskipun

kami usahakan semaksimal mungkin.

نيم ل ٰ عۡلٱ ِب ر هَ د ۡم حۡلٱ

Jombang, 26 Oktober 2016

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

BAB 1 Pendahuluan ... 1

BAB II Pembahasan ... 3

A. Keterbelakangan Mental ... 3

B. Autism ... 4

C. Gangguan Belajar ... 5

D. ADHD ... 6

E. Gagap, Gugup Otot dan Sindrom Tourette... 7

F. Kecemasan Perpisahan ... 8

G. Kenakalan ... 8

BAB III Penutup ... 11

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat

dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak-

anak seringkali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat

didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “ Orang Dewasa” masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan. Masa kanak-kanak merupakan masa dimana seorang anak manusia

memulai suatu hal yang masih sangat baru bagi kehidupan mereka, rasa ingin tahu, penasaran

dan mencontoh merupakan beberapa hal yang sangat dominan terjadi pada mereka di masa ini

mereka belajar berbagai hal seperti berbicara, berjalan atau pun bersosialisasi dengan teman

sebayanya. Dalam memulai hal yang baru pasti seorang anak mengalami permasalahan-

permasalahan yang berdampak pada perkembangan anak tersebut.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa masalah psikologis yang

terjadi pada masa kanak-kanak yang mungkin bisa bermanfaat bagi penulis dan juga para

pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud keterbelakangan mental?

2. Apa yang dimaksud Autism?

3. Apa yang dimaksud gangguan belajar?

4. Apa yang dimaksud masalah hiperaktif?

5. Apa sebab-sebab dari gagap, gangguan otot, dan sindrom tourette?

6. Bagaimana kecemasan kanak-kanak mengenai perpisahan?

7. Bagaimana kenakalan kanak-kanak?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian keterbelakangan mental.

(5)

2

3. Mengetahui gangguan belajar pada kanak-kanak.

4. Mengetahui masalah hiperaktif.

5. Mengetahui tentang gagap, gangguan otot, dan sindrom tourette.

6. Mengetahui kecemasan perpisahan.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental)

Retardasi mental (RM) atau keterbelakangan mental atau yang sekarang memakai

istilah disabilitas intelektual (DI) adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan yang di

bawah rata-rata atau kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang diperlukan

dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Orang-orang dengan disabilitas intelektual

dapat belajar untuk keterampilan yang baru, akan tetapi mereka belajar mereka hanya

lebih lambat. Keadaan disabilitas ini bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun

terdapat proses patologis yang terjadi pada otak. Ada beberapa tingkat disabilitas

intelektual, dari ringan sampai sangat berat.

Lebih dari 2% anak-anak dianggap terbelakang secara mental. Guna memahami

keterbelakangan. Kita perlu memiliki konsep kecerdasan. Kecerdasan sebagai “kemampuan kognitif umum”, yang artinya seberapa bagus seseorang bisa menyelesaikan masalah, seberapa mudah mereka mempelajari hal-hal baru, dan seberapa

cepat mereka bisa melihat hubungan di antara benda-benda.

Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang anda dapatkan dalam tes kecerdasan.

Awalnya itu merupakan sebuah hasil bagi (sebuah rasio): IQ=MA/CA x 100 [MA adalah

usia mental (mental age), sedangkan CA adalah usia kronologis (chronological age)].

Ada beberapa hal penting yang tidak hanya berkenaan dengan IQ, melainkan juga

terkait dengan statistik deskriptif.

1. Kurva normal, yang disebut kurva berbentuk lonceng, merupakan versi ideal dari

apa yang terjadi pada kebanyakan perangkat pengukuran: sebagian besar

pengukuran terdapat di tengah, dan sebagian kecil menurun pada titik yang

menjauh dari tengah, di sini, skor kebanyakan orang mendekati 100 (rata-rata), dan

skor sebagian kecil orang sangat tinggi atau sangat rendah.

2. Mean, adalah rata-rata dari semua skor orang, maka hasilnya adalah mean, mulanya

dipasang pada angka 100. Jumlah keseluruhan skor IQ setiap orang dan dibagi

dengan jumla

3. Standar deviasi (sd). Standar deviasi adalah tingkat rata-rata di mana skornya

(7)

4

Pada dasarnya, keterbelakangan mental diyakini muncul karena ada masalah

pada otak yang disebabkan karena cedera. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan

cedera ini:

 Keturunan (misalnya down syndrome)

 Masalah embrionik (misalnya sindrom alkohol janin, rubella).

 Komplikasi kelahiran (anoxia, infeksi)

 Kondisi medis pada masa kanak-kanak (infeksi, luka berat, keracunan logam berat)

 Penyia-nyiaan dan penyiksaan

 Masalah psikologis lain termasuk neurologis (misalnya autisme)

Ada 3 faktor dalam mendiagnosa disabilitas intelektual yaitu wawancara

dengan orang tua, observasi anak, serta pengujian kecerdasan dan perilaku adaptif.

Seorang anak dianggap RM jika ia memiliki defisit pada IQ dan perilaku adaptif. Jika

hanya salah satu yang ada maka anak tidak dianggap mengalami keterbelakangan

mental.

Setelah tim ahli melakukan diagnosis, mereka akan menilai kekuatan dan

kelemahan tertentu pada anak. Ini membantu untuk menentukan seberapa besar dan

apa jenis dukungan anak yang dibutuhkan untuk bisa survive di rumah, di sekolah, dan

di masyarakat.

B. Autisme

Autisme, yang paling umum dari gangguan perkembangan yang pervasif, dicirikan

dengan kemampuan untuk terlibat yang tidak kenal kompromi, dan kurangnya

ketertarikan dalam interaksi sosial. Autisme berakar pada abnormalitas struktural otak

meupun kecenderungan genetik, berdasarkan studi keluarga dan studi tentang anatomi

otak. Pencarian terhadap gen yang cenderung mengakibatkan autisme dijadikan prioritas

tertinggi penelitian bagi National Institute of Mental Health (NIMH, 1998). Autisme

sudah dilaporkan pada anak-anak dengan sindrom alkohol janin, pada anak-anak yang

terinfeksi rubella selama kehamilan, dan pada kanak-kanak yang ibunga meminum

berbagai obat-obatan yang diketahui merugikan janin.

Penyebab autisme masih belum diketahui, para ahli peneliti meyakini bahwa autisme

melibatkan masalah sirkuit saraf, dan dua studi mengemukakan bahwa kemungkinan

(8)

5

Pada 20 tahun terakhir, sejumlah pembedaaan yang lebih tajam telah berkembang

berkenaan dengan apa yang kini dipandang sebagai spektrum austistik. Pertama, kita

punya apa yang disebut sindrom asperger. Anak-anak (dan orang dewasa yang

umumnya memiliki kecerdasan normal, bahkan kala tinggi), namun punya kesulitan

dalam interaksi sosial. Mereka mengalami kesulitan belajar mengenai apa yang disebut

pragmatik – bagian dari komunikasi atau orang yang mencakup pengenalan ekspresi

wajah, gerak-gerik, pergiliran, dan isyarat non-verbal lainnya.

Ada sindrom lain yang lebih memfokuskan pada bahasa: gangguan

semantik-pragmatik yang kadang digunakan untuk menyebut beberapa anak yang mirip dengan

anak Asperger , tapi lebih punya kemampuan sosial. Masalah mereka lebih pada sisi

komunikasi.

Hiperleksia (hyperlexia) lebih merupakan gejala daripada penyakit atau gangguan. Ia lebih merupakan masalah terlalu cepat dewasa dalam membaca kata-kata, dan terpesona

oleh huruf dan angka.

Ketidakmampuan belajar non-verbal merupakan persoalan dimana seseorang

mengalami kesulitan dalam kemampuan visual, spasial, dan motorik. Salah satu gejala

yang kita kenal adalah kecenderungan untuk menatap/membelalak, terutama ketika

terlalu di stimulasi secara visual.

Masalah autis yang akrab dengan saya (sebab saya punya versi yang lembut mengenai

hal ini) adalah prosopagnosia atau kebutaan wajah. Umumnya, orang dengan masalah ini

mengembangkan cara lain dalam mengenali oraang, seperti pakaian dan gaya rambut.

C. Gangguan Belajar

Gangguan belajar secara bahasa adalah masalah yang dapat mempengaruhi

kemampuan otak dalam menerima, memproses, menganalisis dan menyimpan informasi.

Sedangkan pengertian yang diberikan oleh National Joint Committee for Learning

Disabilities (NJCLD) mengenai gangguan belajar adalah suatu kumpulan dengan

bermacam-macam gangguan yang mengakibatkan kesulitan dalam mendengar, berbicara,

menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan.

Gangguan belajar termasuk klasifikasi beberapa gangguan fungsi di mana seseorang

memiliki kesulitan belajar dengan cara yang khas, biasanya disebabkan oleh faktor yang

tidak diketahui. Istilah Ketidakmampuan belajar dan gangguan belajar sering digunakan

(9)

6

memiliki masalah belajar yang signifikan di bidang akademis. Masalah-masalah ini,

bagaimanapun, tidak cukup untuk menjamin diagnosis resmi. Gangguan belajar, di sisi

lain, adalah diagnosis klinis resmi, dimana individu memenuhi kriteria tertentu,

sebagaimana ditentukan oleh seorang profesional (psikolog, dokter anak, dll)

Perbedaannya adalah dalam tingkat, frekuensi, dan intensitas gejala yang dilaporkan dan

masalah, dan dengan demikian keduanya tidak boleh bingung.

Masalah belajar kerap kali ditemukan bersamaan dengan problem medis lain seperti

keracunan logam berat, sindrom alkohol janin, dan sebagainya.

Masalah membaca yang akrab dikenal dengan dyslexia merupakan masalah belajar

yang paling umum. Disini, skor membaca anak-anak secara signifikan dibawah IQ, tingat

usia yang diperkirakan, atau kemampuan umum mereka. Anak-anak ini tampaknya punya

masalah dengan kata-kata yang biasanya dari kiri ke kanan, yang menyebabkan mereka

memutarbalikan uhruf dan mencampuradukan ejaan.

Dicatat bahwa dyslexia adalah masalah yang jauh lebih besar bagi anak-anak yang

berbahasa inggris ketimbang bahasa lain: dari semua bahasa yang ditulis alfabet barat,

bahasa inggris mempunyai pengejaan yang paling tidak konsisten.

D. Masalah Hiperaktif/kekurangan perhatian (ADHD)

ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dimana

(Attention = Perhatian, Deficit = Kurang, Hyperactivity = Hiperaktivitas, dan Disorder =

Gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD disebut Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH).

ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) sesungguhnya merupakan dua

masalah yang berbeda, kurang perhatian dan hiperaktif namun keduanya cenderung

berjalan bersama. Pendapat yang ditawarkan oleh laporan surgeon General1:

Kurangnya perhatian bias jadi tidak kentara sampai seorang anak memasuki

lingkungan sekolah dasar yang menantang. Gejala hiperaktif bisa tampak pada

anak pra sekolah yang masih kecil dan hampir senantiasa muncul sebelum usia 7

tahun.

Banyak di antara gejala ini yang kadang juga terjadi pada anak normal. Kendati

demikian, pada anak pengidam ADHD, gejala itu sangat sering terjadi di

sejumlah tempat di rumah dan di sekolah, atau ketika bermain dengan teman,

1

(10)

7

serta mereka ikut campur dengan urusan anak itu. Perilaku hiperaktif sering kali

terkait dengan berkembangnya penyakit penggangguan lain, terutama tingkah

laku dan penyakit penyimpangan cposisional (lihat penyakit penggangguan). Alas

an hubungan ini tidak diketahui. Beberapa orang percaya bahwa impulsivitas dan

sikap tidak fokus perhatian yang terkait dengan ADHD berkelindan dengan

belajar sosial atau ikatan sosial yang kuat dengan orang tua dengan cara tertentu

yang memberi kecenderungan perkembangan gangguan perilaku. Ketika mereka

bertambah usia beberapa remaja usia belasan mengalami ADHD parah karena

masa kanak-kanak pertengahan mengalami periode kecemasan dan depresi. Ini

tampak umum terutama pada anak-anak yang gejala utamanya adalah kurang

perhatian. ADHD terjadi lebih sering pada anak-anak dari ibu yang merokok

pada saat mengandung, pada anak-anak yang terpapar logam berat, dan pada

anak yang menderita akibat anoxia (kurang oksigen) sebelum dan selama

kelahiran.

Perawatan terhadap anak pengidam ADHD biasanya mencakup dua

pendekatan. Pengobatan medis dan latihan perilaku. Pengobatan medis bisa berupa

pemberian amphetamin dan stimulan mirip amphetamin seperti Ritalin yang cukup

kita kenal.

E. Gagap, Gugup Otot (Tics), Dan Sindrom Tourette

Ada sebuah problem wajah anak yang mencakup disfungsi neuromotorik. Salah satu

yang paling umum adalah berbicara gagap. Gagap adalah gangguan bicara yang

ditandai dengan permasalahan pada kelancaran dan alur bicara penderita. Kondisi ini

umum terjadi pada anak-anak. Hal ini dapat merupakan fase normal dari proses belajar

berbicara. Kegagapan sangat terkait dengan kecemasan, dan gangguan ini kerap hilang

ketika anak itu santai atau, misalnya ketika mereka bernyanyi!

Yang agak problematis adalah gugup otot atau (muscle twitch/tic), yang merupakan

gerakan abnormal berulang yang tidak bisa dikontrol. Seperti kegagapan, gugup otot

sangat erat kaitannya dengan kecemasan dan terapi sering kali berkonsentrasi pada

pengembangan sikap santai yang mengurangi keparahan gugup otot ini.

Gugup otot yang paling parah ditemukan pada pengidap sindrom tourette. Sindrom

Tourette (juga disebut penyakit Tourette, sindrom Gilles de la Tourette, GTS atau

(11)

8

mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya.

Penyakit ini diwariskan secara turun temurun dan seringkali dikaitkan dengan

pengeluaran ucapan kata-kata kotor, kasar, atau menghina yang tak dapat ditahan

(koprolalia), namun gejala ini hanya ada pada beberapa orang yang mengidap sindrom

Tourette.2 Sindrom ini biasanya merupakan masalah jangka panjang yang melibatkan

beberapa jenis gugup otot yang berbeda. Kebanyakan ciri sindrom ini adalah gugup otot

pada suara (vocal tics), termasuk berbagai suara klik, dengkur, gonggongan, dengus, dan

batuk.

F. Kecemasan perpisahan

Kecemasan perpisahan (separation anxiety) merupakan masalah yag sangat jamak

dikalangan anak-anank, terutama anak yang lebih muda. Problemnya adalah kecemasan

dan ketakutan berlebihan tentang perpisahan dari orang tua, anggota keluarga lainnya,

atau bahkan rumah mereka. Beberapa kecemasan perpisahan merupakan bagian normal

dari masa anak-anak, sehingga ini bia berupa sedikit tangisan subjektf. Kecemasan

perpisahan biasaya terjadi pada keluarga yang penuh kasih saying dan ketat.

G. Kenakalan

Kenakalan anak atau disebut dengan istilah “Juvenile Delinquent”, dalam hal ini menurut Nicholas Emler memberikan pengertian sebagai berikut :“Definition of delinguency is defined by those action which is a pattern of behavior manifested by a

youth that is attract public condemnation as immoral and wrong.3

Kenakalan didefinisikan suatu tindakan atau perilaku yang ditunjukan oleh

anak/remaja yang menarik perhatian masyarakat, yang merupakan perbuatan tidak

bermoral dan buruk. Hal ini dibuktikan dengan pemberian hukuman terhadap yang

melanggar karena perbuatan itu dianggap berlebihan dan berlawanan dengan adat

masyarakat. Jadi kenakalan merupakan suatu ungkapan perasaan yang ditunjukan dengan

tindakan yang dianggap telah melanggar norma masyarakat.

Lebih lanjut team proyek “Juvenile Deliquency” Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran yang dikutip oleh Romli merumuskan sebagai berikut : “Deliquency adalah merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak yang

2 Singer HS. "Tourette syndrome and other tic disorders". Handb Clin Neurol. 2011;100:64157

3

Psychologymania, “Pengertian Kenakalan Anak” dalam

(12)

9

dianggap bertentangan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara dan oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan tercela.”

Istilah “juvenile” atau anak-anak secara umum diartikan sebagai seorang yang masih di bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Pengertian ini

menunjukan suatu batas usia ke atas. Adapun pembedaan batas usia ini tergantung dari

sudut manakah dilihatnya dan ditafsirkannya.

Juvenile yang diartikan sebagai anak, dalam hal ini Aristoteles seperti yang dikutip

oleh Kartini Kartono, membagi fase perkembangan dalam 21 tahun dalam 3 septenia (3

periode kali 7 tahun) yang dibatasi oleh gejala-gejala alamiah, yaitu pergantian gigi dan

memunculkan gejala- gejala pubertas.

 Usia 0 – 7 tahun disebut sebagai masa kecil, masa bermain

 Usia 7-14 tahun disebut sebagai masa anak-anak, masa belajar, masa sekolah rendah.

 Usia 14 – 21 tahun disebut masa remaja, masa pubertas, masa peralihan dari masa peralihan anak ke masa orang dewasa.

Mengenai anak-anak yang berbuat kanakalan, Soesilo Windrodini membagi masa

kanak-kanak menjadi dua yaitu pertama, masa kanak- kanak awal anak berumur 2 tahun –

6 tahun. Masa ini dimulai dengan waktu dimana anak boleh dikatakan mulai dapat berdiri

sendiri, yakni tidak lagi dalam segala hal membutuhkan bantuan dan diakhiri dengan

waktu dia harus masuk sekolah dengan sungguh-sungguh. Kedua, masa kanak-kanak

Akhir, masa ini berjalan dengan umur 6 tahun - ± 13 tahun. Pada usia selanjutnya, anak

mulai menjadi anak remaja. Sebenarnya, akhir dari pada masa ini sukar ditentukan, oleh

karena ada sebagian anak-anak yang cepat menjadi anak remaja dan ada sebagian yang

lambat.

Contoh kenakalan anak yakni berkelahi, menggertak, menakut-nakuti menyerang

secara fisik, vandalisme, dll. Perilaku tersebut berbenturan dengan penampilan di sekolah,

tempat bekerja atau lingkungan sekitar, sehingga individu yang mengalami kenakalan ini

jarang tampil sesuai dengan tingkat IQ atau usia yang diperkirakan. Kajian mengenai

penyebab kenakalan tidak sepenuhnya diketahui. Studi tentang anak kembar dan anak

adopsi mengemukakan bahwa kenakalan punya komponen biologis (termasuk genetis)

maupun psikososial. Faktor resiko social terhadp kenakalan mencakup penolakan ibu

secara dini, berpisah dari orang tua tanpa pengasuh alternative yang cukup memadai,

penempatan dalam suatu lembaga terlau dini, penolkana keluarga, kekerasan atau

(13)

10

tangga, ukuran keluarga yang besar, kesumpekan dan kemiskinan. Factor resiko fisik

terhadap kenakalan meliputi kerusakan neurologis yang disebabkan oleh komplikasi

kelahiran atau bobot kelahiran yang rendah, masalah hiperaktifitas/kurang perhatian,

perilaku mencari stimulasi dan ketiadaan rasa takut, kerusakan pada saraf belajar, serta

ketidakpekaan pada hukuman dan sakit fisik.

Fokus terhadap perawatan anak-anak nakal cenderung degan membuat keluarga

mereka hidup lebih bahagia dan konsisten. Jika orang tua atau pengasuh lainnya bersikap

responsive, ada program yang mengajari mereka bagaimna menggunakan ganjaran dan

(14)

11 BAB IV PENUTUP Kesimpulan

 Keterbelakangan mental adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan yang di bawah rata-rata atau kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang diperlukan dalam

menjalankan kehidupannya sehari-hari

 Autisme merupakan kemampuan untuk terlibat yang tidak kenal kompromi, dan kurangnya ketertarikan dalam interaksi sosial.

 ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas adalah gangguan di mana anak melakukan aktivitas yang

sangat banyak, dalam situasi yang jelas tidak sesuai, tidak mampu menghentikan bila

diperintahkan, sering hanya bisa melaksanakan tugas dengan kecepatan tertentu saja,

dan memiliki masalah lain ( belajar, perilaku, dll).

 Gagap adalah gangguan bicara yang ditandai dengan permasalahan pada kelancaran dan alur bicara penderita. Kondisi ini umum terjadi pada anak-anak

Gugup otot atau (muscle twitch/tic), yang merupakan gerakan abnormal berulang yang tidak bisa dikontrol.

 Syndrom Tourette adalah penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya.

 Kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan ketakutan berlebihan tentang perpisahan dari orang tua, anggota keluarga lainnya, atau bahkan rumah mereka.

 Kenakalan didefinisikan suatu tindakan atau perilaku yang ditunjukan oleh anak/remaja yang menarik perhatian masyarakat, yang merupakan perbuatan tidak

bermoral dan buruk

Saran

Dengan mempelajari dan memahami ulasan materi yang telah kami sajikan tersebut,

diharapakan kita sebagai orang tua, guru memahami kondisi seorang anak yang memiliki

masalah psikologis dan memberikan perhatian khusus terhadap mereka. Kami menyadari

bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu

saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan, yang nantinya akan membangun kepada

penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan

(15)

12

DAFTAR RUJUKAN

Alo Dokter, Gagap dalam http://www.alodokter.com/gagap, diakses 26 Oktober 2016

Budiyono, Ahmad. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Tulis Ilmiah Program Strata

S-1 Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah. Jombang : STIT-UW Jombang

Boeree, C.C George. 2007. General Psychology. alih Bahasa Helmi J Fauzi.

Jogjakarta:Prismashopi

Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Mengenal Separation Anxiety : Kecemasan

Akan Perpisahan dalam https://kpsisimpuljember.wordpress.com/2014/10/01/

mengenal-separation-anxiety-kecemasan-akan-perpisahan, diakses 26 Oktober 2016

Leurima, Gangguan belajar pada anak dalam http://leurima.blogspot.co.id/2013/

01/gangguan-belajar-pada-anak.html , diakses 26 Oktober 2016

Psychologymania, Pengertian Kenakalan Anak dalam http://www.psychologymania.com/

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi tentang Pengaruh Majlis Ta’lim Terhadap Akhlak remaja putri di Dusun Balongkebek Desa Gempollegundi

Model Problem-Based Learning (PBL) dimulai dari pemberian masalah dunia nyata sehingga siswa aktif mengkonstruk pengetahuannya untuk dapat menemukan solusi permasalahan

Pada pertemuan ketiga aktivitas siswa kembali meningkat karena siswa sudah mengerti dengan strategi yang digunakan yaitu setelah siswa memperhatikan guru menjelaskan materi,

Tapi hal itu tidak berlaku bagi Jingga, dia mati-matian membenci Janus, sejak hari pertama mereka bertemu setahun lalu.. Tepatnya ketika Jingga mengikuti seleksi masuk tim

sedangkan kerugiannya adalah sistem tidak menekankan pada kuantitas output yang mengakibatkan menurunnya kualitas hasil kerja. Beberapa kritik yang dilontarkan para ahli pada sistem

Linux mengenal hak akses yang mengatur setiap user sehingga tiap user hanya dapat mengakses file-file atau direktori tertentu saja, hal ini digunakan untuk kepentingan

Data berupa tata letak awal, luasan total depatemen upholstery, dan luasan setiap stasiun kerja digunakan untuk membuat koordinat block.. layout

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Magelang.