BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen
aktivitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital
telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang
pekerjaan/aktivitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan
Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya
Informasi (Information Highway) dalam masa pemerintahannya guna
mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi.
Interconnection networking (Internet) telah menjadi sangat penting bagi manusia
di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di
seluruh dunia menggunakan Internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan
internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari
beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya internet.
Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian
adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Kekayaan Intelektual (HKI),
disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik,
berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi
dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property
Rights (TRIPs) yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan
copyrights (hak cipta), dan industrial property (paten, merek, desain industri,
perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang).
Diantara hak-hak tersebut, hak cipta yang semula bernama hak pengarang (author
rights) merupakan kajian HKI yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif
yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang
sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software). 1
Indonesia telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization), maka
itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs
dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, setelah
mengalami revisi 5 (lima) kali perubahan dan pembaharuan, maka pengaturan hak
cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC). Selain memberikan manfaat, tingginya
penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap
eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil HKI.
Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah
HKI tumbuh dengan subur. Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan
dengan pembajakan hak cipta. HKI memang berperan penting dalam kehidupan
dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat
dengan aspek teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya.2
1
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2005), hlm.30.
2
Ahmad M. Ramli, Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi. Informasi di Indonesia (Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional
Hak cipta
terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak (software) pada komputer,
akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena
setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga,
pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua
bentuk idealisme dari seseorang.
Melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan
hukum hak cipta antara karya cipta digital (termasuk musik digital, film digital,
program/dokumen digital) dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya
cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran hak cipta, karya cipta digital
menjadi substansi baru dalam hukum hak cipta. Hal yang menjadi spesifikasi
dalam karya cipta digital yaitu ide/gagasan maupun pikiran yang sudah tertuang
dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital
dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik (misalnya buku,
kaset/CD) ke dalam bentuk digital (misalnya e-book, MP3) atau karya cipta yang
langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan
atau konversi.
Seiring kemajuan era globalisasi saat ini, perlindungan terhadap hak cipta
terutama karya cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Pembajakan di dunia
digital ataupun pembajakan bidang selain digital pada prinsipnya adalah
memperbanyak produk tanpa seizin orang atau pihak yang memiliki hak cipta.
Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini
dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak
dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik
\sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik.
Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut
berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling
berhubungan membentuk jaringan multimedia.
Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan
informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di
zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya
dengan bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat
menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G). Bentuk format
digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi
menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital.
Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi.
Secara yuridis, inti permasalahan pembajakan musik dan lagu ini
bertentangan dengan Pasal 2 angka (1) Berne Convention for The Protection of
Literary and Artistic Works (Konvensi Bern Untuk Perlindungan Karya Cipta
Seni dan Sastra), yang di dalamnya dituliskan bahwa musik adalah suatu ciptaan
yang dilindungi. Konvensi Bern ini juga mengatur tentang exclusive rights
(hak-hak eksklusif) dimana exclusive rights ini dapat dilakukan oleh pi(hak-hak lain dengan
cara memberikan royalty kepada pemilik hak cipta tersebut. Indonesia adalah
salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Bern tersebut seharusnya dapat
beradaptasi dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis didalamnya. Mengingat
Indonesia adalah salah satu negara peserta World Intellectual Property
bertentangan dengan WIPO Performances and Phonograms Treaty (WPPT) atau
traktat mengenai pertunjukan dan rekaman suara yang diratifikasi Indonesia
melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan WIPO
Performances and Phonograms Treaty (WPPT) atau Traktat Mengenai
Pertunjukan dan Rekaman Suara, traktat ini mengatur tentang hak-hak terkait
(neighbouring rights) yaitu hak-hak Pelaku yang dalam hal ini adalah aktor,
penyayi, pemusik, penari dan mereka yang menampilkan, memperagakan,
mempertunjukan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau
memainkan karya seni atau sastra dan Produser Rekaman Suara.3
Dilihat dari segi ekonomis, pemerintah seharusnya melakukan negosiasi
dengan pencipta dan produser untuk meminimalkan harga dari CD asli yang
sesuai dengan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat terdorong untuk
membeli CD asli karena dapat menikmati hasil karya musik atau lagu dengan
harga yang murah dan kualitas yang bagus. Dari segi kemajuan teknologi,
pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan para ahli-ahli teknologi komputer
dan produser-produser rekaman untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan
memberikan proteksi terhadap CD asli setiap kali akan diluncurkan ke pasaran.
Sehingga para pembajak CD pun tidak mempunyai sumber untuk dibajak. Karena
teknologi berkembang seiring dengan berjalannya waktu, maka tidak tertutup
kemungkinan hadirnya teknologi baru yang dapat membobol proteksi CD
tersebut, maka dari itu pemerintah harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi,
dan melakukan metode proteksi CD ini secara berlanjut. Persoalan yang dihadapi
3
Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”,
bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan hak cipta atas karya cipta digital ini
adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya
cipta yang yang dihasilkan dari proses alih media/digitalisasi dan yang dibuat
langsung dalam format digital disertai masalah-masalah seperti kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya hak cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran hak cipta.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum
terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul:
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN
KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL DITINJAU DARI UU
NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hak cipta di Indonesia menurut Undang-Undang No.28
Tahun 2014 ?
2. Bagaimana pembajakan karya seni digital di jejaring sosial menurut
Undang-Undang No.28 Tahun 2014 ?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pencipta atas pembajakan karya
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian
sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kriteria pelanggaran hak cipta atas karya lagu melalui
internet.
2. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan oleh pelanggaran hak cipta
atas karya lagu atau musik melalui internet.
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum pencipta atas pelanggaran hak cipta
karya lagu melalui internet.
Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari segi
kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka perkembangan ilmu hukum pada umum nya, perkembangan Hukum
Ekonomi dan Khusus nya mengenai akuisisi terhadap perjanjian tenaga .
2. Kegunaan praktis
Sebagai acuan bahan pegangan dan referensi bagi masyarakat khususnya
dalam hal akibat hukum akuisisi terhadap perjanjian tenaga kerja. Selain itu
juga menjadi bahan masukan terhadap akademisi, mahasiswa, dan praktisi
D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas
Pembajakan Karya Seni Digital Pada Jejaring Sosial Ditinjau Dari
Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta ” ini ditulis dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara maka tidak ditemukan adanya kesamaan judul . Judul skripsi ini belum
pernah ditulis dan di teliti dalam bentuk yang sama.
Dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai oleh penulisan
skripsi ini, maka dapat disimpulkan baha apa yang ada di dalam skripsi ini
merupakan karya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi orang lain, dan
dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi,
buku-buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar, serta media cetak berupa
Koran-koran , media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak ,
berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur , rasional dan terbuka. Semua ini
adalah merupakan implikasi dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga
hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Hukum atas kekayaan intelektual adalah hukum yang mengatur
perlindungan bagi para penciptanya dan penemuan karya-karya inovatif
sehubungan dengan pemanfaatan karya-karya mereka secara luas dalam
menyalurkan kreativitas individu untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai
suatu hak ekslusif, hak atas kekayaan intelektual secara umum mendapatkan
tempat yang ssama dengan hak-hak yang dimilikinya.
Hak cipta merupakan salah satu hak pribadi bagi si pencipta karya seni
untuk mendapatkan perlindungan. hak cipta itu sendiri sering tidak dihargai oleh
berbagai kalangan didunia, padahal untuk memeperoleh hak cipta diperlukan
adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui, misalnya pencatatan hak cipta itu
sendiri.
Hak cipta yang dibahas disini merupakan suatu bentuk pelanggaran karya
seni digital yang banyak terjadi di era globalisasi ini. Dimana orang lain dengan
mudahnya mengambil karya seni orang lain dengan mengcopy karya tersebut
untuk dikonsumsi atau disebarluaskan lagi.4
1. Bahwa kepada pencipta dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra ataupun
penemuan dibidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta
dapat diterapkan dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan perngakuan
serta perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan
ciptaan baru itu.
Beberapa alasan mengapa hak cipta
harus dilindungi dapat dikemukakan sebagai berikut :
5
4
Wikipedia“Hak Cipta” , http://id.wikipedia.or(diakses 12 April 2015). 5
Ahmad M.Ramli dan Fathurahman P, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia) (Bandung: Ghalia Indonesia,2004), hlm.14.
Dengan demikian atas usaha dari pencipta ataupun penemu
yang telah mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan dana yang tidak sedikit
jumlahnya. Kepadanya layak diberikan hak-hak ekslusif untuk
2. Bahwa hak atas kekayaan intelektual yang merupakan hasil ciptaan atau
penemuan bersifat rintisan, membuka kemungkinan resiko pihak lain akan
mendapatkan dan melampaui atau mengembangkan lebih lanjut penemuan
yang dihasilkan oleh penemu.6
3. Bahwa pada bidang tertentu penemuan yang bersifat terbuka, penemunya
wajib untuk menguraikan atau membeberkan penemuannya dengan cukup
jelas dan terperinci, sehingga orang lain dapat belajar atau melanksanakan
penemuan itu, sehingga imbalan kepada penemu tersebut diberikan hak
ekslusif untuk dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan eksploitasi atas
penemuannya.
Oleh karenanya, penemuan-penemuan
mendasar itu pun harus dilindungi, meskipun belum tentu bisa memperoleh
perlindungan dibawah hukum, tetapi dapat dikategorikan sebagai rahasia
dagang atau informasi yang dirahasiakan.
7
Hak cipta sebagai salah satu kekayaan intelektual telah dikenal sejak lama.
Namun ironisnya, pelanggaran akan hak cipta ini lebih banyak terjadi dibanding
kekayaan intelektual lainnya. Perlindungan dan penegakkan hukum atas hak
kekayaan intelektual ditujukan untuk memacu penemuan baru dibidang teknologi
dan untuk memperlancar alih serta penyebaran teknologi, dengan tetap
memperhatikan kepentingan produsen dan pengguna pengetahuan tentang
teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang kesejahteraan sosial dan
ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk mewujudkan iklim
yang kondusif bagi peningkatan semangat atau gairah untuk menghasilkan
6Ibid,
kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu kebutuhan yaitu
perlindungan hukum. Kebutuhan akan perlindungan hukum ini sebenarnya adalah
wajar.
Dibalik perlindungan terhadap hak cipta ada serangkaian pemikiran
konsepsional yang dituangkan dan diuraikan, bahwa pemilik hak cipta telah
mencurahkan karya, pemikiran, tenaga dan dana untuk memperoleh hasil dari
karya tersebut. Apabila kekayaan intelektual tersebut digunakan untuk maksud
komersil, maka dianggap wajar bila pemilik hak cipta tersebut memperoleh
kompensasi dari pengguna kekayaan tadi.
Secara simplisitis, pertama, bentuk penggunaan komersil dari kekayaan
intelektual dapat dilakukan langsung oleh pemilik kekayaan intelektual tersebut.
Dengan demikian, maka pemilik memperoleh kompensasi secara langsung bagi
dirinya. Kedua, pemilik dapat menjual atau memperoleh kompensasi finasial
dengan memperbolehkan pengguanaan kekeyaan intelektual tersebut kepada
orang lain. Ketiga, pemilik hak kekayaan intelektual tersebut dapat mencegah
pihak lain memperoleh dan menggunakannya.8
Pemikiran diatas telah menjadi titik awal kesadaran masyarakat
internasional, regional dan domestik akan pentingnya memberikan penghargaan,
berupa perlindungan hukum terhadap hak atas kekayaan intelektual. Perlindungan
hak atas azasi manusia seseorang bahwa setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan perlindungan (untuk kepentingan moral dan materil) yang diperoleh
dari ciptaan ilmiah, kesusastraan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta.
8Ibid
Kepentingan moral ini direfleksikan dengan tersedianya hak moral dalam hak
kekayaan intelektual yang tidak dapat dicabut dari pencipta.
Karya seni seseorang merupakan hasil pemikiran dan ide yang dituangkan
dalam berbagai bentuk, seperti gambar, video, foto, dan lain sebagainya. Banyak
masyarakat yang menuangkan karya tersebut kedalam dunia internet, hal tersebut
dimaksudkan agar karya yang mereka miliki dapat dilihat dan diketahui oleh
orang lain. Tetapi hal tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pohak yang tidak
bertanggung jawab sebagai faktor mencari rezeki. Pembajakan yang dilakukan
para para pembajak karya seni sering dilakukan melalalui media internet. Dengan
pembajakan karya yang dimiliki oleh para pencipta dapat dengan mudah diambil
atau dicopy oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Banyak sekali kerugian yang disebabkan oleh pembajakan karya cipta,
yang secara langsung dirasakan oleh pihak yang bersangkutan, yaitu si pencipta.
Hal inilah yang memicu pemerintah untuk lebih menggalakkan dan
mengedapankan prioritas si pencipta didalam dunia seni tanah air ini. Karena
tingkat pembajakan karya seni khususnya didunia internet semakin hari semakin
marak terjadi.
F. Metode Penelitian
Demi mendapatkan data yang valid dan akurat penelitian harus dilakukan
secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang dipakai sangatlah
menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian itu
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Sifat dan jenis penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normative.
Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan mengolah dan
mengumpulkan data-data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, yaitu
bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, seperti Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
2. Data penelitian
Kelengkapan materi skripsi, dicari dan diambil bahan penelitian melalui
data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer, yaitu berbagai dokumen perundang-undangan yang
tertulis yang ada dalam dunia Hak Cipta Undang-Undnag Nomor 28 Tahun
2014 serta peraturan perundang-undangan lain dibawah undang-undang.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan dengan
bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan
memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat
menjadi sumber informasi mengenai hak cipta seperti hasil seminar atau
makalah-makalah dari pakar hukum, koran, majalah, serta sumber-sumber
lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang
c. Bahan hukum tersier, yaitu mencakup kamus bahasa untuk pembenahan
tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa
beberapa istilah asing.
3. Teknik pengumpulan data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan degan cara mengumpulkan data
yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan perundang-undangan,
majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan
maslaha yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan
metode kualitatif. metode kualitatif adalah metode analisa data yang
mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan
kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang di ajukan.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan skiripsi ini, dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing
bab tersebut terdiri dari beberapa bagian sub bab yang disesuaikan dengan
kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan. Berikut
ini merupakan garis besar atau sistematika tata penulisan skripsi ini yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang penulisan skripsi,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika
penulisan, yang semuanya berkaitan dengan pembajakan karya seni
digital dijejaring sosial.
BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI
UU NO.28 TAHUN 2014
Bab ini membahas mengenai hak cipta yang diterapkan di Inonesia,
dari mulai pengertian, sifat, ciri-ciri dan pencatatan mengenai hak
cipta.
BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING
SOSIAL
Bab ini membahas mengenai pembajakan dan karya seni digital
yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia, sehingga harus
dilihat dari segi perlindungan hak cipta yang terdapat didalam
UUHC.
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS
PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA UU NO.28
TAHUN 2014
Bab ini membahas mengenai perlindungan dari pemerintah kepada
pemerintah, serta usaha-usaha yang dilakukan dari para pencipta
untuk melindungi karya mereka.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini beriksikan kesimpulan dan saran dari skripsi yang ditulis
ini. Kesimpulan dan saran merupakan inti dari setiap bab yang