• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti Sifat Konsep Aktor dan Lingkup Hubu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arti Sifat Konsep Aktor dan Lingkup Hubu"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONSE PAPER

PENGANTAR HUBUNGAN INTERNASIONAL

“Arti, Sifat, Konsep, Aktor, dan Lingkup: Hubung

an Internasional

sebagai Bidang Studi maupun F

enomena.”

Disusun Oleh : Marini Yasmina Fathan (170210170001)

Nithalie Salwa Louisza Budi (170210170005)

RR. Raina Chrisamanda (170210170011)

Namira Azzahra Munir (170210170015)

Gilang Alghifari (170210170019)

Zhalfa Laudza (170210170031)

Ignatius Hubert (170210170067)

Adira Setyadi (170210170083)

Muhammad Faishal Saifullah Fatah (170210170089)

Universitas Padjajaran

2017/2018

(2)

PENDAHULUAN

Hubungan internasional jika didefinisikan akan memiliki arti yang sangat luas.

Berbagai fenomena yang terjadi di dunia dapat dikategorikan sebagai hubungan

internasional. Perkembangannya sangat pesat, hingga akhirnya hubungan internasional

dapat berdiri menjadi sebuah bidang studi, HI (Hubungan Internasional). Maka, apakah arti

sesungguhnya dari Hubungan Internasional, bentuk dan cara mempelajarinya, serta

penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari?

Masalah dan isu di dalam pendefinisian Hubungan Internasional seperti:

International Relations, International Affairs, International Politics, International Studies, Transnational Relations, World Politics, bahkan Global Politics kemudian menjadi topik yang akan dibahas di dalam studi Hubungan Internasional.

Selain itu, di dalam Hubungan Internasional pun memiliki aktor-aktor atau subjek

yang berperan penting dalam menjalankan sistem internasional. Dan selanjutnya, Studi

Hubungan Internasional tumbuh dan berevolusi, terus berkembang mengangkat berbagai

(3)

ISI

A. Apakah Hubungan Internasional Itu?

Menuru UU no. 37 tahun 1999, hubungan internasional merupakan kegiatan

yang berhubungan dengan masalah regional dan internasional yang dilakukan oleh

pemerintah baik di tingkat pusat maupun internasional serta pemerintah daerah,

lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, LSM, dan

warga negara biasa.

Menurut Viotti dan Kauppi dalam “International Relations: Theory, Realism, Pluralism, and Globalism”, hubungan internasional berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan interaksi lainnya diantara aktor negara dan

aktor non-negara. Hubungan internasional juga membahas mengenai politik

internasional.1Menurut Mochtar Mas’oed dalam “Ilmu Hubungan Internasional:

Disiplin dan Metodologi”, hubungan internasional mengacu pada segala aspek interaksi. Tujuan utama dari mempelajari ilmu hubungan internasional adalah untuk

mempelajari perilaku internasional yang meliputi aktor negara dan non-negara di

dunia internasional. Perilaku tersebut dapat dilihat dari adanya kerja sama,

pembentukan aliansi, perang, konflik, dan interaksi dalam organisasi

internasional.2Sedangkan Jack C. Plano dalam International Relations Dictionary,

berpendapat bahwa hubungan internasional mencakup hubungan antarnegara atau

interaksi para aktor yang tindakan serta kondisinya dapat membuat actor lainnya

memberikan tanggapan.3

Ekonomi merupakan sangat penting dalam menentukan proses politik, di

mana proses politik termasuk interaksi dari hubungan internasional. Namun

ekonomi dan politik juga saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.4

Hubungan internasional juga dapat dilihat dari negara yang perannya berkurang

sebagai aktor dalam politik internasional, serta peran aktor non-negara bertambah.

Selain itu batas-batas konvensional antarnegara akan semakin kabur dan tidak

relevan.5

1

Viotti and Kauppi. International Relations: Theory, Realism, Pluralism, dan Globalism. 1993. (New York: Macmillan) hlm. 585

2Mas’oed, Mochtar.

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. 1994. (Jakarta: LP3ES) 3

Plano, Jack C. International Relations Dictionary. 1999. (New York: Neal Schuman Publishers Inc.) 4 Jackson and Sørensen. Introduction to International Relations. 1999. (New York: Oxford University Press)

5

(4)

Hubungan internasional bersifat dinamis, yang akan terus berkembang

seiring perkembangan zaman. Perkembangan zaman tersebut juga nantinya akan

membuat hubungan internasional menjadi semakin kompleks. Hubungan

internasional awalnya hanya mempelajari interaksi negara berdaulat saja, namun

kemudian cakupannya bertambah menjadi semakin luas, terutama setelah

terbentuknya PBB, IGO, dan INGO. Ditambah lagi dulunya hubungan internasional

hanya mempelajari tentang aktor, bukan perilaku dan pengaruhnya terhadap

negara-negara di dunia. Juga Pasca Perang Dingin, isu-isu hubungan internasional

beralih dari yang terfokus pada high politics menjadi low politics.6

B. Bagaimana Masalah Pendefinisian Hubungan Internasional?

Seiring dengan perkembangan mobilitas antarmasyarakat dunia, maka studi

Hubungan Internasional pun juga berkembang. Dewasa ini, dikenal banyak istilah

lain yang juga menggambarkan Hubungan Internasional, seperti International

Relations, International Affairs, International Politics, Transnational Relations, World Politics, dan Global Politics. Lalu, manakah definisi yang paling tepat untuk menggambarkan Hubungan Internasional?

International Relations

International Relations adalah studi yang membahas hubungan dan interaksi antara suatu negara dengan negara lainnya, termasuk juga aktivitas

dan kebijakan negara-negara, organisasi internasional, organisasi

non-pemerintah internasional, dan perusahaan multinasional. Sering kali

International Relations disebut sebagai cabang dari ilmu politik, namun International Relations sebenarnya lebih luas daripada itu. International Relations juga menjadi cabang di bidang sejarah, ekonomi, hukum, hingga

filsafat. Oleh karena itu, International Relations merupakan studi yang

interdisipliner.7

6

Ibid.

7

(5)

International Affairs

International Affairs merupakan suatu aktifitas atau urusan yang melibatkan pemerintah, politik, ekonomi, dan bidang lainnya dengan negara

yang berbeda.8

International Politics

Politik antarnegara yang sifatnya cenderung bilateral. Seiring

dengan berkembangnya jaman, maka muncul juga aktor-aktor dunia,

bertambahnya rasa saling ketergantungan, dan berkembangnya tata kelola

global.9

International Studies

International Studies adalah studi yang mempelajari dunia

internasional. Studi ini muncul seiring berkembangnya International

Relations dan Ilmu Politik. International Studies berkembang dalam rangka adanya kejenuhan karena fokus yang terlalu berat terhadap relasi

antarnegara dan adanya stress terhadap metodologi kuantitatif.10

Transnational Relations

Jika transnasional adalah sesuatu yang sudah melewati batas-batas

negara tanpa kontrol dari pemerintah, maka Transnational Relations adalah

hubungan dan interaksi antarnegara yang telah melewati batas-batas negara

dan tidak dikontrol oleh pemerintah. Contoh dari praktik transnasional

adalah perdagangan multinasional.11

World Politics

World Politics merupakan kebijakan politik yang memberik dampak

kepada dunia secara keseluruhan.12

Global Politics

Global memiliki arti yang lebih luas dan mencakup keseluruhan

dunia, termasuk regional, nasional, sub-nabsional, dan seterusnya. Global

8 international affairs Meaning in the Cambridge English Dictionary. (2018). Dictionary.cambridge.org.

Retrieved 13 March 2018, from https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/international-affairs 9

Heywood, A. (2015). Global politics (pp. 2-3). London: Palgrave Macmillan. 10

International Studies versus Global Studies. (2018). Intro to Global Studies. Retrieved 14 March 2018, from https://www.introtoglobalstudies.com/2014/10/international-studies-versus-global-studies/ 11

Nye, J., & Keohane, R. (1971). Transnational Relations and World Politics: An Introduction. International Organization, 25(03), 331. http://dx.doi.org/10.1017/s0020818300026187

12 world politics | Definition of world politics in English by Oxford Dictionaries. (2018). Oxford Dictionaries |

(6)

Politics menggambarkan dinamika politik antarnegara dan membahas dampak dari interaksi tersebut yang akhirnya memberikan dampak pada

cakupan yang lebih luas lagi. Global politics merupakan perkembangan dari

International Politics.13

Berdasarkan pemaparan dari berbagai definisi tersebut, menurut kami

definisi yang paling tepat untuk menggambarkan Hubungan Internasional adalah

International Relations. Hal ini bukan berarti definisi-definisi lainnya tidak relevan

dengan Hubungan Internasional, namun International Relations, berdasarkan

definisi di atas, sudah mencakup keseluruhan definisi-definisi lainnya.

C. Pertumbuhan dan Evolusi Studi Hubungan Internasional sebagai suatu Disiplin dan Kedudukannya sebagai Ilmu Sosial

Sejarah telah menunjukan bahwa dunia ini terus berkembang dan berubah

secara konstan dan dinamis. Dan perkemabnagn dan perubahan itupun ikut

membawa perkembangan dan perubahan kepada berbagai ilmu yang menjadi

pegangan manusia dalam memandang dunia. Pun dalam studi Hubungan

Internasional, studi yang secara umum membahas mengenai hubungan antar aktor

dalam dunia internasional. Namun, seperti yang diungkapkan sebelumnya, studi

Hubungan Internasional sendiri sudah banyak mengalami perkembangan jika

dibandingkan dengan masa sebelum dua perang dunia dan lebih jauh kebelakang.

Banyak pertanyaan mengenai studi Hubungan Internasional dikaitkan dengan teori

dan praktik mengenai konsep negara berdaulat, yang dianggap sebagai institusi

historis yang sentral dalam politik internasional. Namun, ada pertanyaan penting

lainnya yang membawa kita kepada perdebatan mengenai cakupan yang sesuai

untuk Hubungan Internasional. Pada satu pandangan, akademisi menyatakan bahwa

fokus Hubungan Internasional adalah mengenai negara dan hubungan antar negara.

Namun pada pandangan yang lainnya menyatakan bahwa Hubungan Internasional

menyangkut hampir segala hal mengenai hubungan antar manusia di seluruh

dunia.14

Alasan mengapa negara menjadi fokus utama dari beberapa akademisi

dikarenakan para akademisi mengakui negara merupakan subyek sentral secara

13

Heywood, A. (2015). Global politics (pp. 2-3). London: Palgrave Macmillan. 14 Jackson, R., & Sorensen, G. (2013).

Introduction to International Relations: Theories and Approach.

(7)

historis dalam Hubungan Internasional. Bahkan akademisi yang berusaha untuk

mencari sesuatu yang lebih dari sekedar hubungan antar negara sering menjadikan

konsep negara sebagai titik permulaan.15 Hal ini menandakan bahwa sistem negara

merupakan poin rujukan utama baik pendekatan tradisional maupun pendekatan

baru dalam Hubungan Internasional. Pendekatan yang bermacam-macam inilah

yang kemudian membawa kita dalam perbedaan teori yang saling bertolak

belakang satu sama lain. Perdebatan-perdebatan mengenai teori dan fakta

dilapangan ini tidak selamanya berkonotasi negatif, tapi sejatinya

perdebat-perdebatan ini membawa dampak positif berupa memperkaya wawasan yang

terserak pada studi Hubungan Internasional. Secara umum perdebatan-perdebatan

atau the great debates ini terbagi menjadi 4 perdebatan besar.

Realisme vs. Liberalisme

Masa setelah Perang Dunia 1 bisa dibilang sebagai awal mula kemunculan

pemikiran Liberalisme. Pada masa itu Woodrow Wilson memandang bahwa

konflik seperti Perang Dunia 1 dapat dicegah dengan ide mengenai prinsip moral

universal dan adanya kooperasi antar negara yang kemudian diwujudkan dalam

Liga Bangsa-Bangsa. Namun pada akhirnya Liga Bangsa-Bangsa mengalami

kegagalan karena LBB sangat bergantung terhadap dukungan dari negara-negara

pendukung utama.

Kegagalan pandangan Liberalis dalam institusi LBB membuat kaum Realis

yang memilik pandangan skeptis mengenai ide tentang prinsip moral universal itu

ada mengecap kaum Liberalis sebagai Idealis ataupun Utopian. Realisme, yang

memiliki sejarah yang panjang percaya bahwa kepentingan negara adalah suatu hal

mutlak yang harus terus diperjuangkan oleh negara sebagai aktor utama dalam

dunia dengan tiga prinsip yakni statism, survival, self-help. Tiga inti dari Realisme

inilah yang menjadikan kaum Realis memandang bahwa organisasi internasional

merupakan hal yang berbahaya, karena dengan bergabung dengan organisasi

internasional sama saja dengan menyerahkan kedaaulatan negara pada aktor lain

dalam dunia internasional

(8)

Tradisionalisme vs. Behaviouralisme

Perdebatan ini mengambil latar waktu pada tahun 1960-an. Perdebatan ini

secara esensi merupakan perdebatan mengenai metode dalam studi Hubungan

Internasional. Kaum Behaviouralis percaya bahwa Hubungan Internasional hanya

dapat berkembang jika mengaplikasikan metode seperti yang digunakan pada ilmu

alam, seperti observasi sistem yang kemudian menghasilkan analisis dan hipotesis

atau kesimpulan sementara harus diuji secara empiris terutama melalui falsifikasi.

Behaviouralis pun percaya bahwa studi Hubungan Internasional banay didominasi

oleh sejarawan atau yang mereka beri istilah sebagai Tradisionalis, yang

mengambil pandangan bahwa Hubungan Internasional harus dikembangkan

melalui metode interpretasi historis.

Neo-Realisme vs. Neo-Liberalisme

Perdebatan ini diwarnai dengan suasana Hubungan Interansional pada tahun

1950-an hingga tahun 1970-an, dimana investasi, perdagangan, perjalanan, dan

komunikasi yang menjadi hubungan utama antara negara demokrasi liberal.16

Namun pada saat yang sama, Perang Dingin yang terjadi antara dua negara adidaya

yang sedang mempertandingakn pengaruh mereka di kancah internasional, yakni

Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dua fenomena ini dapat dilihat sebagai

perwujudan teori Liberalis dimana kooperasi dapat diraih dan pada saat yang

bersamaan perang kekuatan nasional terjadi sebagai perwujudan dari teori Realis.

Singkatnya, perdebatan antara Realisme dan Liberalisme berlanjut, namun kedua

pandangan itu sendir mengalami perubahan.

Serupa dengan Realisme, namun Neo-Realisme memiliki pandangan yang

cukup berbeda mengenai dunia internasional yang anarki. Kenneth Waltz berusaha

untuk memindahkan anggapan klasik Realisme yang memiliki pandangan skeptis

mengenai organisasi internasional menuju pandanngan yang sesuai dengan kondisi

zaman. Waltz berusaha untuk memindahkan Realisme menuju Realisme Struktural

yang lebih mengakomodir sistem internasional, dimana negara dapat bekerjasama

dalam lingkungan anarkis namun kesamaan dan perbedaan tujuan tetap menjadi

(9)

penentu tingkat hubungan yang akan dibangun.17 Begitu pula dengan Neo-Liberalis yang tetap memiliki pandangan lama Liberalisme tentang mencapai perdamaian

melalui kooperasi negara-negara, namun Neo-Liberalisme menjadi lebih dekat

dengan Neo-Realisme dengan diterimanya pandangan dunia sebagai anarki. Karena

biar bagaimanapun, kedaulatan negara adalah batas yang harus dijaga dalam

hubungan antar negara. Dengan kata lain, Neo-Realisme pun menerima bahwa

hubungan anatar negara merupakan hubungan yang kompetitif, namun juga

menekankan bahwa adanya anjuran untuk timbal balik anatar negara yang

membuka hubungan.18

Rasionalisme vs. Reflektivisme / Postivisme vs. Post-Positivisme

Debat ini merupakan debat yang paling baru untuk muncul dalam studi

Hubungan Internaional, tepatnya pada pertengahn tahun 1980-an. Raionalisme,

yang secara inklusif termasuk Realis dan Liberalis, memiliki sfat positivistik dalam

metodologinya.19 Dalam menerima kompleksitivitas dlam dunia internasional,

rasionalis lebih memilih untuk menganalisis apa yang dapat diamati. Sedangkan

Reflektivis yang mencakup pandangan alternatif seperti post-medrnisme,

feminisme dan konstruktivisme memandang dalam studi Hubungan Internasional

pendekatan interpretif dan subjektif dan keyakinan bahwa nilai tidak dapat

dipisahkan dari observasi.20

D. Hubungan Internasional sebagai Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Kiat serta Perkembangannya di Eropa Kontinental, Angio Selatan, dan Indonesia

Hubungan internasional sebagai ilmu pengetahuan berada dalam lingkup

ilmu sosial. Seperti ilmu sosial yang lain, disiplin ilmu Hubungan Internasional

bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia. Hubungan

Internasional sebagai ilmu pengetahuan memiliki dua penyebutan disiplin ilmu

yang berbeda. Dalam perspektif Inggris menyebutkan disiplin Hubungan

17

(10)

http://www.e-ir.info/2011/05/20/the-%E2%80%98great-debates%E2%80%99-Internasional sebagai “studi” Hubungan http://www.e-ir.info/2011/05/20/the-%E2%80%98great-debates%E2%80%99-Internasional, sedangkan dalam perspektif

Amerika Serikat menyebutkan disiplin HI sebagai “ilmu” Hubungan

Internasional.21 Perbedaan penyebutan ini mengarahkan pada sejarah

perkembangan hubungan internasional sebagai disiplin ilmu mulai dari Eropa

sampai ke Amerika Serikat.

Kajian hubungan internasional mulai marak di Eropa setelah Perjanjian

Westphalia 1648. Hubungan Internasional sebagai disiplin ilmu lahir pada abad

ke-20 oleh sekelompok pakar filsafat dan hukum intenasional di Britania Raya.

Mereka menganggap bahwa dibutuhkannya suatu kajian yang membahas tentang

hubungan antar negara-negara. Studi HI muncul pertama kali di University College

of Aberystwyth pada tahun 1919 dengan memperkenalkan guru besar yaitu Sir

Alfred Zimmern. Setelah itu, muncul pemikiran-pemikiran HI oleh para pakar dari

berbagai belahan dunia. Seperti, idealisme, realisme, liberalisme, behavioralisme,

dan masih banyak lagi.22

Hubungan internasional sebagai seni dan kiat dapat digambarkan dengan

bagaimana aktor-aktor hubungan internasional bertindak sesuai dengan tujuannya

masing-masing dengan cara yang paling baik. Diplomasi adalah contoh hubungan

internasional sebagai seni dan kiat karena dalam berdiplomasi menggunakan

cara-cara lihai agar negara-negara dapat bersepakat dan mencapai tujuan

kepentingannya masing-masing.

E. Konsep-Konsep Dasar dalam Hubungan Internasional 1. Power and Security

a. Power

Pada saat kita berbicara yang berkaitan dengan aktor Hubungan

Internasional yaitu negara, maka kita akan memandang konsep power

sebagai unsur penting dalam setiap kegiatan politik dari sebuah negara. Para

Kaum realis mempunyai anggapan bahwa konsep power sebagai konsep

paling utama dalam ilmu Hubungan Internasional. Power merupakan hal

vital yang harus dimiliki oleh setiap negara dalam upaya menjalin hubungan

21

Hadiwinata, B. S. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional: Arus Utama, Alternatif, dan Reflektivis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

(11)

kerjasama dengan negara lain.23 Morgenthau mengatakan bahwa konsep power adalah sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik, yang mana

satu aktor mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan

tindakan yang dilakukan oleh aktor yang lain. Oleh karena itu, menurutnya

untuk menciptakan serta mempertahankan pengendalian terhadap “lawan

main” dalam hubungan sosial sangat diperlukan kekerasan fisik hingga

hubungan psikologis.24Sebagai contoh konkrit dari konsep power ini adalah

seperti yang ada di negara Amerika Serikat. Mereka dikenal sebagai negara

adikuasa.

b. Security

Pada konteks sistem internasional maka security adalah kemampuan

sebuah negara dan para masyarakat negara tersebut untuk mempertahankan

identitas kemerdekaan dan integritas bangsanya. Konteks studi Hubungan

Internasional dan politik internasional, keamanan baik kemanan sebuah

negara maupun kemanan global merupakan konsep vital yang selalu

digunakan dan dipandang sebagai ciri eksklusif yang terus-menerus dari

hubungan internasional.25 Isu – isu konvensional seperti nuklir Korea

Selatan dan Laut Cina Selatan merupakan salah satu contoh ancaman begi

terbentuknya keamanan internasonal, terlebih lagi dengan keterlibatan aktor

– aktor yang cukup luas dengan melibatkan negara-negara super power

seperti Amerika Serikat. 2. War and Peace

a. War

Salah satu tokoh yang mencetuskan pemikirannya tentang konsep

perang dalam Hubungan Internasional adalah Machiavelli. Sebagai salah

satu tokoh dalam pemikiran konsep perang, Machiavelli menjelaskan bahwa

perang ialah suatu dasar yang alamiah dalam menyelesaikan suatu masalah

dan juga hal vital untuk dilakukan. Jika suatu negara tidak berhasil dalam

upaya melakukan diplomasi untuk menyelesaikan konflik atau pun dalam

23

J. Frankel, 1991.Hubungan Internasional, terjemahan Laila H. Hasyim. Bumi Aksara:Jakarta 24

Scott Burchil dan Andrew Linklater, (1996), Teori-Teori Hubungan Internasional, Bandung: Nusa Media, hlm. 242

25 Buzan, Barry. 1991. People, State, And Fear ; A Agenda For Internasional Security Studies In The Post Cold

(12)

mencapai kepentingan negaranya, hasilnya adalah perang menjadi cara yang

dapat ditempuh selain diplomasi.26 Jika suatu negara mengalami konflik

dengan negara lainnya dan menyebabkan perang, maka warga negara harus

turut serta dalam mendukung negara mereka, dengan istilah lain adalah

wajib militer.

b. Peace

Sebelumnya sudah dibahas konsep war tentang suatu negara bagaimana

harus bisa memenuhi kepentingan negaranya. Namun, hakikatnya manusia

tidak dapat terus terlibat dalam suatu peperangan. Manusia akan mencapai

suatu titik dimana perdamaian akan sangat dibutuhkan.27 Damai sendiri

dibagi menjadi 2 yaitu negative peace dan positive peace. Negative peace

sendiri adalah kondisi dimana tidak ada peperangan, tidak ada konflik, dan

kondisi damai berada pada level terendah. Dalam artian lain negara ini

benar – benar damai tidak ada masalah yang terjadi termasuk peperangan

maupun konflik. Sedangkan positive peace adalah kondisi dimana

perdamaian berbasis pada keadilan, persamaan, dan kesetaraan.28

3. Justice and Order

Justice dan Order sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang begitu jauh. Hal itu juga dipertegas oleh seorang ahli yang bernama Hedley Bull.

Pertama, ia membagi justice ke dalam tiga tingkatan. Tingkat pertama

adalah keadilan internasional / keadilan internasional, yang mana pada

dasarnya melibatkan suatu pemikiran tentang kedaulatan yang sama. Kedua

adalah keadilan individu, yang mempunyai artian bahwa keadilan yang

berfokus pada penegakkan hak asasi manusia. Tingkat yang terakhir adalah

keadilan kosmopolitan / keadilan dunia, yang mana melibatkan seluruh

dunia. Sama hal nya dengan keadilan, ketertiban menurut Hedley Bull

memiliki tiga tingkatan juga. Pertama adalah ketertiban dalam kehidupan

social yang merupakan dasar hubungan antar manusia. Tingkatan yang

kedua adalah ketertiban internasional, yang mana merupakan tatanan hidup

antar negara dalam system kemasyarakatan. Tingkat yang terakhir adalah

26

Machiavelli, Niccolo. (2008). THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing.

27 Barash, David P & Webel, P. Charles. 2002. Peace and Conflict Studies. USA : Sage Publication.

28

(13)

ketertiban dunia yang merupakan tatanan kehidupan manusia secara

keseluruhan.29

4. Wealth and Welfare

Wealth and Welfare merupakan salah satu konsep dalam hubungan internasional yang meliputi keadaan sosial dan ekonomi suatu populasi,

dalam kekayaan ataupun kesejahteraan. Dalam konsep ini, manusia sebagai

populasi suatu negara akan selalu mengharapkan pemerintahnya untuk

menciptakan suatu kondisi yang aman secara sosial ekonomi bagi

warganya. Dengan adanya konsep wealth and welfare ini, pemerintah akan

terdorong untuk selalu menciptakan dan menyetujui peraturan-peraturan

yang menguntungkan bagi negara dan warganya. Hal-hal seperti permintaan

atau interest masyarakat terhadap kestabilan ekonomi, peningkatan jumlah

lapangan pekerjaan, atau perdagangan bebas menjadi faktor-faktor bagi

sebuah negara dalam membuat peraturan. Apabila dihubungkan dengan

sistem internasional, maka di dalam sistem internasional dimana setiap

negara tentunya tidak ingin merugi, negara dapat memilih untuk berusaha

meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan negara dan rakyatnya. Demi

mencapai keinginan ini, negara-negara sebagai ”populasi” di dalam sistem

internasional akan pula mengharapkan agar keberadaan sistem internasional

ini dapat menjadi penggerak atau pendukung untuk menciptakan kondisi

masyarakat internasional yang aman, sejahtera, serta dapat saling

menguntungkan.30

5. Community, Society, and System

Konsep community dalam HI mengandung artian bahwa terdapat

anggota masyarakat yang bersifat global yang hidup secara berdampingan

demi mewujudkan tujuan atau kepentingan bersama. Tentunya tujuan

tersebut secara tidak langsung adalah guna menjaga perdamaian antar

hubungan negara – negara. Konsep komunitas dalam HI pun merupakan hal

penting untuk dicermati, jika dalam suatu hubungan antar negara tidak ada

hal yang bersifat membuat antar negara tersebut saling membutuhkan maka

29

Bull, Hedley. (1977). Anarchial Society, New York : Columbia University Press.

30 Carlsnaes,Walter., Risse, Thomas & Simmons, Beth, (2002), Handbook of International Relations (Eds.),

(14)

hal yang terjadi adalah tidak aka nada perdamaian atau kerjasama dalam

kehidupan tatanan global.

Konsep Society dalam Hubungan Internasional sebenarnya sudah

ada sebelum HI itu muncul. Lebih dikenal dengan sebutan International

Society. Konsep ini mucul dibeberapa kawasan di dunia serta konsep ini baru dikemukkan oleh Hedley Bull, yang mana pada waktu itu digunakan

untuk menggambarkan keadaan sistem negara yang dibangun oleh bangsa

Eropa setelah terjadinya Perjanjian Westphalia. Hedley Bull mengatakan

bahwa international society adalah sekelompok negara yang menyepakati

nilai – nilai dan norma bersama, memiliki kepentingan dan tujuan yang

sama, serta berinteraksi satu sama lain berdasarkan nilai – nilai dan norma

– norma tersebut.” Dengan pengertian tersebut kita tahu bahwa sebenarnya

konsep ini sudah ada sejak dulu, walaupun tidak dalam bentuk negara,

karena pada saat itu konsep negara belum ditemukan. Umumnya

international society terbentuk atas sekolmpok orang yang mempunyai kesmaan identitas, kesamaan latar belakang, kesamaan nilai dan norma, dan

memiliki kesamaan geografis.31

Pandangan mengenai sistem internasional dapat dilihat dari berbagai

perspektif. Pandangan yang paling kita kenal adalah dari kaum realis dan

neo-realis. Mereka mengatakan bahwa sistem internasional bersifat anarki.

Hal itu karena tidak adanya pemerintahan dunia dan negara adalah aktor

utama dari sistem internasional itu sendiri. Pandangan lainnya berasal dari

kaum liberalis. Kaum liberalis menganggap bahwa sistem internasional

tidak hanya dijalankan oleh aktor yang bukan hanya negara, namun juga

dijalankan oleh aktor – aktor lainnya baik seperti IGO, NGO, MNC,

maupun individu. Kedua pandangan tersebut merupakan hal umum dalam

studi Hubungan Internasional dalam memandang sebuah sistem

internasional. Sementara, jika sistem internasional diklasifikasikan

menurut jumlah hegemonnya maka dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

(15)

Sistem Internasional Multipolar, Sistem Internasional Bipolar, dan Sistem

Internasional Unipolar.32

F. Permasalahan Level of Analysis

Dalam bidang penelitian ilmiah, selalu ada berbagai cara dimana suatu

fenomena yang sedang dipelajari dapat diurutkan dan diatur untuk tujuan

sistematik. Baik dalam ilmu-ilmu sosial, seorang pengamat dapat memilih untuk

fokus pada suatu bagian atau keseluruhan, maupun pada komponen atau sistem itu

sendiri. Suatu kompleksitas dan makna pada tingkat analisis (level of analysis) ini

cukup disarankan oleh kontrovesi yang sudah berlangsung sejak lama antara

psikologi sosial dan sosiologi, antropologi yang berorientasi pada kepribadian dan

budaya, atau mikro dan makro ekonomi, namun ada beberapa diantaranya. Dalam

bahasa sehari-hari pada teori sistem umum, seorang pengamat selalu berhadapan

dengan sistem, sub-sistem, dan lingkungannya masing-masing. Dan sementara ia

dapat memilih sebagai sistemnya, sekelompok fenomena dari organisme hingga ke

alam semesta itu sendiri, seperti halnya suatu pilihan tidak bisa hanya sekedar

fungsi dari kebiasaan, ataupun tingkah laku. (Boulding, 1956)

Sistem Internasional sebagai Tingkat Analisis

Dimulai dengan tingkat analisis yang sistemik, dapat ditemukan dalam

keseluruhan sistem internasional yang merupakan suatu titik fokus dan juga

menjanjikan. Pertama-tama, hal ini adalah tingkat yang paling komprehensif yang

tersedia, yang mencakup keseluruhan interaksi yang terjadi di dalam sistem dan

lingkungannya. Dengan memusatkan perhatian pada sistem, kita dimungkinkan

untuk mempelajari pola interaksi yang ditunjukkan oleh sistem, dan untuk

menggeneralisasi fenomena seperti penciptaan dan pembubaran koalisi, frekuensi

dan durasi konfigurasi daya yang spesifik, modifikasi dalam stabilitas, serta

responsif terhadap perubahan dalam institusi politik formal, norma, dan cerita

rakyat yang diharapkannya sebagai sistem masyarakat. Dengan kata lain, tingkat

analisis sistemik, dan hanya tingkat ini, memungkinkan kita untuk memeriksa

hubungan internasional secara keseluruhan, dengan kelengkapan yang hilang saat

32 Norton, W. W. 2010. Chapter 4: The International System.

(16)

fokus kita beralih ke tingkat yang lebih rendah dan lebih parsial. Untuk tujuan

deskriptif, kemudian, mereka menawarkan keuntungan dan kerugian; yang pertama

mengalir dari kelengkapannya, dan yang terakhir dari kelangkaan detail yang

diperlukan.33

Seperti kemampuan penjelas, suatu model yang berorientasikan sistem

menimbulkan beberapa kesulitan yang nyata. Pertama, ia cenderung mengarahkan

pengamat ke posisi yang membesar-besarkan dampak sistem terhadap aktor

nasional dan, sebaliknya, mengurangi dampak aktor pada sistem tersebut. Hal ini

tentu saja tidak dapat dihindari; orang bisa membayangkan sistem ini sebagai

lingkungan yang agak pasif di mana negara-negara dinamis mewujudkan hubungan

mereka daripada sebagai entitas sosio-politik dengan dinamika dirinya sendiri.

Namun, ada kecenderungan alami untuk menganugerahi apa yang menjadi fokus

perhatian kita dengan potensi yang agak besar daripada yang seharusnya

diharapkan terjadi. Dengan demikian, kita cenderung bergerak, dalam model yang

berorientasi sistem, jauh dari gagasan yang menyiratkan banyak otonomi nasional

dan kebebasan memilih dan menuju orientasi yang lebih deterministik.34

G. Aktor-Aktor dalam Hubungan Internasional

Aktor-aktor dalam Hubungan Internasional meliputi state actor dan

non-state actor.

State actor atau aktor negara dalam hubungan internasional adalah aktor yang berperan dalam hubungan internasional dengan memiliki legalitas sovereignty

dan wewenang-wewenang tersendiri seperti pedeklarasian perang atau kekuatan

untuk mengatur warga negaranya masing-masing untuk patuh pada suatu kebijakan.

Kekuatan dan wewenang yang dimiliki oleh state actor tersebut tidak dimiliki oleh

non-state actor. Menurut Minix&Hawley (1998), state actor sebenarnya adalah aktor-aktor tingkat domestik yang berusaha mencapai tujuannya melalui hubungan

lintas batas negara, yang termasuk dalam state actor ini adalah pemerintahan lokal,

partai politik, grup etnis, dan individu.35 Aktor-aktor negara dalam hubungan

internasional bertingkah laku di dalam hubungan internasional untuk mencapai

33

Singer, J. David. (1961). The Level-of-Analysis Problem in International Relations. World Politics, Vol. 14, No. 1, The International System: Theoretical Essays (Oct., 1961), pp. 77-92.

34

Ibid, p. 80-81 35

(17)

kepentingan nasional suatu negara. Dalam hal ini, aktor negara dapat berinteraksi

dengan aktor negara lainnya dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan,

ataupun menimbulkan konflik.

Non-state actor atau aktor non–negara merupakan aktor-aktor dalam hubungan internasional yang tidak berbentuk suatu negara dalam menjalankan

aktivitas hubungan internasional. Meskipun bukanlah sebuah negara, aktor-aktor

non-negara tetap memiliki fungsi dan kekuatannya masing-masing sehingga dapat diperhitungkan sebagai “aktor” di dalam studi hubungan internasional. Aktor

non-negara dalam hubungan internasional meliputi Intergovernmental Organizations

(IGOs), International Non-Governmental Organizations, Multinational Corporations (MNCs), serta individu.

Intergovernmental Organizations atau organisasi antar pemerintah adalah sebuah organisasi yang beranggotakan atas 2 negara atau lebih. Organisasi

antar pemerintah dibentuk oleh pemerintah negara-negara yang

mempercayai bahwa sebuah organisasi internasional dapat sangat

membantu kepentingan nasional setiap negara anggotanya. Pemerintah

suatu negara menganggap bahwa keberadaan organisasi internasional

sebagai sebuah wadah untuh mencapai perjanjian bersama dalam

menangani berbagai tantangan dan masalah bersama yang tidak dapat

dengan efektif diselesaikan oleh satu negara saja. Isu-isu yang dapat dibawa

ke dalam suatu Intergovernmental Organization meliputi politik, keamanan,

ataupun kemanusiaan. Contoh IGO antara lain United Nations (UN),

International Monetary Funds (IMF), dan Uni Eropa.

International Non-Governmental Organizations atau organisasi internasional non-pemerintah adalah suatu organisasi internasional yang

beranggotakan individu atau kelompok yang bukan merupakan suatu

negara. Walaupun tidak beranggotakan pemerintah negara, tetapi organisasi

internasional non-pemerintah dapat memiliki peran yang besar dalam

mempengaruhi kebijakan-kebijakan atau agenda dalam lingkup

internasional. Contoh bentuk organisasi internasional non-pemerintah

adalah FIFA, Internasional Red Cross, dan Green Peace.

(18)

organisasi bisnis atau badan usaha yang bertujuan untuk menghasilkan

keuntungan (profit oriented). Dalam sistem internasional, perusahaan

multinasional dilihat sebagai salah satu aktor terkuat dan berpengaruh, hal

ini dikarenakan perusahaan multinasional memiliki akses pada dana yang

besar dan dapat memilih untuk membuka cabang perusahaannya di negara

manapun yang dirasa menguntungkan. Banyak dari bentuk-bentuk nyata

perusahaan internasional dapat dengan mudah terlihat dalam keseharian

hidup masyarakat, seperti, McDonalds, Coca-Cola, Google, dan Starbucks.

 Individu sebagai aktor dalam hubungan internasional didasarkan bahwa

manusia sebagai individu adalah bagian dari hubungan internasional itu

sendiri karena setiap individu dapat memberikan dampak yang besar dalam

proses hubungan internasional.

H. Bagaimana Hans J. Morgenthau Memandang Konsep Hubungan Internasional

Hans Joachim Morgenthau (1904-1980) adalah salah satu filsuf realis

dengan pandangan, dan karya yang paling berdampak bagi perkembangan paham

realisme secara khusus, dan studi ilmu hubungan internasional secara umum.

Morgenthau berasal dari etnis yahudi, dan melarikan diri dari negara asalnya

Jerman menuju ke Amerika Serikat pada tahun 1937 akibat banyaknya sentimen

anti-semitisme, dan propaganda anti Yahudi, oleh partai Nazi di Jerman pada saat

itu.36 Di negara Amerika, ia menghabiskan kebanyakan waktunya mengajar di

berbagai universitas, dan menghasilkan karya-karya tulis yang banyak berpengaruh

hingga saat ini. Contoh-contoh karya dari Morgenthau yang paling berpengaruh

adalah; Scientific Man Versus Power Politics, Politics Among Nation, In Defence

of the National Interest, The Purpose of American Politics, Dilemmas of Politics.

Latar belakang kehidupannya, dan kekagumannya terhadap tulisan-tulisan Max

Weber, sangat berpengaruh terhadap pandangan, teori, dan karya-karya yang

dihasilkan oleh Morgenthau kedepannya.

Morgenthau adalah proposisi dari teori realisme, bahkan dapat dikatakan

sebagai salah satu filsuf utama didalam paham realisme. John A, Vasquez

merumuskan pandangan Morgenthau sebagai filsuf realis sebagai berikut; (1)

36

(19)

bahwa negara adalah aktor utama dan dominan didalam hubungan internasional, (2)

adanya pembedaan yang jelas antara politik domestik dan internasional, (3)

hubungan internasional didasari atas azas konflik demi mendapatkan kekuatan dan

mencapai perdamaian.37 Didalam teorinya Morgenthau juga banyak menyoroti

bahwa politik terjadi sebagai konsekuensi dari sifat dasar manusia yang selalu haus

akan kekuasaan (Animus Dominandi)38, dan bahwa keadaan seperti ini

menciptakan politik internasional yang bersifat anarkis. Pandangan Morgenthau

yang bersifat realis juga mengedepankan peran negara sebagai aktor utama

hubungan internasional, sedangkan aktor non-negara lainnya dianggap sebagai

aktor marginal.

37

Vasquez, J. A. (1996). Classics of International Relations. London: Prentice-Hall International. Hlm 211 38 Morgenthau, H. J. (1978).

(20)

REFERENSI

Archer, C. (2015). International Organizations. London: Routledge.

Barash, David P & Webel, P. Charles. 2002. Peace and Conflict Studies. USA : Sage

Publication.

Bull, Hedley. (1977). Anarchial Society, New York : Columbia University Press.

Buzan, Barry. 1991. People, State, And Fear ; A Agenda For Internasional Security

Studies In The Post Cold Era 2nd edition. London : Harvester Whatsheaf

Buzan, Barry. 2001. ‘The English school: an underexploited resource in IR’. Review of

international studies. Cambridge University Press, 27 (3).

Carlsnaes,Walter., Risse, Thomas & Simmons, Beth, (2002), Handbook of International

Relations (Eds.), London et al., Sage.

Galtung, J. (1990). Cultural Violence. Journal of People Research, 27(3), 291-305.

Hadiwinata, B. S. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional: Arus Utama,

Alternatif, dan Reflektivis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Heywood, A. (2015). Global politics. London: Palgrave Macmillan.

International affairs Meaning in the Cambridge English Dictionary.

(2018). Dictionary.cambridge.org. Retrieved 13 March 2018, from

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/international-affairs

International Studies versus Global Studies. (2018). Intro to Global Studies. Retrieved 14 March 2018, from

https://www.introtoglobalstudies.com/2014/10/international-studies-versus-global-studies/

Jackson, R., & Sørensen, G. (2013). Introduction to International Relations. (New York:

Oxford University Press)

J. Frankel, 1991. Hubungan Internasional, terjemahan Laila H. Hasyim. Bumi

(21)

Machiavelli, Niccolo. (2008). THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing.

Martin Griffiths, S. C. (2010). Fifty Key Thinkers in International Relations. London:

Routledge.

Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. 1994. (Jakarta: LP3ES)

Minix, D. A., & Hawley, S. M. (1998). Global politics. Belmont, CA: West.

Morgenthau, H. J. (1978). Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace,

Fifth Edition . New York: Alfred A. Knopf.

Norton, W. W. 2010. Chapter 4: The International System.

http://www.wwnorton.com/college/polisci/essentials-of-international

relations5/ch/04/summary.aspx

Nye, J., & Keohane, R. (1971). Transnational Relations and World Politics: An

Introduction. International Organization, 25(03), 331.

http://dx.doi.org/10.1017/s0020818300026187

Perwita and Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. 2005. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya)

Plano, Jack C. International Relations Dictionary. 1999. (New York: Neal Schuman

Publishers Inc.)

Scott Burchil dan Andrew Linklater, (1996), Teori-Teori Hubungan Internasional,

Bandung: Nusa Media.

Singer, J. David. (1961). The Level-of-Analysis Problem in International Relations. World

Politics, Vol. 14, No. 1, The International System: Theoretical Essays (Oct., 1961).

Vasquez, J. A. (1996). Classics of International Relations. London: Prentice-Hall

International.

Viotti and Kauppi. International Relations: Theory, Realism, Pluralism, dan Globalism.

(22)

Wilkinson, P. (2007). International relations: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press.

world politics | Definition of world politics in English by Oxford Dictionaries.

(2018). Oxford Dictionaries | English. Retrieved 13 March 2018, from

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melakukan gerakan sosial, masyarakat bersama LSM menyusun strategi yang bertujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk mengeluarkan SK penutupan industri pengelolaan

Tabel 4.18 Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Partisipasi Buah Pikiran 57 Tabel 4.19 Frekuensi Partisipasi Petani dalam Harta Benda

Dilihat dari konteksnya, penulis merasakan adanya perasaan berupa rasa simpulan, menyimpulkan dan rasa simpulan atas apa yang dirasakan seorang tokoh atas

 Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan atau pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati, tetapi jarang

Maka dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap kontribusi manajemen kepala sekolah, kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, dan motivasi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya

Dilihat dari masing-masing kecamatan, terdapat perbedaan besaran kontribusi pada setiap sektor penyusun PDRB yang bergantung pada kondisi alam masing-masing

pemerintah daerah sebagaimana tertuang dalam dokumen rencana strategis melalui 6 (enam) kebijakan strategis Kota Cilegon yang dikenal dengan nama Enam Pintu Gawe