HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Gugus Diponegoro Semester 2 tahun
2017/2018. Jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 50 siswa yaitu kelas A sebagai
kelas control berjumlah 21 siswa, kelas B sebagai kelas eksperimen berjumlah 29 siswa.
Pada kelas control menggunakan model Problem Based Learning, pretest diberikan
pada tanggal 13 Maret 2018 sedangkan kelas eksperimen menggunakan model
Discovery Learning, pretest diberikan pada tanggal 14 Maret 2018. Pembelajaran
dengan model Problem Based Learning, guru menyiapkan alat dan media pembelajaran
dengan menggunakan LCD. Pembelajaran berlangsung 1 pertemuan mengikuti sintaks
dari model Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Discovery Learning,
guru menyiapkan alat dan media pembelajaran menggunakan LCD. Pembelajaran
berlangsung 1 pertemuan mengikuti sintaks dari model Discovery Learning.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Observasi 4.2.1.1 Kelas Control
Kegiatan pembelajaran IPA kelas control dilaksanakan pada tanggal 15 Maret
2018. Di kelas ini, materi yang diajarkan yaitu Energi dan Perubahannya dengan
mengikuti sintaks Problem Based Learning. Sebelum pelajaran dimulai, terlebih dahulu
melakukan pendahuluan dalam pembelajaran dengan berdo’a, memeriksa kehadiran
siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran dan apersepsi. Setelah itu guru melaksanakan
fase 1 (orientasi peserta didik pada masalah) guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan permasalahan yang dibahas dan memberi konsep dasar, di fase ini siswa
sudah mulai tertarik dengan pelajaran yang akan dipelajari. Fase 2 (mengorganisasi
siswa) guru membagi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 4 orang, guru
menampilkan power point tentang gambar sumber energi. Saat ditampilkan gambar,
pertanyaan dari guru. Fase 3 (membimbing penyelidikan kelompok) siswa bersama
kelompok dibimbing oleh guru dalam mencari masalah yang ditemukan mengenai
sumber energi. Siswa tidak takut untuk bertanya tentang materi yang belum mereka
pahami. Fase 4 (mengembangkan dan menyajikan karya) siswa berdiskusi dengan
kelompok mereka dan dibantu oleh guru dalam tugas mengumpulkan data yang mereka
cari di buku. Fase 5 (menganalisis dan mengevaluasi masalah) siswa mengevaluasi
hasil kelompok, dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Siswa memperhatikan
temannya yang sedang mempresentasikan di depan kelas dan menanggapi hasil dari
presentasi tersebut. Kemudian penutup guru bersama siswa menyimpulkan materi
pelajaran tersebut dan memberi tindak lanjut berupa penugasan soal. Setelah itu siswa
diberi tugas individu untuk membuat kincir angin secara sederhana. Guru memberikan
informasi tentang materi yang akan di pelajari selanjutnya dan mengucapkan salam.
4.2.1.2 Kelas Eksperimen
Kegiatan pembelajaran IPA kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 16
Maret 2018. Di kelas ini, materi yang diajarkan sama dengan kelas control yaitu Energi
dan Perubahannya dengan menggunakan sintaks Discovery Learning. Sebelum
pelajaran dimulai, terlebih dahulu melakukan pendahuluan dalam pembelajaran sama
halnya yang dilakukan oleh kelas control. Guru melaksanakan tahap 1 (stimulasi) guru
mengajukan pertanyaan dari gambar power point tentang sumber energi dan memberi
kesempatan siswa untuk menyelidiki sendiri. Siswa antusias menjawab pertanyaan dari
guru, kemudian guru mengajukan pertanyaan sumber energi lainnya. Siswa diminta
guru untuk mencari dari berbagai sumber, kemudian mereka mencari di buku paket IPA
masing-masing. Setelah itu guru memberi penguatan tentang materi sumber energi
melalui power point. Siswa sangat bersemangat belajar karena adanya media power
point. Kemudian siswa dibagi ke dalam kelompok yang berbeda jenis kelamin 4-5
orang. Tahap 2 (identifikasi masalah) siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentang sumber
energi, saat itu siswa masih bingung dan mengajukan pertanyaan supaya menjelaskan
lagi perintah tentang masalah tersebut. Tahap 3 (pengumpulan data) siswa diberi
mencari buku materi tentang sumber energi. Tahap 5 (pembuktian) guru memberi
kesempatan siswa untuk menemukan konsep melalui contoh-contoh yang mereka
temukan dalam kehidupan sehari-hari dan menyajikannya di lembar kerja kelompok
yang telah disediakan oleh guru. Siswa mempresentasikan di depan kelas Bersama
kelompok. Kemudian guru memberi tugas individu dengan membuat kincir angina
secara sederhana. Tahap 6 (menarik kesimpulan) guru bersama siswa menyimpulkan
materi tentang sumber energi yang telah dipelajari. Guru memberikan tindak lanjut
kepada siswa. Guru mengajukan pertanyaan tentang pembelajaran hari ini, kemudian
siswa menjawab dengan antusias bahwa pembelajaran kali ini sangat menyenangkan.
Guru memberi informasi tentang materi yang akan mereka pelajari selanjutnya.
Mengucapkan salam.
4.3 Hasil Analisis Data
4.3.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen
Pada tabel 4.3.1.1 dan tabel 4.3.1.2 dibawah ini merangkum data empiric tingkat
hasil belajar siswa setelah diterapkan model Discovery Learning yang telah
diklasifikasikan berdasarkan kategori tuntas dan belum tuntas. Deskriptif statistic
dengan ukuran skor minimum, maksimum, mean dan standar deviasi.
Tabel 4.3.1.1
Deskripsi Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Interval Nilai Kriteria Frekuensi Persentase
>70 Tuntas 27 94%
<70 Tidak tuntas 2 6%
Dari tabel 4.3.1.1 tampak pada kelas eksperimen, siswa yang mendapat hasil
belajar IPA dengan kriteria tuntas berjumlah 27 orang dengan persentase 94% dan yang
Tabel 4.3.1.2
Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N
Discovery
learning 63.10 92.40 79.83 8.730 29
Dari tabel 4.3.1.2 diketahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Discovery Learning dalam mata pelajaran IPA terhadap 29 siswa SD N
2 Ngombak diperoleh 63,10 nilai terendah, 92,40 nilai tertinggi, 79,83 rata-rata, dan
8,730 simpangan baku (SD).
4.3.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol
Pada tabel 4.3.2.1 dan tabel 4.3.2.2 dibawah ini merangkum data empiric tingkat
hasil belajar siswa setelah diterapkan model Problem Based Learning yang telah
diklasifikasikan berdasarkan kategori tuntas dan belum tuntas. Deskriptif statistic
dengan ukuran skor minimum, maksimum, mean dan standar deviasi.
Tabel 4.3.2.1
Deskripsi Hasil Belajar Kelas Kontrol
Interval Nilai Kriteria Frekuensi Persentase
>70 Tuntas 14 67%
<70 Tidak tuntas 7 33%
Dari tabel 4.3.2.1 tampak pada kelas control, siswa yang mendapat hasil belajar
IPA dengan kriteria tuntas berjumlah 14 orang dengan persentase 67% dan yang
Tabel 4.3.2.2
Statistic Deskriptif Data Hasil Belajar Kelas Kontrol
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N
Problem Based
Learning 56.02 87.45 75.48 8.980 21
Dari tabel 4.3.2.2 diketahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model
Problem Based Learning dalam mata pelajaran IPA terhadap 21 siswa SD N 1
Ngombak diperoleh 56,02 nilai terendah, 87,45 nilai tertinggi, 75,48 rata-rata, dan
8,980 simpangan baku (SD).
4.3.3 Diskripsi Perbandingan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada kelas eksperimen menggunakan model Discovery Learning sedangkan
pada kelas control menggunakan model Problem Based Learning. Meskipun
langkah-langkah kedua model hampir sama akan tetapi setelah melakukan penelitian hasilnya
lebih meningkat menggunakan model Discovery Learning dibandingkan dengan
Problem Based Learning. Untuk rata-rata hasil belajar kedua model ini sudah melebihi
KKM yang ditetapkan dari sekolah. Berikut hasil perbandingan pada kelas eksperimen
dan kelas control sebagai berikut.
Tabel 4.3.3
Perbandingan Hasil Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pengukuran Rata-rata Selisih Skor
Eksperimen Kontrol
Pretest 75.00 71.00 4.69
Postest 79.83 75.48 4.35
Gain skor 4.83 4.48 0.35
Dari tabel 4.3.3 dapat dilihat bahwa tahap pretest nilai rata-rata kelas
eksperimen siswa adalah 75,00 dan nilai posttest adalah 79,83 dengan gain skor 4,83
posttest adalah 75,48 dengan gain skor 4,48. Selisih antara kelas eksperimen dan kelas
control pada tahap pretest adalah 4,69 sedangkan pada tahap posttest adalah 4,35
dengan gain skor 0.35. Di bawah ini perbandingan hasil pengukuran dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut.
Gambar 4.3.3 Perbandingan Rata-rata Pretest dan Postest
4.3.4 Analisis Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar
Analisis uji hasil belajar antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Discovery Learning dan kelas control yang menggunakan model Problem Based
Learning. Pengujian menggunakan uji beda rata-rata yaitu analisis uji t dengan
menggunakan bantuan bantuan program SPSS 16 for windows. Di bawah ini hasil
analisis uji t dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
65 70 75 80 85
Perbandingan Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.3.4 Hasil Analisis uji t
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Nilai Equal variances
assumed .036 .742 3.583 14 .049
Equal variances not
assumed 3.576 8.605 .042
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata dari tabel 4.3.4 diketahui pada taraf t hitung
3,583 dan t tabel 2,011 dengan signifikasi 0,49 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning dan Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil
belajar IPA.
4.4 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan yang signifikan antara
penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Model Pembelajaran Problem
Based Learning terhadap hasil belajar IPA. Analisis pelaksanaan penelitian diperlukan
untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning. Model Discovery
Learning memiliki manfaat teoritis yaitu dapat membangun sikap kreatif siswa dan
membangun rasa percaya diri dalam pembelajaran IPA dibuktikan pada tahap 2
(identifikasi masalah) siswa tidak takut untuk bertanya kepada guru, sedangkan model
Problem Based Learning memiliki manfaat teoritis yaitu kemampuan berpikir kritis
siswa meningkat dan dapat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran IPA
dibuktikan pada fase 4 (mengembangkan dan menyajikan data) siswa dapat
menemukan suatu permasalahan dan memecahkan masalah tentang materi sumber
Problem Based Learning yaitu guru mengetahui pembelajaran yang bervariasi,
sehingga dapat memperbaiki system pembelajaran di kelas dan terbukti saat
pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dan Problem Based Learning
memberi suasana menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar IPA.
Penelitian ini dilakukan di SD N 2 Ngombak sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berjalan lancar sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai
motivator dan memberi arahan kepada siswa. Guru melakukan pendahuluan sebelum
pembelajaran dimulai. Guru melaksanakan tahap 1 (stimulasi) guru mengajukan
pertanyaan. Tahap 2 (identifikasi masalah) siswa diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi. Tahap 3 (pengumpulan data) siswa diberi kesempatan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang masalah sumber energi sebanyak-banyaknya. Tahap
4 (pengolahan data) siswa membuat pertanyaan dari permasalahan yang mereka
temukan. Tahap 5 (pembuktian) guru memberi kesempatan siswa untuk menemukan
konsep. Tahap 6 (menarik kesimpulan) guru bersama siswa menyimpulkan materi.
Sama halnya dengan penelitian di SD N 1 Ngombak sebagai kelas control
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Dalam
pembelajaran guru pada kelas eksperimen dan kelas control melaksanakan
langkah-langkah dengan runtut. Guru melaksanakan fase 1 (orientasi peserta didik pada
masalah) Fase 2 (mengorganisasi siswa) Fase 3 (membimbing penyelidikan kelompok)
Fase 4 (mengembangkan dan menyajikan karya). Fase 5 (menganalisis dan
mengevaluasi masalah).
Berdasarkan dari hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menggunakan
model Discovery Learning menunjukkan 29 siswa, yang mencapai ketuntasan belajar
berjumlah 27 siswa (94%). Sedangkan pada kelas control dengan menggunakan model
Problem Based Learning menunjukkan 21 siswa, yang mencapai ketuntasan belajar
berjumlah 14 siswa (64%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas
eksperimen menggunakan model Discovery Learning lebih efektif daripada
dan t tabel 2,011 dengan signifikasi 0,49 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa menggunakan model
Discovery Learning dengan menggunakan model Problem Based Learning.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawardi & Mariati (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Komparasi Model Pembelajaran
Discovery Learning dan Problem Solving Ditinjau dari Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 3 SD di Gugus Diponegoro” Kecamatan Tengaran Semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil
belajar siswa yang menggunakan model Discovery Learning dengan yang hasil belajar
siswa yang menggunakan model Problem Solving pada mata pelajaran IPA kelas III
SDN gugus Diponegoro tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan pada uji t
dengan µ1 82,55 dan µ2 74,60 serta nilai t sebesar 3,417 dengan signifikansi 0,001 < 0,05 (α).
Perbedaan penelitian sebelumnya atau yang telah dijelaskan pada bab II yaitu
perbedaan variabel-variabel yang tidak diukur seperti hasil belajar IPA dan proses
pembelajaran yang menggunakan LCD. Dalam penelitian ini siswa juga dapat
mengembangkan sikap psikomotor dengan membuat kincir angin dari kertas.
Dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen dengan menggunakan
model Discovery Learning siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam materi saat pembelajaran juga menggunakan LCD yang
menampilkan gambar-gambar konkrit dengan menggunakan model Discovery
Learning dan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang telah disampaikan.
Siswa juga mampu menemukan sendiri ide mereka sendiri tentang materi atau gambar
yang ditampilkan di power point. Dalam kegiatan kelompok siswa juga saling
berdiskusi dengan kelompoknya, mereka tidak sungkan untuk bertanya dengan guru
tentang perintah atau tugas yang belum mereka mengerti. Saat mengerjakan soal