RESPONSE PAPER
PENGANTAR HUBUNGAN INTERNASIONAL
“Arti, Sifat, Konsep, Aktor, dan Lingkup: Hubung
an Internasional
sebagai Bidang Studi maupun F
enomena.”
Disusun Oleh : Marini Yasmina Fathan (170210170001)
Nithalie Salwa Louisza Budi (170210170005)
RR. Raina Chrisamanda (170210170011)
Namira Azzahra Munir (170210170015)
Gilang Alghifari (170210170019)
Zhalfa Laudza (170210170031)
Ignatius Hubert (170210170067)
Adira Setyadi (170210170083)
Muhammad Faishal Saifullah Fatah (170210170089)
Universitas Padjajaran
2017/2018
PENDAHULUAN
Hubungan internasional jika didefinisikan akan memiliki arti yang sangat luas.
Berbagai fenomena yang terjadi di dunia dapat dikategorikan sebagai hubungan
internasional. Perkembangannya sangat pesat, hingga akhirnya hubungan internasional
dapat berdiri menjadi sebuah bidang studi, HI (Hubungan Internasional). Maka, apakah arti
sesungguhnya dari Hubungan Internasional, bentuk dan cara mempelajarinya, serta
penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari?
Masalah dan isu di dalam pendefinisian Hubungan Internasional seperti:
International Relations, International Affairs, International Politics, International Studies, Transnational Relations, World Politics, bahkan Global Politics kemudian menjadi topik yang akan dibahas di dalam studi Hubungan Internasional.
Selain itu, di dalam Hubungan Internasional pun memiliki aktor-aktor atau subjek
yang berperan penting dalam menjalankan sistem internasional. Dan selanjutnya, Studi
Hubungan Internasional tumbuh dan berevolusi, terus berkembang mengangkat berbagai
ISI
A. Apakah Hubungan Internasional Itu?
Menuru UU no. 37 tahun 1999, hubungan internasional merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan masalah regional dan internasional yang dilakukan oleh
pemerintah baik di tingkat pusat maupun internasional serta pemerintah daerah,
lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, LSM, dan
warga negara biasa.
Menurut Viotti dan Kauppi dalam “International Relations: Theory, Realism, Pluralism, and Globalism”, hubungan internasional berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan interaksi lainnya diantara aktor negara dan
aktor non-negara. Hubungan internasional juga membahas mengenai politik
internasional.1Menurut Mochtar Mas’oed dalam “Ilmu Hubungan Internasional:
Disiplin dan Metodologi”, hubungan internasional mengacu pada segala aspek interaksi. Tujuan utama dari mempelajari ilmu hubungan internasional adalah untuk
mempelajari perilaku internasional yang meliputi aktor negara dan non-negara di
dunia internasional. Perilaku tersebut dapat dilihat dari adanya kerja sama,
pembentukan aliansi, perang, konflik, dan interaksi dalam organisasi
internasional.2Sedangkan Jack C. Plano dalam International Relations Dictionary,
berpendapat bahwa hubungan internasional mencakup hubungan antarnegara atau
interaksi para aktor yang tindakan serta kondisinya dapat membuat actor lainnya
memberikan tanggapan.3
Ekonomi merupakan sangat penting dalam menentukan proses politik, di
mana proses politik termasuk interaksi dari hubungan internasional. Namun
ekonomi dan politik juga saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.4
Hubungan internasional juga dapat dilihat dari negara yang perannya berkurang
sebagai aktor dalam politik internasional, serta peran aktor non-negara bertambah.
Selain itu batas-batas konvensional antarnegara akan semakin kabur dan tidak
relevan.5
1
Viotti and Kauppi. International Relations: Theory, Realism, Pluralism, dan Globalism. 1993. (New York: Macmillan) hlm. 585
2Mas’oed, Mochtar.
Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. 1994. (Jakarta: LP3ES) 3
Plano, Jack C. International Relations Dictionary. 1999. (New York: Neal Schuman Publishers Inc.) 4 Jackson and Sørensen. Introduction to International Relations. 1999. (New York: Oxford University Press)
5
Hubungan internasional bersifat dinamis, yang akan terus berkembang
seiring perkembangan zaman. Perkembangan zaman tersebut juga nantinya akan
membuat hubungan internasional menjadi semakin kompleks. Hubungan
internasional awalnya hanya mempelajari interaksi negara berdaulat saja, namun
kemudian cakupannya bertambah menjadi semakin luas, terutama setelah
terbentuknya PBB, IGO, dan INGO. Ditambah lagi dulunya hubungan internasional
hanya mempelajari tentang aktor, bukan perilaku dan pengaruhnya terhadap
negara-negara di dunia. Juga Pasca Perang Dingin, isu-isu hubungan internasional
beralih dari yang terfokus pada high politics menjadi low politics.6
B. Bagaimana Masalah Pendefinisian Hubungan Internasional?
Seiring dengan perkembangan mobilitas antarmasyarakat dunia, maka studi
Hubungan Internasional pun juga berkembang. Dewasa ini, dikenal banyak istilah
lain yang juga menggambarkan Hubungan Internasional, seperti International
Relations, International Affairs, International Politics, Transnational Relations, World Politics, dan Global Politics. Lalu, manakah definisi yang paling tepat untuk menggambarkan Hubungan Internasional?
International Relations
International Relations adalah studi yang membahas hubungan dan interaksi antara suatu negara dengan negara lainnya, termasuk juga aktivitas
dan kebijakan negara-negara, organisasi internasional, organisasi
non-pemerintah internasional, dan perusahaan multinasional. Sering kali
International Relations disebut sebagai cabang dari ilmu politik, namun International Relations sebenarnya lebih luas daripada itu. International Relations juga menjadi cabang di bidang sejarah, ekonomi, hukum, hingga
filsafat. Oleh karena itu, International Relations merupakan studi yang
interdisipliner.7
6
Ibid.
7
International Affairs
International Affairs merupakan suatu aktifitas atau urusan yang melibatkan pemerintah, politik, ekonomi, dan bidang lainnya dengan negara
yang berbeda.8
International Politics
Politik antarnegara yang sifatnya cenderung bilateral. Seiring
dengan berkembangnya jaman, maka muncul juga aktor-aktor dunia,
bertambahnya rasa saling ketergantungan, dan berkembangnya tata kelola
global.9
International Studies
International Studies adalah studi yang mempelajari dunia
internasional. Studi ini muncul seiring berkembangnya International
Relations dan Ilmu Politik. International Studies berkembang dalam rangka adanya kejenuhan karena fokus yang terlalu berat terhadap relasi
antarnegara dan adanya stress terhadap metodologi kuantitatif.10
Transnational Relations
Jika transnasional adalah sesuatu yang sudah melewati batas-batas
negara tanpa kontrol dari pemerintah, maka Transnational Relations adalah
hubungan dan interaksi antarnegara yang telah melewati batas-batas negara
dan tidak dikontrol oleh pemerintah. Contoh dari praktik transnasional
adalah perdagangan multinasional.11
World Politics
World Politics merupakan kebijakan politik yang memberik dampak
kepada dunia secara keseluruhan.12
Global Politics
Global memiliki arti yang lebih luas dan mencakup keseluruhan
dunia, termasuk regional, nasional, sub-nabsional, dan seterusnya. Global
8 international affairs Meaning in the Cambridge English Dictionary. (2018). Dictionary.cambridge.org.
Retrieved 13 March 2018, from https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/international-affairs 9
Heywood, A. (2015). Global politics (pp. 2-3). London: Palgrave Macmillan. 10
International Studies versus Global Studies. (2018). Intro to Global Studies. Retrieved 14 March 2018, from https://www.introtoglobalstudies.com/2014/10/international-studies-versus-global-studies/ 11
Nye, J., & Keohane, R. (1971). Transnational Relations and World Politics: An Introduction. International Organization, 25(03), 331. http://dx.doi.org/10.1017/s0020818300026187
12 world politics | Definition of world politics in English by Oxford Dictionaries. (2018). Oxford Dictionaries |
Politics menggambarkan dinamika politik antarnegara dan membahas dampak dari interaksi tersebut yang akhirnya memberikan dampak pada
cakupan yang lebih luas lagi. Global politics merupakan perkembangan dari
International Politics.13
Berdasarkan pemaparan dari berbagai definisi tersebut, menurut kami
definisi yang paling tepat untuk menggambarkan Hubungan Internasional adalah
International Relations. Hal ini bukan berarti definisi-definisi lainnya tidak relevan
dengan Hubungan Internasional, namun International Relations, berdasarkan
definisi di atas, sudah mencakup keseluruhan definisi-definisi lainnya.
C. Pertumbuhan dan Evolusi Studi Hubungan Internasional sebagai suatu Disiplin dan Kedudukannya sebagai Ilmu Sosial
Sejarah telah menunjukan bahwa dunia ini terus berkembang dan berubah
secara konstan dan dinamis. Dan perkemabnagn dan perubahan itupun ikut
membawa perkembangan dan perubahan kepada berbagai ilmu yang menjadi
pegangan manusia dalam memandang dunia. Pun dalam studi Hubungan
Internasional, studi yang secara umum membahas mengenai hubungan antar aktor
dalam dunia internasional. Namun, seperti yang diungkapkan sebelumnya, studi
Hubungan Internasional sendiri sudah banyak mengalami perkembangan jika
dibandingkan dengan masa sebelum dua perang dunia dan lebih jauh kebelakang.
Banyak pertanyaan mengenai studi Hubungan Internasional dikaitkan dengan teori
dan praktik mengenai konsep negara berdaulat, yang dianggap sebagai institusi
historis yang sentral dalam politik internasional. Namun, ada pertanyaan penting
lainnya yang membawa kita kepada perdebatan mengenai cakupan yang sesuai
untuk Hubungan Internasional. Pada satu pandangan, akademisi menyatakan bahwa
fokus Hubungan Internasional adalah mengenai negara dan hubungan antar negara.
Namun pada pandangan yang lainnya menyatakan bahwa Hubungan Internasional
menyangkut hampir segala hal mengenai hubungan antar manusia di seluruh
dunia.14
Alasan mengapa negara menjadi fokus utama dari beberapa akademisi
dikarenakan para akademisi mengakui negara merupakan subyek sentral secara
13
Heywood, A. (2015). Global politics (pp. 2-3). London: Palgrave Macmillan. 14 Jackson, R., & Sorensen, G. (2013).
Introduction to International Relations: Theories and Approach.
historis dalam Hubungan Internasional. Bahkan akademisi yang berusaha untuk
mencari sesuatu yang lebih dari sekedar hubungan antar negara sering menjadikan
konsep negara sebagai titik permulaan.15 Hal ini menandakan bahwa sistem negara
merupakan poin rujukan utama baik pendekatan tradisional maupun pendekatan
baru dalam Hubungan Internasional. Pendekatan yang bermacam-macam inilah
yang kemudian membawa kita dalam perbedaan teori yang saling bertolak
belakang satu sama lain. Perdebatan-perdebatan mengenai teori dan fakta
dilapangan ini tidak selamanya berkonotasi negatif, tapi sejatinya
perdebat-perdebatan ini membawa dampak positif berupa memperkaya wawasan yang
terserak pada studi Hubungan Internasional. Secara umum perdebatan-perdebatan
atau the great debates ini terbagi menjadi 4 perdebatan besar.
Realisme vs. Liberalisme
Masa setelah Perang Dunia 1 bisa dibilang sebagai awal mula kemunculan
pemikiran Liberalisme. Pada masa itu Woodrow Wilson memandang bahwa
konflik seperti Perang Dunia 1 dapat dicegah dengan ide mengenai prinsip moral
universal dan adanya kooperasi antar negara yang kemudian diwujudkan dalam
Liga Bangsa-Bangsa. Namun pada akhirnya Liga Bangsa-Bangsa mengalami
kegagalan karena LBB sangat bergantung terhadap dukungan dari negara-negara
pendukung utama.
Kegagalan pandangan Liberalis dalam institusi LBB membuat kaum Realis
yang memilik pandangan skeptis mengenai ide tentang prinsip moral universal itu
ada mengecap kaum Liberalis sebagai Idealis ataupun Utopian. Realisme, yang
memiliki sejarah yang panjang percaya bahwa kepentingan negara adalah suatu hal
mutlak yang harus terus diperjuangkan oleh negara sebagai aktor utama dalam
dunia dengan tiga prinsip yakni statism, survival, self-help. Tiga inti dari Realisme
inilah yang menjadikan kaum Realis memandang bahwa organisasi internasional
merupakan hal yang berbahaya, karena dengan bergabung dengan organisasi
internasional sama saja dengan menyerahkan kedaaulatan negara pada aktor lain
dalam dunia internasional
Tradisionalisme vs. Behaviouralisme
Perdebatan ini mengambil latar waktu pada tahun 1960-an. Perdebatan ini
secara esensi merupakan perdebatan mengenai metode dalam studi Hubungan
Internasional. Kaum Behaviouralis percaya bahwa Hubungan Internasional hanya
dapat berkembang jika mengaplikasikan metode seperti yang digunakan pada ilmu
alam, seperti observasi sistem yang kemudian menghasilkan analisis dan hipotesis
atau kesimpulan sementara harus diuji secara empiris terutama melalui falsifikasi.
Behaviouralis pun percaya bahwa studi Hubungan Internasional banay didominasi
oleh sejarawan atau yang mereka beri istilah sebagai Tradisionalis, yang
mengambil pandangan bahwa Hubungan Internasional harus dikembangkan
melalui metode interpretasi historis.
Neo-Realisme vs. Neo-Liberalisme
Perdebatan ini diwarnai dengan suasana Hubungan Interansional pada tahun
1950-an hingga tahun 1970-an, dimana investasi, perdagangan, perjalanan, dan
komunikasi yang menjadi hubungan utama antara negara demokrasi liberal.16
Namun pada saat yang sama, Perang Dingin yang terjadi antara dua negara adidaya
yang sedang mempertandingakn pengaruh mereka di kancah internasional, yakni
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dua fenomena ini dapat dilihat sebagai
perwujudan teori Liberalis dimana kooperasi dapat diraih dan pada saat yang
bersamaan perang kekuatan nasional terjadi sebagai perwujudan dari teori Realis.
Singkatnya, perdebatan antara Realisme dan Liberalisme berlanjut, namun kedua
pandangan itu sendir mengalami perubahan.
Serupa dengan Realisme, namun Neo-Realisme memiliki pandangan yang
cukup berbeda mengenai dunia internasional yang anarki. Kenneth Waltz berusaha
untuk memindahkan anggapan klasik Realisme yang memiliki pandangan skeptis
mengenai organisasi internasional menuju pandanngan yang sesuai dengan kondisi
zaman. Waltz berusaha untuk memindahkan Realisme menuju Realisme Struktural
yang lebih mengakomodir sistem internasional, dimana negara dapat bekerjasama
dalam lingkungan anarkis namun kesamaan dan perbedaan tujuan tetap menjadi
penentu tingkat hubungan yang akan dibangun.17 Begitu pula dengan Neo-Liberalis yang tetap memiliki pandangan lama Liberalisme tentang mencapai perdamaian
melalui kooperasi negara-negara, namun Neo-Liberalisme menjadi lebih dekat
dengan Neo-Realisme dengan diterimanya pandangan dunia sebagai anarki. Karena
biar bagaimanapun, kedaulatan negara adalah batas yang harus dijaga dalam
hubungan antar negara. Dengan kata lain, Neo-Realisme pun menerima bahwa
hubungan anatar negara merupakan hubungan yang kompetitif, namun juga
menekankan bahwa adanya anjuran untuk timbal balik anatar negara yang
membuka hubungan.18
Rasionalisme vs. Reflektivisme / Postivisme vs. Post-Positivisme
Debat ini merupakan debat yang paling baru untuk muncul dalam studi
Hubungan Internaional, tepatnya pada pertengahn tahun 1980-an. Raionalisme,
yang secara inklusif termasuk Realis dan Liberalis, memiliki sfat positivistik dalam
metodologinya.19 Dalam menerima kompleksitivitas dlam dunia internasional,
rasionalis lebih memilih untuk menganalisis apa yang dapat diamati. Sedangkan
Reflektivis yang mencakup pandangan alternatif seperti post-medrnisme,
feminisme dan konstruktivisme memandang dalam studi Hubungan Internasional
pendekatan interpretif dan subjektif dan keyakinan bahwa nilai tidak dapat
dipisahkan dari observasi.20
D. Hubungan Internasional sebagai Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Kiat serta Perkembangannya di Eropa Kontinental, Angio Selatan, dan Indonesia
Hubungan internasional sebagai ilmu pengetahuan berada dalam lingkup
ilmu sosial. Seperti ilmu sosial yang lain, disiplin ilmu Hubungan Internasional
bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia. Hubungan
Internasional sebagai ilmu pengetahuan memiliki dua penyebutan disiplin ilmu
yang berbeda. Dalam perspektif Inggris menyebutkan disiplin Hubungan
17
http://www.e-ir.info/2011/05/20/the-%E2%80%98great-debates%E2%80%99-Internasional sebagai “studi” Hubungan http://www.e-ir.info/2011/05/20/the-%E2%80%98great-debates%E2%80%99-Internasional, sedangkan dalam perspektif
Amerika Serikat menyebutkan disiplin HI sebagai “ilmu” Hubungan
Internasional.21 Perbedaan penyebutan ini mengarahkan pada sejarah
perkembangan hubungan internasional sebagai disiplin ilmu mulai dari Eropa
sampai ke Amerika Serikat.
Kajian hubungan internasional mulai marak di Eropa setelah Perjanjian
Westphalia 1648. Hubungan Internasional sebagai disiplin ilmu lahir pada abad
ke-20 oleh sekelompok pakar filsafat dan hukum intenasional di Britania Raya.
Mereka menganggap bahwa dibutuhkannya suatu kajian yang membahas tentang
hubungan antar negara-negara. Studi HI muncul pertama kali di University College
of Aberystwyth pada tahun 1919 dengan memperkenalkan guru besar yaitu Sir
Alfred Zimmern. Setelah itu, muncul pemikiran-pemikiran HI oleh para pakar dari
berbagai belahan dunia. Seperti, idealisme, realisme, liberalisme, behavioralisme,
dan masih banyak lagi.22
Hubungan internasional sebagai seni dan kiat dapat digambarkan dengan
bagaimana aktor-aktor hubungan internasional bertindak sesuai dengan tujuannya
masing-masing dengan cara yang paling baik. Diplomasi adalah contoh hubungan
internasional sebagai seni dan kiat karena dalam berdiplomasi menggunakan
cara-cara lihai agar negara-negara dapat bersepakat dan mencapai tujuan
kepentingannya masing-masing.
E. Konsep-Konsep Dasar dalam Hubungan Internasional 1. Power and Security
a. Power
Pada saat kita berbicara yang berkaitan dengan aktor Hubungan
Internasional yaitu negara, maka kita akan memandang konsep power
sebagai unsur penting dalam setiap kegiatan politik dari sebuah negara. Para
Kaum realis mempunyai anggapan bahwa konsep power sebagai konsep
paling utama dalam ilmu Hubungan Internasional. Power merupakan hal
vital yang harus dimiliki oleh setiap negara dalam upaya menjalin hubungan
21
Hadiwinata, B. S. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional: Arus Utama, Alternatif, dan Reflektivis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
kerjasama dengan negara lain.23 Morgenthau mengatakan bahwa konsep power adalah sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik, yang mana
satu aktor mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan
tindakan yang dilakukan oleh aktor yang lain. Oleh karena itu, menurutnya
untuk menciptakan serta mempertahankan pengendalian terhadap “lawan
main” dalam hubungan sosial sangat diperlukan kekerasan fisik hingga
hubungan psikologis.24Sebagai contoh konkrit dari konsep power ini adalah
seperti yang ada di negara Amerika Serikat. Mereka dikenal sebagai negara
adikuasa.
b. Security
Pada konteks sistem internasional maka security adalah kemampuan
sebuah negara dan para masyarakat negara tersebut untuk mempertahankan
identitas kemerdekaan dan integritas bangsanya. Konteks studi Hubungan
Internasional dan politik internasional, keamanan baik kemanan sebuah
negara maupun kemanan global merupakan konsep vital yang selalu
digunakan dan dipandang sebagai ciri eksklusif yang terus-menerus dari
hubungan internasional.25 Isu – isu konvensional seperti nuklir Korea
Selatan dan Laut Cina Selatan merupakan salah satu contoh ancaman begi
terbentuknya keamanan internasonal, terlebih lagi dengan keterlibatan aktor
– aktor yang cukup luas dengan melibatkan negara-negara super power
seperti Amerika Serikat. 2. War and Peace
a. War
Salah satu tokoh yang mencetuskan pemikirannya tentang konsep
perang dalam Hubungan Internasional adalah Machiavelli. Sebagai salah
satu tokoh dalam pemikiran konsep perang, Machiavelli menjelaskan bahwa
perang ialah suatu dasar yang alamiah dalam menyelesaikan suatu masalah
dan juga hal vital untuk dilakukan. Jika suatu negara tidak berhasil dalam
upaya melakukan diplomasi untuk menyelesaikan konflik atau pun dalam
23
J. Frankel, 1991.Hubungan Internasional, terjemahan Laila H. Hasyim. Bumi Aksara:Jakarta 24
Scott Burchil dan Andrew Linklater, (1996), Teori-Teori Hubungan Internasional, Bandung: Nusa Media, hlm. 242
25 Buzan, Barry. 1991. People, State, And Fear ; A Agenda For Internasional Security Studies In The Post Cold
mencapai kepentingan negaranya, hasilnya adalah perang menjadi cara yang
dapat ditempuh selain diplomasi.26 Jika suatu negara mengalami konflik
dengan negara lainnya dan menyebabkan perang, maka warga negara harus
turut serta dalam mendukung negara mereka, dengan istilah lain adalah
wajib militer.
b. Peace
Sebelumnya sudah dibahas konsep war tentang suatu negara bagaimana
harus bisa memenuhi kepentingan negaranya. Namun, hakikatnya manusia
tidak dapat terus terlibat dalam suatu peperangan. Manusia akan mencapai
suatu titik dimana perdamaian akan sangat dibutuhkan.27 Damai sendiri
dibagi menjadi 2 yaitu negative peace dan positive peace. Negative peace
sendiri adalah kondisi dimana tidak ada peperangan, tidak ada konflik, dan
kondisi damai berada pada level terendah. Dalam artian lain negara ini
benar – benar damai tidak ada masalah yang terjadi termasuk peperangan
maupun konflik. Sedangkan positive peace adalah kondisi dimana
perdamaian berbasis pada keadilan, persamaan, dan kesetaraan.28
3. Justice and Order
Justice dan Order sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang begitu jauh. Hal itu juga dipertegas oleh seorang ahli yang bernama Hedley Bull.
Pertama, ia membagi justice ke dalam tiga tingkatan. Tingkat pertama
adalah keadilan internasional / keadilan internasional, yang mana pada
dasarnya melibatkan suatu pemikiran tentang kedaulatan yang sama. Kedua
adalah keadilan individu, yang mempunyai artian bahwa keadilan yang
berfokus pada penegakkan hak asasi manusia. Tingkat yang terakhir adalah
keadilan kosmopolitan / keadilan dunia, yang mana melibatkan seluruh
dunia. Sama hal nya dengan keadilan, ketertiban menurut Hedley Bull
memiliki tiga tingkatan juga. Pertama adalah ketertiban dalam kehidupan
social yang merupakan dasar hubungan antar manusia. Tingkatan yang
kedua adalah ketertiban internasional, yang mana merupakan tatanan hidup
antar negara dalam system kemasyarakatan. Tingkat yang terakhir adalah
26
Machiavelli, Niccolo. (2008). THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing.
27 Barash, David P & Webel, P. Charles. 2002. Peace and Conflict Studies. USA : Sage Publication.
28
ketertiban dunia yang merupakan tatanan kehidupan manusia secara
keseluruhan.29
4. Wealth and Welfare
Wealth and Welfare merupakan salah satu konsep dalam hubungan internasional yang meliputi keadaan sosial dan ekonomi suatu populasi,
dalam kekayaan ataupun kesejahteraan. Dalam konsep ini, manusia sebagai
populasi suatu negara akan selalu mengharapkan pemerintahnya untuk
menciptakan suatu kondisi yang aman secara sosial ekonomi bagi
warganya. Dengan adanya konsep wealth and welfare ini, pemerintah akan
terdorong untuk selalu menciptakan dan menyetujui peraturan-peraturan
yang menguntungkan bagi negara dan warganya. Hal-hal seperti permintaan
atau interest masyarakat terhadap kestabilan ekonomi, peningkatan jumlah
lapangan pekerjaan, atau perdagangan bebas menjadi faktor-faktor bagi
sebuah negara dalam membuat peraturan. Apabila dihubungkan dengan
sistem internasional, maka di dalam sistem internasional dimana setiap
negara tentunya tidak ingin merugi, negara dapat memilih untuk berusaha
meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan negara dan rakyatnya. Demi
mencapai keinginan ini, negara-negara sebagai ”populasi” di dalam sistem
internasional akan pula mengharapkan agar keberadaan sistem internasional
ini dapat menjadi penggerak atau pendukung untuk menciptakan kondisi
masyarakat internasional yang aman, sejahtera, serta dapat saling
menguntungkan.30
5. Community, Society, and System
Konsep community dalam HI mengandung artian bahwa terdapat
anggota masyarakat yang bersifat global yang hidup secara berdampingan
demi mewujudkan tujuan atau kepentingan bersama. Tentunya tujuan
tersebut secara tidak langsung adalah guna menjaga perdamaian antar
hubungan negara – negara. Konsep komunitas dalam HI pun merupakan hal
penting untuk dicermati, jika dalam suatu hubungan antar negara tidak ada
hal yang bersifat membuat antar negara tersebut saling membutuhkan maka
29
Bull, Hedley. (1977). Anarchial Society, New York : Columbia University Press.
30 Carlsnaes,Walter., Risse, Thomas & Simmons, Beth, (2002), Handbook of International Relations (Eds.),
hal yang terjadi adalah tidak aka nada perdamaian atau kerjasama dalam
kehidupan tatanan global.
Konsep Society dalam Hubungan Internasional sebenarnya sudah
ada sebelum HI itu muncul. Lebih dikenal dengan sebutan International
Society. Konsep ini mucul dibeberapa kawasan di dunia serta konsep ini baru dikemukkan oleh Hedley Bull, yang mana pada waktu itu digunakan
untuk menggambarkan keadaan sistem negara yang dibangun oleh bangsa
Eropa setelah terjadinya Perjanjian Westphalia. Hedley Bull mengatakan
bahwa international society adalah sekelompok negara yang menyepakati
nilai – nilai dan norma bersama, memiliki kepentingan dan tujuan yang
sama, serta berinteraksi satu sama lain berdasarkan nilai – nilai dan norma
– norma tersebut.” Dengan pengertian tersebut kita tahu bahwa sebenarnya
konsep ini sudah ada sejak dulu, walaupun tidak dalam bentuk negara,
karena pada saat itu konsep negara belum ditemukan. Umumnya
international society terbentuk atas sekolmpok orang yang mempunyai kesmaan identitas, kesamaan latar belakang, kesamaan nilai dan norma, dan
memiliki kesamaan geografis.31
Pandangan mengenai sistem internasional dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Pandangan yang paling kita kenal adalah dari kaum realis dan
neo-realis. Mereka mengatakan bahwa sistem internasional bersifat anarki.
Hal itu karena tidak adanya pemerintahan dunia dan negara adalah aktor
utama dari sistem internasional itu sendiri. Pandangan lainnya berasal dari
kaum liberalis. Kaum liberalis menganggap bahwa sistem internasional
tidak hanya dijalankan oleh aktor yang bukan hanya negara, namun juga
dijalankan oleh aktor – aktor lainnya baik seperti IGO, NGO, MNC,
maupun individu. Kedua pandangan tersebut merupakan hal umum dalam
studi Hubungan Internasional dalam memandang sebuah sistem
internasional. Sementara, jika sistem internasional diklasifikasikan
menurut jumlah hegemonnya maka dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
Sistem Internasional Multipolar, Sistem Internasional Bipolar, dan Sistem
Internasional Unipolar.32
F. Permasalahan Level of Analysis
Dalam bidang penelitian ilmiah, selalu ada berbagai cara dimana suatu
fenomena yang sedang dipelajari dapat diurutkan dan diatur untuk tujuan
sistematik. Baik dalam ilmu-ilmu sosial, seorang pengamat dapat memilih untuk
fokus pada suatu bagian atau keseluruhan, maupun pada komponen atau sistem itu
sendiri. Suatu kompleksitas dan makna pada tingkat analisis (level of analysis) ini
cukup disarankan oleh kontrovesi yang sudah berlangsung sejak lama antara
psikologi sosial dan sosiologi, antropologi yang berorientasi pada kepribadian dan
budaya, atau mikro dan makro ekonomi, namun ada beberapa diantaranya. Dalam
bahasa sehari-hari pada teori sistem umum, seorang pengamat selalu berhadapan
dengan sistem, sub-sistem, dan lingkungannya masing-masing. Dan sementara ia
dapat memilih sebagai sistemnya, sekelompok fenomena dari organisme hingga ke
alam semesta itu sendiri, seperti halnya suatu pilihan tidak bisa hanya sekedar
fungsi dari kebiasaan, ataupun tingkah laku. (Boulding, 1956)
Sistem Internasional sebagai Tingkat Analisis
Dimulai dengan tingkat analisis yang sistemik, dapat ditemukan dalam
keseluruhan sistem internasional yang merupakan suatu titik fokus dan juga
menjanjikan. Pertama-tama, hal ini adalah tingkat yang paling komprehensif yang
tersedia, yang mencakup keseluruhan interaksi yang terjadi di dalam sistem dan
lingkungannya. Dengan memusatkan perhatian pada sistem, kita dimungkinkan
untuk mempelajari pola interaksi yang ditunjukkan oleh sistem, dan untuk
menggeneralisasi fenomena seperti penciptaan dan pembubaran koalisi, frekuensi
dan durasi konfigurasi daya yang spesifik, modifikasi dalam stabilitas, serta
responsif terhadap perubahan dalam institusi politik formal, norma, dan cerita
rakyat yang diharapkannya sebagai sistem masyarakat. Dengan kata lain, tingkat
analisis sistemik, dan hanya tingkat ini, memungkinkan kita untuk memeriksa
hubungan internasional secara keseluruhan, dengan kelengkapan yang hilang saat
32 Norton, W. W. 2010. Chapter 4: The International System.
fokus kita beralih ke tingkat yang lebih rendah dan lebih parsial. Untuk tujuan
deskriptif, kemudian, mereka menawarkan keuntungan dan kerugian; yang pertama
mengalir dari kelengkapannya, dan yang terakhir dari kelangkaan detail yang
diperlukan.33
Seperti kemampuan penjelas, suatu model yang berorientasikan sistem
menimbulkan beberapa kesulitan yang nyata. Pertama, ia cenderung mengarahkan
pengamat ke posisi yang membesar-besarkan dampak sistem terhadap aktor
nasional dan, sebaliknya, mengurangi dampak aktor pada sistem tersebut. Hal ini
tentu saja tidak dapat dihindari; orang bisa membayangkan sistem ini sebagai
lingkungan yang agak pasif di mana negara-negara dinamis mewujudkan hubungan
mereka daripada sebagai entitas sosio-politik dengan dinamika dirinya sendiri.
Namun, ada kecenderungan alami untuk menganugerahi apa yang menjadi fokus
perhatian kita dengan potensi yang agak besar daripada yang seharusnya
diharapkan terjadi. Dengan demikian, kita cenderung bergerak, dalam model yang
berorientasi sistem, jauh dari gagasan yang menyiratkan banyak otonomi nasional
dan kebebasan memilih dan menuju orientasi yang lebih deterministik.34
G. Aktor-Aktor dalam Hubungan Internasional
Aktor-aktor dalam Hubungan Internasional meliputi state actor dan
non-state actor.
State actor atau aktor negara dalam hubungan internasional adalah aktor yang berperan dalam hubungan internasional dengan memiliki legalitas sovereignty
dan wewenang-wewenang tersendiri seperti pedeklarasian perang atau kekuatan
untuk mengatur warga negaranya masing-masing untuk patuh pada suatu kebijakan.
Kekuatan dan wewenang yang dimiliki oleh state actor tersebut tidak dimiliki oleh
non-state actor. Menurut Minix&Hawley (1998), state actor sebenarnya adalah aktor-aktor tingkat domestik yang berusaha mencapai tujuannya melalui hubungan
lintas batas negara, yang termasuk dalam state actor ini adalah pemerintahan lokal,
partai politik, grup etnis, dan individu.35 Aktor-aktor negara dalam hubungan
internasional bertingkah laku di dalam hubungan internasional untuk mencapai
33
Singer, J. David. (1961). The Level-of-Analysis Problem in International Relations. World Politics, Vol. 14, No. 1, The International System: Theoretical Essays (Oct., 1961), pp. 77-92.
34
Ibid, p. 80-81 35
kepentingan nasional suatu negara. Dalam hal ini, aktor negara dapat berinteraksi
dengan aktor negara lainnya dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan,
ataupun menimbulkan konflik.
Non-state actor atau aktor non–negara merupakan aktor-aktor dalam hubungan internasional yang tidak berbentuk suatu negara dalam menjalankan
aktivitas hubungan internasional. Meskipun bukanlah sebuah negara, aktor-aktor
non-negara tetap memiliki fungsi dan kekuatannya masing-masing sehingga dapat diperhitungkan sebagai “aktor” di dalam studi hubungan internasional. Aktor
non-negara dalam hubungan internasional meliputi Intergovernmental Organizations
(IGOs), International Non-Governmental Organizations, Multinational Corporations (MNCs), serta individu.
Intergovernmental Organizations atau organisasi antar pemerintah adalah sebuah organisasi yang beranggotakan atas 2 negara atau lebih. Organisasi
antar pemerintah dibentuk oleh pemerintah negara-negara yang
mempercayai bahwa sebuah organisasi internasional dapat sangat
membantu kepentingan nasional setiap negara anggotanya. Pemerintah
suatu negara menganggap bahwa keberadaan organisasi internasional
sebagai sebuah wadah untuh mencapai perjanjian bersama dalam
menangani berbagai tantangan dan masalah bersama yang tidak dapat
dengan efektif diselesaikan oleh satu negara saja. Isu-isu yang dapat dibawa
ke dalam suatu Intergovernmental Organization meliputi politik, keamanan,
ataupun kemanusiaan. Contoh IGO antara lain United Nations (UN),
International Monetary Funds (IMF), dan Uni Eropa.
International Non-Governmental Organizations atau organisasi internasional non-pemerintah adalah suatu organisasi internasional yang
beranggotakan individu atau kelompok yang bukan merupakan suatu
negara. Walaupun tidak beranggotakan pemerintah negara, tetapi organisasi
internasional non-pemerintah dapat memiliki peran yang besar dalam
mempengaruhi kebijakan-kebijakan atau agenda dalam lingkup
internasional. Contoh bentuk organisasi internasional non-pemerintah
adalah FIFA, Internasional Red Cross, dan Green Peace.
organisasi bisnis atau badan usaha yang bertujuan untuk menghasilkan
keuntungan (profit oriented). Dalam sistem internasional, perusahaan
multinasional dilihat sebagai salah satu aktor terkuat dan berpengaruh, hal
ini dikarenakan perusahaan multinasional memiliki akses pada dana yang
besar dan dapat memilih untuk membuka cabang perusahaannya di negara
manapun yang dirasa menguntungkan. Banyak dari bentuk-bentuk nyata
perusahaan internasional dapat dengan mudah terlihat dalam keseharian
hidup masyarakat, seperti, McDonalds, Coca-Cola, Google, dan Starbucks.
Individu sebagai aktor dalam hubungan internasional didasarkan bahwa
manusia sebagai individu adalah bagian dari hubungan internasional itu
sendiri karena setiap individu dapat memberikan dampak yang besar dalam
proses hubungan internasional.
H. Bagaimana Hans J. Morgenthau Memandang Konsep Hubungan Internasional
Hans Joachim Morgenthau (1904-1980) adalah salah satu filsuf realis
dengan pandangan, dan karya yang paling berdampak bagi perkembangan paham
realisme secara khusus, dan studi ilmu hubungan internasional secara umum.
Morgenthau berasal dari etnis yahudi, dan melarikan diri dari negara asalnya
Jerman menuju ke Amerika Serikat pada tahun 1937 akibat banyaknya sentimen
anti-semitisme, dan propaganda anti Yahudi, oleh partai Nazi di Jerman pada saat
itu.36 Di negara Amerika, ia menghabiskan kebanyakan waktunya mengajar di
berbagai universitas, dan menghasilkan karya-karya tulis yang banyak berpengaruh
hingga saat ini. Contoh-contoh karya dari Morgenthau yang paling berpengaruh
adalah; Scientific Man Versus Power Politics, Politics Among Nation, In Defence
of the National Interest, The Purpose of American Politics, Dilemmas of Politics.
Latar belakang kehidupannya, dan kekagumannya terhadap tulisan-tulisan Max
Weber, sangat berpengaruh terhadap pandangan, teori, dan karya-karya yang
dihasilkan oleh Morgenthau kedepannya.
Morgenthau adalah proposisi dari teori realisme, bahkan dapat dikatakan
sebagai salah satu filsuf utama didalam paham realisme. John A, Vasquez
merumuskan pandangan Morgenthau sebagai filsuf realis sebagai berikut; (1)
36
bahwa negara adalah aktor utama dan dominan didalam hubungan internasional, (2)
adanya pembedaan yang jelas antara politik domestik dan internasional, (3)
hubungan internasional didasari atas azas konflik demi mendapatkan kekuatan dan
mencapai perdamaian.37 Didalam teorinya Morgenthau juga banyak menyoroti
bahwa politik terjadi sebagai konsekuensi dari sifat dasar manusia yang selalu haus
akan kekuasaan (Animus Dominandi)38, dan bahwa keadaan seperti ini
menciptakan politik internasional yang bersifat anarkis. Pandangan Morgenthau
yang bersifat realis juga mengedepankan peran negara sebagai aktor utama
hubungan internasional, sedangkan aktor non-negara lainnya dianggap sebagai
aktor marginal.
37
Vasquez, J. A. (1996). Classics of International Relations. London: Prentice-Hall International. Hlm 211 38 Morgenthau, H. J. (1978).
REFERENSI
Archer, C. (2015). International Organizations. London: Routledge.
Barash, David P & Webel, P. Charles. 2002. Peace and Conflict Studies. USA : Sage
Publication.
Bull, Hedley. (1977). Anarchial Society, New York : Columbia University Press.
Buzan, Barry. 1991. People, State, And Fear ; A Agenda For Internasional Security
Studies In The Post Cold Era 2nd edition. London : Harvester Whatsheaf
Buzan, Barry. 2001. ‘The English school: an underexploited resource in IR’. Review of
international studies. Cambridge University Press, 27 (3).
Carlsnaes,Walter., Risse, Thomas & Simmons, Beth, (2002), Handbook of International
Relations (Eds.), London et al., Sage.
Galtung, J. (1990). Cultural Violence. Journal of People Research, 27(3), 291-305.
Hadiwinata, B. S. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional: Arus Utama,
Alternatif, dan Reflektivis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Heywood, A. (2015). Global politics. London: Palgrave Macmillan.
International affairs Meaning in the Cambridge English Dictionary.
(2018). Dictionary.cambridge.org. Retrieved 13 March 2018, from
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/international-affairs
International Studies versus Global Studies. (2018). Intro to Global Studies. Retrieved 14 March 2018, from
https://www.introtoglobalstudies.com/2014/10/international-studies-versus-global-studies/
Jackson, R., & Sørensen, G. (2013). Introduction to International Relations. (New York:
Oxford University Press)
J. Frankel, 1991. Hubungan Internasional, terjemahan Laila H. Hasyim. Bumi
Machiavelli, Niccolo. (2008). THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing.
Martin Griffiths, S. C. (2010). Fifty Key Thinkers in International Relations. London:
Routledge.
Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. 1994. (Jakarta: LP3ES)
Minix, D. A., & Hawley, S. M. (1998). Global politics. Belmont, CA: West.
Morgenthau, H. J. (1978). Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace,
Fifth Edition . New York: Alfred A. Knopf.
Norton, W. W. 2010. Chapter 4: The International System.
http://www.wwnorton.com/college/polisci/essentials-of-international
relations5/ch/04/summary.aspx
Nye, J., & Keohane, R. (1971). Transnational Relations and World Politics: An
Introduction. International Organization, 25(03), 331.
http://dx.doi.org/10.1017/s0020818300026187
Perwita and Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. 2005. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya)
Plano, Jack C. International Relations Dictionary. 1999. (New York: Neal Schuman
Publishers Inc.)
Scott Burchil dan Andrew Linklater, (1996), Teori-Teori Hubungan Internasional,
Bandung: Nusa Media.
Singer, J. David. (1961). The Level-of-Analysis Problem in International Relations. World
Politics, Vol. 14, No. 1, The International System: Theoretical Essays (Oct., 1961).
Vasquez, J. A. (1996). Classics of International Relations. London: Prentice-Hall
International.
Viotti and Kauppi. International Relations: Theory, Realism, Pluralism, dan Globalism.
Wilkinson, P. (2007). International relations: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press.
world politics | Definition of world politics in English by Oxford Dictionaries.
(2018). Oxford Dictionaries | English. Retrieved 13 March 2018, from