PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI ANTARA MAHASISWA SUKU
JAWA DENGAN SUKU BATAK MELALUI
Diah Aryani Pratiwi
dyaharyani31@gmail.com
Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan diri antara mahasiswa suku Jawa dengan suku Batak melalui Twitter. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa suku Jawa dan suku Batak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah
Accidental sampling. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 148 orang. Data diperoleh dengan menggunakan Skala Pengungkapan Diri. Analisis data menggunakan uji t. Nilai t hitung adalah -1,712 dengan nilai signifikansi 0,089, dimana nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,089 > 0,05) yang berarti, tidak terdapat perbedaan antara suku Jawa dan suku Batak dalam pengungkapan diri melalui Twitter.
Kata Kunci: Pengungkapan diri, suku Jawa, suku Batak, Twitter
This study was conducted to determine differences in self disclosure between Javanese students and Batak tribe students via twitter. Samples in this study were students Javanese and Batak tribe. The sampling technique used by researchers is accidental sampling. Number of subject in this study were 148 people. Data obtained using a scale of self-disclosure. Data analysis using t test. T value is -1,712 with value of significance is 0,089, so the significance value of more than 0,5 (0,089 > 0,05), which means there is no difference between Javanese ethnic and Batak tribe in self-disclosure via Twitter.
LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan hal yang
sangat dibutuhkan untuk bisa berinteraksi
dengan orang lain dalam kegiatan
sehari-hari. Komunikasi adalah proses
menyampaikan pesan atau makna dari
pengirim kepada penerima. Menurut
Rogers dan Kincaid (Sari dkk, 2006),
komunikasi adalah proses pertukaran
informasi dengan menyampaikan gagasan
atau perasaan agar mendapat tanggapan
dari orang lain dan dapat mengekspresikan
dirinya yang unik. Salah satu pendukung
komunikasi adalah pengungkapan diri (Self Disclosure).
Menurut DeVito (Dayakisni dan
Hudaniah, 2009) pengungkapan diri ini
dapat berupa berbagai topik seperti
informasi perilaku, sikap, perasaan,
keinginan, motivasi dan ide yang sesuai
dan terdapat didalam diri orang yang
bersangkutan. Dalam penelitian Pamuncak
(2011) ditemukan bahwa, hubungan yang
terbuka akan memunculkan hubungan
timbal balik positif yang menghasilkan
rasa aman, adanya penerimaan diri, dan
secara lebih mendalam dapat melihat diri
sendiri serta mampu menyelesaikan
berbagai masalah hidup, pengungkapan
diri dapat melepaskan perasaan cemas dan
bersalah.
Menurut DeVito (1997),
pengungkapan diri sebagai bagian dari
komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain pengungkapan
dari orang lain, ukuran kelompok, topik,
valensi, hubungan dengan penerima dan
jenis kelamin. Hal lain yang
mempengaruhi pengungkapan diri yaitu,
budaya. Taylor, dkk, menyatakan bahwa
pengungkapan diri dapat dipengaruhi oleh
kebudayaan. (Sari dkk, 2006). Senada
dengan Taylor, dalam penelitian Johnson
(Gainau, 2009) dinyatakan bahwa, budaya
sangat berpengaruh terhadap
pengungkapan diri dari masing-masing
individu.
Pada era globalisasi seperti
sekarang, perkembangan teknologi
membuat munculnya berbagai situs-situs
jejaring sosial yang cukup menarik
perhatian. Situs jejaring sosial sangat besar
pengaruhnya terhadap komunikasi
antarmanusia. Keberadaan situs jejaring
sosial memudahkan seseorang dalam
berkomunikasi, dimana individu tidak lagi
harus bertatap muka langsung, namun bisa
melalui jejaring sosial. Jejaring sosial
memudahkan komunikasi antar manusia,
walaupun berada di kota bahkan negara
yang berbeda. Hal tersebut juga menjadi
kelemahan karena menyebabkan interaksi
memilih untuk menggunakan situs jejaring
sosial karena lebih praktis.
Indonesia juga termasuk dalam
negara yang memiliki banyak pengguna
jejaring sosial. Hasil survey yang
dilakukan eMarketer yang merupakan sebuah lembaga riset marketing, Indonesia
menjadi negara kedua pengguna jejaring
sosial, dengan persentase mencapai 87.5%
pengguna jejaring sosial (Kompasiana,
2013).
Salah satu layanan yang ditawarkan
dari hampir semua jejaring sosial terutama
Twitter adalah, penulisan status di halaman akun milik mereka. Pengguna jejaring
sosial pasti pernah menulis status di akun
mereka. Menulis status di akun jejaring
sosial menjadi hal yang wajar di kalangan
pengguna jejaring sosial. Pengguna dapat
dengan leluasa menulis apa saja yang
mereka pikirkan dan rasakan melalui
media tersebut. Kegiatan yang biasa
disebut dengan update status, sepertinya menjadi ajang untuk memperlihatkan siapa
diri mereka. Pengguna jejaring sosial
dengan sukarela membuka dirinya dan
bersedia untuk dilihat dan dikomentari
oleh orang lain.
Menulis status sebagai salah satu
cara yang memudahkan pengguna untuk
mengungkapkan apa saja seperti
menuliskan kata-kata bijak,
menyampaikan kritik-kritik sosial,
mengutarakan kondisi pribadi (perasaan),
menunjukkan lokasi mereka dan
menuliskan tentang aktivitas yang sedang
dilakukan dan masih banyak lagi. Hal ini
yang membuat jejaring sosial menjadi
tempat atau media yang memudahkan
individu dalam penggungkapan diri
mereka.
Perbedaan cara komunikasi setiap
individu tidak terlepas dari pengaruh
budaya. Budaya mempengaruhi seseorang
dalam bersikap, termasuk cara seseorang
berinteraksi atau berkomunikasi.
Pengungkapan diri termasuk salah satu
bagian dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa, jejaring sosial
merupakan salah satu media komunikasi
yang digunakan banyak kalangan pada saat
ini di seluruh dunia, termasuk masyarakat
di Indonesia yang memiliki keberagaman
budaya yang berbeda-beda, dengan
karakter masyarakatnya juga
berbeda-beda.
Contoh kebudayaan di Indonesia
seperti pada, budaya Jawa dan budaya
Batak, yang memiliki karakteristik
masyarakat yang bertolak belakang.
Mulder (Eman, 2004), mengatakan bahwa
orang Jawa berusaha untuk menampilkan
namun tertutup atau tidak mau terbuka
kepada orang lain. Pada budaya Batak,
berdasarkan penelitian oleh Warnaen
(Eman, 2004), tentang stereotip karakter
masyarakat Batak dari suku-suku lain di
Indonesia adalah, orang yang emosional,
kasar, cepat marah, memiliki keterikatan
keluarga yang kuat, senang berkelompok,
agresif, kepala batu, licik, ribut, berkata
dengan apa adanya, ambisius, dan terbuka.
Komunikasi yang sering dilakukan
masyarakat belakangan ini adalah melalui
situs jejaring sosial, aktivitas yang paling
sering dilakukan adalah penulisan status
(update status), yang juga terdapat di situs jejaring sosial Twitter. Penulisan status dengan maksud mengungkapkan diri di
jejaring sosial dilakukan oleh banyak
orang termasuk di kalangan mahasiswa.
Latar belakang budaya atau kesukuan yang
merupakan bagian dari budaya, serta
karakteristik pada masing-masing individu
yang berbeda, juga berpengaruh pada
pengungkapan diri mereka yang
akhir-akhir ini sering dilakukan melalui status
yang ditulis di akun jejaring sosial.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan
pengungkapan diri antara mahasiswa suku
Jawa dengan suku Batak melalui Twitter. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat dan sumbangan
keilmuan yang berarti pada bidang
psikologi dan menambah wawasan tentang
pengungkapan diri terutama melalui media
jejaring sosial.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian dan Partisipan
Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif komparatif (perbandingan).
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa suku Jawa dan suku Batak.
Teknik sampling yang digunakan adalah
accidental sampling. Sampel dari penelitian ini adalah 148 mahasiswa, 75
dari kelompok suku Jawa dan 73 dari
kelompok suku Batak, dengan kriteria
subjek antara lain, mahasiswa dengan
rentang usia 18-24 tahun, mahasiswa
berlatarbelakang suku Jawa dan suku
Batak, yang ditentukan dari kolom suku
yang diisi oleh responden, dan memiliki
akun jejaring sosial (Twitter). Data Penelitian
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan skala. Skala yang digunakan
adalah skala pengungkapan diri yang
dimodifikasi dari skala sebelumnya yang
digunakan oleh Pamuncak (2011). Skala
pengungkapan diri disusun berdasarkan
aspek-aspek yaitu, keadaan emosi,
hubungan interpersonal, masalah pribadi,
masalah (problem), agama, seks, rasa,
pekerjaan/belajar/prestasi
(work/study/accomplishment). Skala yang digunakan dalam penelitian ini dirancang
menggunakan metode skala Likert dengan
empat kategori pilihan, yaitu Sangat Tidak
Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju
(S) dan Sangat Setuju (SS).
Jenis aitem yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat dua macam, yaitu
favourable dan unfavourable. Untuk aitem
favourable, pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S
mendapat skor 3, dan pilihan SS mendapat
skor 4. Sebaliknya, untuk aitem
unfavourable, pilihan STS mendapat skor 4, pilihan TS mendapat skor 3, pilihan S
mendapat skor 2, dan pilihan SS mendapat
skor 1.
Analisis Data
Metode analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik t-test dua sampel. Hasil dari analisa ini digunakan untuk membuktikan
hipotesis dari penelitian sehingga dapat
dijadikan kesimpulan akhir dari penelitian.
Perhitungan Uji-t dua sampel dilakukan
dengan bantuan program SPSS Statistics 20.0 for Windows.
HASIL
Hasil penelitian adalah tidak
terdapat perbedaan pengungkapan diri
antara mahasiswa suku Jawa dengan suku
Batak melalui Twitter.
Untuk mendeskripsikan data yang
telah diperoleh, peneliti membagi kategori
subjek menjadi tiga kategori, yaitu
kategori tinggi, kategori sedang dan
kategori rendah. Hasil kategorisasi subjek
berdasarkan kelompok suku Jawa dan
Batak adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kategorisasi Pengungkapan Diri Pada Subjek Suku Jawa dan Suku Batak
Berdasarkan nilai kategorisasi pada
tabel di atas, pada subjek Jawa diperoleh 1
orang pada kategori tinggi dengan nilai
sedang sebanyak 64 orang dengan nilai
persentase sebesar 85% dari 75 responden
pada kelompok suku Jawa, dan 10 orang
pada kategori rendah dengan nilai
persentase sebesar 14%. Pada subjek Batak
tidak diperolah nilai yang berada pada
kategori Tinggi, sedangkan pada kategori
sedang diperoleh sebanyak 69 orang
dengan jumlah persentase sebesar 95%
dari 73 responden kelompok suku Batak,
dan 4 orang pada kategori rendah dengan
nilai persentase sebesar 5%.
Tabel 2. Uji Beda Pengungkapan Diri Antara Mahasiswa Suku Jawa dengan Suku Batak
Suku N Rata-rata ± SD Signifikansi
Jawa 75 54.240 ± 6.851
0.089 Batak 73 55.945 ± 5.115
Berdasarkan tabel di atas, pada
suku Jawa diperoleh rata-rata
pengungkapan diri sebesar 54.240 dengan
standar deviasi sebesar 6.851 dari total 75
responden. Sedangkan, pada suku Batak
diperoleh rata-rata pengungkapan diri
sebesar 55.945 dengan standar deviasi
sebesar 5.115 dari total 73 responden.
Nilai signifikansi sebesar 0.089, dimana
nilai signifikansi tersebut lebih dari 0.05
(0.089 > 0.05). Sehingga, disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
antara rata-rata pengungkapan diri
mahasiswa suku Jawa dan suku Batak.
Tabel 3. Data Demografi Subjek Penelitian
JENIS KELAMIN Frekuensi %
LAKI-LAKI 59 40%
PEREMPUAN 89 60%
USIA Frekuensi %
18 1 1%
19 12 8%
20 30 20%
21 46 31%
22 39 26%
23 11 8%
24 9 6%
TEMPAT TINGGAL (JAWA)
Frekuensi %
JABODETABEK 36 48%
JABAR 2 3%
JATENG 10 13%
JATIM 27 36%
TEMPAT TINGGAL (BATAK)
Frekuensi %
JABODETABEK 40 55%
JAWA 7 10%
SUMATERA 22 30%
KALIMANTAN 3 4%
BANDUNG 1 1%
Berdasarkan dari tabel diatas,
diketahui bahwa, jumlah responden
laki-laki sebanyak 59 orang dengan nilai
persentase sebesar 40%, dan jumlah
dengan nilai persentase sebesar 60%.
Berdasarkan data demografis berdasarkan
usia responden paling banyak adalah
mahasiswa berusia 21 tahun, yaitu,
sebanyak 46 orang dengan nilai persentase
sebesar 31%. Dari data demografis
berdasarkan tempat tinggal pada kelompok
suku Jawa responden paling banyak
bertempat tinggal di wilayah Jabodetabek
(Jawa, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi), yaitu sebanyak 36 orang
responden, dengan jumlah persentase
sebesar 48%, sedangkan yang berada di
wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah
jumlah responden sebanyak 37 orang,
dengan nilai persentase sebesar 49%. Pada
kelompok suku Batak, responden paling
banyak bertempat tinggal di wilayah
Jabodetabek sebanyak 40 orang responden
dengan nilai persentase sebesar 55%,
sedangkan yang berada di wilayah
Sumatera tepatnya yang berada di kota
Medan dan sekitarnya adalah, sebanyak 22
orang responden dengan nilai persentase
sebesar 30%.
DISKUSI
Hasil penelitian yang telah
dilakukan menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan pengungkapan diri
antara mahasiswa suku Jawa dan suku
Batak melalui Twitter. Pengaruh media yang digunakan bersifat online
mempengaruhi pengungkapan diri
individu. Hal ini didukung dengan
pernyataan, Beebe (2008) bahwa
pengungkapan diri dapat membangun
keintiman dalam hubungan yang dibina
dengan orang lain, namun terdapat
perbedaan antara komunikasi langsung
dengan komunikasi secara online yaitu terdapat anonimitas dalam komunikasi
online. Menurut Taylor (2009) anonimitas yang terdapat dalam komunikasi secara
online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya,
hal ini mungkin karena individu merasa
lebih mampu mengekspresikan
aspek-aspek penting dari diri individu saat
melakukan komunikasi secara online.
Norma dalam proses pengungkapan
diri tidak hanya berlaku pada komunikasi
secara langsung, namun juga terjadi
melalui komunikasi secara online. Raven dan Rubin (Dayakisni dan Hudaniah,
2009), menyatakan bahwa proses
pengungkapan diri pada individu juga
memiliki kecenderungan mengikuti norma
resiprok atau timbal balik. Hal ini biasa
terjadi pada proses pengungkapan diri
yang dilakukan secara langsung atau
secara tatap muka, norma resiprok adalah
jika seseorang menceritakan sesuatu yang
bersifat pribadi pada orang lain, maka
pendengar akan cenderung memberikan
terjadi secara online melalui jejaring sosial
adalah, saat seseorang melakukan
pengungkapan diri melalui akun jejaring
sosial individu, seperti di Twitter, hal yang akan terjadi adalah, adanya respon dari
orang lain yang membaca status yang
ditulis di akun pribadi pengguna jejaring
sosial, biasa disebut dengan istilah retweet. Berdasarkan faktor pengungkapan diri
menurut DeVito (1997), salah satu
faktornya adalah efek diadik, yaitu seorang
individu melakukan pengungkapan diri
jika orang lain juga melakukan
pengungkapan diri, efek diadik ini
membuat individu lebih merasa aman dan
memperkuat perilaku pengungkapan diri
seseorang. Hal ini juga terjadi saat
seseorang melakukan pengungkapan diri di
jejaring sosial, orang lain akan ikut
melakukan pengungkapan saat individu
lain melakukan pengungkapan diri hal ini
juga berkaitan dengan teori pola interaksi
sosial yaitu imitasi yang merupakan usaha
untuk menirukan orang lain.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Tarigan (2012),
keterbukaan diri memang dapat terjadi di
jejaring sosial Twitter berdasarkan intensitas penggunaan jejaring sosial
tersebut. Namun, faktor budaya dalam
pengungkapan diri yang dilakukan melalui
media jejaring sosial tidak berpengaruh,
karena dari latarbelakang budaya
manapun, pengaruh teknologi membuat
individu bebas mengutarakan apa saja
dalam media online seperti media jejaring sosial (Twitter). Sehingga, budaya bukan menjadi faktor penting dalam proses
pengungkapan diri melalui jejaring sosial.
Meskipun pada dasarnya latarbelakang
seperti budaya mempengaruhi pola
komunikasi individu dalam interaksi di
kehidupan sehari-hari termasuk cara
individu dalam mengungkapkan diri,
namun munculnya perkembangan
teknologi seperti internet telah merubah
sudut pandang manusia bahwa seseorang,
kebangsaan, ras, tempat tinggal (negara),
bahasa dan sebagainya dapat saling
berkomunikasi dalam satu wadah dengan
standar yang sama, hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan,
pada suku Jawa dan suku Batak, banyak
yang bertempat tinggal di luar wilayah
suku tersebut berasal, seperti pada suku
Jawa dan suku Batak yang tinggal di
Jakarta, hal ini dimungkinkan
mempengaruhi tidak terdapatnya
perbedaan pengungkapan diri mahasiswa
antara suku Jawa dan suku Batak.
Situs jejaring sosial dapat diakses
oleh banyak pengguna dari berbagai
negara, hal ini tidak menutup
kemungkinan dapat mempertemukan
masing-masing individu, melalui aktivitas
yang ditawarkan oleh jejaring sosial
tersebut, sehingga tidak terdapat batasan
dalam aturan penggunaan jejaring sosial,
maka perbedaan dapat dipecahkan
bersama-sama pula tanpa memandang
perbedaan yang ada. Hal ini melahirkan
budaya baru yang disebut budaya global,
yang diartikan sebagai sebuah konsep yang
digunakan untuk menjelaskan tentang
mendunianya berbagai aspek kebudayaan,
yang di dalamnya terdapat proses
penyatuan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh dua buah kesimpulan, yaitu: 1)
tidak terdapat perbedaan pengungkapan
diri antara mahasiswa suku Jawa dan suku
Batak melalui Twitter. Hal ini dibuktikan oleh nilai signifikansi sebesar 0.089, yang
artinya H0 diterima, sehingga disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara
rata-rata pengungkapan diri mahasiswa
suku Jawa dan suku Batak melalui Twitter. 2) pada subjek kelompok suku Jawa
persentase sebesar 1% untuk kategori
tinggi, 85% untuk kategori sedang dan
14% untuk kategori rendah. Pada subjek
kelompok suku Batak tidak diperolah nilai
yang berada pada kategori Tinggi,
sedangkan pada kategori sedang persentase
sebesar 95% dan persentase sebesar 5%
untuk kategori rendah.
Kelemahan penelitian ini antara lain 1)
kondisi subjek dari kedua suku (Jawa dan
Batak), peneliti tidak mengontrol
responden berdasarkan lama tempat
tinggal, sehingga responden yang tinggal
lama di kota lain seperti daerah
Jabodetabek, Bandung, dan kota lainnya
tidak dapat terkontrol. 2) penyebaran skala
secara online dan beberapa disebarkan tidak secara langsung melainkan melalui
rekan-rekan peneliti sehingga tidak dapat
memastikan secara langsung apakah
responden benar-benar berasal dari suku
Jawa ataupun suku Batak. 3) peneliti tidak
mengambil subjek secara homogen, yaitu
mahasiswa yang benar-benar tinggal di
daerah asal. 4) peneliti tidak
menyantumkan lama tinggal di tempat
yang ditinggali responden pada data
demografis, sehingga peneliti tidak dapat
menganalisis lebih spesifik berdasarkan
hal tersebut.
Pada penelitian selanjutnya disarankan
penelitian dilakukan dengan metode
kualitatif karena penelitian ini berkaitan
dengan budaya yaitu mengenai suku,
sehingga melalui metode kualitatif, data
yang didapat akan lebih spesifik dan
representatif. Selain itu, dalam penelitian
lanjutan penelitian dengan variabel
pengungkapan diri dapat dihubungan atau
dibandingkan dengan variabel lain, atau
dilakukan dengan cara kuantitatif dan
harus menyebarkan skala disarankan
untuk menyebarkan skala secara langsung
di wilayah tempat budaya atau suku
tersebut berada, sehingga hasil yang
didapat lebih akurat
REFERENSI
Beebe, S.A., Beebe, S.J., Redmond, M.V. 2008. Interpersonal Communication : Relating to Others (5th Edition). Boston : Rearson Education.
Dayakisni, Tri., & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Eman, K.K.I.F. 2004. Perbedaan Profil Kepribadian Suku Jawa dan Suku Batak Berdasarkan Five Factor of Personality.
Skripsi. Diunduh dari
http://lib.atmajaya.ac.id pada 20 Maret 2014.
Gainau, M.B. 2009. Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi Konseling. Jurnal Ilmiah Widyawarta.
Vol 33 No. 1. Diunduh dari puslit.petra.ac.id pada 22 Maret 2014.
Kompasiana. 2013. Media dan Jurnalistik Masa Depan. Artikel. Diunduh dari http://media.kompasiana.com/ pada tanggal 13 Maret 2014
Pamuncak, D. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Self Disclosure
pengguna Facebook. Skripsi. Diunduh dari http://repository.uinjkt.ac.id pada 27 Februari 2014.
Sari, R.P., Rejeki, T.A., & Mujab, A. 2006. Pengungkapan Diri Mahasiswa Tahun Pertama Universitas Diponegoro Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Harga Diri. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 No. 2. Diunduh dari http://ejournal.undip.ac.id.
Tarigan, B. 2012. Twitter dan Tingkat Keterbukaan Diri. Skripsi. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 27 Oktober 2014.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O. 2009.
Psikologi Sosial edisi kedua belas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.