• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan Tahun Pelajaran 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan Tahun Pelajaran 2"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang Masalah

Abad ke-21 merupakan era globalisasi yang bercirikan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang berkembang dengan sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat tersebut menuntut manusia untuk dapat beradaptasi salah satunya dengan memiliki kemampuan berpikir. Berpikir merupakan suatu proses kognitif untuk memeroleh pengetahuan. Salah satu kemampuan berpikir yang perlu dikembangkan untuk menghadapi era globalisasi adalah kemampuan berpikir kreatif yang berguna untuk bersaing di dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari. Pendidikan dituntut untuk menjadi sarana dalam mempersiapkan manusia yang memiliki kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No 20 tahun 2016 tentang standar lulusan yaitu menciptakan manusia yang kreatif.

Berpikir kreatif adalah penggunaan kemampuan kognitif untuk menciptakan ide-ide baru maupun mengembangkan gagasan-gagasan baru yang orisinal sesuai pandangan pemikir (Puspitasari, 2012). Berpikir kreatif menurut Munandar (2009) dan Widhiyantoro dkk (2012) memiliki 4 aspek antara lain : (1) berpikir lancar (fluency) yaitu kemampuan menghasilkan banyak ide/gagasan/jawaban yang relevan, (2) berpikir luwes (flexibility) yaitu kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi, (3) berpikir orisinal (originality) yaitu kemampuan menghasilkan jawaban yang tidak lazim atau jarang diberikan oleh kebanyakan orang, (4) berpikir terperinci (elaboration) yaitu kemampuan mengembangkan ide-ide sehingga diperoleh ide yang lebih rinci.

Hasil observasi di lapangan, kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan terdiri dari 24 siswa dengan 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Ruangan kelas memiliki sarana dan prasarana yang memadai dengan adanya white board, spidol kelas, LCD serta ruangan kelas yang luas dan pencahayaan yang cukup. Selain itu sumber belajar seperti buku pelajaran dan majalah telah disediakan di ruang perpustakaan serta dilengkapi dengan wifi. Berdasarkan dari sarana dan prasarana yang ada, ternyata tidak berbanding lurus dengan hasil belajar siswa, terutama dari ranah kognitif. Dari hasil ulangan Biologi yang telah diadakan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 51,91 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 70. Persentase ketuntasan klasikal hanya 8.33% dengan 2 siswa yang telah mencapai KKM.

(2)

2 wawancara dengan guru Biologi, soal C6 yaitu mencipta ternyata sengaja tidak dibuat. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas belum mengarah kepada aktivitas siswa yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, maka dari itu guru tidak membuat soal pada tingkatan mencipta.

Dari fakta tersebut penulis menyebar angket terbuka dan tes kreatif atau soal tingkatan mencipta. Berdasarkan angket terbuka yang telah dibagikan 47.8% siswa mengatakan bahwa pembelajaran Biologi selama ini belum memberdayakan berpikir kreatif, 26.1% menjawab iya tanpa memberikan alasan dan 26.1% menjawab iya dengan disertai alasan. Namun, berdasarkan hasil tes dengan soal kreatif hanya 4.17% siswa yang tergolong kategori berpikir kreatif tinggi, 12.5% kategori cukup, 37.5% kategori rendah dan 45.83% berkategori sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi selama ini masih belum memberdayakan siswa untuk berpikir kreatif yang berdampak pada kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih rendah.

Berdasarkan observasi serta wawancara dengan guru Biologi dan siswa, proses pembelajaran yang telah dilakukan selama ini menggunakan metode berupa ceramah dan diskusi. Menurut Rianto (2006) ceramah memiliki kelemahan antara lain proses pembelajaran didominasi oleh guru, sementara peserta didik pasif dan cenderung menghafalkan semua materi pelajaran; hanya terjadi komunikasi satu arah; siswa sudah tidak fokus jika lebih dari 20 menit; dan materi yang disampaikan melalui ceramah hanya mampu diingat dalam jangka waktu yang singkat sehingga tidak membantu siswa mengorganisasikan materi dalam ingatan jangka panjang yang pada akhirnya akan mengurangi kreativitas siswa. Sedangkan diskusi memiliki kelemahan antara lain kurang efisien dalam pemanfaatan waktu dan sering didominasi oleh siswa yang pandai dan senang berbicara.

Metode ceramah merupakan penyajian materi melalui verbal dengan media berupa suara dan gaya guru serta hanya terjadi pembelajaran satu arah, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan. Melalui metode ceramah siswa tidak memiliki kesempatan untuk mampu mengembangkan ide-ide atau konsep pada materi yang diajarkan, selain itu jika siswa hanya menghafal apa yang dikatakan guru maka sulit untuk siswa mampu menciptakan suatu ide atau gagasan baru. Sedangkan melalui diskusi, belum seluruh siswa berani untuk mengungkapkan pendapat, bahkan tidak jarang didominasi oleh siswa yang pandai saja. Bagi siswa yang tidak berani mengungkapkan pendapat, maka siswa cenderung merasa bosan dan mencari kesibukan lain dengan mengajak teman lain untuk berbicara. Hal tersebut akan menyulitkan siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

(3)

3 bahwa metode yang digunakan guru selama ini belum memberdayakan kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu kedua metode tersebut kurang memotivasi siswa untuk belajar yang berdampak pada rendahnya hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Rohim dkk (2012) menyatakan bahwa untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran tersebut maka diperlukan upaya berupa perbaikan strategi pembelajaran dengan mengubah model pembelajaran yang dapat mengfasilitasi komunikasi antar siswa dengan siswa dan guru dengan siswa, memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individual sehingga mampu meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemapuan berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan UU No 22 tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu guru perlu memberi ruang untuk memberdayakan kemampuan berpikir kreatif siswa. Standar proses yang ditetapkan pemerintah berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk Biologi.

Menurut Saputro (2012) dalam pembelajaran Biologi, seharusnya siswa diharapkan mampu menguasai fakta, konsep maupun prinsip melalui suatu proses penemuan. Agar pembelajaran melalui proses penemuan dapat berjalan maka guru hendaknya mampu melibatkan siswa untuk terlibat aktif dalam menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Model melalui penemuan tersebut sering disebut discovery learning.

Discovery merupakan suatu cara mengajar yang dilakukan dalam kelompok yang bergantung pada pengetahuan dan pengalaman siswa sebelumnya (Abdisa dan Tesfaye, 2012). Belajar melalui penemuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasi informasi sedemikian rupa hingga diperoleh informasi baru. Dalam belajar penemuan siswa dapat membuat perkiraan, merumuskan hipotesis dan menemukan kebenaran (Hosnan, 2014). Informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan lebih dipahami siswa, sehingga informasi dapat dikembangkan sedemikian rupa untuk dapat menciptakan gagasan-gagasan baru. Proses belajar dari mulai mencari informasi, mengolah data, diperoleh informasi hingga memanipulasi informasi mampu memberikan kesempatan siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mereka.

(4)

4 yaitu penarikan kesimpulan yang dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah (Hosnan, 2014;Rieber, 2016).

Tahapan/ sintaks discovery learning mampu melatih setiap aspek berpikir kreatif. Misalnya pada saat tahap stimulation siswa dilatih untuk berpikir luwes yaitu siswa menafsirkan atau interpretasi terhadap suatu gambar atau fenomena. Problem statement melatih siswa untuk berpikir lancar yaitu mengungkapkan banyak gagasan ataupun pertanyaan. Data collection melatih untuk berpikir orisinal yaitu siswa dilatih untuk memikirkan pemecahan masalah dengan cara yang berbeda dari umumnya. Data processing melatih siswa untuk berpikir terperinci yaitu mencari arti yang lebih mendalam dan menganalisis data yang diperoleh.

Menurut Rohim dkk (2012) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model discovery mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini karena siswa mendapat kesempatan untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk memiliki pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan prinsip atau pengetahuan bagi dirinya sendiri melalui bimbingan guru. Gholaiman (2013) menyatakan discovery learning berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu model discovery mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, hal ini dikarenakan terjadi interaksi yang kuat antara siswa dengan objek yang dipelajari sehingga meningkatkan pemahaman siswa (Melani dkk., 2012).

Berdasarkan uraian diatas penulis mengangkat penelitian ini dengan judul Penerapan Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X MIA 2 SMA

Negeri Pabelan Tahun Pelajaran / .

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan tahun pelajaran 2016/2017?

1.2.2 Bagaimanakah hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan Model Discovery?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui penerapan Model Discovery terhadap peningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan tahun pelajaran 2016/2017.

1.3.2 Mengetahui hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Pabelan tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan Model Discovery.

(5)

5 1.4.1 Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang baru dalam mata pelajaran Biologi, sehingga akan berdampak pada hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif.

1.4.2 Bagi guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam pemilihan dan penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran Biologi.

1.4.3 Bagi sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Segeralah untuk menghubungi kami di nomor bawah ini. Atau kunjungi di website

[r]

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan analisis perbandingan antara metode deteksi tepi prewit dan robert pada pendeteksian uang kertas serta klasifikasi

Untuk menyiasati agar terciptanya kentyamanan dalam rumah minimalis tentunya kita harus paham desain, anda bisa konsultasikan dengan desainer ataupun para arsitektur kepercayaan

Dari hasil analisa yang telah di lakukan diperoleh hasil dari perbandingan komposisi fermenter pada proses fermentasi ketela pohon terhadap volume hasil destilasi etanol

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat pak de

If it is asso- ciated with the concept of labor contract law as the basis of the employment relationship in ac- cordance with the provisions of Article 1 point 15, the