• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONDOK PESANTREN SEBAGAI SUBTITUSI PERAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PONDOK PESANTREN SEBAGAI SUBTITUSI PERAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK PESANTREN SEBAGAI SUBTITUSI PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN MORAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Keluarga dan Gender

Dosen Pengampu : Stevanny Afrizal, M.Sos

Disusun oleh :

Ayu Nur Hasanah (2290150031)

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi aspek penting untuk keberhasilan pembangunan dan majunya suatu bangsa, serta sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil, handal, dan mampu bersaing dalam era globalisasi sekarang ini. Sekolah sebagai lembaga dan sarana pendidikan terus berbenah dalam sistem dan kurikulum untuk menciptakan lulusan yang cerdas dan memiliki daya saing dengan lulusan-lulusan dari sekolah lain.

Pada Pendidikan formal melalui sekolah-sekolah formal yang berorientasi akademis dan menitik beratkan kepada pendidikan saintek dan ilmu sosial yg dinilai sudah mempuni tersebut, masih banyak orang tua yang memberikan pendidikan tambahan kepada anaknya, salah satunya berupa pendidikan agama, akhlak, dan pendidikan karakter dengan memasukan anaknya kedalam pesantren atau bisa disebut pondok dengan murid yang disebut santri.

(3)

Berdasarkan deskripsi di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pondok pesantren sebagai substitusi peran keluarga dalam pendidikan formal.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana alasan orang tua memberikan kepercayaan terhadap pondok pesantren untuk mengganti perannya dalam penanaman moral dan pengawasan terhadap anak?"

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi keluarga dan gender serta untuk memahami Bagaimana alasan orang tua memberikan kepercayaan terhadap pondok pesantren untuk mengganti perannya dalam penanaman moral dan pengawasan terhadap anak.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Peneliti mengharapkan semoga penelitian ini dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis mengenai pesantren seperti substansi peran keluarga dalam pendidikan formal

2. Manfaat praktis

(4)

BAB II

KERANGKA TEORITIK 2.1Teori Panopticon

Teori panopticon yang dipopulerkan oleh Michel Foucault mengupas tentang disiplin dan punishment. Dimana dalam teori ini membahas tentang kontrol atau pengawasan terhadap individu secara diskontinue untuk menghasilkan ketaatan yang permanen tetapi sumber daya yang diogunakan sedikit . pendisiplinan adalah sebuah mekanisme pembentuk perilaku individu yang taat dan patuh pada serangkaian norma melalui sistem kontrol atau pengawasan terhadap individu. Pendisiplinan merupakan mekanisme kekuasaan yang dilakukan untuk membentuk tubuh yang terampil dan bergiuna . ia juga merupakan mekanisme kekuasaan yang bersifat positif. Disiplin seringkali disandingkan dengan norma yang ada dalam mekanisme, nomra merupakan bentuk kekuasaan, atau sebagai “kekuasaan norma”. Foucault menganalogikan proses ini dengan proses pendisiplinan yang dilakukan para tentara. Menurutnya, pelatihan disiplin tidak dilakukan melalui kontrol langsung terhadap tubuh secara keseluruhan. Akan tetapi melalui kontrol secara khusus pada bagian-bagian tertentu dari tubuh. Fokus disiplin bukan hanya ditujukan kepada hasil kejahatan atau hukuman yang dicapai melainkan perlu melihat sebuah cara atau dengan cara lain bagimana melakukan sesuatu yang kita inginkan.

(5)

normalisasi (la normalisation) atau standarisasi penilaian. Normalisasi ialah instrumen kekuasaan pendisiplinan yang menjadi instrumen penilaian untuk melakukan pengawasan terhadap individu. Dapat juga dimaknai sebagai sebuah penilaian dan teknik yang digunakan untuk mengukur pengelompokkan dan pengkategorian individu sesuai standar atau norma tertentu. Skala ini menentukan standar perilaku “normal” dan “dan tidak normal” . standar perilaku yang yang dapat diterima atau ditolak orang lain. keberadaan normalisasi ini akan memebetuk kedisiplinan dalam diri individu karena mereka akan berusaha bertindak dan memahami standar tersebut. ketihga, sebuah ujian atau pemeriksaan yang menggabungkan model pemetaan hierarkis dan normalisasi penilaian . Foucault menyatakan “ suatu sikap normal menetapkan setiap individu yang dipandang melalui mana seseorang membedakan dan menilai mereka “. Ujian merupakan lokus utama kekuasaan atau pengetahuan modern karena menggabungkan kekuatan (kemampuan , kecerdasan ) dan kebenaran dalam satu kesatuan yang utuh.

2.2 Analisis Teori

Sejalan dengan teori Panopticon yang disampaikan oleh Focault, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa cara kerja pesantren sama seperti penjara. Dimana pondok pesantren memegang peranan penting dalam hal pengawasan individu (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah para santri).

Orangtua mengharapkan bahwa anaknya dapat lebih terkontrol dan memiliki ilmu agama yang lebih baik jika anaknya masuk pesantren. Seperti yang dikatakan Focault, control yang ada dan bersifat discontinue diharapkan dapat membentuk suatu ketaatan yang permanen. Dalam hal ini, tentu saja pengawasan yang dilakukan pondok pesantren bersifat discontinue karena seorang santri tentu saja hanya memiliki jangka mondok selama beberapa tahun (tidak seumur hidup).

(6)

Dalam hal ini, Pondok Pesantren menggunakan cara surga dan neraka ibaratkan punishment and reward. Apabila seseorang tidak dapat mengikuti norma-norma yang ada, maka ia akan mendapat hukuman berupa masuk neraka atau berdosa. Sebaliknya, apabila orang itu sudah mengikuti ajaran agama dan norma-norma yang ada di masyarakat dengan baik, maka ia akan mendapatkan balasan berupa pahala dan surga.

Mekanisme pembentukan perilaku tubuh (santri) yang taat dan dapat dikendalikan terdapat tiga cara, yaitu:

1. Pendisiplinan dapat dibentuk melalui pengamatan atau pengawasan yang bertingkat. Layaknya menara pengawas yang ada di penjara, para narapidana selalu merasa diawasi karena menara pengawas dapat dengan transparan melihat mereka, sedangkan mereka tidak dapat melihat keadaan menara pengawas. Hal ini pun juga berlaku di pondok pesantren, dimana kantor ustad dan ustadzah maupun rumah Kyai Besar berada di tempat yang sentral. Tempat tersebut memungkinan mereka dapat mengawasi santri ke segala penjuru, sedangkan santri tidak dapat mengetahui kondisi dimana ustad, ustadzah maupun Kyai Besar itu berada. Oleh karena itu, mereka selalu merasa bahwa gerak-gerik mereka diawasi. Mereka takut melakukan penyimpangan karena di dalam diri mereka sudah ter-mindset bahwa segala perilaku mereka diawasi.

2. Pendisiplinan melalui normalisasi atau standarisasi penilaian. Dalam hal ini, para santri di pondok pesantren dituntut untuk memiliki atau memenuhi standar-standar penilaian tertentu. Contohnya mereka harus khatam Al-Qur’an, mengikuti pengajian, dan mengikuti norma-norma yang ada. Apabila mereka melakukan penyimpangan, maka ia akan dicap tidak normal (berbeda) daripada yang lain secara umum. Hal ini dapat kita lihat, apabila seorang santri memakai baju yang tidak syar’I maka ia akan dianggap menyimpang dan tidak normal karena ia tidak seperti santri-santri yang lain yang berpakaian tertutup.

(7)

penilaian baik dan masuk ke dalam golongan yang dianggap baik dan ideal, makai a akan berusaha keras untuk menaati peraturan yang ada. Adanya ujian memiliki fungsi bahwa seorang individu dapat terlihat berada di posisi mana dalam tatanan hierarki dan sudah ideal kah dia dalam standar penilaian. Orangtua tentu saja menginginkan anaknya untuk berada di dalam penilaian yang baik dan sesuai dengan standar-standar ideal penilaian masyarakat. Oleh karena itu, dengan memasukkan anaknya kedalam pesantren mereka berharap anaknya dapat berada ditatanan hierarki yang baik atau tinggi. Pesantren mengadakan ujian-ujian untuk menempatkan posisi anak tersebut ada dimana dalam hierarki, dan sudah ideal kah ia di dalam penilaian masyarakat.

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan penelitian

Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dimana metode ini digunakan untuk melihat dan menafsirkan bagaimana sistem kepercayaan orangtua yang memilih pondok pesantren sebagai tempat yang memiliki kontrol atas perilaku anaknya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualit (Qualitative Reseach) yakni jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

3.2. Setting penelitian tempat

penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pessantren Al-Quran Ath-Tabraniyyah Jl. Yusuf Martadilaga No. 23 A Kecamatan Serang Banten. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 20 mei 2018. 3.3.Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif meliputi data observasi wawancara dokumentasi dan pengamatan.

Observasi

Metode obsrevasi adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamatan atau dengan pencatatan dengan sistimatis tentang fenomena yang diselidiki seperti yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto disebut pula dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh indera.

Wawancara

(9)

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1. Alasan orangtua nenitipkan anaknya di pondok pesantren Al-Quran Ath-Tabraniyyah

2. Tanggapan orangtua mengenai pondok pesantren 3. Alasan anak mondok

4. Tanggapan orangtua ketika anak di pondok

Dokumentasi

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini peneliti tampilkan melalui tabel sebagai berikut :

Nama Informan

Pertanyaan Jawaban

Euis Roslina 1. Bagaimana Alasan informan tinmggal di 4. Sejak kapan tinggal di

pondok pesantren? 5. Apakah banyak anggota

keluarga yang tinggal di pondok pesantren?

1. Tinggal di pesantren adalah keinginan sendiri untuk menambah ilmu agama 2. Tidak ada tanggapan khusus

karena sudah sejak dulu tinggal di pesantren 3. Orang tua sangat percaya

terhadap pesantren karena menganggap pesantren memiliki kontrol yang baik terhadap santrinya

4. Sejak masih duduk di bangku MTS atau setara SMP hingga saat ini

5. Dari anggota keluarga memamang ada yang tinggal di pesantren juga, yaitu kaka perempuan.

Ita Purwati 1. Bagaimana Alasan informan tinmggal di pondok pesantren?

(11)

2. Bagaimana tanggapan 4. Sejak kapan tinggal di

pondok pesantren? 5. Apakah banyak anggota

keluarga yang tinggal di pondok pesantren?

agar mendapat ilmu yang lebih banyak lagi tentang perilaku

2. Pondok pesantern merupakan tempat dimana bisa banyak mendapat tempat, sehingga membuat betah tinggal. Tempat dimana banyak sekali mendapat pengalaman ilmu agama.

3. Orang tua sangat percaya terhadap pondok pesantren karena menganggap di pesantren lebih terkontrol, orang tua juga sangat

mendukung dengan tinggal di pesantren

4. Tinggal di pesantren sejak kulish

5. Memang banyak anggota keluarga yang sudah dari dulu tinggal di pondok Lemi Indriani 1. Bagaimana Alasan

informan tinmggal di

1. Karena keinginan sendiri dan karena orang tua khawatir, sehingga di tuntut tinggal di pondok pesantren

2. Tanggapan tentang pondok karena di pondok pesantren lebih teratur dan terkontrol 3. Sangat percaya terhdap

(12)

4. Sejak kapan tinggal di pondok pesantren? 5. Apakah banyak anggota

keluarga yang tinggal di pondok pesantren?

memaksa, dan lebih di bebasakan untuk tinggal di pondok pesantren atau tidak 4. Sejak kuliah

5. Tidak ada anggota keluarga yang juga tinggal di pondok pesantren

Indah Noviani 1. Bagaimana Alasan informan tinmggal di 4. Sejak kapan tinggal di

pondok pesantren? 5. Apakah banyak anggota

keluarga yang tinggal di pondok pesantren?

1. Karena tuntutan orang tua 2. Orang tua sangat mendukung

jika tinggal di pondok pesantren

3. Orang tua sangat percaya terhadap pondok pesantren 4. Sejak SMA hingga sekarang 5. Anggota keluarga ada yang

juga tinggal di pondok pesantren.

Bapak Ahmad 1. Alasan menempatkan anak di pesantren? 2. Tanggapan terhadap

pesantren?

3. Kepercayaan terhadap pesantren?

1. Agar hidup disiplin, dan menjadi anak yang solehah 2. Pesantren mengajarkan ilmu

agama dan kedisiplinan 3. Sangat percaya untuk

menjaga dan melindungi anak Ibu

sukmariyah

1. Alasan menempatkan anak di pesantren?

(13)

2. Tanggapan terhadap pesantren?

3. Kepercayaan terhadap pesantren?

2. Mengajarkan ilmu agama dan terutama kitab kuning serta menerapkan hukuman bagi santri yang melanggar 3. Sangat percaya

4.2Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai hasil pembahasan yang dijabarkan secara jelas serta merupakan jawaban dari rumusan masalah. Berangkat dari 9 fungsi keluarga yang terdiri dari :

1. Fungsi reproduksi 2. Fungsi sosial 3. Fungsi pendidikan 4. Fungsi afeksi 5. Fungsi proteksi 6. Fungsi ekonomi 7. Fungsi religi 8. Fungsi rekreasi

9. Fungsi penetuan status

Dimana dari beberapa fungsi keluarga tersebut peneliti lebih memfokuskan pada masalah fungsi proteksi keluarga. Dimana dalam fungsi proteksi terdapat fungsi orangtua dalam memberikan perlindungan terhadap anak dan memberikan kenyamanan dan anak dapat merasakan aman di tengah-tengah keluarganya. Anak merasa aman dari gangguan yang bersifat fisik maupun mental yang datang dari keluarga maupun dari luar keluarganya.

Adapun beberapa alasan orangtua menitipkan anak dipondok yaitu:

1. Menerapkan disiplin

(14)

ath-tabraniyyah yaitu dimana para santri harus tepat waktu dalam solat fardu 5 waktu dengan berjamaah pada solat magrib, isya, dan subuh. Serta tepat waktu dalam belajar al quran, serta dalam belajar kitab kuning. Santri dibiasakan tepat waktu agar terbiasa hidup disiplin dan tidak bermalas-malasan. Selain itu, disiplin juga mengajarkan santri untuk menghemat waktu agar sebagian waktunya digunakan untuk menuntut ilmu di pesantren. Penerapan disiplin dalam pondok pesantren sudah tertanam sejak dulu, dimana setiap pondok pesantren mengajarkan kepada santri-santrinya untuk tidak membuang waktu percuma agar keseharian santri digunakan pada hal-hal yang bermanfaat.

2. Mengajarkan ilmu agama

Pada poin ini, sudah jelas seklai bahwa pesantren mengajarkan ilmu agama yang lebih dibandingkan tempat-tempat lain. pesantren ini adalah salah satu wadah bagi generasi muda islam untuk hidup dengan pegangan agama dan iman yang kuat sehingga hidup tidak akan goyah. Adapun di pondok pesantren al quran ath-tabraniyyah ini tentu basic nya adalah al-quran, dimana lebih banyak santri mengaji al-quran dibandingkan mengaji kitab kuning. Dalam pengajian al-quran santri belajar seni al-quran, belajar mengaji dengan fasih sesuai tajwid, lalu santri mempelajari qiro’at, serta ada beberapa santri yang menghafal al-qur’an pula. Dari situlah tentu pondok pesantren ini menajdi tempat yang paling utama yang membekali seseorang dalam agama dan memperdalamnya.

3. Belajar mandiri

(15)

santri dapat mengatur waktu, dan keuangannya. Pondok pesantren mengajarkan santri untuk hidup mandiri tanpa mengeluh dengan keadaan seperti apapun. Seperti yang kita ketahui sudah lumrah bahwa dipesantren makan seadanya, tidur seadanya, dan lain-lain. cara ini diterapkan oleh pesantren agar santri terbiasa hidup dalam keadaan apapun, agar kedepannya santri dapat terbiasa hidup di kala susah.

4. Agar menjadi anak soleh/solehah

Dari beberapa alasan di atas, tujuan orangtua mempercayakan anaknya tinggal di pondok pesantren yaitu agar anaknya menajdi anak yang soleh dan solehah. Agar anak dapat memiliki bekal untuk hidup di dunia dan di akhirat dan agar anak dapat menjadi insan yang berguna untuk dirinya dan agamanya. Selain itu harapan ini orangtua mempercayakan pondok pesantren sebagai tempat tinggal kedua bagi anaknya karena dengan bekal ilmu agama yang cukup maka anak akan menjadi anak hyang soleh dan solehah dan terhindar dari perbuatan buruk dan sifat nakal remaja yang selama ini melanda generasi muda.

(16)

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di Pondok Pessantren Al-Quran Ath-Tabraniyyah Jl. Yusuf Martadilaga No. 23 A Kecamatan Serang Banten, kami menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren dapat dikatakan sebagai subtitusi fungsi keluarga dalam hal proteksi keluarga.

Dikatakan demikian, karena banyak orangtua yang lebih mempercayai pondok pesantren dapat memberikan kenyamanan dan keamanan putra-putri mereka saat berada jauh dari orangtua. Selain orangtua merasa lebih tenang menitipkan anaknya di Pondok Pesantren, orangtua pun semakin senang karena anak-anak mereka dapat sekaligus belajar agama dan terkontrol dari penyimpangan sosial.

Dari hasil wawancara kami dengan para informan, terdapat beberapa alasan yang mendasari seorang anak akhirnya tinggal di pesantren dibandingkan ngekost atau pilihan lain. Beberapa alasan itu adalah:

1. Menerapkan disiplin 2. Mengajarkan ilmu agama 3. Belajar mandiri

4. Agar menjadi anak soleh/solehah

5.2Saran

Adanya Pondok Pesantren ditengah-tengah kemajuan zaman saat ini tentu saja sangat membantu para orangtua yang terpaksa terpisah jauh dengan anak-anaknya. Berkat adanya Pondok Pesantren, orangtua merasa lebih tenang untung melepas putra-putri nya pergi jauh menuntut ilmu.

(17)

pun dibekali dengan ilmu agama di sela-sela kesibukan mereka. Pembekalan agama tersebut tentu saja amat sangat berguna untuk membentuk kepribadian yang baik.

(18)

Daftar Pustaka

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Pendidikan Michael Foucault (Pengetahuan, Kekuasaan, Disiplin, Hukuman, Daan Seksualitas). Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2015..

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini menggunakan tema ”Analisis Perbedaan Faktor Kredibilitas, Minat Beli, dan Kelas Produk

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING LANGKAH KAKI DENGAN SENSOR MPU6050 BERBASIS ANDROID beserta seluruh isinya

TULISKAN “K" DI KOLOM 1 PADA KALENDER BULAN TERAKHIR UNTUK KEHAMILAN YANG BERAKHIR DENGAN KEGUGURAN, "A" UNTUK KEHAMILAN YANG BERAKHIR DENGAN DIGUGURKAN,

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disumpulkan mengenai bentuk konflik sosial oleh Coser yang dialami oleh

Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Komputer- Diploma IPB dan bersifat rahasia. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui oleh

Pendekatan Analisis Spasial dan Regresi Berganda pada Penentuan Bahan Organik Tanah di Kabupaten Sampang