MASALAH PSIKOLOGIS MASA KANAK-KANAK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Psikologi Prodi S-1 Manajemen Pendidikan Islam
Dosen pembimbing Lilik Suhartiningsih, M. Psi
Disusun Oleh:
1. Jushanah
2. Kholisotu Sa’adah
3. Lailatu Maghfiroh
4. Leni Ayu Safitri
5. Rosita Sari
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL URWATUL WUTSQO
JOMBANG
ii
Kata Pengantar
م ۡسب
ميحهرلٱ ن ٰ م ۡحهرلٱ هَٱ
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberi
Rahmat dan Hidayah serta Taufiq-Nya kepada kami sehingga kami dapat melakukan tugas
membuat makalah ini serta menyusun menurut kamampuan kami, meskipun kami mengalami
hambatan, tetapi tidak menjadikan kami suatu kendala dalam membuat makalah ini.
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami merasa sangat berhutang budi atas
bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dan kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Lilik Suhartiningsih, M. Psi selaku dosen pembimbing kami
2. Sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi informasi yang kami butuhkan
Atas bantuan dan kemurahan hati bapak dosen maupun sahabat-sahabat, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan dan
bantuan baik berupa material maupun spiritual.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin…
Akhir dari harapan kami semoga makalah ini senantiasa bermanfaat bagi kita semua, dan
kami mohon maaf apabila di dalam makalah ini ada kekurangan atau kesalahan meskipun
kami usahakan semaksimal mungkin.
نيم ل ٰ عۡلٱ ِب ر هَ د ۡم حۡلٱ
Jombang, 26 Oktober 2016
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Kata Pengantar ... ii
BAB 1 Pendahuluan ... 1
BAB II Pembahasan ... 3
A. Keterbelakangan Mental ... 3
B. Autism ... 4
C. Gangguan Belajar ... 5
D. ADHD ... 6
E. Gagap, Gugup Otot dan Sindrom Tourette... 7
F. Kecemasan Perpisahan ... 8
G. Kenakalan ... 8
BAB III Penutup ... 11
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat
dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak-
anak seringkali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat
didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “ Orang Dewasa” masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan. Masa kanak-kanak merupakan masa dimana seorang anak manusia
memulai suatu hal yang masih sangat baru bagi kehidupan mereka, rasa ingin tahu, penasaran
dan mencontoh merupakan beberapa hal yang sangat dominan terjadi pada mereka di masa ini
mereka belajar berbagai hal seperti berbicara, berjalan atau pun bersosialisasi dengan teman
sebayanya. Dalam memulai hal yang baru pasti seorang anak mengalami permasalahan-
permasalahan yang berdampak pada perkembangan anak tersebut.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa masalah psikologis yang
terjadi pada masa kanak-kanak yang mungkin bisa bermanfaat bagi penulis dan juga para
pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud keterbelakangan mental?
2. Apa yang dimaksud Autism?
3. Apa yang dimaksud gangguan belajar?
4. Apa yang dimaksud masalah hiperaktif?
5. Apa sebab-sebab dari gagap, gangguan otot, dan sindrom tourette?
6. Bagaimana kecemasan kanak-kanak mengenai perpisahan?
7. Bagaimana kenakalan kanak-kanak?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian keterbelakangan mental.
2
3. Mengetahui gangguan belajar pada kanak-kanak.
4. Mengetahui masalah hiperaktif.
5. Mengetahui tentang gagap, gangguan otot, dan sindrom tourette.
6. Mengetahui kecemasan perpisahan.
3 BAB II PEMBAHASAN
A. Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental)
Retardasi mental (RM) atau keterbelakangan mental atau yang sekarang memakai
istilah disabilitas intelektual (DI) adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan yang di
bawah rata-rata atau kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang diperlukan
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Orang-orang dengan disabilitas intelektual
dapat belajar untuk keterampilan yang baru, akan tetapi mereka belajar mereka hanya
lebih lambat. Keadaan disabilitas ini bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun
terdapat proses patologis yang terjadi pada otak. Ada beberapa tingkat disabilitas
intelektual, dari ringan sampai sangat berat.
Lebih dari 2% anak-anak dianggap terbelakang secara mental. Guna memahami
keterbelakangan. Kita perlu memiliki konsep kecerdasan. Kecerdasan sebagai “kemampuan kognitif umum”, yang artinya seberapa bagus seseorang bisa menyelesaikan masalah, seberapa mudah mereka mempelajari hal-hal baru, dan seberapa
cepat mereka bisa melihat hubungan di antara benda-benda.
Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang anda dapatkan dalam tes kecerdasan.
Awalnya itu merupakan sebuah hasil bagi (sebuah rasio): IQ=MA/CA x 100 [MA adalah
usia mental (mental age), sedangkan CA adalah usia kronologis (chronological age)].
Ada beberapa hal penting yang tidak hanya berkenaan dengan IQ, melainkan juga
terkait dengan statistik deskriptif.
1. Kurva normal, yang disebut kurva berbentuk lonceng, merupakan versi ideal dari
apa yang terjadi pada kebanyakan perangkat pengukuran: sebagian besar
pengukuran terdapat di tengah, dan sebagian kecil menurun pada titik yang
menjauh dari tengah, di sini, skor kebanyakan orang mendekati 100 (rata-rata), dan
skor sebagian kecil orang sangat tinggi atau sangat rendah.
2. Mean, adalah rata-rata dari semua skor orang, maka hasilnya adalah mean, mulanya
dipasang pada angka 100. Jumlah keseluruhan skor IQ setiap orang dan dibagi
dengan jumla
3. Standar deviasi (sd). Standar deviasi adalah tingkat rata-rata di mana skornya
4
Pada dasarnya, keterbelakangan mental diyakini muncul karena ada masalah
pada otak yang disebabkan karena cedera. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan
cedera ini:
Keturunan (misalnya down syndrome)
Masalah embrionik (misalnya sindrom alkohol janin, rubella).
Komplikasi kelahiran (anoxia, infeksi)
Kondisi medis pada masa kanak-kanak (infeksi, luka berat, keracunan logam berat)
Penyia-nyiaan dan penyiksaan
Masalah psikologis lain termasuk neurologis (misalnya autisme)
Ada 3 faktor dalam mendiagnosa disabilitas intelektual yaitu wawancara
dengan orang tua, observasi anak, serta pengujian kecerdasan dan perilaku adaptif.
Seorang anak dianggap RM jika ia memiliki defisit pada IQ dan perilaku adaptif. Jika
hanya salah satu yang ada maka anak tidak dianggap mengalami keterbelakangan
mental.
Setelah tim ahli melakukan diagnosis, mereka akan menilai kekuatan dan
kelemahan tertentu pada anak. Ini membantu untuk menentukan seberapa besar dan
apa jenis dukungan anak yang dibutuhkan untuk bisa survive di rumah, di sekolah, dan
di masyarakat.
B. Autisme
Autisme, yang paling umum dari gangguan perkembangan yang pervasif, dicirikan
dengan kemampuan untuk terlibat yang tidak kenal kompromi, dan kurangnya
ketertarikan dalam interaksi sosial. Autisme berakar pada abnormalitas struktural otak
meupun kecenderungan genetik, berdasarkan studi keluarga dan studi tentang anatomi
otak. Pencarian terhadap gen yang cenderung mengakibatkan autisme dijadikan prioritas
tertinggi penelitian bagi National Institute of Mental Health (NIMH, 1998). Autisme
sudah dilaporkan pada anak-anak dengan sindrom alkohol janin, pada anak-anak yang
terinfeksi rubella selama kehamilan, dan pada kanak-kanak yang ibunga meminum
berbagai obat-obatan yang diketahui merugikan janin.
Penyebab autisme masih belum diketahui, para ahli peneliti meyakini bahwa autisme
melibatkan masalah sirkuit saraf, dan dua studi mengemukakan bahwa kemungkinan
5
Pada 20 tahun terakhir, sejumlah pembedaaan yang lebih tajam telah berkembang
berkenaan dengan apa yang kini dipandang sebagai spektrum austistik. Pertama, kita
punya apa yang disebut sindrom asperger. Anak-anak (dan orang dewasa yang
umumnya memiliki kecerdasan normal, bahkan kala tinggi), namun punya kesulitan
dalam interaksi sosial. Mereka mengalami kesulitan belajar mengenai apa yang disebut
pragmatik – bagian dari komunikasi atau orang yang mencakup pengenalan ekspresi
wajah, gerak-gerik, pergiliran, dan isyarat non-verbal lainnya.
Ada sindrom lain yang lebih memfokuskan pada bahasa: gangguan
semantik-pragmatik yang kadang digunakan untuk menyebut beberapa anak yang mirip dengan
anak Asperger , tapi lebih punya kemampuan sosial. Masalah mereka lebih pada sisi
komunikasi.
Hiperleksia (hyperlexia) lebih merupakan gejala daripada penyakit atau gangguan. Ia lebih merupakan masalah terlalu cepat dewasa dalam membaca kata-kata, dan terpesona
oleh huruf dan angka.
Ketidakmampuan belajar non-verbal merupakan persoalan dimana seseorang
mengalami kesulitan dalam kemampuan visual, spasial, dan motorik. Salah satu gejala
yang kita kenal adalah kecenderungan untuk menatap/membelalak, terutama ketika
terlalu di stimulasi secara visual.
Masalah autis yang akrab dengan saya (sebab saya punya versi yang lembut mengenai
hal ini) adalah prosopagnosia atau kebutaan wajah. Umumnya, orang dengan masalah ini
mengembangkan cara lain dalam mengenali oraang, seperti pakaian dan gaya rambut.
C. Gangguan Belajar
Gangguan belajar secara bahasa adalah masalah yang dapat mempengaruhi
kemampuan otak dalam menerima, memproses, menganalisis dan menyimpan informasi.
Sedangkan pengertian yang diberikan oleh National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD) mengenai gangguan belajar adalah suatu kumpulan dengan
bermacam-macam gangguan yang mengakibatkan kesulitan dalam mendengar, berbicara,
menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan.
Gangguan belajar termasuk klasifikasi beberapa gangguan fungsi di mana seseorang
memiliki kesulitan belajar dengan cara yang khas, biasanya disebabkan oleh faktor yang
tidak diketahui. Istilah Ketidakmampuan belajar dan gangguan belajar sering digunakan
6
memiliki masalah belajar yang signifikan di bidang akademis. Masalah-masalah ini,
bagaimanapun, tidak cukup untuk menjamin diagnosis resmi. Gangguan belajar, di sisi
lain, adalah diagnosis klinis resmi, dimana individu memenuhi kriteria tertentu,
sebagaimana ditentukan oleh seorang profesional (psikolog, dokter anak, dll)
Perbedaannya adalah dalam tingkat, frekuensi, dan intensitas gejala yang dilaporkan dan
masalah, dan dengan demikian keduanya tidak boleh bingung.
Masalah belajar kerap kali ditemukan bersamaan dengan problem medis lain seperti
keracunan logam berat, sindrom alkohol janin, dan sebagainya.
Masalah membaca yang akrab dikenal dengan dyslexia merupakan masalah belajar
yang paling umum. Disini, skor membaca anak-anak secara signifikan dibawah IQ, tingat
usia yang diperkirakan, atau kemampuan umum mereka. Anak-anak ini tampaknya punya
masalah dengan kata-kata yang biasanya dari kiri ke kanan, yang menyebabkan mereka
memutarbalikan uhruf dan mencampuradukan ejaan.
Dicatat bahwa dyslexia adalah masalah yang jauh lebih besar bagi anak-anak yang
berbahasa inggris ketimbang bahasa lain: dari semua bahasa yang ditulis alfabet barat,
bahasa inggris mempunyai pengejaan yang paling tidak konsisten.
D. Masalah Hiperaktif/kekurangan perhatian (ADHD)
ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dimana
(Attention = Perhatian, Deficit = Kurang, Hyperactivity = Hiperaktivitas, dan Disorder =
Gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD disebut Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH).
ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) sesungguhnya merupakan dua
masalah yang berbeda, kurang perhatian dan hiperaktif namun keduanya cenderung
berjalan bersama. Pendapat yang ditawarkan oleh laporan surgeon General1:
Kurangnya perhatian bias jadi tidak kentara sampai seorang anak memasuki
lingkungan sekolah dasar yang menantang. Gejala hiperaktif bisa tampak pada
anak pra sekolah yang masih kecil dan hampir senantiasa muncul sebelum usia 7
tahun.
Banyak di antara gejala ini yang kadang juga terjadi pada anak normal. Kendati
demikian, pada anak pengidam ADHD, gejala itu sangat sering terjadi di
sejumlah tempat di rumah dan di sekolah, atau ketika bermain dengan teman,
1
7
serta mereka ikut campur dengan urusan anak itu. Perilaku hiperaktif sering kali
terkait dengan berkembangnya penyakit penggangguan lain, terutama tingkah
laku dan penyakit penyimpangan cposisional (lihat penyakit penggangguan). Alas
an hubungan ini tidak diketahui. Beberapa orang percaya bahwa impulsivitas dan
sikap tidak fokus perhatian yang terkait dengan ADHD berkelindan dengan
belajar sosial atau ikatan sosial yang kuat dengan orang tua dengan cara tertentu
yang memberi kecenderungan perkembangan gangguan perilaku. Ketika mereka
bertambah usia beberapa remaja usia belasan mengalami ADHD parah karena
masa kanak-kanak pertengahan mengalami periode kecemasan dan depresi. Ini
tampak umum terutama pada anak-anak yang gejala utamanya adalah kurang
perhatian. ADHD terjadi lebih sering pada anak-anak dari ibu yang merokok
pada saat mengandung, pada anak-anak yang terpapar logam berat, dan pada
anak yang menderita akibat anoxia (kurang oksigen) sebelum dan selama
kelahiran.
Perawatan terhadap anak pengidam ADHD biasanya mencakup dua
pendekatan. Pengobatan medis dan latihan perilaku. Pengobatan medis bisa berupa
pemberian amphetamin dan stimulan mirip amphetamin seperti Ritalin yang cukup
kita kenal.
E. Gagap, Gugup Otot (Tics), Dan Sindrom Tourette
Ada sebuah problem wajah anak yang mencakup disfungsi neuromotorik. Salah satu
yang paling umum adalah berbicara gagap. Gagap adalah gangguan bicara yang
ditandai dengan permasalahan pada kelancaran dan alur bicara penderita. Kondisi ini
umum terjadi pada anak-anak. Hal ini dapat merupakan fase normal dari proses belajar
berbicara. Kegagapan sangat terkait dengan kecemasan, dan gangguan ini kerap hilang
ketika anak itu santai atau, misalnya ketika mereka bernyanyi!
Yang agak problematis adalah gugup otot atau (muscle twitch/tic), yang merupakan
gerakan abnormal berulang yang tidak bisa dikontrol. Seperti kegagapan, gugup otot
sangat erat kaitannya dengan kecemasan dan terapi sering kali berkonsentrasi pada
pengembangan sikap santai yang mengurangi keparahan gugup otot ini.
Gugup otot yang paling parah ditemukan pada pengidap sindrom tourette. Sindrom
Tourette (juga disebut penyakit Tourette, sindrom Gilles de la Tourette, GTS atau
8
mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya.
Penyakit ini diwariskan secara turun temurun dan seringkali dikaitkan dengan
pengeluaran ucapan kata-kata kotor, kasar, atau menghina yang tak dapat ditahan
(koprolalia), namun gejala ini hanya ada pada beberapa orang yang mengidap sindrom
Tourette.2 Sindrom ini biasanya merupakan masalah jangka panjang yang melibatkan
beberapa jenis gugup otot yang berbeda. Kebanyakan ciri sindrom ini adalah gugup otot
pada suara (vocal tics), termasuk berbagai suara klik, dengkur, gonggongan, dengus, dan
batuk.
F. Kecemasan perpisahan
Kecemasan perpisahan (separation anxiety) merupakan masalah yag sangat jamak
dikalangan anak-anank, terutama anak yang lebih muda. Problemnya adalah kecemasan
dan ketakutan berlebihan tentang perpisahan dari orang tua, anggota keluarga lainnya,
atau bahkan rumah mereka. Beberapa kecemasan perpisahan merupakan bagian normal
dari masa anak-anak, sehingga ini bia berupa sedikit tangisan subjektf. Kecemasan
perpisahan biasaya terjadi pada keluarga yang penuh kasih saying dan ketat.
G. Kenakalan
Kenakalan anak atau disebut dengan istilah “Juvenile Delinquent”, dalam hal ini menurut Nicholas Emler memberikan pengertian sebagai berikut :“Definition of delinguency is defined by those action which is a pattern of behavior manifested by a
youth that is attract public condemnation as immoral and wrong.3
Kenakalan didefinisikan suatu tindakan atau perilaku yang ditunjukan oleh
anak/remaja yang menarik perhatian masyarakat, yang merupakan perbuatan tidak
bermoral dan buruk. Hal ini dibuktikan dengan pemberian hukuman terhadap yang
melanggar karena perbuatan itu dianggap berlebihan dan berlawanan dengan adat
masyarakat. Jadi kenakalan merupakan suatu ungkapan perasaan yang ditunjukan dengan
tindakan yang dianggap telah melanggar norma masyarakat.
Lebih lanjut team proyek “Juvenile Deliquency” Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran yang dikutip oleh Romli merumuskan sebagai berikut : “Deliquency adalah merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak yang
2 Singer HS. "Tourette syndrome and other tic disorders". Handb Clin Neurol. 2011;100:641–57
3
Psychologymania, “Pengertian Kenakalan Anak” dalam
9
dianggap bertentangan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara dan oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan tercela.”
Istilah “juvenile” atau anak-anak secara umum diartikan sebagai seorang yang masih di bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Pengertian ini
menunjukan suatu batas usia ke atas. Adapun pembedaan batas usia ini tergantung dari
sudut manakah dilihatnya dan ditafsirkannya.
Juvenile yang diartikan sebagai anak, dalam hal ini Aristoteles seperti yang dikutip
oleh Kartini Kartono, membagi fase perkembangan dalam 21 tahun dalam 3 septenia (3
periode kali 7 tahun) yang dibatasi oleh gejala-gejala alamiah, yaitu pergantian gigi dan
memunculkan gejala- gejala pubertas.
Usia 0 – 7 tahun disebut sebagai masa kecil, masa bermain
Usia 7-14 tahun disebut sebagai masa anak-anak, masa belajar, masa sekolah rendah.
Usia 14 – 21 tahun disebut masa remaja, masa pubertas, masa peralihan dari masa peralihan anak ke masa orang dewasa.
Mengenai anak-anak yang berbuat kanakalan, Soesilo Windrodini membagi masa
kanak-kanak menjadi dua yaitu pertama, masa kanak- kanak awal anak berumur 2 tahun –
6 tahun. Masa ini dimulai dengan waktu dimana anak boleh dikatakan mulai dapat berdiri
sendiri, yakni tidak lagi dalam segala hal membutuhkan bantuan dan diakhiri dengan
waktu dia harus masuk sekolah dengan sungguh-sungguh. Kedua, masa kanak-kanak
Akhir, masa ini berjalan dengan umur 6 tahun - ± 13 tahun. Pada usia selanjutnya, anak
mulai menjadi anak remaja. Sebenarnya, akhir dari pada masa ini sukar ditentukan, oleh
karena ada sebagian anak-anak yang cepat menjadi anak remaja dan ada sebagian yang
lambat.
Contoh kenakalan anak yakni berkelahi, menggertak, menakut-nakuti menyerang
secara fisik, vandalisme, dll. Perilaku tersebut berbenturan dengan penampilan di sekolah,
tempat bekerja atau lingkungan sekitar, sehingga individu yang mengalami kenakalan ini
jarang tampil sesuai dengan tingkat IQ atau usia yang diperkirakan. Kajian mengenai
penyebab kenakalan tidak sepenuhnya diketahui. Studi tentang anak kembar dan anak
adopsi mengemukakan bahwa kenakalan punya komponen biologis (termasuk genetis)
maupun psikososial. Faktor resiko social terhadp kenakalan mencakup penolakan ibu
secara dini, berpisah dari orang tua tanpa pengasuh alternative yang cukup memadai,
penempatan dalam suatu lembaga terlau dini, penolkana keluarga, kekerasan atau
10
tangga, ukuran keluarga yang besar, kesumpekan dan kemiskinan. Factor resiko fisik
terhadap kenakalan meliputi kerusakan neurologis yang disebabkan oleh komplikasi
kelahiran atau bobot kelahiran yang rendah, masalah hiperaktifitas/kurang perhatian,
perilaku mencari stimulasi dan ketiadaan rasa takut, kerusakan pada saraf belajar, serta
ketidakpekaan pada hukuman dan sakit fisik.
Fokus terhadap perawatan anak-anak nakal cenderung degan membuat keluarga
mereka hidup lebih bahagia dan konsisten. Jika orang tua atau pengasuh lainnya bersikap
responsive, ada program yang mengajari mereka bagaimna menggunakan ganjaran dan
11 BAB IV PENUTUP Kesimpulan
Keterbelakangan mental adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan yang di bawah rata-rata atau kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang diperlukan dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari
Autisme merupakan kemampuan untuk terlibat yang tidak kenal kompromi, dan kurangnya ketertarikan dalam interaksi sosial.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas adalah gangguan di mana anak melakukan aktivitas yang
sangat banyak, dalam situasi yang jelas tidak sesuai, tidak mampu menghentikan bila
diperintahkan, sering hanya bisa melaksanakan tugas dengan kecepatan tertentu saja,
dan memiliki masalah lain ( belajar, perilaku, dll).
Gagap adalah gangguan bicara yang ditandai dengan permasalahan pada kelancaran dan alur bicara penderita. Kondisi ini umum terjadi pada anak-anak
Gugup otot atau (muscle twitch/tic), yang merupakan gerakan abnormal berulang yang tidak bisa dikontrol.
Syndrom Tourette adalah penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya.
Kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan ketakutan berlebihan tentang perpisahan dari orang tua, anggota keluarga lainnya, atau bahkan rumah mereka.
Kenakalan didefinisikan suatu tindakan atau perilaku yang ditunjukan oleh anak/remaja yang menarik perhatian masyarakat, yang merupakan perbuatan tidak
bermoral dan buruk
Saran
Dengan mempelajari dan memahami ulasan materi yang telah kami sajikan tersebut,
diharapakan kita sebagai orang tua, guru memahami kondisi seorang anak yang memiliki
masalah psikologis dan memberikan perhatian khusus terhadap mereka. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan, yang nantinya akan membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
12
DAFTAR RUJUKAN
Alo Dokter, Gagap dalam http://www.alodokter.com/gagap, diakses 26 Oktober 2016
Budiyono, Ahmad. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Tulis Ilmiah Program Strata
S-1 Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah. Jombang : STIT-UW Jombang
Boeree, C.C George. 2007. General Psychology. alih Bahasa Helmi J Fauzi.
Jogjakarta:Prismashopi
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Mengenal Separation Anxiety : Kecemasan
Akan Perpisahan dalam https://kpsisimpuljember.wordpress.com/2014/10/01/
mengenal-separation-anxiety-kecemasan-akan-perpisahan, diakses 26 Oktober 2016
Leurima, Gangguan belajar pada anak dalam http://leurima.blogspot.co.id/2013/
01/gangguan-belajar-pada-anak.html , diakses 26 Oktober 2016
Psychologymania, Pengertian Kenakalan Anak dalam http://www.psychologymania.com/