• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum e-Contract Ketenagakerjaan bagi Tenaga Pendidik Asing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Hukum e-Contract Ketenagakerjaan bagi Tenaga Pendidik Asing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Arifin, Sjamsul, dkk. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Memperkuat

Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: Kompas Gramedia,

2008.

Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni,1994. Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary, Abridged fourth edition, St.

Paul. Minn: West Publishing Co, 1968.

Budiono, Abdul Rachmad. Hukum Perburuhan di Indonesia. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.

Dimyati, Khudzaifah & Kelik Wardiono. Metode Penelitian Hukum Normatif. Surakarta: Universiatas Muhammadiyah Surakarta, 2004.

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Indonesia,

ASEAN Selayang Pandang Edisi, Jakarta, 2008.

Djiwandono, Soedjati. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Ibrahim, Johny.Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: UMM Press, 2007.

Idrus, Ali. Manajemen Pendidikan Global. Jakarta: GP Press, 2010.

Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2012.

Kantaatmadja, Mieke Komar. Cyberlaw: Suatu Pengantar, cetakan I. Bandung: ELIPS, 2001.

Khairandy, Ridwan. Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta: Gama Media, 2001.

Luhuliam, CPF, dkk. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN

2015. Jakarta: Pustaka Belajar, 2008.

Makarim, Edmon. Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kompilasi Kajian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Mertokusumo, Soedikno. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 1988.

(2)

Novera, Arfiani dan Meira Utama. Dasar-Dasar Hukum Kontrak dan Arbitrase. Malang: Tunggal Mandiri, 2014.

Raharjo, Agus. Cybercrime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan

Berteknologi. Bandung: Citra Aditya, 2002.

Salim, HS, dkk. Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Serfiani, Citra Yustisia, dkk. Buku Pintar Bisnis Online dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Subekti, 1984. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 1984.

B. Peraturan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Republik Indonesia, 62 Peraturan Pemerintah Nomor. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah. Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

C. Skripsi, Tesis, dan Agreement

Aswin, Sylvia Christina. Keabsahan Kontrak Dalam Transaksi Elektronik. Tesis, Universitas Diponegoro, 2006.

Roosdiyana, Fatma. Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam Penyelenggara Transaksi Elektronik. Skripsi, Program Sarjana Universitas Islam Indonesia, 2010.

(3)

ASEAN Economic BluePrint Mutual Recogniton Arrangement

D. Website

(diakses 17

Februari 2015).

Perubahan Kurikulum dan Profesionalisme Guru Di Era MEA 2014 seminar.uny.ac.id (diakses tanggal 26 Februari 2016).

pada tanggal 26 Februari 2016).

Masyarakat Ekonomi ASEAN, id.m.wikipedia.org (diakses tanggal 26 Februari 2016).

Globalisasi Pendidika 2016).

Masyarakat Ekonomi ASEAN tanggal 1 Maret 2016)

Integrasi Ekonomi ASEAN 2015, http//www.academia.edu (diakses pada tanggal 1 Maret 2016).

ASEAN Economic Community Blueprint (diakses pada tanggal 1 Maret 2016).

pada tanggal 2 Maret 2015).

2 Maret 2016).

(4)

tanggal 3 Maret 2016).

Dari AFTA Menuju Komunitas ASEAN,

(diakses pada tanggal 7 Maret 2016).

Latar Belakang Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,

2016).

Potensi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,

(diakses pada

tanggal 8 Maret 2016).

(ACIA) Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,

Maret 2016).

bebas-aktif.html (diakses pada tanggal 8 Maret 2016).

2016).

(diakses pada

(5)

Mengenal E-Commerce, (diakses pada tanggal 12 Maret 2016)

(diakses pada tanggal 14 Maret 2016).

(diakses pada

(6)

BERBENTUK E-CONTRACT

A. Kesepakatan yang Melatarbelakangi Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN

1. Deklarasi ASEAN Concord II

ASEAN adalah singkatan dari “Association of South East Asia Nations” yaitu Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Diawal pembentukannya pada 196780

Setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerjasama regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, November 2007. , ASEAN lebih ditujukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri, yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh negara yang bergabung kemudian, yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar, dan Laos (1997), dan Kamboja (1999). Kerjasama regional ini semakin diperketat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan budaya dengan tetap memerhatikan kesetaraan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai.

(7)

Penandatanganan Piagam ASEAN menjadi prasasti hasil evolusi dari kerjasama yang bersifat “persaudaraan” menjadi organisasi yang berdasarkan suatu kerangka yang lebih kohesif berlandaskan rule based framework. Dengan kejelasan visi, tujuan, perbaikan struktur organisasi, pengambilan keputusan, dan mekanisme dispute settlement serta peningkatan peran dan mandat.81

Maksud dan tujuan dibentuknya ASEAN yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah:82

5. untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-1. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial serta

pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

2. untuk meningkatkan perdamaian dan stablitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

3. untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi;

4. untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-saran pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;

81Sjamsul Arifin, et.al, Op.Cit, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2008), hlm. 13.

82 Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN

(8)

masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;

6. untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

7. untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasiona dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri.

(9)

terbuka dalam menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal.83

Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian MEA atau AEC.

Dokumen Bali Concord II ini merujuk pada Bali Concord I dan mencatat pentingnya membuat rencana aksi untuk mencapai ASEAN yang dinamis, berdaya tahan, dan kohesif.

84

Pada KTT ASEAN ke-9 tahun 2003, ASEAN menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN

Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan

ekonomi, diwujudkan dalam bentuk MEA. Tanggal 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju MEA. Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015; untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap negara anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.85

Berbagai dokumen resmi yang dikeluarkan ASEAN menunjukkan Komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar diusung menjadi paradigma baru

83 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Indonesia, ASEAN

Selayang Pandang Edisi 2008 (Jakarta: 2008), hlm.1.

84 Syabi Keane, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, http://www.academia.edu/9060383/

(diakses tanggal 7 Maret 2016).

85Latar Belakang Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,

(10)

untuk membangun kawasan baru yang lebih maju searah tuntutan perubahan di masa mendatang dengan mewujudkan:86

1. dalam konteks komunitas ekonomi, ingin dicapai visi ASEAN 2020 yang akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi, di mana akan ada aliran barang, jasa, dan investasi yang bebas. Dengan aliran modal lebih bebas akan menjadikannya lebih kuat, dynamism dan komparatif secara ekonomi dalam pasar global;

2. dalam konteks komunitas keamanan yang dicapai, ASEAN akan menyelesaikan perbedaan di antar negara anggotanya bukan dengan cara kekerasaan atau dengan ancaman penggunaan kekerasaan;

3. dalam konteks komunitas sosial-budaya yang ingin dicapai, ASEAN akan membangun masyarakat yang peduli (building a community of caring societies).

Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas serta pemerataan kesejahteraan di kawasan. Konsep pelaksanaan dalam enam tahun pertama dipandu dengan Hanoi Plan of Action (HPA) yang dikeluarkan pada 1998.87

Komunitas Keamanan ASEAN merupakan program jangka panjang. Memerlukan konsolidasi politik, hukum, dan institusi yang akan menjadikan

Komunitas-komunitas ASEAN tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC)

86

Bali Concord II, 2004, hlm.7.

87 Operasionalisasi perumusan Visi 2020 dilakukan pertama kali dalam Hanoi Plan of

(11)

tantangan dan tekanan dalam membangun Komunitas Keamanan ASEAN.88 Komunitas keamanan bertujuan untuk mempercepat kerjasama politik-keamanan di ASEAN dengan mewujudkan perdamaian di kawasan termasuk masyarakat internasional. Komunitas kemanan ASEAN mengacu kepada berbagai instrument politik ASEAN yang telah disepakati sebelumnya seperti Zone of Peace,

Freedom, and Neutrality (ZOPFAN), Treaty of Amity and Cooperation in

SoutheastAsia (TAC), dan Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone

(SEANWFZ) selain mentaati Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasionalnya. Bali Concord II juga mengungkapkan kesenjangan antara sasaran dan prinsip-prinsip non-intervensi, kedaulatan, dan pembuatan keputusan berdasarkan konsensus. Di lain pihak, Komunitas Keamanan ASEAN masih menghadapi masalah-masalah mendasar antara lain masih terjadinya gap antara negara-negara anggota ASEAN mengenai peranan kekuataan luar kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, dan peranan masyarakat sipil di dalam pembangunan Komunitas Keamanan, merupakan masalah yang akan muncul di kemudian hari.89

Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (prudential trade), usaha patungan (joint venture) dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area (1977), 2. Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC)

88 Alexandra Retno dan Bantarto Bandardo, ASEAN’s Quest for a Full-Fledged Community

(CSIS, 2007), hlm.4.

(12)

ASEAN Indsutrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture Scehme (1981) dan Enhanced Prefential Trading Arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framework Agreement

Enchancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya

ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common

Efective Prefential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA

memberikan implementasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitas perdagangan.90

We agreed to establish an ASEAN Community that would be supported by the three pillars of “political and security cooperation”, “economic cooperation”, and “socio-cultural cooperation”. These would be closely intertwined and mutually reinforcing in the effort to achieve peace, stability, and prosperity. We agreed that through this effort we would reach a closer and mutually beneficial integration among our member countries and among our

Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi.

Deklarasi Kesepakatan Bali II (Bali Concord II), yang ditandatangani para kepala pemerintahan ke sepuluh negara anggota pada KTT ASEAN di Bali pada 7 Oktober 2003, dalam Article 10 Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II) menyatakan bahwa:

(13)

peoples. We also agreed to continue our efforts to promote regional peace and stability, security, development and prosperity with a view to realizing a dynamic and esilient ASEAN Community. To this end, we adopted the framework to achieve this ASEAN Community through ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, and ASEAN Socio-Cultural Community. We agreed to task our Ministers to implement the Declaration of ASEAN Concord II.

Bahwa artinya para pemimpin ASEAN membentuk suatu Masyarakat ASEAN yang terdiri atas Masyarakat Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. 91

Di tempat yang sama, 27 tahun sebelumnya, Kesepakatan Bali 1 (Bali Concord I) dideklarasikan dan ditandatangani oleh para pendiri ASEAN. Baik KTT I maupun II mempunyai tujuan-tujuan, yaitu membina perdamaian, menciptakan kesejahteraan, dan membangun sebuah identitas regional.

MEA adalah tujuan akhir integrasi ekonomi seperti yang dicanangkannya dalam ASEAN Vision 2020:

“…to create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN economic

region in which there is a free flow of goods, services, investment, skilled labor and a frrer flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparities in year 2020”.

92

Bahwa Komunitas Ekonomi ASEAN bertujuan untuk mencipatkan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, Article 18 Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II) menyatakan bahwa:

We noted that our Ministers had deliberated on the concept of an ASEAN Economic Community (AEC) and we agreed on the creation of AEC to achieve deeper economic integration of the region, as outlined in the Roadmap for Integration of ASEAN (RIA) and Vision 2020. We further noted that the AEC should be characterized by a single market and production base, with free flow of goods, services, investment and labor, and freer flow of capital.

91 C.P.F. Luhuliam et.al, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015

Cetakan I (Jakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm.33.

(14)

investasi, tenaga kerja terampil, dan perpindahan barang modal secara lebih bebas. Komunitas ini juga menetapkan sektor-sektor prioritas yang akan diintegrasikan, yakni produk-produk pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk-produk turunan dari kayu, transportasi udara, e-ASEAN (ICT), kesehatan dan pariwisata. Dalam perkembangannya pada tahun 2006 jasa logistik dijadikan sektor prioritas yang ke-12. Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos pada tahun 2004 menyepakati Viantianne Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung implementasi pencapaian AEC pada tahun 2020. Selanjutnya, ASEAN Economic Minister Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006 menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk menindaklanjuti pembentukan AEC dengan mengidentifikasikan sifat-sifat elemen AEC pada tahun 2020 yang konsisten dengan Bali Concord II dengan target dan timelines yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk mengakomodir kepentingan negara-negara anggota ASEAN. Konsep MEA ini dilandasi oleh empat pilar utama sebagai berikut:93

93Bob Widyahartono, Dari AFTA Menuju Komunitas ASEAN,

http://www2.kompas.com/kompascetak/0711/23/opini/4017526.html (diakses pada tanggal 7 Maret 2016).

a. Free Movement of Goods and Services

(15)

b. Freedom of Establishment and Provision of Services and Mutual

Recognition of Diplomas

Konsep ini menjamin setiap warga negara ASEAN akan bebas membuka praktek layanan (profesional) di setiap wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi kewarganegaraan.

c. Freedom of Movement for Skilled and Talented Labours

Konsep ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja sesuai dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan para pekerja untuk menemukn pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.

d. Free Movement of Capital

Konsep ini akan menjamin bahwa modal atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara negara-negara ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan terjadinya penanaman modal secara bebas dan efisien. 3. Komunitas Sosial Budaya

Kerjasama di bidang sosial budaya menjadi salah satu titik tolak utama untuk meningkatkan integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and sharing

community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi.

(16)

2. Declaration of Cebu 2007

Pencapaian ASEAN Comumunity semakin kuat dengan ditandatanganinya "Cebu Declaration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015" oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke -12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Para pemimpin ASEAN juga menyepakati percepatan pembentukan

ASEAN Economic Community (AEC) dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.

Keputusan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 ditetapkan dalam rangka memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global seperti dengan India dan China. Selain itu beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi, serta meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional, HAKI dan adanya persaingan. Dalam deklarasi cebu dinyatakan bahwa:94

94

http://anitalusiyadewi.blogspot.co.id/2011/09/komunitas-asean-2015-yang-bebas-aktif.html (diakses pada tanggal 8 Maret 2016)

a. kesepakatan bersama untuk percepatan Komunitas ASEAN 2015 (yang sebelumya 2020) denga tiga pilar yang diusung yaitu Komunitas Politik Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN;

(17)

c. tekad untuk menjadi lebih kuat, lebih menyatu dan terikat satu sama lain antar anggota ASEAN agar dapat mengelola tantangan yang ditimbulkan oleh arsitektur regional yang berkembang dan iklim ekonomi; serta

d. Berkomitmen untuk lebih memperluas ketertiban dengan Mitra Dialog dan pihak lainnya dan percaya bahwa interaksi ini akan membantu ASEAN dalam upaya integrasi untuk mencapai Komunitas ASEAN pada 2015.

Kesepakatan lain dalam KTT Cebu adalah melanjutkan kesepakatan pada KTT ke-11 ASEAN mengenai pembentukan ASEAN Charter (Piagam ASEAN) yang akan menjadi semacam norma hukum atau Undang-Undang Dasar ASEAN dengan dicetuskannya Deklarasi Cebu tentang Cetak Biru Piagam ASEAN. Salah satu tujuannya adalah untuk membuat ASEAN lebih berpijak pada kepentingan rakyat, karena selama ini muncul kesan bahwa ASEAN seperti sebuah klub para pejabat pemerintah dan diplomat dari negara-negara anggota ASEAN. Dengan pengembangan piagam ini diharapkan ASEAN akan lebih menyentuh kepentingan rakyat. Blance Lincoln mengatakan, “it is about our personal responsibility to

strengthen our community. This is about making us strong enough and leaving a

legacy”. Senada dengan Lincoln, Everett Dirksen mengatakan, “when all is said

and done, the real citadel of strength of any community is in the hearts and minds

and desires of those who dwell there”.95

95 Edge Life Magazine,

(18)

3. Blue Print of ASEAN Economic Community 2007

Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mengembangkan

ASEAN Economic Community Blueprint yang merupakan panduan untuk

terwujudnya MEA. Declaration on ASEAN Economic Community Blueprint, ditanda tangani tanggal 20 november 2007, memuat jadwal strategis untuk masing-masing pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase yaitu tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013 dan 2014-2015. Penandatanganan MEA Blueprint dilakukan bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN (ASEAN Charter). Jadwal strategis pencapaian masing-masing pilar terdapat pada lampiran 2.96

1. Para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur Desember 1997 memutusakan untuk mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata serta kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan yang semakin berkurang.

Cetak Biru MEA juga memuat pedoman umum implementasi MEA yang dituangkan dalam jadwal strategis (lampiran 1). Implementasi MEA didasarkan pada prinsip “open, outward-looking, inclusive,

and market driven” dengan memperhatikan perbedaan tingkat pembangunan dan

kesiapan anggota ASEAN melalui penerapan formulasi ASEAN minus negara X.

Blue Print of ASEAN Economic Community 2007 (Cetak Biru Masyarakat

Ekonomi ASEAN) berisi kesepatan, antara lain:

(19)

2. Pada KTT ASEAN di Bali Oktober 2003, para pemimpin ASEAN memdeklarasikan bahwa komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) merupakan tujuan integrasi ekonomi regional (Bali Concord II) pada tahun 2020. Selain KEA, Komunitas Keamanan ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN merupakan dua pilar integral lain dari komunitas ASEAN yang akan dibentuk. Ketiga pilar tersebut diharapkan dapat bekerja secara erat dalam pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2020.

3. Selanjutnya, pertemuan ke-38 Menteri Ekonomi ASEAN, di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2006 sepakat akan menyusun “suatu cetak biru yang terpadu untuk mempercepat pembentukan KEA dengan mengindetifikasi berbagai karakteristik dan elemen KEA pada tahun 2015 sesuai Bali Concord II, dengan sasaran dan kerangka waktu yang jelas dalam mengimplementasikan berbagai langkah serta fleksibilitas yang telah disepakati sebelumnya guna mengkomodir kepentingan seluruh negara anggota ASEAN.

(20)

Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, telah membahas untuk mengembangkan ASEAN Economic Community 2015 Blueprint yang merupakan panduan untuk terwujudnya MEA. AEC 2015 Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN untuk mencapai integrasi AEC 2015, dimana masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam

Blueprint, dalam bidangAEC 2015 Blueprint memuat empat kerangka utama,

yaitu:97

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market

and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi,

tenaga kerja terdidik dan aliran modan yang lebih bebas;

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (Competitive

Economic Region), dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan

konsumen, hak atas kekayan intlektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;

3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (Equitable Economic Development) dengan elemen pengembangan usaha kecil, dan menengah dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam);dan

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (Integration to the Global Economic) dengan elemen pendekatan yang

97 Budiman, Aida S, et.al, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Jakarta: PT Elex Media

(21)

koheren dalam hubungan ekonomi diluar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN menyatakan bahwa ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki 5 (lima) elemen utama yaitu: aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang lebih bebas, dan aliran bebas tenaga kerja terampil.

Di samping itu, pasar tunggal berbasis produksi juga mencakup dua komponen penting lainnya, yaitu Priority Integration Sectors (PIS) dan kerja sama di bidang pangan, pertanian, dan kehutanan.98

1. Aliran bebas barang

Berikut penjelasannya sebagai berikut:

99

98 Article 9 ASEAN Economic Community Blue Print.

99 Article 10 ASEAN Economic Community Blue Print.

(22)

sertifikasi operasionalnya dan penyelarasan prosedur standardisasi dan kesesuaian. Persetujuan Common Efective Preverential Tariff for ASEAN free

trade area (CEPTAFTA) akan dikaji ulang dan ditingkatkan menjadi suatu

perjanjian yang koprehensif dan merealisasikan aliran bebas barang, serta dapat diterapkan sesuai kebutuhan ASEAN untuk mempercepat proses integrasi ekonomi menuju tahun 2015.

2. Aliran bebas sektor jasa100

Dalam memfasilitasi aliran bebas sektor jasa pada 2015, ASEAN juga tengah mempersiapkan pengakuan terhadap kualifikasi para profesional, dengan tujuan memfasilitasi pergerakannya di kawasan.

merupakan salah elemen penting dalam mewujudkanKomunitas Ekonomi ASEAN, yang di dalamnya tidak ada hambatan bagi para pemasok jasa ASEAN dalam penyediaan jasanya secara lintas-negara di kawasan, sesuai dengan aturan domestik di setiap negara anggota. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa putaran negosiasi, khususnya melalui ASEAN Coordinating Committeeon Service (CCS). Negosiasi untuk sektor tertentu seperti jasa keuangan dantransportasi Negara dilaksanakan melalui kementerian terkait. Dalam meliberalisasisektor jasa tidak diperkenankan untuk menarik kembali komitmen dan fleksibilitas yangdisepakati oleh seluruh Negara anggota ASEAN.

3. Aliran bebas investasi101

100 Article 20 ASEAN Economic Community Blue Print.

101 Article 23 ASEAN Economic Community Blue Print.

(23)

investasi intra-ASEAN. Aliran masuk investasi baru dan peningkatkan investasi yang telah ada (reinvestments) akan mendorong dan menjamin pembangunan ekonomi ASEAN yang dinamis. Kerja sama investasiASEAN diimplementkan melalui framework agreement on theASEAN investment Area (AIA) 1998, sedangkan perlindungan investasi dilaksanankan melalui perjanjian yang terpisah yaitu ASEAN Agreement for the Promotion

andProtection of Investment, 1987 atau yang bisa disebut sebagai ASEAN

Investment Guarantee Agreement (IGA). Berdasarkan AIA, seluruh industri

(bidang manufaktur, pertanian, perikanan,kehutanan, dan pertambangan serta jasa yang terkait dengan kelima sector tersebut)wajib dibuka dan national treatment diberikan bagi investor, baik pada tahap prapendirian

(pre-establishment) maupun pasca pendirian (post-(pre-establishment), dengan beberapa

pengecualian bagi industri yang tercantum dalam Tempory Exclition List(TEL) dan Sensitive List (SL) setiap negara anggota. TEL akan dihapus sesuai dengan jadwal yang disepakati. Meskipun tidak ada jadwal penghapusan yang jelas, SL akan ditinjau secara berkala.Untuk mendorong integrasi kawasan, framework

agreement on the AIA dan ASEAN IGA akan ditinjau kembali. Tujuannya

(24)

(ACIA) yang akan disusun berdasarkan AIA dan ASEAN IGA, akan mencakupi pilar-pilar sebagai berikut.

4. Aliran modal yang lebih bebas102

a. mencapai harmonisasi yang lebih baik dalam hal standar pasar modal ASEAN di bidang ketentuan penewaran surat utang, ketentuan disclosure dan aturan distribusi;

memperkuat pengembangan dan integrasi pasar modal ASEAN.Tindakan:

b. memfasilitas pengaturan atau persetujuan saling pengakuan (MRA) atas kualifikasi, pendidikan dan pengalaman para pekerja profesi di pasar modal; c. mengupayakan fleksibilitas yang lebih longgar dalam ketentuan bahasa

danhukum untuk penerbitan sekuritas;

d. memperkuat struktur withholding tax, apabila dimungkinkan, untuk memperluas basis investasi bagi penerbit surat utang di ASEAN; dan

e. memfasilitas berbagai upaya yang bersifat market-driven untuk membentuk jaringan antar-pasar saham dan pasar obligasi, termasuk aktivitas penghimpunan modal lintas batas.

5. Arus bebas lalu lintas tenaga kerja terampil103

102 Article 31 ASEAN Economic Community Blue Print.

103 Article 33 ASEAN Economic Community Blue Print.

(25)

antarnegara ASEAN. Dalam rangka memfasilitasi arus bebas perdagangan jasa (selambat-lambatnya pada 2015), ASEAN tengah mengupayakan harmonisasi dan standardisasi, untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja di kawasan dilakukan cara antara lain:

a. Mempererat kerja sama di antara anggota ASEAN University Network (AUN) untuk meningkatkan mobilitas mahasiswa dan staf pengajar di kawasan;

b. Mengembangkan kompetensi dasar dan kualifikasi untuk pekerjaan dan keterampilan pelatihan yang dibutuhkan dalam sektor jasa prioritas (selambat-lambatnya pada 2009); dan pada sektor jasa lainnya (dari tahun 2010 hingga 2015); dan

c. Memperkuat kemampuan riset setiap Negara Anggota ASEAN dalam rangkameningkatkan keterampilan, penempatan kerja dan pengembangan jejaring informasi pasar tenaga kerja di antara negara-negara ASEAN.

6. Sektor integrasi pasar104

Sebanyak dua belas sektor prioritas ekonomi telah diidentifikasi untuk mempercepat integrasi ekonomi. Beberapa negara anggota telah memainkan peran sebagai koordinator untuk setiap sektor. Setiap sektor integrasi prioritas Sementara berkeingginan untuk mengintegrasi seluruh sektor okonomi, ASEAN telah menyadari besarnya tantangan yang akan dihadapi dan sejak semula telah memfokuskan upaya pengintegrasian pada sebagian sektor prioritas dalam skala terbatas sebagai katalisator bagi proses integrasi ekonomi ASEAN secara menyeluruh.

(26)

tersebut memiliki peta jalan yang mengkombinasikan inisiatif-inisiatif sektor tertentu dengan inisiatif sektor yang lebih luas secara lintas sektoral seperti kebijakan fasilitas perdagangan. Peningkatkan efisien sektor-sektor utama ini akan memungkinkan ASEAN untuk bersaing dalam memperoleh modal dan mempertahankan aktivitas ekonomi yang memiliki nilai tambah dan pebukaan lapangan kerja di kawasan. Pendekatan sektoral memungkinkan kawasan untuk memfokuskan sumberdaya yang terbatas pada upaya pengintegrasian secara mendalam dan cepat pada sektor-sektor penting, sementara memberikan kesempatan kepada negara-negara anggota untuk mengkaji dan menangani dampak integrasi serta menggembangkan secara bersama-sama komitmen yang lebih kuat terhadap integrasi ekonomi sebelum bergerak lebih jauh.

B. Prinsip-Prinsip Pasar Tunggal ASEAN

Adapun prinsip-prinsip pasar tunggal ASEAN adalah sebagai berikut: 1. Free flow of goods/aliran bebas barang105

Melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN telah mencapai kemajuansignifikan dalam penghapusan tarif. Namun demikian,aliran bebas Aliran bebas barang merupakan salah satu sarana utama dalam mewujudkan pasartunggal dan basis produksi.Pasar tunggal untuk Barang (dan jasa) juga akan mempermudah pengembangan jaringan produksi di kawasan dan meningkatkankapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari mata rantaipasokan global.

(27)

barang tidak hanya memerlukan penghapusan tarif,tetapi juga penghapusan non-tarif. Selain itu komponen paling penting lainnya yang diperlukan untuk mempermudah aliran bebas barang adalah langkah-langkah fasilitasi perdagangan,seperti penyatuan prosedurCommon Effective Preferential Tariff (CEPT) secara berkesinambungan pemeberlakuanketentuan asal barang,termasuk prosedur sertifikasi operasionalnya dan penyelarasanprosedur standardisasi dan kesesuaian. Persetujuan Common Efective Preverential Tariff for ASEAN Free

Trade Area (CEPT-AFTA) akan dikaji ulang dan ditingkatkan menjadi suatu

perjanjian yang komprehensif dan merealisasikan aliran bebas barang, serta dapat diterapkan sesuai kebutuhan ASEANuntuk mempercepat proses integrasi ekonomi menuju tahun2015. Penghapusan Tarif. Tarif untuk seluruh barang intra ASEAN akan dihapus sesuaidengan jadwal dan komitmen yang tertuang dalam CEPT-AFTA dan persetujuan protokol terkait lainnya.Tindakan yang dilakukan antara lain :

a. Menghapuskan bea masuk seluruh barang,kecuali barang yang termasuk dalam Sensitive List (SL) dan Highly Sensitive List (HSL) selambat-lambatnya pada 2012 untuk ASEAN 6 dan selambat-selambat-lambatnya pada 2015 untuk CLMV, dengan fleksibilitas bagi produk-produk sensitifnya selambat-lambatnya pada 2018,berdasarkan ketentuan protocol to Amend the CEPT

Agreement for the Elimination of Import Duties.

(28)

pada 2012 untuk CLMV, berdasarkan ketentuan ASEAN Framework

(Amendement) Agreementforthe Intregration of Priority Sectors.

c. Menyelesaikan penahapan masuknya produk-produk SL ke dalam skema CEPT dengan tarif 0-5% selambat-lambatnya pada 1 januari 2010 untuk ASEAN-6,1 januari 2013 untuk Vietnam, 1 Januari 2015 untuk Laos, dan Myanmar, dan selambat-lambatnya pada 1 januari 2017 untuk Kamboja berdasarkan ketentuan Protocol on Special Arragements for Sensitive and

Highly Sensitive Product; dan

d. Memasukkan produk-produk yang telah ditahapkan dalam General

Exception List (GEL) sesuai dengan persetujuan CEPT.

Penghapusan Hambatan Non Tarif. ASEAN Telah mencapai kemajuan yangsignifikan dalam liberalisasi tarif. Perhatian utama ASEAN menuju integrasi tahun 2015akan dititikberatkan pada penghapusan hambatan non-tarif.Tindakan dilakukan antara lain:

1. Meningkatkan transparasi dengan mematuhi Protocol on Notification

Procedure dan menyusun Surveilance Mechanism yang efektif.

2. Mematuhi komitmen standstill and roll back atas hambatan non-tarif.

3. Menghapuskan seluruh hambatan non-tarif selambat-lambatnya pada 2010 untuk ASEAN-5 Pada 2012 untuk Filipina, dan pada 2015 dengan fleksibilitas hingga tahun 2018 CLMV berdasarkan kesepakatan penghapusan Work

Programme on Non-Tariff Barries (NTBs).

(29)

5. Sedapat mungkin,memilliki aturan-aturan regional dan kebijakan yang konsisten dengan praktik-praktik internasional yang terbaik.

2. Free flow of services/aliran bebas sektor jasa106

106 Article 20 ASEAN Economic BluePrint.

Aliran bebas sektor jasa merupakan salah elemen penting dalam mewujudkankomunitas Ekonomi ASEAN, yang di dalamnya tidak ada hambatan bagi para pemasokjasa ASEAN dalam penyediaan jasanya secara lintas-negara di kawasan, sesuai dengan aturan domestik di setiap negara anggota. Liberalisasi sektor jasa dirundingkandalam beberapa putaran negosiasi, khususnya melalui ASEAN Coordinating Committeeon Service (CCS). Negosiasi untuk sektor tertentu seperti jasa keuangan dantransportasi negara dilaksanakan melalui kementerian terkait. Dalam meliberalisasisektor jasa tidak diperkenankan untuk menarik kembali komitmen dan fleksibilitas yang disepakati oleh seluruh negara anggota ASEAN. Dalam memfasilitasi aliran bebas sektor jasa pada 2015, ASEAN juga tengahmempersiapkan pengakuan terhadap kualifikasi para profesional, dengan tujuanmemfasilitasi pergerakannya di kawasan.Tindakannya antara lain:

a. Mengurangi substansial seluruh hambatan dala, perdagangan jasa untuk empat sektor prioritas bidang jasa, yaitu transportasi udara, e-ASEAN, kesehatan, danpariwisata. Pada 2010 dan untuk sektor prioritas kelima, yaitu jasa logistik, pada2013;

(30)

c. Melaksanakan liberalisasi perdagangan jasa melalui putaran negoisasi setiap 2 tahun hingga 2015, yaitu, 2008, 2010, 2012, 2014, 2015;

d. Menargetkan jadwal jumlah minimum subsektor jasa barui yang harus dipenuhi pada setiap putaran, yaitu 10 subsektor pada 2010, 15 subsektor pada 2012, 20 subsektor pada 2012, 20 subsektor pada 2014, 7 subsektor pada 2015, yang didasarkan pada klasifikasi umum perjanjian umum perdagangan jasa WTO (GATS) W/120;

e. Menjadwalkan paket komitmen untuk setiap putaran sesuai parameter sebagai berikut:

1) Tidak ada hambatan bagi mode 1 dan 2, dengan pengecualian alasan yangdapat diterima (seperti kepentingan dan keamanan nasional) atas persetujuan semua negara anggota berdasarkan kasus per kasus.

2) Mengijinkan penyertaan modal asing (ASEAN) minimal 50% pada 2008 dan 70% pada 2010 bagi empat sektor prioritas; minimal 49% pada 2008, 51%pada 2010 dan 70% pada 2015 bagi sector jasa lainnya; dan

3) Menghapuskan secara progresif hambatan lainnya bagi perdangang jasa

Mode 3 pada 2015.

4) Menetapkan parameter liberalis untuk pembatasan national treatment,

mode 4 dan pembatasan dalam horizontal commitments pada setiap

putaran pada 2009.

5) Menjadwalkan komitmen sesuai dengan parameter yang disepakati untuk pembatasan national treatment, mode 4 dan pembatasan pada horizontal

(31)

6) Menyelesaikan kompilasi daftar hambatan perdangan jasa pada Agustus 2008.

7) Mengizinkan seluruh fleksibelitasi, meliputi subsektor yang secara penuh dikecualikan dari liberalisasi, dan subsektor yang parameternya belum disepakati dalam penjadwalan komitmen liberalisasi. Penjadwalan komitmen liberalisasi pada tiap putaran akan disesuaikan dengan fleksibelisasi sebagai berikut:

a) Kemungkinan untuk ikut serta pada putaran berikutnya jika negara anggota tidak dapat memenuhi parameter komitmen yang ditentukan pada putaransebelumnya.

b) Mengizinkan pergantian sub-sektor telah sepakat sepakat diliberalisasikan dalam satu putaran dengan subsektor lain diluar yang telah di sepakati, tapi hanya untuk negara anggota yang tidak mampu melaksanakan komitmennya. dan

c) Liberalisasi melalui formulasi ASEAN minus X.

h. Menyelasaikan pengaturan saling pengakuan (Mutual Recognition

Arrangements/MRA) yang saat ini sedang dalam tahap negosiasi antara

lain dibidang jasa arsitek, akuntan, surveying qualification, tenaga medis pada 2008 dan dokter gigi pada 2009;

i. Mengimplementasikan MRA secepatnya sesuai dengan ketentuan dari setiap MRA;

(32)

k. Memperkuat pengembangan SDM dan peningkatkan kemampuan di bidang perdagangan jasa.

3. Free flow of investement/aliran bebas investasi107

107 Article 23 ASEAN Economic BluePrint .

Tata aturan investasi yang bebas dan terbuka merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik penanaman bermodal asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) termasukinvestasi intra-ASEAN. Aliran masuk investasi baru dan peningkatkan investasi yang telah ada (reinvestments) akanmendorong dan menjamin pembangunan ekonomi ASEAN yang dinamis.

Kerja sama investasi ASEAN diimplementasikan melalui Framework

Agreement on the ASEAN Investment Area (AIA) 1998, sedangkan perlindungan

investasi dilaksanakanmelalui perjanjian yang terpisah yaitu ASEAN Agreement

for the Promotion and Protection of Investment, 1987 atau yang bisa disebut

sebagai ASEAN InvestmentGuarantee Agreement (IGA).Berdasarkan AIA, seluruh industry (bidang manufaktur, pertanian, perikanan,kehutanan, dan pertambangan serta jasa yang terkait dengan kelima sector tersebut)wajib dibuka dan national treatment diberikan bagi investor, baik pada tahap prapendirian

(pre-establishment) maupun pasca pendirian (post-(pre-establishment), denganbeberapa

(33)

4. Free flow of natural person/aliran bebas tenaga kerja terampil108

a. Mempererat kerja sama di antara anggota ASEAN University Network (AUN)untuk meningkatkan mobilitas mahasiswa dan staf penghajar di kawasan;

Dalam rangka mengizinkan mobilitasi yang terkelola serta memfasilitasi masuknyatenaga kerja yang terlibat dalam perdagangan barang, jasa dan investasi sesuaidengan peraturan yang berlaku di negara penerimaan, ASEAN tengah mengupayakan tindakan dengan memfasilitasi penerbitan visa dan employment

pass bagi tenaga kerja terampilASEAN yang bekerja di sektor-sektor yang

berhubungan dengan perdagangan dan investasi antar negara ASEAN.Dalam rangka memfasilitasi arus bebas perdagangan jasa (selambat-lambatnyapada 2015), ASEAN juga tengah mengupayakan harmonisasi dan standardisasi,untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja di kawasan dengan tindakan, antara lain:

b. Mengembangkan kompetensi dasar dan kualifikasi untuk pekerjaan dan keterampilan pelatihan yang dibutuhkan dalam sektor jasa prioritas (selambat-lambatnyapada 2009); dan pada sektor jasa lainnya (dari tahun 2010 hingga2015); dan

c. Memperkuat kemampuan riset setiap Negara Anggota ASEAN dalam rangkameningkatkan keterampilan, penempatan kerja dan pengembangan jejaring informasi pasar tenaga kerja di antara negara-negara ASEAN.

(34)

C. Kesepakatan di Bidang Ketenagakerjaan 1. ASEAN Framework on Services (AFAS)

ASEAN Economic Community (AEC) merupakan suatu program bagi negara-negara ASEAN untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses yang lebih mudah seperti menerapkan penghapusan bea masuk (Free Trade Area) untuk mewujudkan sebuah pasar tunggal. Tentunya ini membuat banyak peluang khususnya bagi Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas produk-produk maupun tenaga kerja profesional dalam memasuki tantangan ruang lingkup AEC.109 Para pemimpin ASEAN telah mengesahkan ASEAN Framework on Services (selanjutnya disebut AFAS) pada KTT ke-5 ASEAN tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok,Thailand, dan Indonesia telah meratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995, dimana AFAS antara lain berisi kesepakatan untuk:110

a. meningkatkan kerjasama di bidang jasa di antara negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan efesiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitas produksi serta pemasokan dan distribusi jasa, baik antara penyedia jasa di ASEAN maupun di luar ASEAN;

b. menghapus hambatan perdagangan di bidang jasa secara substansial antar negara ASEAN;

c. meliberalisasi perdagangan bidang jasa dengan memperdalam dan memperluas cakupan liberalisasi yang telah dilakukan oleh negara-negara

109

Potensi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, https://smartplantersblog.wordpress.com/2014/11/29/ (diakses pada tanggal 8 Maret 2016).

110 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementertian Luar Negeri Republik Indonesia,

(35)

dalam kerangka GATS/WTO, dengan tujuan mewujudkan perdagangan bebas di bidang jasa.

Sedangkan sesuai Article 1 AFAS:111

Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang sebenarnya telah

dideklarasikan sejak tahun 1995. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah mengkompilasi berbagai hambatan dalam pergerakan jasa antar negara, penyusunan MRA (Mutual Recognition Agreement) untuk jasa arsitektur, akuntansi, kualifikasi surveyor, tenaga kerja medis termasuk diantaranya dokter gigi (selesai 2008), dilanjutkan MRA untuk jasa-jasa professional lainnya (selesai 2015), serta peningkatan partisipasi asing dalam 4 sektor jasa (hingga 51%) serta jasa logistik (hingga 49%) pada tahun 2008.

1. to enhance cooperation in services amongst Member States in order to improve the efficiency and competitiveness, diversify production capacity and supply and distribution of services of their services suppliers within and outside ASEAN;

2. to eliminate substantially restrictions to trade in services amongst Member States;and

3. to liberalise trade in services by expanding the depth and scope of

liberalization beyond those undertaken by Member States under the GATS with the aim to realizing a free trade area in services.

112

Dalam rangka menciptakan pasar tunggal berbasis produksi diantara Negara anggota kawasan ASEAN, para pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati kerangka hukum dalam mengembangkan 4 pilar penting dalam mewujudkan MEA 2015. Keempat pilar tersebut antara lain arus barang yang bebas, arus jasa

111

(36)

yang bebas, arus investasi yang bebas, dan arus modal yang lebih bebas. Keempat pilar ini memiliki payung hukum yang telah disepakati berupa ASEAN Trade in

Goods Agreement (ATIGA) yang mengatur tentang arus barang yang bebas,

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang mengatur arus jasa yang bebas, ASEAN Comprehensive Agreement on Investment (ACIA) yang mengatur arus investasi yang bebas, serta Chiang Mai Initiative

Multilateralisation (CMIM) yang mengatur tentang arus modal yang lebih

bebas.113 Dalam proses perundingan liberalisasi bidang jasa, AFAS menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang diterapkan dalam WTO. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:114

a. Most Favoured Nation (MFN) Treatment, yakni kemudahan yang diberikan

kepada suatu negara berlaku juga untuk semua negara lain.

b. Non discriminative, yakni pemberlakuan hambatan perdagangan diterapkan

untuk semua negara, tanpa pengecualian.

c. Transparancy, yakni setiap negara wajib mempublikasikan semua peraturan

perundang-undangan, pedoman pelaksanaan, dan semua keputusan/ketentuan yang berlak secara umum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

d. Progressive liberalization, yakni liberalisasi secara bertahap sesuai dengan

tingkat perkembangan ekonomi setiap negara anggota.

113 Kesiapan Indonesia Dalam Rangka Liberalisasi Investasi Dalam Kerangka Hukum

ASEAN Comprehensive Agreement on Investment (ACIA) Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, http://www.academia.edu/9886725/ (diakses pada tanggal 8 Maret 2016).

114 Aida S. Budiman et.al, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Jakarta: PT. Elex

(37)

2. Mutual Recognition Arrangement

Tantangan global yang ada di depan mata adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diselenggarakan tahun 2015 mengisyaratkan adanya liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas, dan arus modal yang bebas. Laporan penelitian ini hanya akan mengulas arus bebas tenaga kerja terampil. Arus bebas tenaga terampil dapat diartikan bahwa semua warga negara ASEAN dapat keluar masuk untuk mencari pekerjaan tanpa adanya hambatan dari pihak negara yang dituju. Yang dimaksud tenaga kerja terampil adalah pekerja yang mempunyai keahlian, keterampilan khusus, pengetahuan dan keahlian dibidangnya yang dapat berasal dari lulusan perguruan tinggi maupun yang didukung kemampuan informal yang diperoleh dari lembaga pendidikan informal seperti kursus bahasa asing ataupun kursus kompetesi lainnya, serta dari pengalaman kerja. Untuk mendukung arus bebas tenaga terampil, maka disusunlah mutual recognation arragement (MRA). MRA dapat diartikan sebagai kesepakatan bersama seluruh anggota ASEAN untuk menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau sertifikat.

(38)

atas standar-standar tersebut yangdisetujui secara bersama oleh negara-negara anggota ASEAN dapat dikategorikan sebagai Mutual Recognition Arrangement dibidang Jasa.

Mutual Recognition Arrangement Jasa ASEAN pertama kali ditetapkan

padatanggal 9 Desember 2005 untuk sektor engineering services. Sejauh ini telah ditetapkan tujuh macam Mutual Recognition Arrangement Jasa ASEAN yaitu:

a. Mutual Recognition Arrangement on Engineering Services115

MRA on Engineering Services ditetapkan pada 9 Desember 2005 diKuala

Lumpur, Malaysia. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitasprofesional insinyur di dalam kawasan ASEAN dan juga untuk salingtukar menukar informasi dalam rangka meningkatkan kualitas standarisasi dankualifikasi di ASEAN. Bagian pertama MRA merupakan pembahasan definisi-definisi, yangantara lain menjelaskan definisi

Professional Engineer, Registered ForeignProfessional Engineer, dan

Professional Regulatory Authority. ProfessionalEngineer mengacu kepada

seseorang warga negara, negara anggota ASEyang oleh Professional

Regulatory Authority telah dinyatakan layak secara teknis, moral, dan legal

untuk menjalankan praktek profesi insinyur.

:

b. Mutual Recognition Arrangement on Nursing Services116

MRA on Nursing Services ditetapkan pada 8 Desember 2006 di Cebu,

Filipina. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas tenaga professional perawat di kawasan ASEAN, untuk saling tukar menukar

:

115http://www.aseansec.org/18009.htm (diakses pada tanggal 8 Maret 2016).

(39)

informasi dan pengetahuan mengenai standarisasi dan kualifikasi, untuk meningkatkan kualitas kerja para tenaga profesional perawat, dan juga untuk memberikan kesempatan capacity building dan pelatihan bagi para perawat.

Foreign Nurse dari suatu negara ASEAN diperbolehkan untuk praktek di

negara-negara ASEAN yang lain jika memiliki kualifikasi-kualifikasi perawat yang diakui oleh Nursing Regulatory Authority (NRA) negara asalnya maupun negara tujuannya. Tindakan:

1) memiliki sertifikat izin praktek yang diterbitkan oleh NRA negara asalnya;

2) telah aktif praktek sebagai perawat di negara asalnya tidak kurang dari tigatahun, sebelum proses aplikasi perawat tersebut ke negara tujuannya; 3) tercatat di negara asalnya bahwa yang bersangkutan tidak pernah

melanggar standar etika praktek perawat, baik standar lokal maupun internasional;

4) tunduk terhadap peraturan yang telah dibuat NRA negara asalnya;

5) dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh NRA negara tujuannyadan tunduk terhadap peraturan yang telah dibuat oleh NRA negera tujuantersebut.

c. Mutual Recognition Arrangement on Surveying Qualifications117

MRA on Surveying Qualifications ditetapkan pada 19 November 2007di

Singapura. MRA ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerangka kerja danmenetapkan dasar bagi otoritas yang berwenang untuk melakukan

:

(40)

observasi selama proses negosiasi MRA ini berjalan, seperti yang diketahui bahwa negara-negara ASEAN memiliki persyaratan dan standar yang berbeda. Selain tujuan-tujuan di atas, MRA ini juga bertujuan untuk saling tukar menukar informasi dalam rangka meningkatkan kepercayaan dan kualitas pelaksanaan standarisasi kualifikasi surveyor.

Bagian pertama dari MRA ini terdiri dari pembahasan definisi-definisi. Di antaranya adalah definisi mengenai competent authority, registered

surveyor,dan surveyor. Competent authority adalah otoritas yang berwenang

(41)

tenaga profesional surveyor harus tunduk terhadap hukum, peraturan, kebijakan, dan standar domestik suatu negara.

d. Mutual Recognition Arrangement on Architectural Services118

Professional Regulatory Authority (PRA) yang dimaksud disini adalah

badanpemerintah atau otoritas yang berwenang untuk mengatur dan mengawasi penerapan praktek arsitektur di suatu negara ASEAN.

:

MRA on Architectural Services ditetapkan pada 19 November 2007

diSingapura. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas tenaga professional arsitek di kawasan ASEAN. Yang kedua untuk tukar menukar informasi dalamrangka meningkatkan kualitas pelaksanaan standarisasi disektor jasa arsitektur.Yang ketiga untuk menyelaraskan semangat kerjasama negara-negara ASEAN berdasarkan distribusi sumberdaya dan keuntungan yang adil melaluikolaborasi penelitian. Yang terakhir untuk mendorong munculnya komitmentransfer teknologi diantara negara-negara ASEAN. Isi dari MRA on Architectural Services sebagai berikut, bagian pertamaadalah pembahasan definisi-definisi, diantaranya definisi mengenai

architect,registered foreign architect, dan Professional Regulatory

Authority (PRA).Yang dimaksud dengan ASEAN Architect (Arsitek

ASEAN) didalam MRA ini adalah seorang warga negara dari suatu negara ASEAN yang telah diuji dan ditetapkan layak secara teknis, moral, dan hukum oleh PRA negaranya sebagai arsitek. Dan ia telah teregistrasi dan memiliki lisensi dari PRA tersebut.

(42)

Sedangkan yang dimaksud dengan Registered Foreign Architect dalam MRA ini adalah arsitek ASEAN yang telah diizinkan oleh PRA negara tujuannya untuk bekerja di negara tersebut, baik bekerja secara sendiri maupun bekerjasama dengan arsitek-arsitek lokal negara tersebut.

e. Mutual Recognition Arrangement on Accountancy Services119

MRA on Accountancy Services ditetapkan pada 26 Februari 2009

diCha-am, Thailand. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi negosiasi-negosiasiMRA on Accountancy Services antara negara-negara ASEAN dan untuk tukarmenukar informasi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan standarisasi bagiprofesi akuntan. Isi dari MRA tersebut sebagai berikut, bagian pertama berisi definisiPracticing Professional Accountant (PPA). PPA adalah akuntan yangberkewarganegaraan negara-negara anggota ASEAN yang menurut NationalAccountancy Board (NAB) atau

Professional Regulatory Authority (PRA)layak secara teknis dan hukum

untuk menjalankan praktek akuntan. NAB atauPRA ini mempunyai tanggung jawab-tanggung jawab yaitu memberikanpengakuan kepada PPA asing yang ingin bekerja di negaranya baik yang bekerja sendiri maupun bekerjasama dengan PPA negaranya, memonitor PPAyang telah diberikan pengakuan tersebut dalam menjalankan praktek jasa akuntansi di negaranya, menyusun standar dan etika praktek tenaga professional akuntan, dan saling tukar menukar informasi mengenai regulasidan penerapan jasa akuntan dengan NAB atau PRA negara-negara

:

(43)

ASEANyang lain dalam rangka mengharmonisasikan penerapan jasa akuntan yang ada di masing-masing negara dengan standar internasional. f. Mutual Recognition Arrangement on Dental Practitioners120

MRA on Dental Practitioners ditetapkan pada 26 Februari 2009 di

Chaam,Thailand. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas dokter gigi dikawasan ASEAN. Yang kedua bertujuan untuk tukar menukar informasi dan membangun kerjasama pada sektor kesehatan ini. Yang ketiga meningkatkankualitas pelaksanaan standarisasi. Dan yang terakhir untuk memberikan kesempatan capacity building dan pelatihan bagi para dokter gigi. Isi dari MRA tersebut sebagai berikut. Bagian pertama berisi definisi-definisi mengenai dental practitioners, spesialis, dan foreign dental practitioners. Dental practitioners adalah dokter gigi yang telah menyelesaikan pendidikan dokter giginya, dan telah teregistrasi dan memiliki lisensiProfessional Dental Regulatory

Authority (PDRA) di negaranya. Secara teknis,etis, dan hukum telah

memenuhi syarat untuk menjalankan praktek medis dinegaranya. Begitu juga dengan definisi spesialis, spesialis adalah dokter gigiyang telah menyelesaikan pendidikan spesialis kedokteran gigi dan telahteregistrasi dan memiliki lisensi PDRA di negaranya. Sedangkan

Foreign Dental Practitioners (dokter gigi asing) adalah para dokter gigi

dan spesialisyang berkewarganegaraan negara-negara anggota ASEAN :

(44)

yang telahteregistrasi oleh PDRA negara asalnya atau memiliki izin praktek dan ingin mendapatkan izin praktek di luar negaranya.

g. Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners121

Pada Desember 2005, Indonesia menyetujui liberalisasi 12 sektor jasa dengan meratifikasi GATS. Pada ratifikasi GATS pada Konferensi Tingkat Menteri di Hongkong ini pun secara resmi membuat Indonesia kehilangan kedaulatannya akan 12 sektor jasa, yakni: jasa bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi dan teknik terkait, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan, jasa keuangan, jasa kesehatan dan sosial, jasa wisata dan perjalanan, jasa rekreasi, budaya dan olahraga, jasa transportasi, dan jasa-jasa lain yang belum tercantum. Liberalisasi jasa di bidang pendidikan yang merupakan salah satu dari 12 cakupan perdagangan jasa dalam General Agreement on Trade in Services (GATS), WTO

:

MRA on Medical Practitioners ditetapkan pada 26 Februari 2009 di

Cha-am, Thailand. MRA ini bertujuan untuk untuk memfasilitasi mobilitas dokter umum di kawasan ASEAN. Yang kedua bertujuan untuk tukar menukarinformasi dan membangun kerjasama pada sektor kesehatan ini. Yang ketigameningkatkan kualitas pelaksanaan standarisasi. Dan yang terakhir untuk memberikan kesempatan program pembangunan kapasitas dan pelatihan bagi para dokter umum.

(45)

melalui GATS menempatkan pendidikan sebagai salah satu sektor industri tersier.122

122

D. Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN mengenai E-Contract Seiring dan sejalan dengan perkembangan globalisasi, dunia perdagangan dan dunia bisnis juga ikut berkembang. Dalam perkembangannya yang paling mutakhir, muncul sebuah model transaksi bisnis yang sangan inovatif yang mengikuti kemajuan teknologi tinggi (high tech improvement) di bidang media komunikasi dan informasi. Ditemukannya teknologi internet (interconnection

networking) yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer, cybernet atau world

wide web (www) yang memungkinkan terjadinya transformasi informasi secara

cepat ke seluruh jaringan dunia melalui dunia maya telah melahirkan apa yang disebut dengan Alvin Torifler dalam The Third Wave (1982) sebagai masyarakat gelombang ketiga.Keadaan diatas tersebutlah pula yang dihadapi negara-negara ASEAN dalam menghadapi era Msyarakat Ekonomi ASEAN dewasa ini. Transaksi elektronik sangat berpengaruh dan dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil di kawasan negara-negara anggota ASEAN. Terkhusus pada arus bebas aliran tenaga kerja terampil, kesepakatan yang dilakukan antar pemberi jasa dan penerima jasa sebaiknya dilakukan dengan cepat dan efisien yang dilakukan melalui transaksi elektronik atau bisa disebut dengan kontrak elektronik (e-contract), yang diatur dalam e-ASEAN (elektronik ASEAN).

(46)

e-ASEAN didirikan untuk memanfaatkan peluang-peluang dari adanya revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi (TI) dan e-commerce di ASEAN. Adapun 6 (enam) pilar e-ASEAN adalah :

1. menetapkan infrastuktur informasi di ASEAN; 2. memfasilitasi pertumbuhan e-commerce;

3. membebaskan perdagangan produk dan servis dari teknologi informasi dan komunikasi;

4. memfasilitasi perdagangan produk dan servis dari teknologi informasi dan komunikasi;

5. membangun kapasitas dan suatu e-Society; dan

6. mempromosikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengaplikasian e-Government.

Article 5 e-ASEAN Framework Agreement menyatakan bahwa:

Member states shall adopt electronic commerce regulatory and legislative

frameworks that create trust and confidence for consumers and facilitate the transformation of businesses towards the development of e-ASEAN. To this end, Member States shall:

1. Expeditiously put in place national laws and policies relating to electronic

commerce transaction based on international norms;

2. Facilitate the establishment of mutual recognitionof digital signature

framework;

3. Facilitate secure regional electronic transaction property rights arising from

e-commerce. Member States should consider adoption of the world intellectual Property Organisation (WIPO) treaties, namely: “WIPO Performances and Phonograms Treaty 1996);

4. Take measures to promote personal data protection and consumer privacy; and 5. Encourage the use of alternative dispute resolution (ADR) mechanism for

(47)
(48)

INDONESIA

A. Prosedur Penerimaan Tenaga Pendidik Asing dengan E-Contract di Indonesia

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara umum diatur dalam UU Sisdiknas. Prinsip penyelenggaraan pendidikan dalam Undang-Undang ini menganut sistem terbuka artinya pendidikan diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian progam lintas satuan dan jalur pendidikan (multi

entry-multy exit system).123 Peserta didik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil progam-progam pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka atau jarak jauh.124

Untuk kependidikan pembangunan nasional, Menteri dapat meminta warga negara asing yang memiliki ilmu pengetahuan dan/atau keahlian tertentu yang langka dan sangat diperlukan bagi pembangunan nasional serta memiliki sikap Hal perlu diperhatikan mengenai penyelenggaraan pendidikan oleh penyedia jasa asing yaitu berkenaan dengan pengaturan atas kehadiran tenaga pekerja asing (present of foreign natural person) yang dipekerjakan di sektor pendidikan Indonesia. Dalam hal ini Pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan menyebutkan bahwa:

123 Penjelasan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

(49)

mental dan pandangan hidup yang tidak bertentangan dengn Pancasila dan UUD 1945 untuk menjadi tenaga pendidik.”

Pendidik asing merupakan tenaga kerja asing (yang selanjutnya disebut

TKA) adalah tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.125

1. Memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh tenaga kerja asing.

Menurut Pasal 1 angka 13 UU Ketenagakerjaan menyebutkan tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.

Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan tenaga kerja warga negara asing dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja Indonesia secara optimal. Lalu, harus dapat dipahami bahwa tenaga kerja asing yang dapat bekerja Indonesia yang diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Peraturan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, TKA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

125 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Bandung: Citra

(50)

2. Memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki tenaga kerja asing paling kurang 5 (lima) tahun.

3. Bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja Indonesia pendamping.

4. Dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Kesepakatan yang terjalin diterimanya tenaga kerja bagi tenaga pendidik asing yakni antara pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah126yang dituangkan dalam suatu perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Dalam hal ini penyelenggara pendidikan dalam suatu negara membutuhkan jasa tenaga pendidik asing yang dapat dimuat dalam suatu website sebagai bentuk informasi kepada masyarakat lokal maupun asing. Menurut Budiono, ada beberapa tujuan penempatan TKA di Indonesia, yaitu:127

1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan professional pada bidang-bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.

2. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang industri.

3. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.

4. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di Indonesia.

Tujuan pengguna tenaga kerja asing tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional pada bidang tertentu yang

126 Pasal 41 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

127 Budiono, Abdul Rachmat, Hukum Perburuhan di Indonesia (Jakarta: PT. Rajagrafindo

(51)

belum dapat diduduki oleh tenaga kerja lokal serta sebagai tahapan dalam mempercepat proses pembangunan nasonial maupun daerah dengan jalan mempercepat alih ilmu dan teknologi dan meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA sebagai penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataannya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan swasta asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri.128

Kesepakatan kehendak pada prinsipnya baru terjadi setelah adanya penawaran (offer) dari salah satu pihak yang kemudian diikuti dengan penerimaan tawaran (acceptance) oleh pihak lain dalam perjanjian tersebut. Sehingga menurut teori ini kesepakatan antarpihak terjadi pada saat penjual (merchant) mengajukan penawaran dengan menyediakan daftar atau katalog barang (pruduct table) yang disertai dengan deskripsi produk yang dijual dan kemudian customer yang Perjanjian kerja bersama antara penyelenggara pendidikan dengan pendidik asing dengan menggunakan sistem kontrak elektronik (e-contract) didahulukan karena telah adanya kesepakatan, apabila dikaitkan dengan teori dalam perjanjian yang diungkapkan oleh Munir Fuady, maka untuk menentukan kapan suatu kesepakatan kehendak terjadi dapat digunakan sebagai suatu patokan untuk menentukan keterikatan seseorang pada perjanjian tertutup sehingga perjanjian dianggap telah mulai berlaku, teori tersebut yaitu:

1. Teori Penawaran dan Penerimaan (offer and acceptance).

128 H.R. Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta: Penerbit Restu Agung, 2008), hlm.

(52)

memilih produk yang ditawarkan dengan mengeklik kotak yang disediakan sehingga bertanda check.

2. Teori Pernyataan (verklarings theorie).

Menurut teori pernyataan, apabila ada kontroversi antara apa yangdikehendaki dengan apa yang dinyatakan, maka apa yangdinyatakan tersebutlah yang berlaku, karena masyarakat padaumumnya menghendaki bahwa apa yang dinyatakan dapatdipegang.Berdasarkan teori ini, apa yang dinyatakan oleh customer dengancara mengisi order form maupun form lainnya, maka itulah yangdianggap berlaku, bukan lagi apa yang dikehendakinya. Demikianjuga dengan apa yang dinyatakan oleh merchant yang berkaitandengan persetujuan proses transaksi yang berlaku itulah yangberlaku meskipun dalam proses tersebut masih ada kemungkinan customer memberikan data yang tidak benar, sedangkan

merchantmelalui perangkat software yang digunakan telah menyetujuitransaksi

tersebut.Sehingga suatu kesepakatan kehendak antar para pihak telah terjadiketika

customer melakukan pengisian order form maupun formlainnya, dan merchant

dengan menggunakan perangkat software menyetujuinya transaksi tersebut. 3. Teori Konfirmasi

Teori ini menjelaskan bahwa suatu kata sepakat telah ada ataudianggap telah terjadi ketika pihak yang melakukan penawaranmendapat jawaban atau konfirmasi jawaban dari pihak yang menerima tawaran. Sehingga kata sepakat dalam transaksi e-contractterjadi ketika merchant mendapat jawaban dari

(53)

termasuk juga informasi yang dikirimkan oleh customer yang telah memenuhi persyaratan atau dinyatakan valid.

Penyelenggara pendidikan pun harus memperhatikan kecakapan hukum tenaga pendidik asing sebagai syarat sah yang diperjanjikan yakni:129

Jika dikaitkan dengan proses terjadinya kontrak elektronik (e-contract) antara penyelenggara pendidik dengan pendidik asing, menurut Santiago Cavanilas dan A. Martines Nadal yang dikutipRidwan Khairandy maka kesepakatan para pihak dapat terjadi melalui cara:

1. Orang-orang yang belum dewasa;

2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang Undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

130

Alat komunikasi yang disediakan internet yang biasa digunakan untuk

dialog interaktif secara langsung, kontrak melalui media ini pada dasarnya samadengan pembuatan kontrak konvensional hal yang membedakannnya hanyalah pada posisi dan lokasi para pihak yang dihubunginya. Sehingga kesepakatan para pihak terjadi ketika customer dan merchant menyepakati terhadap apa yang diperjanjikan, dengan model ini para pihak mempunyai posisi tawar yang seimbang sehingga dapat merundingkan mengenai isi dari kontrak 1. Chatting dan video conference

129<

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pembuatan benda uji, dilakukan proses pengambilan data berat baik berat kering, berat dalam air, berat jenuh (SSD) dilanjutkan dengan proses perendaman

Dari hasil identifikasi risiko berdasarkan karakteristik sistem yang dibuat, teridentifikasi ada 11 risiko dan karena ada beberapa risiko menjadi agen risiko yang lain, maka

Support such as necessary expressions relevant to the specific context, authentic examples of a particular business writing type, teacher’s and peer’s feedback to students having

dengan lokasi elemen yang akan digunakan gambar beton fabrikasi dapat dilihat pada gambar 4, (2) Material Non Fabrikasi terdiri dari beberapa macam, antara lain sebagai

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan

Meskipun nilai rerata marginal prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan prestasi belajar siswa yang dikenai model PL berbeda,

Subfraksi kromatografi kolom yang telah diuapkan dilarutkan dengan 0,5 mL metanol sehingga diperoleh ekstrak yang tidak terlalu pekat.. Pembuatan pereaksi

Proses bimbingan sekolah untuk praktikan secara langsung maupun tidak langung dilakukan oleh guru pamong, koordinator guru pamong, kepala sekolah, dosen pembimbing, dan