• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Karakter Pada Anak (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Pengembangan Karakter Pada Anak (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak Anisatul Mustafidah

Pagendingan, Galis, Pamekasan 18201501060006

[email protected]

085204181900 Anisatul Mustafidah1

Abstrac Abstrak

Keberhasilan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh melimpah

ruahnyasumber daya alam, akan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber dayamanusianya. Karakter bangsa merupakan aspek penting yang menentukan kemajuansuatu bangsa . oleh karena itu, karakter yang berkualitas perlu dibina sejak anak usiadini agar anak terbiasa berperilaku positif. Karakter yang

terbangun diharapkan akan mendorong setiap manusia dengan suara hatinya. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yangtidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian oleh beberapa pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki sebuah kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demkian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan sekolah. Adapun rumusan masalah disini yaitu: Apa yang dimaksud pendidikan karakter? Apa hakikat pendidikan karakter? Bagaimanastrategi pengembangan karakter pada Anak Usia Taman Kanak-kanak? Bagaimana cara mengetahui indikator keberhasilan pengembangan karakter Anak Usia Taman Kanak-kanak. Tujuan penulisan Untuk mengetahui pendidikan karakter. Untuk mengetahui hakikat pendidikan karakter. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan karakter pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Untuk mengetahui indikator keberhasilan pengembangan karakter Anak Usia Taman Kanak-kanak. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak agar memiliki softskill dan hardskill. softskill berupa kemampuan anak dalam bersikap yang sesuai dengan norma agama, norma adat, norma susila, dan norma lainnya yang berlaku di masyarakat. Keberhasilan pendidikan karakter bagi anak usia dini sangant bergantung pada ada tidaknya kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen berbagai pihak terhadap pendidikan. Pendidikan karakter bukanlah suatu mata pelajaran. Pendidikan karakter diimplementasikan dengan

(2)

sehar-hari yang tampak setiap aktivitas yaitu, Kesadaran, Kejujuran, keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian, Kepedulian, Kebebasan Dalam Bertindak,

Kecermatan/Ketelitian, dan Komitmen.

kata kunci: pembentukan karakter dan anak usia dini

Pendahuluan

Akhalak mulia merupakan aspek penting dalam mendidik anak. Bahkan suatu bangsa yang berkarakter juga ditentukan oleh tingkat akhlak bangsanya. Dalam ayat tersebut juga dinyatakan tentang “... pembentukan watak ...”,

pembentukan watak ini dapat dikatakan sebagai upaya membentuk karakter. Tanpa karakter seseorang akan mudah melakukan sesuatu apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Oleh karena itu, kita perlu

membentuk karakter untuk mengelola diri dari hal-hal negatif. Karakter yang terbangun diharapkan akan mendorong setiap manusia dengan suara hatinya. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yangtidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian oleh beberapa pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki sebuah kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demkian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan sekolah.2

Adapun rumusan masalah disini yaitu: 1) Apa yang dimaksud pendidikan karakter? 2) Apa hakikat pendidikan karakter? 3) Bagaimanastrategi

pengembangan karakter pada Anak Usia Taman Kanak-kanak? 4) Bagaimana cara mengetahui indikator keberhasilan pengembangan karakter Anak Usia Taman Kanak-kanak. yaitu: 1) Untuk mengetahui pendidikan karakter, 2) Untuk mengetahui hakikat pendidikan karakter, 3) Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan karakter pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. 4) Untuk mengetahui indikator keberhasilan pengembangan karakter Anak Usia Taman Kanak-kanak.

Pembahasan

Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter terambil dari kata pendidikan dan karakter. Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari kata educate atau bahasa latinnya educo. Educo berarti mengembangkan diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang mengungkapkan bahwa education berasal dari bahasa latin educare yang berarti melatih atau

menjinakkan (seperti dalam konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan), dan menyuburkan (membuat

(3)

tanah lebih menghasilkan banyak buah berlimpah karena tanahnya telah digarap dan diolah)

Itulah sebab pendidikan diartikan sebagai proses membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata; semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri sendiri maupun orang lain. Pada pengertian tersebut, pendidikan tidak hanya dimaknai dengan transfer pengetahuan, tetapi juga proses

pengembangan berbagai potensi yang ada di dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik, dan daya seni.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak agar memiliki softskill dan hardskill. softskill berupa

kemampuan anak dalam bersikap yang sesuai dengan norma agama, norma adat, norma susila, dan norma lainnya yang berlaku di masyarakat. Sementara itu hardskill berupa berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai oleh anak.3

Secara harfiah karakter artinya “kuliatas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu; sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Di dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.4

Simon Philips mengungkapkan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Donny Koesuma memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari dari berbagai bntukan yang diterima darilingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak lahir.5

Hakikat Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bagi anak usia dini memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran, dan

pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena karakter merupakan sifat alami bagi anak usia dini untuk merespons situasi secara bermoral, harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui pembiasaan untuk berperilaku baik, jujur,

3 M. Najib , Novan Ardy Wiyana, Sholichin, Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini,

(Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016). hlm. 55-57.

(4)

bertanggung jawab, dan hormat terhadap orang lain. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan.

Keberhasilan pendidikan karakter bagi anak usia dini sangant bergantung pada ada tidaknya kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen berbagai pihak terhadap pendidikan. Kilpatrick mengemukakan bahwa: “salah satu

penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukan (moral doing). Oleh karena itu, pendidikan karakter bagi anak usia dini sebaiknya direalisasikan melalui bebagai tindakan nyata dalam pembelajaran, jangan terlalu teoritis, dan jangan banyak

membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di dalam kelas. Berkaitan dengan pendidikan karakter ini, Character Education Quality

Standards merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektf, sebagai berikut.yaitu Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perlaku.Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menunjukkan perilaku yang baik.Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.Mengusahakan

tumbuhnya motivasi diri dari peserta didik.Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk penddikan karakter dan setia kepada nilai dasa yang sama.Adanya pembagian kepemimmpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif

pendidikan karakter.Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakterMengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.6

Strategi Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak Pendidikan karakter bukanlah suatu mata pelajaran. Pendidikan karakter diimplementasikan dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan kegiatan pembiasaan. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu:7

6 H.E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2016). hlm. 67-74

(5)

Keteladanan

Keteladanan memilikin kontribusi yang sangat besar dalam mendididik karakter. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak misalnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya. Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan nyata daripada sekedar berbicara tanpa aksi. Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukan ke arah hal itu.

Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan

Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang

seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Kedisiplinan menjadi alat ampuh dalam mendidik karakter. Banyak orang sukses karena menegakkan kedisiplinan. Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil karena kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah di tetapkan tidak dapat berjalan karena kurang disiplin.

Menanamkan prinsip agar peserta didik memiliki pendirin yang kokoh

merupakan bagian yang sangat penting dari strategi penegakan disiplin. Dengan demikian, penegakan disiplin dapat juga di arahkan pada penanaman

nasiaonalisme, cinta tanah air, dan lain-lain.Pengakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti peningkatan motivasi, pendidikan dan latihan, kepemimpinan, reward and punishment, penegakan aturan.

Pembiasaan

Ungkapan Dorothy Low Nolte (seorang penulis puisi pendidikan, beliau seorang pendidik dan ahli konseling keluarga) menggambarkan bahwa anak akan tumbuh sebagaimana lingkungan yang akan mengajarinya dan lingkungan tersebut juga merupakan sesuatu yang menjadi kebiasaan yang dihadapi setiap hari. Jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang mengajarinya berbuat baik, maka diharapkan ia akan terbiasa untuk selalu berbuat baik. Sebaliknya jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang mengajarinya berbuat kejahatan, kekerasan, maka ia akan tumbuh menjadi pelaku kekerasan dan kejahatan yang baru.

Anak memliki sifat paling senang meniru. Orang tuanya merupakan

lingkungan terdekat yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjadi figur dan idolanya. Bila mereka melihat kebiasaan baik dari ayah maupun ibunya, maka merekapun akan dengan cepat mencontohnya. Oleh karena itu, tanggung jawab oraang tua adalah memberikan lingkungan terbaik bagi prtumbuhan anaknya. Salah satunya dengan memberikan keteladanan yang baik bagi anak-anaknya, karena kenangan utama bagi anak-anak adalah kepribadian ayah-ibunya.

Menciptakan Suasana yang Kondusif

Pada dasarnya tanggung jawab pendidikan karakter ada pada semua pihak yang mengitarinya, mulai dari keluarga, sekolahnya, masyarakat, maupun

pemerintah. Lingkungan dapat dikatakan merupakan proses pembudayaan anak dipengaruhi oleh kondisi yang setiap saat dihadapi dan dialami oleh anak.

(6)

upaya membangun kultur atau budaya yang memungkinkan untuk membangun karakter, terutama berkaitan dengan budaya kerja dan belajar di sekolah.

Tentunya bukan hanya budaya akademik yang di bangun tetapi juga budaya-budaya yang lain, seperti membangun budaya-budaya perilaku yang dilandasi akhlak yang baik.

Sekolah yang membudayakan warganya gemar membaca, tentu akan menumbuhkan suasana yang kondusif bagi siswa-siswanya untuk gemar membaca. Demikian juga, sekolah yang membudayakan warganya untuk disiplin, aman, dan bersih, tentu juga akan memberikan suasana untuk

terciptanya karakter yang demikian. Terciptanya suasana yang kondusif akan memberikan iklim yang memungkinkan terbentuknya karakter. Oleh karena itu, berbagai hal yang terkait dengan upaya pembentukan karakter harus

dikondisikan, terutama individu-individu yang ada di sekolah.8

Indikator Keberhasilan Pengembangan Karakter Anak Usia Taman Kanak-Kanak

Keberhasilan pengembangan karakter dalam pendidikan karakter anak usia dini dapat diketahui dari perilaku anak sehar-hari yang tampak setiap aktivitas yaitu, Kesadaran, Kejujuran, keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian,

Kepedulian, Kebebasan Dalam Bertindak, Kecermatan/Ketelitian, dan Komitmen. Apa yang diungkapkan di atas harus dimiliki oleh seluruh anak usia dini. Untuk kepentingan tersebut, guru, kepala sekolah, pengawas, bahkan komite sekolah harus memberi contoh dan menjadi suri teladan dalam mempraktikkan indikato-indikator pendidikan karakter dalam perilaku sehari-hari. Dengan demikian, akan tercipta iklim yang kondusif bagi pembentukan karakter anak usia dini, dan seluruh lingkungannya sehingga pendidikan karakter itu hanya dijadikan ajang pembelajaran, tetapi menjadi tanggung jawab lingkungan. Lebih dari itu, pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak: orang tua, pemerintah, dan

masyarakat. Ssemakin banyak pihsak yang terlibat dalam pembangunan dan pengembangan karakter atau semakin efektif hasil yang di peroleh, Oleh karena itu, untuk mengefektifkanbprogram pembangunan dan pengembangan karakter anak usia dini di perlukan jalinan kerja sama antara sekolah, orang tua,

masyarakat, dan pemerintah; baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pengawasannya.9

Kesimpulan

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak agar memiliki softskill dan hardskill. softskill berupa kemampuan anak dalam bersikap yang sesuai dengan norma agama, norma adat, norma susila, dan norma lainnya yang berlaku di masyarakat. Sementara itu hardskill berupa berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai oleh anak.Secara harfiah karakter artinya “kuliatas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Keberhasilan pendidikan karakter bagi anak usia dini sangant bergantung pada ada tidaknya kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen berbagai pihak terhadap pendidikan. Kilpatrick mengemukakan bahwa: “salah satu

(7)

penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukan (moral doing).

Pendidikan karakter bukanlah suatu mata pelajaran. Pendidikan karakter diimplementasikan dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan kegiatan pembiasaan. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu: 1) Keteladan 2)

Penanaman/penegakan disiplin 3) Pembiasaan 4) Menciptakan suasana yang kondusif.

Keberhasilan pengembangan karakter dalam pendidikan karakter anak usia dini dapat diketahui dari perilaku anak sehar-hari yang tampak setiap aktivitas yaitu, Kesadaran, Kejujuran, keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian,

Kepedulian, Kebebasan Dalam Bertindak, Kecermatan/Ketelitian, dan Komitmen.

Daftar Pustaka

Hidayatullah, Furqon.. PENDIDIKAN KARAKTER:Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010

Sholichin, Novan, Najib. Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini.Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan insiden malaria yang tinggi di Desa Datar Luas dan ditemukannya berbagai habitat perkembangbiakan yang potensial bagi nyamuk vektor serta belum pernah dilakukan

Peserta didik yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 5 pallangga tahun ajaran 2014/2015. Pada analisis peserta didik, penulis menelaah tentang

Setelah dilakukan penelitian pada siswa SMA Negeri 1 Kuantan Hilir didapatkan kecukupan asupan vitamin A dari sayur dan buah sebanyak 74,74% dan yang tidak

Abis itu, meajar agama, jadi kadang – kadang mungkin karena inya merasa bisa jadi kami kadang beda pendapat, disitu pang sudah inya kada tapi melihat jelas matanya mama

belajar yang di peroleh dari nilai pre test peserta didik yang tuntas tidak ada (0%) dan setelah di berikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran

Peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah mempersiapkan RPP, mengajukan pertanyaan selama proses belajar mengajar, bercerita tentang pelajaran sosiologi,

Adanya Fasilitas (berupa icon-icon tertentu) untuk melakukan proses pengulangan simulasi dari materi yang dimaksud. Adanya ilustrasi dalam bentuk animasi dari penjelasan materi

Background image-I B Perhitungan NSSD dilakukan pada setiap frame video yang ditampilkan, sehingga jumlah data yang didapat sesuai dengan jumlah frame yang ditampilkan.. Mislanya