BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Corporate Governance
Menurut Sutedi (2011: 1), Corporate Governance dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan
pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan
nilai-nilai etika.
Komite Nasional Kebijakan Governance (Bayu, 2010 : 31)
mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur
yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah
pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
Di kalangan pebisnis, secara umum, corporate governance
diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Corporate Governance (CG) diartikan pula sebagai sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini:
1) Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar dan tepat pada waktunya.
2) Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi
kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Sam’ani, 2008 :
72).
Dalam praktiknya corporate governance berbeda di setiap negara
dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum,
struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini
menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip corporate
governance, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan
(Arifin, 2005).
Corporate governance menurut OECD mengacu kepada
pembagian kewenangan antara semua pihak yang menentukan arah dan
performance suatu perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah pemegang
saham, manajemen dan board of directors. IICG (Sayidah, 2007 : 33)
mendefinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang
diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama
meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
Suranta (2005 : 52) menyatakan bahwa corporate governance
merupakan sebuah sistem guna mengontrol dan mengarahkan
perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di
atas adalah bahwa esensi dari Corporate Governance (tata kelola
perusahaan) antara lain berupa peningkatan kinerja perusahaan melalui
pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen
terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam hal ini
manajemen lebih terarah dalam mencapai sasaran-sasaran manajemen
dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaran
pencapaian kinerja manajemen.
2.1.2 Prinsip Corporate Governance
Corporate Governance memiliki beberapa prinsip.
Prinsip-prinsip Corporate Governance ini dipastikan dapat diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan. Prinsip-prinsip
Corporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan dengan memperhatikan kepentingan
pihak yang berkepentingan.
1. Transparansi (Trasnparancy)
Untuk menjaga objektifitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus mengungkapkan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
kepentingan pihak lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan independen. Untuk itu perusahaan harus
dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
pemegang saham dengan tetap mempertimbangkan kepentingan
stakeholders lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan mempunyai tanggungjawab terhadap masyarakat
dan lingkungan serta harus mentaati peraturan perundang-undangan
yang berlaku sehingga dapat terpelihara kesinambungan usahanya
dalam jangka panjang.
4. Independensi (Idependency)
Untuk memungkinakan dilaksanakannya prinsip-prinsip
Corporate Governance lainnya yaitu transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan dapatberfungsi tanpa saling mendominasi dan tidak dapat
5. Kewajaran (Fairness)
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
seluruh stakehonders berdasarkan asas perlakuan yang setara (equal
treatment) dan asas manfaat yang wajar.
2.1.3 Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme adalah suatu aturan, prosedur dan cara kerja yang
harus ditempuh untuk mencapai kondisi tertentu. Mekanisme Corporate
Governance merupakan suatu mekanisme berdasarkan pada aturan main,
prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak-pihak yang ada dalam
suatu perusahaan untuk menjalankan peran dan tugasnya. Mekanisme
Corporate Governance, terdiri dari tiga elemen penting, yaitu struktur,
sistem dan proses yang digunakan oleh organorgan dalam suatu
perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan operasional
perusahaan agar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Struktur memiliki peran yang sangat fundamental dalam
implementasi mekanisme Corporate Governance. Struktur merupakan
kerangka dasar tempat diletakkannya sistem dalam penyusunan
mekanisme Corporate Governance perusahaan. Struktur Corporate
Governance berperan sebagai kerangka dasar manajemen perusahaan
yang menjadi dasar pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab
diantara organ-organ perusahaan (dewan komisaris, direksi, dan RUPS /
pemegang saham). Dan stakeholder lainnya, serta aturan-aturan maupun
Struktur Corporate Governance dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu struktur pengendalian Internal dan struktur pengendalian
eksternal. Struktur pengendalian eksternal terdiri dari pihak-pihak
berkepentingan yang berasal dari luar perusahaan seperti pasar modal,
pasar uang, regulator dan profesi lainnya (paralegal, auditor dan lain
sebagainya). Penelitian ini berfokus pada struktur pengendalian internal
perusahaan yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi.
2.1.3.1 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang
terdapat dalam suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh
Dewan komisaris merupakan salah satu bentuk praktis dari teori
agensi. Di dalam suatu perusahaan, Dewan komisaris mewakili
mekanisme internal utama untuk melaksanakan fungsi pengawasan
dari principal dan mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan
komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam
perusahaan. Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate
Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan,
serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2006).
Hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan
nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan kontrol
yang diberikan dewan komisaris. Konsultasi dan nasihat yang
tidak dapat diberikan oleh pasar. Penelitian mereka menemukan
bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap
perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh
komisaris.Fungsi service dan kontrol dewan komisaris dapat dilihat
sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah
dikelola sebagaimana mestinya (Kusumawati, 2005 : 37).
Indonesia mengadopsi sistem dual board, yang terdiri dari
dewan direksi dan dewan komisaris. Wardhani (2006 : 83)
menyebutkan bahwa dewan direksi dalam suatu perusahaan akan
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan
tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang dan peran
dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada
fungsi monitoring dari kebijakan direksi. Berdasarkan perspektif
agensi, fungsi monitoring sangat krusial dalam melimitasi tindakan
oportunis agen dan mereduksi biaya keagenan. Menurut
Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007, dewan komisaris
merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi.
Melalui sebuah studi di China, Chen (2005) mengungkapkan
bahwa ada pengaruh positif antara ukuran dari dewan komisaris
dengan level tata kelola perusahaan karena semakin banyak jumlah
secara lebih efektif. Semakin sedikit anggota dewan komisaris akan
mencerminkan mekanisme Corporate Governance yang semakin
lemah sehingga akan memungkinkan adanya pengambilan
keuntungan yang semakin besar oleh pemegang saham pengendali
dan kemungkinan untuk memilih auditor berkualitas pun akan
semakin kecil karena pemegang saham tersebut ingin
mempertahankan keuntungannya. Penambahan anggota dalam dewan
komisaris juga dapat diartikan sebagai penambahan keahlian
(expertise) dalam dewan tersebut. Anggota dewan komisaris yang
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu mampu memberikan
nasihat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan
perusahaan.
Menurut Wallace (2005:39), perusahaan harus
mempertimbangkan ukuran dewan dengan tujuan menentukan
efektifitas jumlah dewan yang dimiliki perusahaan. Ukuran dewan
yang efektif adalah yang dapat memfasilitasi pengambilan keputusan
yang efektif. Ukuran dewan komisaris akan berdampak pada kualitas
keputusan dan kebijakan yang telah dibuat dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi (Syakhroza, 2005 : 94).
2.1.3.2 Frekuensi Rapat
Menurut Sari (2008) mengatakan bahwa frekuensi rapat
dewan komisaris merupakan sumber yang penting untuk menciptakan
sebagai pengelolaan sistem internal perusahaan yang memiliki peran
serta fungsi pengawasan, harus secara kontinu mengetahui segala
informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Dengan frekuensi rapat
dewan komisaris yang jarang, maka Dewan Komisaris sangat perlu
membentuk suatu badan yang memonitoring dan memberikan
pelaporan pengawasan kontiniu dan terperinci mengenai munculnya
potensi risiko pada perusahaan. Kompleksitas yang besar dalam suatu
kegiatan usaha menciptakan potensi masalah keagenan yang besar.
Perusahaan memerlukan monitoring lebih luas, monitoring
pengawasan internal yang lebih kuat (Raghunan, 2007 : 55) oleh
karena itu cenderung memerlukan pengawasan melalui rapat komite
atau dewan komisaris yang lebih besar.
2.1.3.3 Ukuran Komite Audit
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota dewan komisaris. Komite audit dituntut untuk
dapat bertindak secara independen. Hal ini dikarenakan komite audit
merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan
perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi
pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Setiap
perusahaan harus memiliki komite audit karena peran pengawasan
dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan belum memadai.
kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap
direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsinya. Terbentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan di
banyak negara merupakan ciri dari Corporate Governance yang mulai
dijalankan dengan baik. Tugas utama dari komite audit pada
prinsipnya adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan
fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama
berkaitan dengan sistem pengendalian internal perusahaan, kemudian
memastikan kualitas laporan keuangan dan meningkatkan efektivitas
fungsi audit yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor. Dalam
gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi
sebagai jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal
auditor (Balafif, 2010 : 104).
Ukuran komite audit adalah jumlah seluruh anggota komite
audit. Jumlah anggota komite audit memiliki kaitan yang erat dengan
seberapa banyak sumber daya yang dialokasikan untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi perusahaan. Komite audit haruslah
memiliki jumlah yang memadai untuk mengemban tanggung jawab
pengendalian dan pengawasan aktivitas manajemen puncak. Ukuran
komite yang lebih besar menyebabkan adanya pertukaran
komite audit disesuaikan besar-kecilnya dengan perusahaan dan
tanggung jawab. Komite audit yang dibuat dengan tujuan mengawasi
jalannya operasional perusahaan memegang peranan yang cukup
penting dalam mewujudkan Corporate Governance. Melalui
karakteristik-karakteristiknya, komite audit diharapkan dapat menjadi
lebih efektif dalam mengawasi jalannya perusahaan.
Karakteristik-karakteristik yang dimaksud contohnya adalah
ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan
independensi komite audit. Dalam karakteristik-karakteristik tersebut
dibutuhkan kriteria-kriteria khusus agar komite audit dapat
menciptakan Corporate Governance.
2.1.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Corporate Governance
Penerapan Corporate Governance memiliki dua faktor yang
memegang peranan yang menentukan keberhasilannya sebagai
berikut, seperti dikutip dari Ristifani (2009:113) :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan
praktek Corporate Governance yang berasal dari dalam
perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang
mendukung penerapan Corporate Governance dalam
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan
mengacu pada penerapan nilai-nilai Corporate Governance.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan
pada kaidah-kaidah standar Corporate Governance.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam
perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang
mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu
memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam
perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan
mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari
luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan
penerapan Corporate Governance. Di antaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu
menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan
efektif.
b. Dukungan pelaksanaan Corporate Governance dari sektor
publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula
melaksanakan Governance dan Clean Government menuju
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan Corporate Governance yang
tepat (best practices) yang dapat menjadi standard pelaksanaan
Corporate Governance yang efektif dan profesional. Dengan
kata lain, semacam benchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung
penerapan Corporate Governance di masyarakat. Ini penting
karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif
berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta
sosialisasi Corporate Governance secara sukarela.
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat
keberhasilan implementasi Corporate Governance terutama di
Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang
berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan
perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa
perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas
dan skor perusahaan dalam implementasi Corporate
Governance.
Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis
dalam mendukung penerapan Corporate Governance secara efektif
sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas dan integritas
berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai
perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak
akan mampu bertahan lama dalam persaingan bisnis global dewasa
ini, meski perusahaan itu memiliki lingkungan kondusif bagi
pertumbuhan bisnisnya.
2.1.4 Kinerja Perusahaan
Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari
segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan saham. Dalam
mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan beberapa rasio
keuangan. Najib (2010) menyatakan ada dua kelompok yang
menganggap penting rasio keuangan. Kelompok pertama adalah para
manajer yang menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan
melacak kinerja keuangan sepanjang waktu. Kelompok kedua adalah
pihak analis perusahaan yang membutuhkan ukuran yang pasti agar
mampu memberikan saran maupun penilaian terhadap klien.
Terkait dengan pengertian kinerja, terdapat beberapa pendapat
dari para tokoh, antara lain yaitu pendapat yang diungkapkan oleh
Mulyadi (2007: 337) yang menyatakan bahwa “kinerja adalah
keberhasilan personel, tim atau unit organisasi dalam mewujudkan
sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang
diharapkan”. Pendapat yang lain mengenai definisi kinerja juga
diungkapkan oleh Bastian (2006: 274) yang menyatakan bahwa kinerja
adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/
organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan
penskemaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara
umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam
periode tertentu.
Menurut Yudha (2007:58) kinerja perusahaan adalah hasil dari
banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu
melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari
keputusan yang dibuat dan mempertimbangkannya dengan
menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah
satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi
dalam rangka mecapai tujuannya. Efektifitas terjadi apabila manajemen
memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat
yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan
keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang
optimal.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan
melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan.
2.1.4.1Pengukuran Kinerja Perusahaan
Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja sebuah
perusahaan, terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan, antara lain
yaitu pengukuran kinerja (performance measurement), ukuran kinerja
(performance measure), metrik kinerja (performance metric).
Istilah-istilah tersebut seringkali digunakan secara bergantian, namun
demikian untuk menghindarkan kerancuan pemahaman diantara
istilah-istilah tersebut, maka perlu diberikan penjelasan mengenai
masing-masing perbedaannya.
Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai proses
pengkuantifikasian efisiensi dan efektivitas dari tindakan yang lalu.
Ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah parameter yang
digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan/atau efektivitas dari
tindakan yang lalu. Metrik kinerja adalah definisi dari cakupan, isi dan
bagian-bagian komponen dari sebuah ukuran kinerja yang berbasis
luas. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka
pendek tepat pada waktunya.
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber
daya telah dimanfaatkan secara optimal, dengan cara
membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat
diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba, baik itu yang berhubungan dengan
penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri.
4. Rasio Solvabilitas (leverage)
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunana utang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai
leverage, berarti menggunakan modal sendiri 100% dalam
usahanya.
5. Rasio Pasar (Market Ratio)
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang
diungkapkan dalam basis per saham.
Dalam penelitian ini rasio keuangan perusahaan yang
Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan Return On Equity (ROE). ROE digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian dari total ekuitas. ROE
menggambarkan kemampuan modal untuk menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham, karena dalam ROE yang digunakan sebagai
pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal yang
digunakan perusahaan. Formula yang digunakan untuk menghitung
besarnya nilai ROE adalah sebagai berikut (Sundjaja, et.al 2007):
ROE = 100%
Equity Income Net
x
2.1.5 Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan
Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sajauh mana
keseriusannya menerapkan Corporate Governance. Dalam majalah
SWA (2001) menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 25 perusahaan
peringkat teratas yang menerapkan Corporate Governance dengan baik
secara tidak langsung menaikkan nilai sahamnya. Secara teoritis praktik
Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka,
mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan
Governace dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerjanya.
Menurut Xiaonian, et.al. (2000) pemegang saham saat ini sangat
aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena mereka menganggap
bahwa Corporate Governance yang lebih baik akan memberikan
imbalan hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Penerapan Corporate
Governance yang baik berfokus pada proses manajemen risiko dan
pengendalian internal yang efektif akan meningkatkan kinerja dan daya
saing serta kreatifitas nilai perusahaan yang pada nantinya dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara peneliti lain, Budiman,
2004 mengungkapkan bahwa penerapan EVA sebagai indikator kinerja
keuangan perusahaan sangat sesuai dan mendukung prinsip-prinsip
yang terdapat dalam Corporate Governance. EVA sebagai indikator
kinerja perusahaan, dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam
mewujudkan terlaksananya CG di Indonesia.
Menurut Brown and Caylor (2004) melakukan penelitian
terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di New York Stock
Exchange dan menerapkan Corporate Governance berdasarkan
penilaian Gov-Score yang diterbitkan oleh Institutional Shareholders
Services. Dalam penilaian penerapan Corporate Governance ini,
terdapat delapan hal utama yang menjadi indikator utama, yaitu : audit,
dewan direksi, hukum, pendidikan direksi, kompensasi kepada dewan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Governance
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Sedangkan menurut Jandik dan Rennie (2005) yang melakukan
penelitian mengenai pengaruh penerapan Corporate Governance
terhadap kinerja perusahaan yang telah go public di pasar modal yang
sedang berkembang (emerging market), secara khusus, penelitian ini
menguraikan tentang evolusi dari corporate governance dan kinerja
perusahaan dalam pasar yang sedang berkembang. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan
Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Sementara peneliti
lain Gruszczynski (2006) melakukan penelitian terhadap
perusahaan-perusahaan go public di Polandia. Adapun tingkat penerapan Corporate
Governance dalam penelitian ini merupakan hasil pemeringkatan yang
dilakukan oleh Polish Corporate Governance Forum, dimana terdapat
sedikitnya sembilan indikator yang digunakan sebagai pengukur, yaitu :
komposisi dan kompetensi dewan pengawas dan anggota dewan
independen, pengawasan yang mencakup beberapa bagian, akses rapat
umum pemegang saham, fungsi dari manajemen, auditor independen,
regulasi dalam aktivitas jual beli saham, tujuan, visi, misi perusahaan,
dan transparansi dalam penyampaian informasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh antara penerapan Corporate
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Purwani (2010) di dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja
perusahaan” menyimpulkan bahwa Corporate Governance tidak
berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan dengan alat
ukur EVA Momentum.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan
penelitian ini adalah :
a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja perusahaan.
b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda.
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :
a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu
menggunakan variabel faktor Good Corporate Governance dan
kinerja perusahaan. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel
yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.
b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta.
Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Puspitasari (2010) di dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh kualitas corporate governance
corporate governance berpengaruh terhadap return on asset sebagai
ukuran kinerja operasional perusahaan.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan
penelitian ini adalah :
a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhikinerja
perusahaan dan kinerja saham.
b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda.
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :
a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu
menggunakan variabel faktor kualitas Corporate Governance dan
kinerja perusahaan. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel
yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.
b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta.
Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani Nuswandari (2009) di dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance
Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Menyimpulkan bahwa corporate
governance berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan
a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhikinerja
perusahaan.
b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda.
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :
a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu
menggunakan variabel faktor. Sedangkan penulis hanya
menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja
perusahaan.
b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta.
Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani Suhadak dan R. Rustam
Hidayat (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
penerapan good corporate governance dan kepemilikan Institusional
terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang
terdaftar di bei tahun 2009-2011)”. Menyimpulkan bahwa Kepemilikan
saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukan hubungan positif
dan berpengaruh terhadap ROE. Hal ini memberikan bukti bahwa apabila
suatu perusahaan memiliki kepemilikan saham oleh institusional yang
besar, dapat mampu memberikan suatu pengawasan yang kemudian hak
dari para stakeholder ini dapat dipenuhi, sehingga juga akan memberikan
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan
penelitian ini adalah :
a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan dan kinerja keuangan.
b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda.
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :
a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu
menggunakan variabel faktor. Sedangkan penulis hanya menggunakan
variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.
b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.
Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan
membuat skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu:
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul penelitian Variabel Hasil penelitian
Tri Purwani Pengaruh Good Corporate nilai EVA Momentum (EVAM).
Independen = penerapan good corporate governance (GCG)
Penerapan good corporate governance tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan dengan alat ukur EVA Momentum. Hal ini berarti tidak konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
Eni Puspitasari Pengaruh kualitas corporate
governance terhadap
Dependen = Kinerja Perusahaan (ROA, ROE, PER) dan
Corporate governance
kinerja perusahaan
operasional perusahaan. Hasil analisis menunjukkan = β1 0.627 Corporate governance berpengaruh terhadap Price Earning Ratio sebagai ukuran nilai pasar perusahaan. Hasil analisis menunjukkan = β1 -1.432 Corporate governance berpengaruh terhadap kinerja saham yang diukur dengan abnormal return (Cumulative
Abnormal Return). Hasil
analisis menunjukkan = β1 Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
Dependen = Kinerja Perusahaan
Hasil pengujian untuk model regresi dengan return on equity sebagai variabel dependen-nya menunjukkan variabel
Corporate Governance
Perception Index (CGPI)
secara positif signifikan
mempengaruhi kinerja operasi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang pertama didukung yaitu bahwa
corporate governance mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan. governance dan kepemilikan Institusional terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)
Variabel Independen yang terdiri dari penerapan Good Corporate Governance, dan kepemilikan saham institusional Variabel kedua adalah variabel dependen yaitu pada penelitian ini adalah kinerja keuangan. Variabel kinerja keuangan ini diproksikan dengan ROE
Kepemilikan saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukan hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROE. Hal ini memberikan bukti bahwa apabila suatu
H1
H2
H3
H4
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada kajian teori dari hasil penelitian terdahulu mengenai
Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Kerangka konseptual ini
menunjukkan pengaruh ukuran dewan komisaris (X1), frekuensi rapat (X2),
ukuran komite audit (X3) terhadap ROE (Y), maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota komisaris
berasal dari internal dan eksternal perusahaan yang melakukan pengawasan
terhadap direksi dalam menjalankan perusahaan. Dewan komisaris ditugaskan
dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya
kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang
berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya
dewan komisaris diperbolehkan memiliki akses pada informasi perusahaan. Ukuran Dewan
Komisaris (X1)
Frekuensi rapat (X2)
Ukuran Komite Audit (X3)
Variabel Dependen: Kinerja perusahaan
- ROE
(Y) Variabel Independen:
Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan
direksi bertanggung jawab menyampaikan informasi terkait dengan
perusahaan kepada dewan komisaris. Dalam hubungan dengan kinerja, alat
ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan dalam kegiatan
investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah rasio profitabilitas.
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada
rasio profitabilitas yang menunjukkan hasil pengelolaan manajemen
perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio ROE atau rasio keuntungan
berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Frekuensi rapat perusahaan pulp & kertas merupakan intensitas dari
kegiatan dewan komisaris, direksi dan komite audit dapat diukur dari
frekuensi diadakannya pertemuan rapat dan kinerja perusahaan. Seringkali
dalam rapat dewan komisaris, direksi dan komite audit hadir dalam rapat
tersebut, hal ini akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh dewan
komisaris, direksi dan komite audit. Apalagi bila manajer senior tersebut hadir
dalam setiap rapat, mempunyai suara dan ikut andil dalam diskusi rapat. Hal
ini akan mempengaruhi keputusan mengenai strategi-strategi yang diambil
dalam rapat komisaris. Semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat,
maka akses informasi juga akan semakin merata di antara sesama komisaris,
sehingga keputusannya semakin baik yang berdampak pada kinerja
perusahaan yang lebih baik. Rapat dewan komisaris merupakan salah satu
dewan komisaris. Informasi yang diungkapkan melalui rapat tersebut meliputi
tidak hanya pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuangan, pengendalian internal tetapi juga pihak-pihak yang memiliki
kepentingan dengan perusahaan.
Ukuran komite audit merupakan salah satu karakteristik yang
mendukung efektifitas kinerja komite audit dalam suatu perusahaan. Destika
(2011) menyatakan bahwa karakteristik komite audit yang mendukung fungsi
pengawasan terhadap manajemen (agen) agar tidak merugikan pemilik
perusahaan (prinsipal) adalah ukuran komite audit. Karena dengan semakin
besarnya ukuran komite audit akan meningkatkan fungsi monitoring pada
komite audit terhadap pihak manajemen. Hal ini memperlihatkan bahwa
corporate governance atau tata kelola perusahaan belum dapat memberikan
pengaruh terhadap keuntungan yang diharapkan oleh para pemegang saham.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE)
dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel. Return on Equity (ROE)
adalah rasio yang merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah
memperoleh hasil atas dana yang telah dinvestasikan oleh pemegang saham
(baik secara langsung maupun dengan laba yang ditahan).
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
Adapun hipotesis dari permasalahan di atas adalah ”
H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan
H2 : Frekuensi rapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
H3 : Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan
H4 : Ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit baik