BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Bahan Baku
Pada pengujian ini, penulis menggunakan bahan baku biji plastik yang
merupakan salah satu jenis polimer. Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat
kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu
tinggi (suhu peralihan kacanya diatas suhu ruang). Plastik merupakan polimer
bercabang atau linier yang dapat dilelehkan diatas panas penggunaannya. Polimer
tersusun atas perulangan monomer menggunakan ikatan kimia tertentu. Ukuran
polimer, dinyatakan dalam massa (massa rata ukuran molekul dan jumlah
rata-rata ukuran molekul) dan tingkat polimerisasi, sangat mempengaruhi sifatnya, seperti
suhu cair dan viskositasnya terhadap ukuran molekul (misal seri hidrokarbon).
Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh
susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit
ulangan ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari
polimer.
polypropilene (PP) dan polyethylene (PE) adalah salah satu jenis polimer
termoplastik apabila dilihat dari sifat-sifat fisiknya. Disebut termoplastik adalah
karena jenis polimer ini akan mengeras jika didinginkan dan akan melunak bahkan
mencair jika dipanaskan dan proses ini bisa dilakukan berulang kali sehingga polimer
termoplastik dapat didaur ulang. Jenis polimer termoplastik lainnya adalah
poliysterene (PS), acrylonitryl butadine styrene (ABS), polymethil metacrylate (PMMA atau acrylik),dan lain sebagainya. Lalu ada jenis polimer lain yang sifatnya berkebalikan dengan sifat polimer termoplastik, yaitu polimer termoset. Polimer jenis
ini memiliki sifat tidak dapat didaur ulang karena jika dipanaskan akan mengeras
bahkan akan menjadi hangus atau menjadi arang.
Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut.
Berat molekul kecil
Tidak tahan terhadap panas.
Mudah untuk diregangkan.
Fleksibel.
Titik leleh rendah.
Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
Contoh plastik termoplastik sebagai berikut.
- Polietilena (PE) = Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
- Polivinilklorida (PVC) = pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan
botol detergen.
- Polipropena (PP) = karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil, dan
permadani.
- Polistirena = Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
Sedangkan polimer termoseting memiliki sifat sebagai berikut.
Keras dan kaku (tidak fleksibel)
Jika dipanaskan pertama kali akan melunak namun jika dipanaskan kembali tidak
dapat melunak lagi.
Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
Tahan terhadap asam basa.
Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.
Contoh plastik termoseting :
Bakelit (untuk pembuatan peralatan listrik) = asbak, fitting lampu listrik, steker
1. Crystallinity (kristalinitas)
Struktur polimer yang tidak tersusun secara teratur umumnya memiliki warna
transparan. Karakteristik ini membuat polimer dapat digunakan untuk berbagai
aplikasi seperti pembungkus makanan, kontak lensa dan sebagainya. Semakin tinggi
derajat kristalisasinya, semakin sedikit cahaya yang dapat melewati polimer tersebut.
2. Thermosetting dan Thermoplastic (Daya tahan terhadap panas)
Berdasarkan ketahanannya terhadap panas, polimer dibedakan menjadi polimer
thermoplastic dan thermosetting. Polimer thermoplastic dapat melunak bila
dipanaskan, sehingga jenis polimer ini dapat dibentuk ulang. Sedangkan polimer
thermosetting setelah dipanaskan tidak dapat dibentuk ulang. Ketahanan polimer
terhadap panas ini membuatnya dapat digunakan pada berbagai aplikasi antara lain
untuk insulasi listrik, insulasi panas, penyimpanan bahan kimia dan sebagainya.
3. Branching (percabangan)
Semakin banyak cabang pada rantai polimer maka densitasnya akan semakin kecil.
Hal ini akan membuat titik leleh polimer berkurang dan elastisitasnya bertambah
karena gaya ikatan intermolekularnya semakin lemah.
4. Tacticity (taktisitas)
Taktisitas menggambarkan susunan isomerik gugus fungsional dari rantai karbon.Ada
tiga jenis taktisitas yaitu isotaktik dimana gugus-gugus subtituennya terletak pada satu
sisi yang sama, sindiotaktik dimana gugus-gugus subtituennya lebih teratur, dan
ataktik dimana gugus-gugus subtituennya terletak pada sisi yang acak.
Pada dasarnya plastik secara umum digolongkan ke dalam 3 (tiga) macamdilihat dari
temperaturnya, yakni :
1. Bahan Termoplastik (Thermoplastic) yaitu akan melunak bila dipanaskan dan
setelah didinginkan akan dapat mengeras.
Contoh bahan thermoplastik adalah : Polistiren, Polietilen, Polipropilen, Nilon,
Plastik fleksiglass dan Teflon.
2. Bahan Termoseting (Thermosetting) yaitu plastik dalam bentuk cair dandapat
Bakelit, Silikon dan Epoksi.
3. Bahan Elastis (Elastomer) yaitu bahan yang sangat elastis. Contoh bahanelastis
adalah : karet sintetis.
Beberapa keuntungan plastik adalah :
1. Massa jenis rendah (0,9-2,2 [g/cm3])
2. Tahan terhadap arus listrik dan panas, memiliki sedikit elektron bebas
untuk mengalirkan panas dan arus listrik.
3. Tahan terhadap korosi kimia karena tidak terionisasi untuk membentuk
elektron kimia. Pada umumnya tahan terhadap larutan kimia, dan logam
juga sangat sukar untuk larut.
4. Mempunyai permukaan dan penampakan yang sangat baik dan mudah
diwarnai.
Kerugian plastik adalah :
1. Modulus elastisnya relatif rendah.
2. Mudah mulur (Creep) pada suhu kamar.
3. Maksimum temperatur nominalnya rendah.
4. Mudah patah pada sudut bagian yang tajam.
5. Beberapa jenis plastik mengandung zat kimia berbahaya pada penyusunnya
(khususnya plastik dengan kode 1,3,6,7(khususnya polycarbonate)). Penomoran
jenis dan kode akan dibahas selanjutnya.
2.2 Penomoran Jenis dan Kode Polimer pada Kemasan
Kemasan makanan, minuman dan hampir semua peralatan rumah tangga dan
peralatan dapur kebanyakan berbahan polimer, polimer dalam kehidupan sehari-hari
lebih dikenal dengan sebutan plastik. Plastik memiliki beberapa jenis tergantung
kepada ujung dari rantai monomer dan kode dalam panah segitiga yang digunakan.
Secara umum ada 7 jenis plastik yang sering kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu polyethilen terephtalat (PET), High Density Polyehylene (HDPE), polyvinyl
chloride (PVC), Low Density Polyethylene (LDPE), polypropilene (PP),
polystirene(PS) dan other (7). Kode-kode yang menandakan bahan pembuatan
1998 di Amerika Serikat dan kemudian diadopsi oleh lembaga-lembaga
pengembangan sistem kode, seperti International Organization for
Standarization (ISO). Tujuan pemberian kode ini adalah untuk memudahkan
konsumen mengenali keamanan dan bahaya kemasan plastik. Kode ini biasanya di
cetak di bawah kemasan plastik berupa angka (dan huruf) dalam lingkaran segitiga
(logo daur ulang), yang biasanya tercantum di bagian bawah kemasan.
Gambar 2.1 Kode Jenis Plastik
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
Khusus plastik dengan kode 1, 3, 6, dan 7 (polycarbonate), seluruhnya
memiliki sifat bahaya secara kimiawi. Ini tidak berarti bahwa plastik dengan kode
yang lain secara utuh aman, plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (kecuali polycarbonate)
lebih aman untuk digunakan.
Simbol Dan Kode Jenis Plastik
1. Segitiga recycle dgn Nomor 1 PET /PETE — Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate).
Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol
air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol Jenis
PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai,kenapa?Bila terlalu sering
dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan
menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida. Sifat : Jernih, kuat,
tahan pelarut, kedap gas danair, melunak pada suhu 80oC
Penggunaan : Botol minuman, minyak goreng, selai peanut butter, kecap dansambal,
traybiskuit.
Gambar 2.2 contoh produk berbahan Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan strukturnya
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
2. Segitiga recycle dgn Nomor 2 HDPE –High Density Polyethylene
Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di
bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware,
galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu bahan plastik
yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara
kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE
memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu
tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali
pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring
waktu. Sifat : Keras hingga semi fleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan
kelembaban, permeabel terhadap gas, permukaan berlilin (waxy), buram (opaque),
Penggunaan : Botol susu cair dan juice, tutup plastik, kantong belanja dan wadah es
krim.
Gambar 2.3 contoh produk berbahan High Density Polyethylene dan strukturnya
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
3. Segitiga recycle dgn Nomor 3 V —Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V. Huruf V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik
pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. PVC mengandung DEHA yang dapat
bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat
bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu
80oC. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik
ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Sifat : Kuat, keras, bisa
jernih, bentuk dapat diubahdgn pelarut, melunak pada suhu 80oC
Penggunaan : Botol jus, air mineral, minyak sayur, kecap,sambal, pembungkus
Gambar 2.4 contoh produk berbahan V - Polyvinyl Chloride dan strukturnya
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
4. Segitiga recycle dgn Nomor 4 LDPE —Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (low
density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak
bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang
lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel
dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap
senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik
bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang
baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap
baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan
yang dikemas dengan bahan ini. Sifat : Mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air,
permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, melunak pada suhu 70oC
Penggunaan : Pot yoghurt, kantong belanja (kresek),kantong roti dan makanan segar,
Gambar 2.5 contoh produk berbahan Low Density Polyethylene dan strukturnya
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
5. Segitiga recycle dgn Nomor 5 PP —Polypropylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan,
botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol
transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan
daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Sifat : Keras tapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya,
tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140oC
Penggunaan : Pembungkus biskuit, kantong chipskentang, krat serealia, pita perekat
Gambar 2.6 contoh produk berbahan Polypropylene dan strukturnya
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
6. Segitiga recycle dgn Nomor 6 PS —Polystyrene
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari
Jerman, secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan
styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer
aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan
tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap
rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari, karena
selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga
karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan
proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6,
namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat
dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar,
bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning- jingga, dan meninggalkan jelaga.
Polistiren (PS) Sifat : Jernih seperti kaca, kaku, getas, buram, terpengaruh lemak dan
pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 95oC. Penggunaan : Wadah makanan
Sifat : Bentuk busa, ringan, getas, kaku, biasanya berwarna putih Penggunaan : Wadah
makanan siap saji, cup kopi.
Gambar 2.7 contoh produk berbahan Polystyrene
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
7. Segitiga recycle dgn Nomor 7 - OTHER
Untuk jenis plastik ―other‖ ini ada 4 macam, yaitu:
1. SAN –styrene acrylonitrile,
2. ABS –acrylonitrile butadiene styrene,
3. PC –polycarbonate,
4. Nylon
Jenis-jenis tersebut dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman
seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat rumah tangga, komputer, alat
elektronik dan plastik kemasan. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi
terhadap reaksi kimia, suhu, kekuatan, kekakuan dan tingkat kekerasan yg telah
ditingkatkan. Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos,
piring, alat makan, penyaring kopi dan sikat gigi. Sedangkan ABS biasanya digunakan
sebagai bahan mainan lego dan pipa. Bahan-bahan ini merupakan salah satu bahan
plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan atau pun
minuman. PC (polycarbonate) dpt ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita
(sippy cup), botol minum polikarbonat dan kaleng kemasan makanan serta minuman,
termasuk kaleng susu formula. Bahan ini dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu
imunitas. Contoh lain jenis plastik yang termasuk kode 7 misalnya polikarbonat.
Sifat : Keras, jernih, tahan panas
Penggunaan : Galon air mineral, botol susu bayi
Selain plastik yang disebutkan diatas, Melamin-formaldehid (MF), termasuk
jenis plastik berkode 7. Plastik ini tidak dapat didaur ulang (termoset). Melamin
terbuat dari resin dan formalin. Formalin pada melamin inilah yang dapat
membahayakan tubuh manusia. Melamin yang asli sebenarnya dapat tahan terhadap
suhu tinggi namun akhir-akhir ini beredar melamin produk Cina yang kualitasnya
berbeda dengan melamin asli. Sifat : Keras, kuat, mudah diwarnai, bebas rasa dan bau,
tahan terhadap pelarut dan noda, kurang tahan terhadap asam dan alkali Penggunaan :
Peralatan makan: gelas, mangkok, sendok, dan piring.
Gambar 2.8. contoh produk berkode recycle nomor 7
(sumber :https://www.academia.edu/5124344/JENIS_DAN_KODE_POLIMER_UNTUK_KEMASAN)
2.3 Pemanfaatan Polimer
Penggunaan polimer dalam kehidupan sehari – hari yang telah dikenal dan
digunakan secara umum yaitu:
1. Polyurethanes
Polyurethanes banyak digunakan untuk produk-produk yang terbuat dari foam, serat,
dan yang digunakan untuk elastomer dan pelapis (coating). Aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya untuk pembuatan wadah dari foam, untuk industri
2. Polyester
Poliester dibentuk dari monomer-monomer ester.Salah satu contoh polimer ini adalah
dakron.Dakron digunakan sebagai serat tekstil. Selain dakron dikenal pula Mylar,
yang digunakan sebagai pita perekam magnetik
3. Polypropylene (PP)
Biasanya digunakan untuk membuat karung, tali, botol dan sebagainya.
4. Polyethylene (PE)
Biasanya digunakan untuk pembungkus makanan, kantung plastik, ember dan
sebagainya.
5. Akrilat (flexiglass)
Beberapa polimer dibuat dari asam akrilat sebagai monomernya.Polimetilmetakrilat
atau flexiglass merupakan plastik bening, keras tetapi ringan.Polimer jenis ini banyak
digunakan untuk kaca jendela pesawat terbang dan mobil.
6. Bakelit
Bakelit banyak digunakan untuk alat-alat listrik.
7. PVC
PVC (polivinilklorida) biasanya digunakan untuk membuat pipa, selang, pelapis lantai
dan sebagainya
8. Teflon
Teflon atau politetrafluoroetilena memiliki sifat yang tahan terhadap bahan kimia dan
panas, sehingga seringkali digunakan untuk pelapis tangki atau panci anti lengket
9. Karet alam dan karet sintetis
Karet diperoleh dari getah pohon karet (lateks).Karet alam merupakan polimer
isoprena.Karet sintetis terdiri dari beberapa macam, misalnya polibutadiena,
polikloroprena dan polistirena.Karet sintetis yang telah banyak dikenal yaitu SBR.
SBR terdiri dari monomer stirena dan 1,3- butadiena, banyak digunakan untuk
pembuatan ban mobil.
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan plastik meliputi :
1. Aplikasi
Sebelum memilih bahan plastik, perlu dipertimbangkan apakah bahan tersebut
memenuhi kebutuhan aplikasi. Empat hal dapatdipertimbangkan sebagai
• Lingkungan penggunaan
Perlu meneliti pengaruh lingkungan terhadap produk yang dibuatdari bahan
plastik yang digunakan. Pengaruh lingkungan tersebutmeliputi suhu,
kelembaban dan daerah kerja, kemungkinan kontakdengan gas, unsur kimia,
atau larutan kimia, maupun keterbukaanalam (matahari, hujan atau radiasi)
• Jenis gaya eksternal yang dikenakan padanya
Perlu dianalisa jenis gaya eksternal seperti gaya tarik, lentur,kompresi, geser
atau friksi yang dikenakan di bawah lingkungan tersebut di atas dan bagaimana
kombinasi dari gaya-gaya di atas. Perlu diteliti apakah gaya-gaya ini dikenakan
sebagai beban tumbukan, tegangan berulang atau gaya dinamis. Setelah
mempertimbangkan faktor-faktor ini baru memilih bahan-bahanplastik yang
memiliki ketahanan terhadap gaya eksternal.
• Situasi khusus
Setiap negeri mempunyai standar kualitas tidak sama, sehinggabahan yang
dipilih harus memenuhi persyaratan standar di negara masing-masing, misalnya
bahan plastik yang digunakan dalambidang kelistrikan untuk di ekspor ke
Amerika Serikat harus memenuhi persyaratan ―Standar UL‖ untuk keamanan
termal danlistrik.
• Pengguna dan tujuan pemakaian
Faktor tersebut pantas memperoleh perhatian siapa penggunaproduk tersebut
misalnya anak-anak, atau orang dewasa barudipertimbangkan pemilihan bahan
yang sesuai atau tidakmembahayakan. Selanjutnya mempertimbangkan di mana
produk tersebut akan digunakan, apakah untuk tujuan produksi atau
untukkonsumen umum, baru kemudian memilih jenis bahan plastik yang di
kehendaki.
2. Sifat-sifat Bahan Plastik
Dengan mempertimbangkan faktor yang memenuhi aplikasi pemilihanbahan
plastik, barulah memilih bahan plastik yang memiliki sifat-sifatbahan tersebut seperti
berat spesifik, warna, transparansi, sifat,mekanik, elektronik, termal, kimiawi,
3. Pertimbangan Ekonomis
Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan jenisbahan plastik
baik dengan membandingkan harga produk sainganmaupun dengan bahan plastik lain
setelah mempertimbangkan biayaproses fabrikasi.
4. Keamanan dan Kesehatan
Merupakan salah satu faktor penting mempertimbangkan kesehatandan
keamanan orang yang bekerja pada proses fabrikasi dan atau pengguna produk akhir.
5. Limbah
Hal ini penting di carikan jalan keluar penanganannya, disertai kegiatan
promosi daur ulang dalam proses proses produksi.
2.4 Bahan baku
a. Polyethylene (PE)
Polyethylene merupakan polimer termoplastik yang mudah diolah maka dari
itu sering di cetak dengan penekanan, injeksi, ekstruksi, peniupan dan hampa udara.
Polyethylene massa jenis rendah (Low-Density Polyethylene) terutama digunakan
dalam bentuk tipis atau lembaran, misalnya : tas, botol-botol yang dapat dijepit tabung
tinta padapena, tali senar/dawai, isolator kabel, wadah alat dapur, botol minyak tanah,
dankantong tempat sampah. Sedangkan polyethylene massa jenis tinggi (High-Density
Polyethylene) digunakan untuk perpipaan, mainan, filament tenunan dan peralatan
rumah tangga.
Pada polyethylene massa jenis rendah (LDPE), molekul-molekulnya tidak
mengkristal secara baik tetapi memiliki banyak cabang. Polyethylene mengandung
unsur kimia karbon dan hidrogen dan juga dibuat melalui polimerisasi etena. Disisi
lain polyethylene tekanan rendah kurang bercabang dan merupakan rantai lurus karena
itu massa jenisnya lebih besar sebab mengkristal secara baik sehingga memiliki
kristalinitas tinggi. Karena kristal yang berbentuk baik itu mempunyai gaya antar
molekul yang kuat, maka bahan ini memiliki kekuatan mekanis yang tinggi dan titik
lunak yang tinggi pula. Polyethylene ini dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen
yang dapat diperoleh dengan memberi hydrogen gas petroleum pada pemecahan
minyak(nafia), gas alam atau asetelin. Melihat kristalinitas dan massa molekul, titik
tingkat resistansi kimia yang sangat baik dan tidak larut pada temperatur ruang karena
sifat kristalinitas mereka. Polietilena umumnya bisa dilarutkan pada temperatur yang
tinggi dalam hidrokarbon aromatik seperti toluena atau xilena, atau larutan terklorinasi
seperti trikloroetana atau triklorobenzena.
Produknya mempunyai fleksibilitas pada suhu ruang maupun rendah, kedap
air,tidak ber-reaksi dengan zat kimia, dapat disambung dengan cara dipanaskan dan
dapat diberi warna. Produknya mencakup: cetakan es, baki, pencuci film,
kain,kemasan, botol susu bayi, selang air, kabel koaksial dan bahan isolasi atau
peredam getaran untuk frekuensi tinggi. Semua produk-produk tersebut, dibuat
dengan cara: cetak-injeksi, cetak-tiup atau ekstrusi.
Tabel 2.1 Sifat fisik, mekanis dan termal dari Polyethylene
TYPICAL PROPERTIES of POLYETHYLENE
D638 Tensile Modulus (psi) 57,000 200,000 80,000
D638 Tensile Elongation at Break (%) 100 400 300
D790 Flexural Strength at Yield (psi) 1,500 4,600 3,500
D790 Flexural Modulus (psi) 29,000 174,000 88,000
D695 Compressive Strength (psi) 1,400 4,600 3,000
D695 Compressive Modulus (psi) 54,000 100,000 80,000
D785 Hardness, Shore D D45 D69 D62-D66
D256 IZOD Notched Impact (ft-lb/in) No
Break 1.3
D149 Dielectric Strength (V/mil) short time,
1/8" thick 460-700 450-500 2300
D150 Dielectric Constant at 1 MHz 2.25-2.30
2.30-2.35
2.30-2.35 D150 Dissipation Factor at 1 kHz 0.0002 0.0002 0.0005
D257 Surface Resistivity (ohm/square) at
50% RH > 10
15 > 1015 > 1015
D495 Arc Resistance (sec) 135-160 200-250 250-350
Sumber : http://boedeker.com/polye_p.htm
b. Polypropilene (PP)
Polipropilen dibentuk dengan berbagai teknik termoplastik, memiliki sifat-sifat
listrik yang baik, tahan terhadap impak, kekuatannya tinggi dan tahan terhadap suhu
tinggi serta zat-zat kimia.
Serat polipropilen dapat dijalin untuk dijadikan tali/tambang, jala dan tekstil.
–
mekaniknya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan jalan mencampurkan
serat gelas dan pemuaian termal juga dapat diperbaiki sampai setingkat dengan bahan
thermoseting. Sifat- sifat listriknya hampir sama dengan sifat-sifat pada polyethylene.
Tahan kimianya kira-kira sama bahkan lebih baik dari pada polyethylene massa jenis
tinggi (high-density polyethylene).
Polypropylene paling umum digunakan untuk cetakan plastik, dimana hal ini
disuntikkan ke dalam cetakan sementara cair, membentuk bentuk kompleks dengan
biaya yang relatif rendah dan volume tinggi; contoh termasuk tutup botol,botol, dan
alat kelengkapan. Polypropylene memiliki rumus molekul (C3H6)n. Massa jenisnya
rendah (0,90 - 0,92) termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer,
dapat terbakar bila dinyalakan dibandingkan polyethylene massa jenis tinggi. Titik
lelehnya tinggi sekali (164°C), kekuatan tarik, kekuatan lentur dan kekuatannya lebih
tinggi tetapi tahan impaknya lebih rendah terutama pada temperatur rendah.
Table 2.2 Sifat fisik, mekanis dan thermal dari Polpropylene
TYPICAL PROPERTIES of POLYPROPYLENE
D790 Flexural Modulus (psi) 180,000 160,000 145,000
D695 Compressive Strength (psi) 7,000 6,000 -
D785 Hardness, Rockwell R 92 80 -
D149 Dielectric Strength (V/mil) short
time, 1/8" thick 500-660 475 500-650
D150 Dielectric Constant at 1 kHz 2.25 2.2-2.36 2.3
D150 Dissipation Factor at 1 kHz 0.0005-0.0018 0.0017 -
D257 Volume Resistivity (ohm-cm) at
50% RH 8.5 x 10
Ekstrusi adalah salah satu proses manufaktur yang mengkombinasikan
beberapa proses pengolahan meliputi pencampuran (mixing), pengulenan (kneading),
pengadukan (shearing), pemanasan (heating), pendinginan (cooling), dan pencetakan
memperkenalkan ekstrusi bahan logam, dengan mengekstrusi pipa lead. Dalam
prosesnya sebuah billet berbentuk silindris ditempatkan dalam sebuah wadah dan
didorong melalui sebuah cetakan terbuka dengan menggunakan sebuah ram. Hasil
produk keluar dari die dengan pengurangan penampang permukaan. Proses sederhana
ditunjukkan pada gambar 2.9 berikut ini
Gambar 2.9 Proses ekstrusi logam
Keterangan gambar:
1. Benda kerja (billet)
2. Wadah (container)
3. Cetakan (die)
4. Ram
5. Dummy block
6. Die backer
Proses ekstrusi dapat diperlakukan dalam bentuk kerja panas maupun dingin,
walaupun demikian, proses kerja panas lebih banyak untuk berbagai jenis metal
karena mengurangi gaya dorong yang diperlukan. Logam-logam seperti lead, copper,
aluminium, magnesium, dan paduan dari logam ini umumnya mudah dilakukan proses
ekstrusi karena logam ini memiliki kekuatan luluh yang rendah dan begitu juga
dengan suhu ekstrusinya.
2.5.2 Ekstrusi Bahan Termoplastik
Proses ekstrusi bahan termoplastik mempunyai prinsip yang hampir sama pada
proses ekstrusi bahan logam, hanya saja dalam mengekstrusi bahan polimer
termoplastik tidak lagi menggunakan ram seperti halnya ekstrusi logam, tetapi
Bahan baku yang digunakan dalam proses ekstrusi termoplastik ini juga
berbeda dengan ekstrusi logam. Jika pada ekstrusi logam bahan baku yang
dimasukkan dalam bentuk batangan, plat, ataupun lembaran, maka pada ekstrusi
termoplastik bahan baku yang digunakan adalah dalam bentuk biji plastik (pellet).
Hasil produk dari proses ekstrusi termoplastik juga beraneka ragam, seperti halnya
pada ekstrusi logam.
Proses ekstrusi memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
Produk beraneka ragam bentuk dan ukuran
Relatih murah dan ekonomis
Proses otomatis dan produktivitas tinggi
Kualitas produk baik
Tidak menghasilkan limbah
Prinsip pengoperasian untuk semua jenis ekstruder pada umumnya adalah sama, yaitu:
Bahan baku dimasukkan ke dalam hopper dan dialirkan sepanjang ekstruder
Ketika bergerak sepanjang ekstruder, die yang kecil membatasi volume dan
menghambat pergerakan bahan
Akibatnya bahan mengalami tekanan yang tinggi
Selama bergerak sepanjang ekstruder, screw memutar bahan (menguleni) dan
mengubahnya menjadi semisolid yangbersifat plastis
Pada extrusion cooking adanya panas karena gesekan menyebabkan suhu
meningkat
Setelah melewati barrel dimana tekanan meningkat, bahan didorong melalui
die
Produk mengalami perubahan tekanan dari tinggi ke rendah sehingga
mengembang
Produk mengalami proses pendinginan secara cepat karena air dari produk
menguap
Mesin ekstrusi (ekstruder) untuk bahan termoplastik umumnya terdiri dari
sebuah poros berulir tunggal (single screw) namun pada saat ini telah dikembangkan
yaitu jumlah screw yang digunakan.
1. single screw ekstruder (mesin ekstrusi poros berulir tunggal)
Ekstruder jenis ini memiliki satu buah screw yang berputar di dalam barrel.
Screw tersebut berfungsi untuk mendorong dan menekan bahan pellet hingga keluar
dari die.
Gambar 2.10 single screw extruder
(Sumber: http://www.polymerprocessing.com/operations/sscrew/big.html)
Dalam prosesnya bahan baku termoplastik berbentuk pellet dimasukkan ke
dalam hopper dan digerakkan melalui barrel dengan menggunakan sebuah poros
berulir tunggal yang berbentuk helical (single screw conveyor) untuk kemudian
dihantarkan hingga ke cetakan (die).
Kecepatan putaran screw merupakan parameter penting yang mempengaruhi:
Lama produk dalam ekstruder
Jumlah energi panas yang terbentuk
Kecepatan transfer panas
2. twin screw ekstruder (mesin ekstrusi poros berulir kembar)
Ekstruder jenis ini memiliki dua buah screw yang berputar di dalam
barrel.Namun berdasarkan arah putarannya dibagi menjadi dua, yaitu
co-rotating (berputar searah satu sama lain)
Gambar 2.11 twin screw ekstruder
(sumber: http://www.polymerprocessing.com/operations/tscrew/index.html)
Keuntungan mesin ini adalah:
Tidak tergantung feed rate
Kontrol transfer panas lebih baik
Dapat digunakan untuk bahan berminyak, lengket atau basah
Dapat digunakan untuk berbagai ukuran partikel
Sedangkan kerugiannya adalah:
Harga relatif mahal
Biaya pemeliharaan tinggi
Pengoperasian lebih sulit
2.6
Sifat Mekanik Polimer
2.6.1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada
beberapamacam kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu:
A. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu sampel.
Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik,contohnya fiber, harus
mempunyai kekuatan tarik yang baik.
B. Compressive strength
Adalah ketahanan terhadap tekanan.Beton merupakan contoh material yang
memiliki kekuatan tekan yang bagus.Segala sesuatu yang harusmenahan berat dari
Adalah ketahanan pada bending (flexing).Polimer mempunyai flexural strength jika
dia kuat saat dibengkokkan.
D. Impact strength
Adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba.Polimer
mempunyai kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba
seperti dengan palu.
Gambar 2.12 Pembebanan Bahan
(sumber: http://rudimarvell.blogspot.com/2011/04/sifat-mekanik-logam-sifat-mekanik-bahan.html)
2.6.2. Elongation
Semua jenis kekuatan memberitahu kita berapa tegangan yang
dibutuhkanuntuk mematahkan sesuatu, tetapi tidak memberitahu kita tentang apa yang
terjadipada sampel kita saat kita mencoba untuk mematahkannya, itulah kenapa kita
mempelajari elongation dari polimer. Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi.
Deformasi merupakan perubahan ukuran yang terjadi saat material diberi gaya. %
Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L) dibagi dengan panjang
sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan 100%. Elongation-to-break
(ultimate elongation) adalah regangan pada sampel pada saat sampel patah.
2.6.3. Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan
2.6.4. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap
oleh suatu material sebelum material tersebut patah.
2.7 Perilaku Thermoplastik Saat Diuji Tarik
Perilaku mekanika polimer thermoplastik sebagai respon terhadap
pembebanan secara umum dapat dijelaskan dengan mempelajari hubungan antara
struktur rantai molekulnya dan fenomena yang teramati.
Gambar 2.13 Spesimen Uji Tarik dan Perilaku Polimer Termoplastik pada saat mengalami pembebanan pada Mesin Uji Tarik
(sumber: http://diajengsekar.blogspot.com/2013/08/dasar-tegangan-dan-regangan.html)
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan
tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile
Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.
Menurut Hukum Hooke (Hooke’s Law), pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan
panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva
pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
Stress:
σ =
𝑭𝑨
Dimana F adalah gaya tarikan (N) ; A luas penampang (mm2) ; σ adalah tegangan
(MPa). Nilai F didapat dengan menggunakan rumus F=Load x 9,807N dimana Load adalah beban atau gaya yang diberikan pada saat benda putus (break).
Strain:
ε
= ∆𝑳𝑳𝒐𝒙𝟏𝟎𝟎%
ΔL adalah pertambahan panjang (mm) ; Lo adalah panjang awal (mm) ; ε adalah regangan (%)
Maka hubungan antara stress dan strain dapat dirumuskan:
E =
𝛔𝛆
; dimana E adalah Modulus Elastisitas
Untuk memudahkan pembahasan, grafik pada gambar 2.13 kita modifikasi
sedikit dari hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan
antara tegangan dan regangan (stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan gambar
2.14, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah
gradien kurva dalam daerah linier, dimana perbandingan tegangan (σ) dan regangan
(ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva
SS (SS curve).
Gambar 2.14 Kurva tegangan-regangan
(sumber: http://diajengsekar.blogspot.com/2013/08/dasar-tegangan-dan-regangan.html)
Pada daerah linear dinyatakan apabila sebuah bahan diberi beban sampai pada
titik sebelum titik luluh, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut
akan kembali ke kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula)
sehingga disebut dengan daerah deformasi elastis, yaitu regangan ―nol‖ pada
titik 0. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik luluh, hukum Hooke
tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan sehingga
disebut dengan daerah deformasi plastis. Terdapat konvensi batas regangan
permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu
kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005%. Tidak ada
standarisasi yang universal mengenai nilai ini.
Titik luluh (yield strength) adalah batas atau titik atau daerah peralihan fase
elastis dan fase plastis
Ultimate tensile strength adalah merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Titik putus adalah merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.
Modulus elastisitas (young modulus) adalah kecenderungan suatu benda untuk
berubah bentuk sepanjang sumbu ketika stress berlawanan diaplikasikan
sepanjang sumbu itu; itu didefinisikan sebagai rasio tegangan tarik terhadap
regangan tarik.
Perilaku mekanik dari polimer thermoplastik secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Perilaku Elastik, (2) Perilaku Plastik, dan
(3) Perilaku Visko-Elastik.
Berikut Kurva Tegangan Regangan Suatu Polimer Thermoplastik:
pada waktu (time-dependent). Hal ini dapat dijelaskan dari 2 mekanisme yang terjadi
pada daerah elastis, yaitu: (1) distorsi keseluruhan bagian yang mengalami deformasi,
dan (2) regangan dan distorsi ikatan-ikatan kovalennya. Perilaku elastik non-inear
atau non-proporsional pada daerah elastis terutama berhubungan dengan mekanisme
distorsi dari keseluruhan rantai molekulnya yang linear atau linear dengan cabang.
Gambar 2.16 Perilaku Elastik Polimer Thermoplastik (Rahmat Saptono, 2007 )
Perilaku plastis pada polimer thermoplastik pada umumnya dapat dijelaskan
dengan mekanisme gelinciran rantai (chain sliding). Ikatan sekunder sangat berperan
dalam mekanisme ini sebagaimana diilustrasikan dalam gambar. Mula-mula akan
terjadi pelurusan rantai liner molekul polimer yang keadaannya dapat diilustrasikan
seperti ‗mie‘ dengan ikatan sekunder dan saling kunci mekanik. Selanjutnya akan
terjadi gelinciran antar rantai molekul yang telah lurus pada arah garis gaya.
Ikatan sekunder dalam hal ini akan berperan sebagai semacam ‗tahanan‘ dalam
proses gelincir atau deformasi geser (shear) antar rantai molekul yang sejajar searah
dengan arah garis gaya. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ikatan sekunder
sangat menentukan ketahanan polimer thermoplastik terhadap deformasi plastik atau
yang selama ini kita kenal dengan kekuatan (strength) dari polimer.
Gelinciran rantai molekul polimer thermoplastik dapat pula dilihat sebagai
aliran viskos dari suatu fluida. Kemudahan molekul polimer untuk dideformasi secara
permanen dalam hal ini berbanding lurus dengan viskositas dari polimer.Dari
kecepatan antar rantai molekul yang dapat menyebabkan deformasi permanen
tergantung pada viskositasnya.
Gambar 2.17 Perilaku Plastik Polimer Thermoplastik (Rahmat Saptono, 2007 )
Perilaku penciutan (necking) dari polimer thermoplastik amorphous agak
sedikit berbeda dengan perilaku penciutan logam pada umumnya. Hal ini disebabkan
karena pada saat terjadi penciutan akan terjadi kristalisasi yang menyebabkan
penguatan lokal pada daerah tersebut dan penurunan laju deformasi.
Gambar 2.18 Penciutan dan Kristalisasi Polimer Thermoplastik Amorphous pada Pengujian Tarik (Rahmat Saptono, 2007 )
Visko-elastisitas berhubungan perilaku polimer thermoplastik saat dideformasi
dapat disimulasikan dengan mengkombinasikan persamaan Pegas Hooke dan
Dashspot. Regangan, misalnya, dapat diasumsikan seri atau paralel, menggunakan
Elemen Maxwell dan Elemen Voight-Kelvin.
Gambar 2.19 Deformasi pada polimer setelah pengujian tarik (Callister)
Keterangan Gambar 2.17:
A. Elastis – Getas
B. Elastis – Plastik
C. Elastisitas tinggi
2.8 Makrostruktur Pada Polimer
Makrostruktur pada polimer dapat menentukan sifat bahan/produk polimer,
baik sifat fisik maupun kimianya. Sebagian besar kajian analitik dan karakterisasi
polimer mutakhir dilakukan atas makrostruktur dan dampaknya atas sifat struktural
maupun fungsional bahan.
Pengamatan struktur makro dapat menggunakan mikroskop optik dengan
pembesaran tertentu. Pengamatan struktur makro adalah salah satu cara untuk
mengetahui metalurgi permukaan benda uji, sehingga dapat diketahui sifat mekanik
dari material tersebut.
Pada pengamatan struktur makro, terdapat porositas. Porositas adalah
besarnya persentasi ruang-ruang kosong atau besarnya kadar pori yang terdapat pada
Polimer mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya air yang
terbentuk selama atau sesudah percetakan dan kemudian kering sehingga
menimbulkan rongga-rongga udara. Dapat ditambahkan bahwa selain air yang
mengawali pemakaian ruangan dan kelak menjadi rongga, terjadi juga rongga-rongga
udara langsung pada jumlah persentase yang kecil.
Gambar 2.20 Porositas pada polimer
Porositas adalah ukuran dari ruang/rongga kosong (pori-pori) di antara
material, dan merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume, yang
bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai persentase antara 0-100%.
Porositas dapat berpengaruh pada sifat mekanik seperti kekerasan. Semakin
tinggi persentase porositas lapisan maka kekerasan akan menurun demikian pula
sebaliknya lapisan dengan densitas yang semakin tinggi akan memiliki kekerasan
yang semakin tinggi pula. Namun pada sifat mekanik seperti kekuatan tarik, semakin
tinggi persentase porositas lapisan suatu material maka kekuatan tarik akan cenderung
semakin tinggi karena hubungan kekerasan dari suatu bahan berbanding terbalik
dengan kekuatan tarik. Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi local
(permukaan), sementara kekuatan tarik adalah ketahanan material terhadap deformasi
plastis yang terjadi diseluruh permukaan material (global). Sehingga jika suatu bagian
dari material memiliki kekuatan tarik yang baik, maka material tersebut semakin ulet
sehingga memiliki sifat yang semakin lunak dan tidak getas, Sementara itu sifat dari
material yang memiliki kekerasan mempunyai sifat getas dan cenderung tidak lunak
atau ulet. Karena itu, semakin ulet material maka akan semakin kuat pula material