SKRIPSI
ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU
KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PRODUK KECANTIKAN NAAVAGREEN
Disusun Oleh :
Yuli Haryanti MA/12/1549
Program Studi Manajemen
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE NUSA MEGARKENCANA YOGYAKARTA
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PRODUK KECANTIKAN NAAVAGREEN
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian pendadaran guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada program studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Nusa Megarkencana Yogyakarta
Disususn Oleh:
Yuli Haryanti MA/12/1549
Program Studi Manajemen
Yogyakarta, ... 2016 Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh :
Dosen Pembimbing,
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Dipertahankan / Diajukan, Disyahkan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata 1 Disusun Oleh :
Yuli Haryanti MA/12/1549
Program Studi Manajemen
Yogyakarta, 4 Mei 2016 Tim Penguji
Ketua
Siwi Lestari, SE, MM Anggota
Drs. Yuri Murdo, M.Si
Anggota
Winanto Nawarconno, SE, MM Mengetahui,
Ketua STIE Nusa Megarkencana Yogyakarta
Dr. Luluk Kholisoh
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sesungguhnya menyatakan
bahwa skripsi dengan judul : “Analisis Sikap Dan Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kencantikan Navagreen”
benar-benar hasil karya saya sendiri.
Pernyataan, ide, maupun kutipan baik langsung maupun tidak langsung
yang bersumber dari tulisan atau ide orang lain dinyatakan secara tertulis dalam
skripsi ini dalam catatan perut/catatan kaki/daftar pustaka. Apabila di kemudian
hari terbukti bahwa saya melakukan plagisi sebagian atau seluruhnya dari skripsi
ini, maka gelar dan ijazah yang saya peroleh dinyatakan batal dan akan saya
kembalikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana,
Yogyakarta.
Yogyakarta, Mei 2016 Yang menyatakan
Yuli Haryanti
MOTTO
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.
(Ibu Kartini)
Persembahan
Allah SWT
Segala puji bagi Allah yang selalu memberikan sesuatu yang terbaik kepada saya dan keluarga. Puji Syukur atas segala nikmat dan anugerah yang telah Engkau limpahkan kepada kami
Bapak dan Ibuku
Seorang Ayah dan Ibu yang selalu sabar dan selalu
berusaha menjadi panutan yang baik untuk keluarga terutama untuk anak-anaknya tercinta. Terimakasih untuk perjuangan yang gigih dan tanpa henti selama ini, semoga suatu saat anakmu ini bisa selalu membuat ayah dan ibu bangga
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, serta
petunjuk-Nya sehingga tugas akhir berupa penyusunan skripsi yang berjudul :
Analisi Sikap Dan Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Pada Produk kecantikan Naavagreen.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapatkan
arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Luluk Kholisoh selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa
Megarkencana Yogyakarta.
2. Winanto Nawarcono, S.E., M.M selaku ketua program studi Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana.
3. Siwi Lastari, S.E., M.M selaku dosen pembimbing yang telah
membukakan pintu ilmu yang sangat luas. Berkat bimbingan, arahan,
bantuan, dorongan dan nasihat yang berharga dari Beliau skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Dra. Sri Darini, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran selama menempuh studi di Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana.
5. Ibu Suwarti dan Bapak Mardiwiyono yang telah memberikan kasih sayang
yang begitu besarnya, terlebih Do'a-do'amu yang tidak pernah putus yang
senantiasa mengiringi setiap langkah penulis dalam mengapai cita-cita dan
asa. Tidak lupa juga untuk ketiga kakaku (Suryanto, Budiyanto & Mbk
Merliana) yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan Skripsi
ini.
6. Febinov Sudrajat (Kekasihku tercinta) terimakasih banyak atas semua
perhatianmu, rasa sayangmu, yang rela begadang setiap malam demi untuk
membantu, membimbing dan menemaniku menyelesaikan Skripsi ini.
Tanpamu apalah aku.
7. Dosen-dosen Program Studi Menejemen dan Akuntansi, yang telah
memberikan wawasan keilmuan yang berguna bagi penulis selama studi.
8. Segenap staf dan karyawan di Kampus STIENUS yang telah banyak
bekerjasama dengan penulis selama belajar di STIENUS.
9. Teman-teman Menejemen dan Akuntansi terutama Atun Iswari, Mad
Sodikun yang selalu memberikan semangat dan arahan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Terima kasih juga untuk mbk Umi, yang selama di Jogja menemani saya
dalam suka maupun duka.
11. Ibu Hj Sumardjono, Ibu Siska Melani, Ibu Indrisari Sumardjono di Gudeg
Mbarek Bu Hj.Amad dan tidak lupa teman-teman seperjuangan
Sukadianto (Mas Pool), Wahyu Setyawan, Rahmat (Pak De), Iwan
Yulianto, Terima kasih atas kebersamaan selama ini. Semoga kebersamaan
ini akan terus berlanjut hingga nanti.
Skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
perkembangan Menejemen.
Yogyakarta, Mei 2016
Penulis
2.12 Penelitian Terdahulu...47
2.13 Kerangka Pemikiran Teoritis...50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...51
3.1 Metodologi Penelitian...51
3.2 Cara Pengumpulan Data...53
3.3 Alat Analisis...59
BAB IV PEMBAHASAN...61
4.1 Karakteristik Responden...61
4.2 Uji Validitas Angket...64
4.3 Menghitung Dan Mendefinisikan Nilai Sikap...67
4.4 Menghitung Dan Mendefinisikan Keyakinan Normatif...72
4.5 Nilai Maksud Perilaku...75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...78
5.1 Kesimpulan...78
5.2 Implikasi Praktis...79
5.3 Keterbatasan Penelitian...80
5.4 Saran...80
DAFTAR PUSTAKA...82
LAMPIRAN A ANGKET KUISIONER...83
LAMPIRAN B UJI VALIDITAS ANGKET KUISIONER...88
LAMPIRAN C DATA KUISIONER RESPONDEN (DATA PRIMER)...91
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden...62
Tabel 4.2 Distribusi Profesi Responden...63
Tabel 4.3 Distribusi Penghasilan Perbulan Responden...63
Tabel 4.4 Hasil Validitas Keyakinan Atribut...65
Tabel 4.5 Hasil Validitas Evaluasi Atribut...66
Tabel 4.6 Hasil Validitas Aspek Normatif...66
Tabel 4.7 Hasil Validitas Aspek Motivasi...67
Tabel 4.8 Hasil Rerata Variabel Komponen Keyakinan Atribut...69
Tabel 4.9 Hasil Rerata Variabel Komponen Evaluasi Atribut...70
Tabel 4.10 Nilai Komponen Sikap Konsumen...71
Tabel 4.11 Hasil Rerata Variabel Komponen Keyakinan Normatif...73
Tabel 4.12 Hasil Rerata Variabel Komponen Motivasi...73
Tabel 4.13 Rerata Nilai Norma Subyektif...74
Tabel 5.1 Validitas Keyakinan Atribut...88
Tabel 5.2 Uji Validitas Evaluasi Atribut...89
Tabel 5.3 Uji Validitas Aspek Normatif...89
Tabel 5.4 Uji Validitas Aspek Motivasi...90
Tabel 5.5 Data Kuisioner Atribut Sikap Dan Evaluasi Atribut...91
Tabel 5.6 Data Kuisioner Normatif Dan Motivasi...95
Gambar 1.1 Data penjualan jasa dan produk Naavagreen...19
Gambar 1.2 Data pasien jasa dan produk Naavagreen...19
Gambar 2.1 Model Perilaku Manusia...27
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran...50
Gambar 4.1 Diagram Range Penilaian...71
Gambar 4.2 Diagram Nilai Sikap Konsumen...74
Gambar 4.3 Diagram Perilaku Konsumen...76
INTISARI
konsumen terhadap suatu produk yaitu ”NAAVAGREEN” . Dengan menggunakan pendekatan analisis fishbein diharapkan akan dapat terlihat perubahan sikap dan perilaku konsumen sebelum dan setelah menggunakan produk Naavagreen. Dalam penelitian ini penulis menngunakan rentang skor penilaian angket 4, 3, 2, 1 dimana nilai 4 itu merupakan respon dengan nilai terbesar dari konsumen. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 bagian dimana penilain sikap sebelum menggunakan produk Naavagreen ditulis dalam dua kelompok pertanyaan yaiti: Keyakinan Atribut dan Evaluasi Atribut demikian pula dengan aspek perilaku ditulis dalam dua kelompok angket yaitu Normatif dan Motivasi. Dimana untuk tiap-tiap angket memiliki 13 butir pertanyaan, sehingga Range penentuan sikap dan perilaku dalam penelitian ini ditampilkan dalam nilai 13 (buruk), 52 (cukup), 117 (baik), 208 (sangat baik). Dari pengolah data yangKata Kunci: fishbein, navagreen, sikap dan perilaku konsumen
ANALYSIS OF CONSUMER ATTITUDES AND BEHAVIOR TOWARDS PURCHASING DECISIONS ON BEAUTY PRODUCTS NAAVAGREEN
YULI HARYANTI
MA/12/1549
In this study, the authors tried to analyze consumer attitudes and behavior towards a product that is "NAAVAGREEN". By using Fishbein analysis approach is expected to be visible changes in consumer attitudes and behavior before and after using the product Naavagreen. In this study the authors menngunakan assessment questionnaire scores range 4, 3, 2, 1 in which the value of 4 was a response to the greatest value of the consumer. The questionnaire used in this study consists of four parts where the assessment of attitudes before using the product Naavagreen written in two groups yaiti question: Confidence Attributes and Attribute Evaluation as well as behavioral aspects of the questionnaire was written in two groups namely Normative and motivation. Wherein for each item questionnaire has 13 questions, so the Range determination of attitudes and behaviors in this study is shown in a value of 13 (bad), 52 (enough), 117 (both), 208 (excellent). From a data processing conducted consumer attitudes figures obtained before using the product Naavagreen (AB) amounted to 136.1948 while the figures obtained after the consumer to use the product Naavagreen (SN) of 134.9221 so that the obtained value of consumer behavior at 135.682. Thus we can conclude consumer attitudes and behavior before and after using the product kecantikaan Naavagreen is Good (Positive).
Keywords: Fishbein, navagreen, consumer attitudes and behavior
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian analisis sikap dan prilaku konsumen terhadap keputusan
pembelian pada produk kecantikan Naavagreen. yang dibahas dalam penelitian ini
hanya ditekankan pada penilaian kualitatif yang diberikan konsumen naavagreen
sebagai sample. Hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini akan dibahas pada
bab pendahuluan.
1.1 Latar Belakang
Kecantikan adalah anugerah yang diberikan ALLAH SWT kepada wanita,
oleh sebab itu sudah semestinya setiap wanita menjaga dan merawat kecantikan
yang telah ALLAH SWT berikan kepada wanita. Wanita tidak hanya menjaga
kecantikan fisiknya,namun kecantikan hati harus tetap dijaga. Wanita dan
kosmetik memang tidak dapat dipisahkan,karena wanita memang ingin selalu
tampil cantik. Menggunakan kosmetik untuk merawat kecantikan dan kesehatan
adalah salah satu kebutuhan wanita, selain agar terlihat lebih cantik memakai
kosmetik juga akan meningkatkan rasa percaya diri seorang wanita.
Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik
tersendiri bagi setiap orang. Untuk itu yang selalu ingin berpenampilan menarik,
perawatan wajah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan. Perawatan
kulit wajah secara teratur sangat penting dilakukan mengingat banyaknya aktivitas
yang dilakukan diluar rumah. Oleh karena itu dibutuhkan produk kosmetik untuk
melindungi wajah dari asap kendaraan bermotor, polusi, dan pengaruh sinar
matahari secara langsung. Dalam mengatasi masalah tersebut kaum wanita selalu
mencari produk yang sesuai dengan jenis kulit dan terbaik untuk dirinya.
Dengan semakin banyaknya perusahaan - perusahaan yang menghasilkan
produk - produk yang sejenis, maka konsumen memiliki banyak peluang untuk
memilih produk yang dibutuhkan sesuai yang diinginkan. Persaingan yang terjadi
saat ini menuntut pihak perusahaan untuk lebih berorientasi pada konsumen.
Salah satu produsen produk kecantikan anak negeri adalah “Naavagreen”.
Nama “Navaagreen” itu sendiri diambil dari dua suku kata, yaitu Naava dan
Green. Naava berasal dari salah satu bahasa di Timur Tengah yang artinya Cantik.
Green yang berarti hijau. Naavagreen mengandung makna cantik alami, tampil
cantik yang alami secara alami. Perawatan kesehatan badan dan kecantikan kulit
sudah dilakukan oleh masyarakat kita sejak dulu kala. Bahkan di masyarakat,
proses perawatan itu sudah menjadi budaya dan tradisi yang mengakar. Kemudian
dalam perkembangannya, pada sekitar abad ke 19, masyarakat mulai dikenalkan
dengan proses perawatan dengan pemakaian kosmetik, semuanya itu memiliki
tujuan yang sama, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.
Memasuki jaman teknologi seperti saat ini, sudah tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa produk kosmetik dan perawatan yang sehat dengan menggunakan
kemajuan teknologi sangat diperlukan oleh manusia, baik laki laki maupun
17
berulang secara rutin dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semuanya itu
dilakukan untuk mendapatkan penampilan yang prima.
Tinggal di daerah tropis seperti di Indonesia ini, dimana matahari bersinar
sepanjang hari, sepanjang tahun. Biasanya dalam iklim seperti ini menyebabkan
kulit akan lebih berkeringat dan berminyak. Selain itu juga akan cepat memicu
pembentukan pigmen yang lebih banyak. Dalam kondisi seperti ini,
memungkinkan terjadinya berbagai masalah kesehatan dan kecantikan kulit.
Namun kita tak perlu khawatir, sebab masalah kesehatan dan kecantikan
kulit selalu dapat dicegah. Biasanya munculnya masalah pada kulit dikarenakan,
masih banyak yang belum bisa terlayani secara optimal, kurangnya perawatan
yang harus dilakukan sejak dini, kesenjangan pengertian tentang kesehatan kulit,
harga mahal, dsb.
Di satu sisi, Indonesia memiliki iklim tropis yang mudah memunculkan
masalah kesehatan kulit, tetapi disisi lain, juga banyak memiliki, kekayaan dan
keanekaragaman hayati yang terkandung di bumi pertiwi. Kekayaan-keayaan
alami yang sifatnya herbal itu telah lama dimanfaatkan oleh generasi terdahulu,
untuk menjaga kesehatan dan kecantikan kulit dan wajah. Bahkan hingga saat ini
budaya dan tradisi perawatan kulit itu telah diakui dan dipakai untuk perawatan
modern di dunia.
Dalam memanfaatkan kekayaan lama dan cara-cara tradisi perawatan
kesehatan dan kulit para leluhur, maka di Jogja pada tanggal 11 Agustus 2012
Skin Care. Semua proses perawatan dan produknya menggunakan bahan-bahan
alami/natural. Keuntungan lain yang dapat diperoleh di naavagreen adalah, selain
tentunya dengan biaya yang lebih murah, juga kualitas produk yang prima, dan
pelayanan yang ramah serta pelayanan dokter yang profesional.
Visi yang di usung oleh Naavagreen adalah menjadi pusat pelayanan
perawatan kecantikan kulit dan wajah secara alami/natural, berkualitas dan murah,
yang Prima dan terpercaya bagi semua. Sedangkan misi Naavagreen adalah
mengembangkan keterampilan dan profesionalisme karyawan; dan memberikan
pelayanan perawatan yang alami / natural, berkualitas, murah dan terpercaya bagi
semua pelanggan.
Sebagai produsen produk kecantikan yang masih terbilang muda,
Naavagreen sudah mendirikan beberapa cabang di pulau jawa dan tidak menutup
kemungkinan jika akan ada cabang lain di seluruh Indonesia. Dimana kantor pusat
Naavagreen natural skincare terletak di Yogyakarta tepatnya di Jl. Cendrawasih
Komplek. Colombo No 5 Yogyakarta. Telp: (0274) 566293, 580589. Sejak
didirikan 2 tahun yang lalu, Naavagreen natural skincare mengalami
perkembangan yang pesat dengan dibuka nya cabang-cabang Naavagreen natural
skincare di berbagai kota di Indonesia.
Menurut data yang diberikan Manager pemasaran Naavagreen, Jl.
Cendrawasih Komplek. Colombo No 5 Yogyakarta, untuk minggu ketiga bulan
desember saja tercatat 7154 pasien yang datang ke 14 outlate Navagreen. Angka
19
Naavagreen untuk menghadapi tahun yang baru dengan penampilan yang lebih
baik. Data pemasaran jasa dan produk Naavagreen untuk bulan Juli sampai
November 2015 disajikan dalam grafik.
Gambar 1.1 Data penjualan jasa dan produk Naavagreen
Juli-November 2015.
Gambar 1.2 Data pasien jasa dan produk Naavagreen Juli-November 2015.
Naavagreen natural skincare memperoleh penghargaan dari Mark Plus Inc
sebagai SEA Service Excelent Award 2013 Kategori Beauty Clinic yang
diserahkan dari Hermawan Kartajaya kepada Dr. Nugroho selaku Direktur
Naavagreen. Dengan melihat rekam jejak Naavagreen selama kurang lebih tiga
tahun ini, membuat saya ingin mengetahui bagaimana perubahan sikap konsumen
terhadap keberadaan produk kecantikan Naavagreen.
Konsumen melakukan keputusan pembelian dan mengkonsumsi sebuah
produk bukan karena nilai fungsi awalnya, tetapi juga karena nilai sosialnya.
Keputusan pembelian merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu - individu
yang berbeda. Individu adalah konsumen yang potensial untuk membeli suatu
produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan atau ditemukan pasar. Pasar
sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian,
mengetahui presepsi konsumen dalam menilai sesuatu yang berpengaruh dalam
keputusan pembelian sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran
sesuai dengan keiinginan konsumen (Geodnandhi,2011).
Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan
dimana konsumen benar-benar membeli.Pengambilan keputusan merupakan suatu
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
menggunakan barang yang dipergunakan oleh konsumen (Kotler, 2013).
Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan perlu menerapakan studi
21
perilaku konsumen bagi produsen atau perusahaan adalah untuk memahami
mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan pembelian. Dengan
adanya pemahaman tentang keputusan pembelian dapat memberikan kemudahan
bagi perusahaan untuk merencanakan strategi pemasaran agar sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh konsumen dan mendorong konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian. Berdasarakan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Analisis Sikap Dan Perilaku
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kecantikan
Naavagreen”.
1.2 Rumusan Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dirumuskan masalah pada
penelitian ini adalah,
1) Bagaimana sikap konsumen sebelum dan sesudah menggunakan produk
naavagreen?
2) Bagaimana prilaku konsumen sebelum dan setelah menggunakan produk
naavagreen?
1.3 Batasan Penelitian
Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini hanya pada aspek
kecantikan Navaagreen.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah,
1) Untuk menganalisis sikap konsumen sebelum dan sesudah menggunakan
produk kecantikan naavagreen.
2) Untuk menganalisis prilaku konsumen sebelum dan sesudah menggunakan
produk kecantikan naavagreen.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitan ini,diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1) Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa kualitas
produk,harga kompetitif,dan citra merek produk mempunyai pengaruh
terhadap keputusan konsumen dan untuk selanjutnya dapat menjadi
pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan strategi yang tepat.
2) Bagi Peneliti Lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk
23
3) Bagi Penulis
Diharapkn dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit dalam
memahami ilmu manajemen pemasaan terutama mengenai sikap dan
perilaku konsumen.
1.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini tersusun atas empat bab, dengan uraian singkat berikut ini:
1) Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini dipaparkan mengapa penulis memilih judul ini sebagai
bahan penelitian. Selain itu dijelaskan juga beberapa pokok permasalahan
yang akan diteliti.
2) Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini dijelaskan beberapa teori pokok tentang analisis Fishbein
untuk menentukan sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu produk.
3) Bab III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan metodologi penelitian yang penulis lakukan
dalam penelitian ini. Dimulai dari penentuan jumlah sampel, sampai
kepada bentuk angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.
4) Bab IV Pembahasan
Dalam bab ini dijelaskan perhitungan yang penulis lakukan hingga didapat
hasil penelitian. Mulai dari distribusi responden berdasarkan umur,
secara makro.
5) Bab V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran untuk
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Tujuan pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan sasaran agar konsumen puas. Untuk itu pemasar harus mengenal
konsumen dengan mempelajari keiginan, persepsi, preferensi dan perilaku belanja
konsumen (Kotler, 2013:172).
Mengetahui perilaku konsumen menjadi suatu keharusan bagi manajer
pemasaran agar dapat membuat kebijaksanaan pemasaran yang tepat dan efisien.
Oleh karena itu segala perubahan yang terjadi pada konsumen dan masyarakat
harus tetap diperhatikan.
Menurut Loudon dan Della Bitta (2012:11), ”Perilaku konsumen adalah
proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang dilakukan oleh
individu-individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau menghabiskan
barang dan jasa”. Sementara menurut (Dharmmesta dan Hani, 2013), ”Perilaku
konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terikat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan tersebut”.
Selain itu Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan
langsung yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakan itu.
Dari beberapa definisi tentang perilaku konsumen di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan pembelian.
Terdapat dua elemen penting dari perilaku konsumen, yaitu proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu
dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan jasa-jasa
ekonomis (Dharmmesta dan Hani Handoko, 2013:7).
Analisis perilaku konsumen dapat membantu manajer dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian strategi dalam rangka pencapaian tujuan - tujuan
perusahaan seperti laba, pangsa pasar, dan bertahan hidup. Analisis perilaku
konsumen secara mendalam akan membantu manajemen untuk menjawab
pertanyaan siapa, apa, mengapa, bagaimana, kenapa dan dimana dalam kaitannya
dengan sebuah pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Dengan pengetahuan
tentang konsumen pemasar dapat menciptakan produk atau jasa yang sesuai
dengan harapan konsumen.
Analisis perilaku konsumen juga dapat dijadikan dasar bagi manajemen
27
karena permintaan memang sudah ada atau masih laten dan menunggu aktivitas
oleh tawaran pemasaran yang tepat. Pemasar yang terampil dapat mempengaruhi
baik motivasi maupun perilaku bila produk atau jasa yang ditawarkan didesain
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.2 Model Perilaku Konsumen
Menurut Dharmmesta dan Hani Handoko (2013:41), berdasarkan teori
psikologis proses mental tidak dapat diamati secara langsung. Teori ini
menjelaskan model dasar dalam mempelajari perilaku manusia (lihat gambar 2.1).
Rangsangan-rangsangan (stimuli) merupakan input untuk suatu kegiatan manusia,
dan perilaku adalah output/hasilnya. Proses ditengah adalah proses mental
diantara input dan output, yang sering digambarkan sebagai “Black Box”.
Gambar 2.1 Model Perilaku Manusia
Sumber : Dharmmesta dan Hani Handoko (2013:41)
Rangsangan/stimuli merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi yang
dapat mempengaruhi tanggapan individu (Assael, 2013). Stimuli pemasaran yang
berupa stimuli intrinsik dan ekstrinsik serta stilmuli lainnya berupa kondisi
perekonomian, teknologi, politik dan budaya. Produk dan komponen produk
(primary or intrinsic stimuli), sedangkan komunikasi (gambar dan simbol) ataupun stimuli lain yang terkait pada produk (harga, sikap pramuniaga, toko)
merupakan rangsangan sekunder atau ekstrinsik (secondary or extrinsic stimuli).
Stimuli pemasaran merupakan rangsangan yang diciptakan oleh pemasar
untuk menarik niat konsumen untuk membeli produknya. Adapun stimuli lainnya
seperti kondisi ekonomi, politik dan budaya merupakan variabel yang cenderung
given, dalam arti tidak dapat diubah dan sukar dipengaruhi oleh pemasar. Output
yang dihasilkan dari sebuah proses pengolahan informasi oleh konsumen adalah
perilaku konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen
yaitu berupa keputusan pemilihan jenis produk, produsen, serta penentuan jumlah,
tempat dan waktu pembelian.
Kepuasan atau ketidakpuasan terhadap barang atau jasa yang telah dibeli
akan mempengaruhi konsumen pada pembuatan keputusan pada pembelian
selanjutnya. Konsumen akan mengulangi pembelian suatu barang atau jasa
tertentu jika konsumen puas terhadap produk tersebut dan sebaliknya konsumen
tidak akan mengulangi pembelian produk tertentu jika konsumen tidak puas
terhadap manfaat produk tersebut.
Secara khas ahli ekonomi menganggap bahwa konsumen adalah manusia
ekonomis, mereka secara logika menimbang pilihan-pilihan dalam bentuk biaya
dan nilai yang diterima untuk memperoleh kepuasan yang paling besar dari
penggunaan waktu, energi dan uangnya. Karena itu ahli ekonomi mengumpulkan
29
tingkah laku konsumen. Adalah suatu perluasan yang logis dari teori orang
ekonomi yang mendarong untuk melihat pola pembelajaran konsumen lebih awal.
Black Box memiliki dua sisi yaitu karakteristik pembeli dan proses
keputusan pembeli dimana kedua sisi tersebut mempengaruhi output atau perilaku
konsumen. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam block box
tersebut. Oleh karena itu pemasar harus benar-benar memahami karakteristik
pembeli dan proses keputusan pembelian terjadi.
2.3 Pengertian Sikap
Sikap merupakan ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan
apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau
tidak terhadap suatu obyek. Menurut pendapat William G. Nickels dalam Basu
Swasta dan Hani Handoko (2013:94) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam
masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen.
Mengutip pendapat (David, 2012) mengemukakan bahwa sebuah sikap
menggambarkan penilaian kognitif yanng baik maupun tidak baik,
perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu
tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975:7) sikap adalah predisposisi (keadaan
mudah terpengaruh), yang dipelajari untuk menanggapi secara konsisten terhadap
suatu objek, baik dalam bentuk tanggapan positif maupun tanggapan negatif.
(produk) yang dihadapinya. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap biasanya
mencerminkan peran utama dalam membentuk perilaku konsumen. Sikap
merupakan hasil dari faktor genetis dan proses belajar serta selalu berhubungan
dengan suatu obyek atau produk yang dihadapinya. Dari definisi-definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dipelajari atau dibentuk, sikap juga dapat
berubah jika situasinya berubah.
2.4 Komponen Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975:223) (Umar, 2014) ada dua komponen
pembentuk sikap yaitu :
1) Komponen Kognitif (cognitive component)
Yaitu pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai sesuatu yang
menjadi obyek sikap.
2) Komponen Afektif (affective component)
Yaitu suatu evaluasi/perasaan terhadap obyek sikap. Obyek di sini
dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Komponen sikap
dapat dirumuskan:
Ab =
∑
i=1n
biei
Dimana :
Ab = sikap total individu terhadap obyek
31
ei = evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n = jumlah kriteria atribut yang relevan
2.5 Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi untuk seseorang, dimana fungsi-fungsi itulah
yang mendorong orang-orang untuk mempertahankan dan meningkatkan citra
(image) yang mereka bentuk sendiri. Dalam konteks yang lebih luas, fungsi -fungsi tersebut merupakan dasar yang memotivasi pembentukan dan penguatan
sikap positif terhadap obyek yang memuaskan kebutuhan atau sikap negatif
terhadap obyek yang mendatangkan kerugian, hukuman ataupun ancaman.
Fungsi-fungsi sikap tersebut antara lain (Assael, 2013:292-295):
1) Fungsi Penyesuaian (Adjustment Function)
Fungsi penyesuaian mengarahkan kepada obyek yang menyenangkan atau
mendatangkan manfaat serta menjauhkan orang-orang dari obyek yang tidak
menarik atau tidak diinginkan.
2) Fungsi Pertahanan Ego (Ego-Defensive Function)
Sikap yang terbentuk untuk melindungi ego merupakan wujud dari fungsi
pertahanan ego.
3) Fungsi Ekspresi Nilai (Value Expresive Function)
Dengan sikap, seseorang dimungkinkan untuk mengekspresikan nilai-nilai
yang diyakininya. Artinya, setiap orang akan berusaha untuk menerjemahkan
4) Fungsi Pengetahuan (Knowledge Function)
Manusia memiliki kecenderungan untuk memandang dunianya dari sudut
pandang keteraturan. Kecenderungan ini memaksa manusia untuk berpegang pada
konsistensi, definisi, stabilitas, dan pengertian tentang dunianya. Kecenderungan
ini pula yang menentukan apa yang perlu dipelajari dan apa yang ingin diketahui.
2.6 Karakteristik Sikap
Sikap memiliki empat karakteristik utama (Laudon & Della Betta,
2012:505 - 507) yaitu:
1) Sikap selalu memiliki obyek, artinya selalu mempunyai sesuatu yang
dianggap penting. Obyek sikap bisa abstrak atau nyata, individual atau
sekumpulan entitas, bersifat spesifik atau umum.
2) Sikap mempunyai arah, artinya sikap seseorang terhadap suatu obyek akan
menunjukkan arah terhadap suatu obyek tertentu. Arah seseorang terhadap
suatu obyek dapat mendekat atau menjauh kecuali sikap seseorang
mempunyai derajat tertentu yaitu sampai seberapa orang merasa senang
terhadap suatu obyek.
3) Sikap mempunyai struktur, artinya sikap merupakan kerangka
organisatoris dari beberapa sikap yang ada terhadap seseorang dimana
didalamnya terdapat sejumlah sikap yang tergabung membentuk rangkaian
yang kompleks. Masing-masing sikap mempunyai tingkat konsistensi yang
33
yang satu dengan lainnya atau bertentangan. Sikap juga mempunyai
kecenderungan untuk menuju pada suatu stabilitas dan mengelompok
membentuk struktur sikap.
4) Sikap merupakan suatu proses yang dipelajari, artinya sikap dibentuk dari
pengalaman individu terhadap kenyataan, pengalaman tersebut dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung.
2.7 Model-Model Sikap Fishbein
Model sikap multi atribut ini dikembangkan oleh Martin Fisbein dan Ajzen
(1975), yang mengungkapkan mengenai sikap seseorang terhadap suatu objek
seperti produk, yang memiliki banyak atribut. Oleh karena itu, model ini disebut
model sikap multiatribut. Martin Fishbein (1975) menggunakan model - model
yang menarik bagi penelitian konsumen ataupun praktisi karena model ini
menjelaskan sikap konsumen dalam memilih atribut produk dan keyakinan
terhadap produk. Terdapat 4 model multi-atribut Fishbein (1975), yaitu :
2.7.1 The Attitude-Toward-Object Model
The attitude-toward-object model cocok digunakan untuk mengukur sikap
konsumen terhadap karakteristik objek atau merek tertentu. Model Fishbein ini
menjelaskan pembentukan sikap sebagai sebuah fungsi dari keyakinan konsumen
terhadap atribut dan manfaat produk. Dijelaskan bahwa sikap/attitude (A)
terhadap sebuah objek (o) tergantung pada keyakinan/beliefs (b) bahwa objek
dengan atribut sejumlah n. Perumusan model ini adalah :
A0 =
∑
i=1
n
biei
Dimana:
A0 = sikap total individu terhadap obyek
bi = kekuatan keyakinan konsumen bahwa obyek memiliki atribut i
ei = evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n = jumlah kriteria atribut yang relevan
The attitude-toward-object model memungkinkan pemasar untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan merek mereka terhadap merek kompetitor
dengan cara menentukan bagai mana konsumen mengevaluasi merek berdasarkan
atribut produk (Assael, 2013:303).
2.7.2 The Attitude-Toward-Behavior Model
The attitude-toward-behavior model ini lebih menggambarkan sikap
individu terhadap perilaku atau tindakan pada suatu objek, dari pada sikap
terhadap objek itu sendiri. Kelebihan model ini dibandingan dengan the
attitude-toward-object model yaitu bahwa model ini lebih dilihat hubungannya dengan perilaku aktualnya. Perumusan model ini adalah :
Abeh =
∑
bieiDimana:
35
bi = tingkat keyakinan bahwa perilaku spesifik atribut ke-i
ei = evaluasi akibat atribut i
n = jumlah kriteria atribut yang relevan .
2.7.3 The Theory of Reasoned-Action
Model ini merupakan bagian dari model sikap multi atribut yang
membahas hubungan antara sikap, norma subjektif, minat berperilaku dan
perilaku. Sikap dan norma subjektif akan mempengaruhi minat konsumen untuk
membeli dan kemudian minat membeli ini yang akan mempengaruhi atau
menimbulkan perilaku membeli di waktu yang akan datang.
Model ini menerangkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh minat
berperilaku. Minat berperilaku dipengaruhi oleh sikap (Ab) dan Norma subjektif
(SN). Selanjutnya, sikap dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu keyakinan penting
yang dipegang konsumen (bi) dan evaluasi tentang akibat dari keyakinan penting
(ei) dengan n atribut. Norma subjektif dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu
keyakinan normative konsumen terhadap orang lain atau referen (NBj) dan
motivasi konsumen untuk menuruti pengaruh referen dengan referen lain
sejumlah m. Model ini dapat formulasikan sebagai berikut:
Ab =
∑
bi = kekuatan keyakinan konsumen bahwa obyek memiliki atribut i
ei = evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n = jumlah kriteria atribut yang relevan
SN = norma subjektif, yaitu persepsi seseorang bahwa orang lain (referen)
berpendapat seharusnya atau tidak seharusnya melakukan perilaku B
NBj = keyakinan normatif, yaitu keyakinan seseorang bahwa referen
berpendapat bahwa dia seharusnya melakukan perilaku B
MCj = motivasi seseorang untuk memenuhi referen
Fishbein dan Ajzen (1975) menyimpulkan bahwa sikap seseorang terhadap
sesuatu perilaku dapat diperkirakan dengan mengalikan evaluasi dari
masing-masing konsekuensi perilaku dengan probabilitas subjektif untuk melakukan
perilaku yang akan menunjukkan konsekuensi tersebut dan kemudian
menjumlahkan keseluruhan hasil perkalian yang diperoleh. Norma subjektif
menurut Bentler dan Speckart (dalam Retno, 1995:26) adalah suatu pengukuran
pengaruh lingkungan sosial dalam perilaku, yang dapat disamakan dengan
keyakinan individu berkaitan dengan apakah referen itu penting baginya bahwa ia
harus melaksanakan perilaku tertentu.
Norma subjektif seseorang terhadap perilaku mungkin ditentukan dengan
mendapatkan beberapa keyakinan dengan motivasi untuk mengikuti referen
tertentu dan terakhir menjumlahkannya hasil perkalian tersebut. Oleh karena itu
37
cara yang sama sebagai akibat keyakinan yang berhubungan dengan probabilitas
subjektif dalam pembentukan sikap.
Sikap terhadap perilaku yang akan dilakukan mengarah pada
kecenderungan pribadi yang muncul dari dalam individu, sebaliknya norma
subjektif merefleksikan pengaruh dan tekanan dari lingkungan sosial yang
melingkupi individu.
2.7.4 The Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior tidak hanya menekankan pada rasionalitas perilaku seseorang tetapi juga bahwa tindakan yang ditargetkan berada dalam
kontrol kesadaran orang tersebut. Namun dalam kenyatannya beberapa perilaku
tidak dalam kontrol penuh orang itu. Oleh karena itu, (Ajzen, 1975)
menyempurnakan model dasar tersebut dengan cara memperluas atau
menambahkan variabel baru untuk memberikan perhatian pada konsep kemauan
sendiri.
Control keperilakuan yang dirasakan (perceived behavior control)
merupakan kondisi dimana orang percaya bahwa suatu tindakan itu mudah atau
sulit dilakukan. Biasanya perilaku konsumen tertentu akan dilakukan jika
kondisinya memang memungkinkan, yaitu:
1) Sikap konsumen tersebut positif dan menguntungkan.
2) Norma sosialnya juga menguntungkan.
2.8 Teori Norma Subjektif
Meskipun asumsi bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang
banyak menemukan bagaimana individu bertindak, namun sikap dan tindakan
nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata ditentukan tidak
hanya oleh sikap semata, tetapi juga oleh berbagai faktor eksternal lainnya.
Ketidakkonsistenan sikap dapat dikatakan lebih banyak merupakan
masalah orientasi individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya, memang
sikap bersifat pribadi sedangkan tindakan atau perilaku lebih bersifat umum atau
sosial. Oleh karena itu, perilaku lebih peka terhadap tekanan-tekanan sosial. Sikap
sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Pengertian interaksi sosial bukan hanya sekedar adanya kontak sosial dan
hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaktif
sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan
yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku
masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial
meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
psikologis.
Norma subjektif dimaksudkan untuk menggambarkan pengaruh orang lain
yang penting (important others). Ini umumnya dioperasionalisasikan sebagai
persepsi orang bersangkutan mengenai apa yang dipikirkan orang lain yang
penting harus dilakukan oleh orang tersebut sehubungan dengan perilaku tertentu.
39
seseorang, artinya individu dapat terpengaruh dan dapat pula tidak terpengaruh
oleh pandangan orang lain. Namun sejauh mana individu akan terpengaruh atau
tidak tergantung oleh kekuatan kepribadian individu tersebut didalam menghadapi
kehendak orang lain.
2.8.1 Kelompok Acuan
Istilah kelompok acuan diperkenalkan pertama kali beberapa dasawarsa
yang lalu oleh Hyman dan didefinisikan sebagai orang atau kelompok orang yang
mempengaruhi secara bermakna perilaku individu. Kelompok acuhan
memberikan standar (norma) dan nilai yang dapat menjadi perpektif penentu
mengenai bagaimana seseorang berpikir atau berperilaku.
Kelompok acuan dapat mengambil banyak bentuk, bergantung kepada
tingkat hubungan timbal balik pribadi, stuktur, dan tujuan yang dimaksud.
Direfleksikan terminologi standar (norma), tetapi tidak ada kategori yang berdiri
sendiri. Sebagai contoh, adalah mungkin bagi seseorang untuk menjadi bagian
dari kelompok primer yang formal.
1) Kelompok Primer
Pengaruh dan dampak terbesar biasanya digunakan oleh kelompok primer,
yang didefinisikan sebagai agresi sosial yang cukup kecil untuk memungkinkan
dan memudahkan interaksi bertatap muka (face-to-face) yang tak terbatas. Mereka
ada karena “kesukaan menarik kesukaan”. Ada kekohesifan dan partisipasi yang
termotivasi. Para anggota memperlihatkan kesamaan yang mencolok dalam
primer, khususnya di dalam dunia non barat, dimana keluarga besar dan marga
menjadikan pengaruh yang dominan pada pilihan individual.
2) Kelompok Sekunder
Jenis kelompok acuan ini juga memiliki interaksi bertatap muka, tetapi
lebih sporadik, kurang komprehensif, dan kurang berpengaruh dalam membentuk
gagasan dan perilaku. Contoh dari kelompok sekunder adalah asosiasi
professional, serikat pekerja dan organisasi komunitas.
3) Kelompok Aspirasi
Didalam jenis kelompok acuan ini, terdapat suatu keinginan untuk
menggunakan norma, nilai dan perilaku orang lain. Kadang ada antisipasi
penerimaan kedalam keanggotaan dan motivasi untuk berperilaku sesuai
dengannya, walaupun aspirasi keanggotaan tidak selalu ada. Pengaruh tersebut,
walaupun kerap tidak langsung, dapat memainkan peranan yang bermakna
didalam pilihan produk.
4) Kelompok Disosiatif
Pengaruh juga dapat digunakan oleh orang lain ketika individu dimotivasi
untuk mengindari asoasiasi.
5) Kelompok Formal
Kelompok formal dicirikan dengan daftar anggota yang didefinikan dan
sudah dikenal, dan organisasi secara struktur dikondifikasi secara tertulis.
41
yang digunakan pada perilaku bervariasi, bergantung kepada motivasi individu
bersangkutan untuk menerima dan menuruti norma kelompok. Begitu pula, ada
kebebasan luas dalam tingkat dimana konformitas spesifik diharapkan dan
dikukuhkan.
6) Kelompok Informal
Seperti yang akan diharapkan, kelompok informal mempunyai jauh lebih
sedikit struktur dan mungkin didasarkan peda persahabatan atau asosiasi
perguruan tinggi. Norma dapat bersifat keras, tetapi jarang tampak secara tertulis.
Kecenderungan pada perilaku dapat menjadi kuat bila individu dimotivasi oleh
penerimaan sosial.
2.8.2 Pengaruh Kelompok Acuan
Terdapat tiga cara dasar dimana kelompok acuhan mempengaruhi pilihan
konsumen, pengaruh utilitarian, pengaruh nilai ekspresif dan pengaruh informasi.
1) Pengaruh Utilitarian (Normatif)
Pengaruh kelompok acuan dapat diekspresikan melalui tekanan untuk
tunduk pada norma kelompok, oleh karena itu lazim untuk mengacu pada
pengaruh normatif. Norma kelompok adalah harapan stabil yang dicapai melalui
konsensus berkenaan dengan kaidah perilaku untuk anggota individual. Tekanan
konformitas menjadi paling potensial bila ada motivasi positif untuk
mempertahankan identitas kelompok melalui kepatuhan dan motivasi dari
Pengaruh normatif dapat terjadi walaupun orang lain tidak mengandalikan
hasil yang tak berwujud. Orang berkepentingan dengan apa yang orang lain
pikirkan tentang diri mereka. Oleh karena itu, keputusan mereka kerap
dipengaruhi oleh kepercayaan mengenai atribut yang akan dibuat oleh orang lain
mengenai diri mereka. Sejumlah studi pemasaran selama bertahun-tahun
memperlihatkan bahwa tekanan konformitas benar-benar menimbulkan dampak
pada keputusan pembelian, dan ini khusus berlaku ketika produk tersebut
mencolok dalam pembelian dan pemakaiannya, ketika penerimaan sosial
kelompok merupakan motivator kuat. Kemencolokan bukanlah ciri produk yang
tetap, melainkan bergantung kepada bagaimana produk bersangkutan digunakan.
Sebagai akibatnya, dampak pengaruh pribadi bervariasi bergantung kepada
situasi pemakaian. Namun, menarik untuk dicatat bahwa kepatuhan normatif
tampak menurun dampaknya di sebagian besar dunia barat. Faktor utama adalah
pertumbuhan urbanisasi diselur dunia yang menyebabkan isolasi sosial yang lebih
besar dan individualisme. Faktor lain yang menyebabkan hilangnya kepatuhan
normative adalah respek yang lemah terhadap norma sosial, bukan penyangkalan
dampak norma tersebut.
2) Pengaruh Nilai-Ekspresif
Kelompok acuan dapat melaksanakan fungsi nilai ekspresif, dimana suatu
kebutuhan akan hubungan psikologis dengan suatu kelompok tampak jelas dengan
penerimaan norma, nilai atau perilaku kelompok tersebut dan respon penyesuaian
43
hasil yang dikehendaki adalah menaikkan citra dimata orang lain. Hasil yang lain
adalah identifikasi dengan orang yang dikagumi dan dihormati.
3) Pengaruh Informasi
Konsumen kerap menerima opini orang lain sewaktu memberikan bukti
yang dapat dipercaya dan dibutuhkan mengenai realitas. Ini adalah yang paling
nyata ketika sulit untuk menilai karakter merek atau produk melalui observasi.
Mereka kemudian akan merasa pemakaian atau rekomendasi oleh orang lain
sebagai hal yang bijaksana dan absah.
2.9 Teori Motivasi
Asal kata motivasi bersumber dari bahasa latin movere yang artinya
bergerak. Definisi motivasi adalah dorongan yang bersifat internal atau eksternal
pada diri individu yang menimbulkan antusiasme dan ketekunan untuk mengejar
tujuan-tujuan spesifik. Pengertian ini menegaskan bahwa motivasi berhubungan
dengan adanya dorongan internal atau eksternal yang memicu perilaku tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi lain menyebut motivasi sebagai sebuah
proses yang dimulai dari adanya kekurangan baik secara fisiologis maupun
psikologis yang memunculkan perilaku atau dorongan yang diarahkan untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu.
Pengertian ini menegaskan secara lebih spesifik adanya kekurangan baik
secara fisiologis maupun psikologis yang memunculkan perilaku tertentu atau
dorongan untuk mencapai tujuan yang berharga. Definisi kedua menekankan
yaitu:
1) Kebutuhan (needs)
Adalah keadaan yang memunculkan ketidakseimbangan dan kekurangan
baik secara fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan bisa diartikan juga sebagai
sesuatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik.
Sebagai contoh ketika kita membutuhkan alat transportasi guna menunjang segala
kegiatan kita setiap hari maka kita membutuhkan sebuah kendaraan untuk
membantu mobilitas kita. Motor merupakan sesuatu hal yang menarik untuk
diperoleh agar memuaskan kebutuhan akan transportasi.
2) Dorongan (drive)
Dorongan disamakan dengan motif yang memicu munculnya perilaku
tertentu untuk mengurangi atau memenuhi kebutuhan. Sebagai contoh ketika kita
kesulitan transportasi, keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa panik, jengkel,
dan bingung. Kemudian rasa itu menimbulkan ketengan secara fisiologis sehingga
mendorong individu untuk membeli sebuah kendaraan.
3) Hadiah/insentif
Adalah segala sesuatu yang memuaskan, mengurangi, dan memenuhi
kebutuhan, sehingga menurunkan ketegangan. Ketika individu berhasil
mendapatkan alat transportasi, kemudian rasa panik pun hilang dan individu
kembali beraktivitas seperti biasanya.
Dorongan, usaha atau upaya diukur secara intensitas, semakin besar tingkat
45
tidak sama dengan perilaku, dan hal yang menentukan munculnya suatu perilaku
tertentu tidak saja disebabkan oleh adanya motif atau kebutuhan tertentu, tetapi
dipengaruhi pula oleh faktor penengah lain seperti kepribadian atau faktor
situasional. Jadi, dapat dikatakan bahwa individu yang termotivasi berada di
dalam keadaan ketegangan atau kekurangan (deficiency), ketegangan dan
kekurangan ini perlu dihapuskan dengan adanya dorongan, usaha atau upaya yang
tinggi dari individu.
Ketika usaha dan upaya individu dalam bentuk perilaku berhasil mencapai
dan memenuhi kebutuhannya, maka ketegangannya menurun atau hilang.
2.10 Macam Motivasi
Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu motif primer,
motif umum, dan motif sekunder. Masing-masing dari kebutuhan ini mempunyai
ciri-cirinya tersendiri, motivasi dan kebutuhan akan digunakan secara bergantian
dan ketiganya mewakili hal yang sama serta tidak dibeda-bedakan.
1) Motif Pimer (Primary Motives)
Motif atau kebutuhan ini mempunyai ciri sebagai motif yang dibawa sejak
lahir atau bersifat fisiologis (physiologically based). Motif ini tidak bisa dipelajari
dan bukan merupakan hasil dari proses belajar (unlearned). Motif primer ini
merupakan kebutuhan dasar manusia seperti makanan, minum, seks, yang
2) Motif Umum (General Motives)
Motif Umum terletak ditengah-tengah, diantara dua kontinum antara motif
primer dan motif sekunder. Sifat dari motif ini bukan merupakan hasil dari sesuatu
yang dipelajari dan juga tidak bersifat fisiolgis. Selain itu seandainya motif primer
dipenuhi untuk meredakan ketegangan, sebaliknya motif umum ini jika dipenuhi
justru akan meningkatkan intensitas stimulusnya. Sehingga motif ini kadang
dinamakan sebagai motif stimulus. Yang termasuk dalam motif umum ini adalah
rasa ingi tahu, aktivitas eksplorasi dan manipulasi.
3) Motif Sekunder (Secondery Motives)
Motif ini merupakan kebutuhan yang muncul akibat proses belajar. Artinya
manusia memiliki kebutuhan ini diakibatkan hasil interaksinya dengan
lingkungan, sehingga menghasilkan pemahaman baru. Kebutuhan ini dihasilkan
dari proses belajar yang dialami individu dalam interaksinya dengan
lingkungannya. Karena kebutuhan ini bersifat dipelajari (learned) dan akan
meningkat jika diberi reinforcement (perkuatan) melalui pemberian hadiah.
2.11 Minat Membeli
Minat mempunyai kaitan erat dengan sikap dan perilaku. Minat atau niat
(intention) merupakan variabel antara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap atau variabel lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
47
1. Minat dianggap sebagai “penangkap” atau perantara faktor-faktor
motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
2. Minat menunjukkan seberapa keras Pengertian seseorang berani mencoba.
3. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan
seseorang untuk dilakukan.
4. Minat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.
Minat dipandang sebagai suatu variabel penentu bagi perilaku yang
sesungguhnya. Artinya, semakin kuat minat konsumen melakukan pembelian atau
mencapai tujuan pembeliannya, semakin besar pula keberhasilan prediksi perilaku
atau tujuan keperilakuan tersebut untuk menjadi kenyataan. Hubungan antara
kepercayaan, sikap, norma subjektif dan minat pembelian penting bagi pemasar
karena hal itu menunjukkan keberhasilan program pemasaran perusahaan. Jika
konsumen memiliki keyakinan positif terhadap merek tertentu, konsumen akan
cenderung menilai merek tersebut bagus dan kemudian membeli merek tersebut.
Kepuasan terhadap merek akan menguatkan perilaku dan selanjutnya
meningkatkan kemungkinan konsumen akan membeli merek itu lagi (Assael,
2013:299). Artinya perusahaan berhasil membuat konsumen menjadi loyal
terhadap merek tersebut.
2.12 Penelitian Terdahulu
1) Penelitian lain yang berjudul “Decision-Making Processes: An Application
W. Taris, Henk Van der Flier, (2006). Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa adanya suatu proporsi yang timbul terhadap pekerja pemula yaitu
pekerja wanita dan pekerja minoritas etnik yang relatif kecil mengetahui
tentang calon pegawai dan proses penggolongan calon pegawai. Oleh
karena itu, penelitian ini menyelidiki budaya dan perbedaan jenis kelamin
di dalam keputusan proses aplikasi pekerjaan dengan sampel 191 pencari
kerja yang mencari pekerjaan sementara. Teori Reasoned Action (TRA)
menemukan adanya suatu kerangka yang valid untuk menjelaskan
keputusan-keputusan aplikasi pekerjaan, meski terdapat perbedaan
kelamin yang menentukan kekuatan hubungan. Daya pikat pekerjaan,
pengharapan, organisasi yang sesuai, pekerjaan yang cocok, reputasi
pekerjaan, ditambahkan kepada variabel niat pada aplikasi pekerjaan diatas
dan di luar variabel TRA.
2) Penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian
Sepeda Motor Yamaha Mio Di Kota Surakarta” (2008) oleh Sri Lestari,
bertujuan untuk menguji apakah sikap dan norma subjektif berpengaruh
terhadap perilaku pembelian dan apakah norma subjektif merupakan
variabel yang paling kuat mempengaruhi minat membeli produk sepeda
motor Yamaha Mio masyarakat di Surakarta. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling dengan
kuesioner yang diperoleh dari 100 responden. Butir pertanyaan dalam
49
kualitas bahan, keiritan, desain, warna, ruang bagasi, suku cadang, layanan
purna jual, kemudahan penggunaan, dan bobot sepeda motor Yamaha Mio.
3) Penelitian yang berjudul “Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap
Produk Kecap Di Kota Surakarta” (2010) oleh Dwi Pury Purnamasari,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut yang memenuhi sifat
ideal menurut konsumen dan sikap konsumen terhadap produk kecap.
Produk kecap yang diteliti adalah kecap manis dan kecap asin kemasan
botol plastik ukuran (140-275 ml). Metode dasar penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis. Teknik pelaksanaan penelitian
menggunakan metode survei. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja
(purposive) yaitu Kota Surakarta dengan mengambil lima pasar swalayan.
Penentuan sampel dengan metode judgement sampling, dengan jumlah
responden 100 yang terdiri dari 50 responden untuk produk kecap manis
dan 50 responden untuk produk kecap asin.
4) Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen Netizen Terhadap Minat Beli Produk Smartphone
Samsung Galaxy Series” (2012) oleh Indriyatri Rima Prasetyani.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sebagian kecil jawaban atas
permasalahan rendahnya market share OS Android dengan objek
penelitian produk smartphone Samsung Galaxy Series di Indonesia dengan
menguji pengaruh citra merek dan daya tarik iklan terhadap minat beli
2.13 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Guna memperjelas hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen berdasarkan model Theory of Reasoned Action oleh Ajzen and
Fishbein, 1980 (Umar, 2014), maka disusun kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, lingkup penelitian dibatasi secara geografis hanya di
Yogyakarta, dimana lingkup penelitian ini meliputi konsumen Naavagreen yang
berusia 17-55 tahun dan melakukan perawatan ataupun pembelian produk di
outlate Naavagreen Jl. Cendrawasih Komplek, Colombo No 5, Yogyakarta.
Pemilihan area ini dikarenakan oultale tersebut merupakan kantor pusat dari
penjualan produk dan jasa Naavagreen. Sehingga konsumen akan lebih banyak
datang ke outlate ini dibandingkan dengan outlate yang lain. Pertimbangan lain
mengapa dipilih outlate tersebut sebagai area yang diteliti dengan tujuan untuk
memudahkan penelitian.
3.1.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah ruang lingkup atau besaran karakteristik dari seluruh objek
yang diteliti. Dalam penelitian ini ditentukan populasinya adalah para konsumen
produk dan jasa Naavagreen Yogyakarta. Sampel adalah besaran karakteristik
(tertentu) dari sebagian populasi yang memiliki karakteristik sama dengan
populasi. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan Convenience Sampling yaitu dimana peneliti mencari responden
dengan mendatangi satu per satu yang mewakili populasi konsumen produk dan
jasa Naavagreen Yogyakarta dan kemudian memberikan angket untuk diisi oleh
responden.
Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai adalah pendugaan
jumlah proporsi populasi dengan rumus sebagai berikut:
n = 0,25
[
Zl /2αE
]
2(Umar, 2014)
dimana,
E : Deviasi sampling maksimum yang diinginkan peneliti
Z : Luas kurva normal standar (dari tabel Z)
α : Tingkat kesalahan data yang ditolerir peneliti
n : Jumlah sampel
Berdasarkan ketentuan tersebut, peneliti menetapkan taraf kesalahan dalam
pengujian statistik adalah α = 5%, karena pada umumnya taraf kesalahan
dalam pengujian statistik ditetapkan sebesar 5%. Dengan demikian maka nilai
Z/2α = 1,96 (dari tabel Z). Selain itu peneliti juga menetapkan tingkat
kesalahan maksimum yang mungkin dialami adalah tidak lebih dari 10% atau E =
0,1 karena jika taraf kesalahan lebih dari 10%, maka penyebaran angket tidak
dapat diteruskan karena data yang akan diperoleh menjadi tidak valid. Dengan
penetapan E = 10% maka akan menjadikan tingkat kebenarannya adalah 0,9 atau
53
besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
n = 0,25
[
1,960,1
]
2
n = 0,25
[
19,6]
2n = 96,04
Dari perhitungan di atas, maka jumlah sampel minimal yang harus diambil
adalah 96,04 responden yang selanjutnya dibulatkan menjadi 100 responden,
dimana hal ini dianggap sudah cukup mewakili populasi yang diteliti.
3.1.3 Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber pertama, misalnya
dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara, pengisian kuesioner,
atau bukti transaksi (Husein, 2014). Dengan demikian dalam penelitian ini data
primer meliputi data yang diperoleh dari responden yang berupa jawaban atas
kuesioner (pertanyaan) yang diajukan oleh peneliti meliputi variabel keyakinan,
evaluasi, keyakinan normatif, motivasi, sikap dan norma subjektif yang dirasakan
oleh responden serta variabel minat perilaku.
3.2 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
3.2.1 Metode Kuesioner
Kuesioner (angket) adalah metode pengumpulan data dengan memberikan
daftar pertanyaan kepada responden. Dalam penelitian ini digunakan sistem
tertutup yaitu alternatif jawaban sudah disediakan bagi responden sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban
tersebut merupakan suatu pertanyaan atau penilaian (Sekaran, 2006) dengan enam
tingkat jawaban antara skor -3 sampai dengan +3 (-3, -2, -1, +1, +2, +3).
Namun pada penelitian ini untuk mempermudah sampel mengisi kuisioner,
maka penulis meringkas jawaban hanya pada empat rentang nilai, yaitu :
· SS = Sangat Setuju diberi bobot +2
· S = Setuju diberi bobot +1
· TS = Tidak Setuju diberi bobot -1
· STS = Sangat Tidak Setuju diberi bobot -2
Adapun susunan kuesionernya terdiri dari empat bagian:
Bagian I:
Berisi pertanyaan tentang data pribadi responden beserta karakteristik konsumen
berupa gender yang keseluruhan sampel pada penelitian ini difokuskan pada
wanita, usia, dan penghasilan.
Bagian II:
Berisi pertanyaan tentang variabel sikap yang terdiri dari pertanyaan keyakinan
55
produk, pelayanan jasa, bahan baku, desain kemasan, kemudahan, pelayanan,
ketepatan dosis produk, kenyamanan, dan ketersediaan dokter).
Bagian III:
Berisi pertanyaan tentang variabel norma subjektif yang terdiri dari pertanyaan
keyakinan normatif dan motivasi responden terhadap atribut produk harga beli,
harga jasa, kualitas produk, pelayanan jasa, bahan baku, desain kemasan,
kemudahan, pelayanan, ketepatan dosis produk, kenyamanan, dan ketersediaan
dokter.
Bagian IV:
Berisi pertanyaan tentang variabel minat berperilaku dalam pembelian produk
kecantikan dan jasa Naavagreen.
3.2.2 Karakteristik responden
Responden yang akan diteliti adalah masyarakat yang sudah pernah
membeli dan menggunakan Produk kecantikan dan jasa Naavagreen.
3.2.3 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
A. Keyakinan Atribut
Keyakinan (bi) merupakan pemikiran deskriptif yang dimiliki oleh
seseorang mengenai sesuatu. Faktor keyakinan konsumen terhadap produk
pada produk tersebut, yaitu :
1. Keyakinan terhadap harga beli yang terjangkau Produk kecantikan
Navaagreen.
2. Keyakinan terhadap harga jasa yang terjangkau Produk kecantikan
Navaagreen .
3. Keyakinan terhadap kualitas yang tinggi Produk kecantikan Navaagreen.
4. Keyakinan terhadap pelayanan yang memuaskan Produk kecantikan
8. Keyakinan terhadap kemudahan mendapatkan Produk kecantikan
Navaagreen.
9. Keyakinan terhadap pelayanan yang baik Produk kecantikan Navaagreen.
10. Keyakinan terhadap dosis yang tepat untuk setiap permasalahan jenis
kulit wajah Produk kecantikan Navaagreen.
11. Keyakinan terhadap ruang tunggu outlate yang luas dan nyaman.
12. Keyakinan terhadap ruang perawatan yang luas dan nyaman.
13. Keyakinan terhadap Dokter spesialis kulit yang berkompeten di setiap
outlate Naavagreen.
B. Evaluasi Atribut
Evaluasi (ei) merupakan penilaian konsumen terhadap konsekuensi yang
57
Keyakinan dan Evaluasi digunakan untuk mengukur sikap konsumen dalam
membeli Produk kecantikan Navaagreen. Keyakinan dan evaluasi diukur dengan
atribut-atribut yang melekat pada produk diantaranya adalah:
1. Harga beli : meliputi harga beli produk dan jasa kecantikan Naavagreen.
Harga beli yang terjangkau mempengaruhi minat konsumen untuk
menggunakan produk dan jasa kecantikan Naavagreen.
2. Kualitas : bahan baku yang berkualitas tinggi mempengaruhi kualitas
produk kecantikan Naavagreen. Selain itu para terapis yang
berpengalaman juga mempengaruhi banyaknya pasian yang memanfaatkan
jasa Naavagreen.
3. Pelayanan : pelayanan yang memuaskan hati konsumen tidak hanya dari
produk yang memiliki kualitas tinggi. Namun peran front office juga
menentukan minat konsumen utuk datang kembali ke outlate Naavagreen,
baik itu hanya untuk pembelian produk ataupun menggunakan jasa
kecantikan Naavagreen.
4. Bahan baku : bahan baku yang terbuat dari bahan-bahan alami sekaligus
berkualitas tinggi meningkatkan keyakinan konsumen untuk kembali
menggunakan produk dan jasa kecantikan Naavagreen.
5. Kemasan : kemasan yang menarik menimbulkan rasa ketertarikan terhadap
suatu produk.
6. Kemudahan : tersebarnya outlate Naavagreen yang hampir diseluruh