• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI ANTARA MAHAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI ANTARA MAHAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI ANTARA MAHASISWA SUKU

JAWA DENGAN SUKU BATAK MELALUI

TWITTER

Diah Aryani Pratiwi

dyaharyani31@gmail.com

Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan diri antara mahasiswa suku Jawa dengan suku Batak melalui Twitter. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa suku Jawa dan suku Batak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah

Accidental sampling. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 148 orang. Data diperoleh dengan menggunakan Skala Pengungkapan Diri. Analisis data menggunakan uji t. Nilai t hitung adalah -1,712 dengan nilai signifikansi 0,089, dimana nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,089 > 0,05) yang berarti, tidak terdapat perbedaan antara suku Jawa dan suku Batak dalam pengungkapan diri melalui Twitter.

Kata Kunci: Pengungkapan diri, suku Jawa, suku Batak, Twitter

This study was conducted to determine differences in self disclosure between Javanese students and Batak tribe students via twitter. Samples in this study were students Javanese and Batak tribe. The sampling technique used by researchers is accidental sampling. Number of subject in this study were 148 people. Data obtained using a scale of self-disclosure. Data analysis using t test. T value is -1,712 with value of significance is 0,089, so the significance value of more than 0,5 (0,089 > 0,05), which means there is no difference between Javanese ethnic and Batak tribe in self-disclosure via Twitter.

(2)

LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan hal yang

sangat dibutuhkan untuk bisa berinteraksi

dengan orang lain dalam kegiatan

sehari-hari. Komunikasi adalah proses

menyampaikan pesan atau makna dari

pengirim kepada penerima. Menurut

Rogers dan Kincaid (Sari dkk, 2006),

komunikasi adalah proses pertukaran

informasi dengan menyampaikan gagasan

atau perasaan agar mendapat tanggapan

dari orang lain dan dapat mengekspresikan

dirinya yang unik. Salah satu pendukung

komunikasi adalah pengungkapan diri (Self Disclosure).

Menurut DeVito (Dayakisni dan

Hudaniah, 2009) pengungkapan diri ini

dapat berupa berbagai topik seperti

informasi perilaku, sikap, perasaan,

keinginan, motivasi dan ide yang sesuai

dan terdapat didalam diri orang yang

bersangkutan. Dalam penelitian Pamuncak

(2011) ditemukan bahwa, hubungan yang

terbuka akan memunculkan hubungan

timbal balik positif yang menghasilkan

rasa aman, adanya penerimaan diri, dan

secara lebih mendalam dapat melihat diri

sendiri serta mampu menyelesaikan

berbagai masalah hidup, pengungkapan

diri dapat melepaskan perasaan cemas dan

bersalah.

Menurut DeVito (1997),

pengungkapan diri sebagai bagian dari

komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain pengungkapan

dari orang lain, ukuran kelompok, topik,

valensi, hubungan dengan penerima dan

jenis kelamin. Hal lain yang

mempengaruhi pengungkapan diri yaitu,

budaya. Taylor, dkk, menyatakan bahwa

pengungkapan diri dapat dipengaruhi oleh

kebudayaan. (Sari dkk, 2006). Senada

dengan Taylor, dalam penelitian Johnson

(Gainau, 2009) dinyatakan bahwa, budaya

sangat berpengaruh terhadap

pengungkapan diri dari masing-masing

individu.

Pada era globalisasi seperti

sekarang, perkembangan teknologi

membuat munculnya berbagai situs-situs

jejaring sosial yang cukup menarik

perhatian. Situs jejaring sosial sangat besar

pengaruhnya terhadap komunikasi

antarmanusia. Keberadaan situs jejaring

sosial memudahkan seseorang dalam

berkomunikasi, dimana individu tidak lagi

harus bertatap muka langsung, namun bisa

melalui jejaring sosial. Jejaring sosial

memudahkan komunikasi antar manusia,

walaupun berada di kota bahkan negara

yang berbeda. Hal tersebut juga menjadi

kelemahan karena menyebabkan interaksi

(3)

memilih untuk menggunakan situs jejaring

sosial karena lebih praktis.

Indonesia juga termasuk dalam

negara yang memiliki banyak pengguna

jejaring sosial. Hasil survey yang

dilakukan eMarketer yang merupakan sebuah lembaga riset marketing, Indonesia

menjadi negara kedua pengguna jejaring

sosial, dengan persentase mencapai 87.5%

pengguna jejaring sosial (Kompasiana,

2013).

Salah satu layanan yang ditawarkan

dari hampir semua jejaring sosial terutama

Twitter adalah, penulisan status di halaman akun milik mereka. Pengguna jejaring

sosial pasti pernah menulis status di akun

mereka. Menulis status di akun jejaring

sosial menjadi hal yang wajar di kalangan

pengguna jejaring sosial. Pengguna dapat

dengan leluasa menulis apa saja yang

mereka pikirkan dan rasakan melalui

media tersebut. Kegiatan yang biasa

disebut dengan update status, sepertinya menjadi ajang untuk memperlihatkan siapa

diri mereka. Pengguna jejaring sosial

dengan sukarela membuka dirinya dan

bersedia untuk dilihat dan dikomentari

oleh orang lain.

Menulis status sebagai salah satu

cara yang memudahkan pengguna untuk

mengungkapkan apa saja seperti

menuliskan kata-kata bijak,

menyampaikan kritik-kritik sosial,

mengutarakan kondisi pribadi (perasaan),

menunjukkan lokasi mereka dan

menuliskan tentang aktivitas yang sedang

dilakukan dan masih banyak lagi. Hal ini

yang membuat jejaring sosial menjadi

tempat atau media yang memudahkan

individu dalam penggungkapan diri

mereka.

Perbedaan cara komunikasi setiap

individu tidak terlepas dari pengaruh

budaya. Budaya mempengaruhi seseorang

dalam bersikap, termasuk cara seseorang

berinteraksi atau berkomunikasi.

Pengungkapan diri termasuk salah satu

bagian dalam berkomunikasi dengan orang

lain. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa, jejaring sosial

merupakan salah satu media komunikasi

yang digunakan banyak kalangan pada saat

ini di seluruh dunia, termasuk masyarakat

di Indonesia yang memiliki keberagaman

budaya yang berbeda-beda, dengan

karakter masyarakatnya juga

berbeda-beda.

Contoh kebudayaan di Indonesia

seperti pada, budaya Jawa dan budaya

Batak, yang memiliki karakteristik

masyarakat yang bertolak belakang.

Mulder (Eman, 2004), mengatakan bahwa

orang Jawa berusaha untuk menampilkan

(4)

namun tertutup atau tidak mau terbuka

kepada orang lain. Pada budaya Batak,

berdasarkan penelitian oleh Warnaen

(Eman, 2004), tentang stereotip karakter

masyarakat Batak dari suku-suku lain di

Indonesia adalah, orang yang emosional,

kasar, cepat marah, memiliki keterikatan

keluarga yang kuat, senang berkelompok,

agresif, kepala batu, licik, ribut, berkata

dengan apa adanya, ambisius, dan terbuka.

Komunikasi yang sering dilakukan

masyarakat belakangan ini adalah melalui

situs jejaring sosial, aktivitas yang paling

sering dilakukan adalah penulisan status

(update status), yang juga terdapat di situs jejaring sosial Twitter. Penulisan status dengan maksud mengungkapkan diri di

jejaring sosial dilakukan oleh banyak

orang termasuk di kalangan mahasiswa.

Latar belakang budaya atau kesukuan yang

merupakan bagian dari budaya, serta

karakteristik pada masing-masing individu

yang berbeda, juga berpengaruh pada

pengungkapan diri mereka yang

akhir-akhir ini sering dilakukan melalui status

yang ditulis di akun jejaring sosial.

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan

pengungkapan diri antara mahasiswa suku

Jawa dengan suku Batak melalui Twitter. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat dan sumbangan

keilmuan yang berarti pada bidang

psikologi dan menambah wawasan tentang

pengungkapan diri terutama melalui media

jejaring sosial.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian dan Partisipan

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif komparatif (perbandingan).

Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa suku Jawa dan suku Batak.

Teknik sampling yang digunakan adalah

accidental sampling. Sampel dari penelitian ini adalah 148 mahasiswa, 75

dari kelompok suku Jawa dan 73 dari

kelompok suku Batak, dengan kriteria

subjek antara lain, mahasiswa dengan

rentang usia 18-24 tahun, mahasiswa

berlatarbelakang suku Jawa dan suku

Batak, yang ditentukan dari kolom suku

yang diisi oleh responden, dan memiliki

akun jejaring sosial (Twitter). Data Penelitian

Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan skala. Skala yang digunakan

adalah skala pengungkapan diri yang

dimodifikasi dari skala sebelumnya yang

digunakan oleh Pamuncak (2011). Skala

pengungkapan diri disusun berdasarkan

aspek-aspek yaitu, keadaan emosi,

hubungan interpersonal, masalah pribadi,

masalah (problem), agama, seks, rasa,

(5)

pekerjaan/belajar/prestasi

(work/study/accomplishment). Skala yang digunakan dalam penelitian ini dirancang

menggunakan metode skala Likert dengan

empat kategori pilihan, yaitu Sangat Tidak

Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju

(S) dan Sangat Setuju (SS).

Jenis aitem yang digunakan dalam

penelitian ini terdapat dua macam, yaitu

favourable dan unfavourable. Untuk aitem

favourable, pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S

mendapat skor 3, dan pilihan SS mendapat

skor 4. Sebaliknya, untuk aitem

unfavourable, pilihan STS mendapat skor 4, pilihan TS mendapat skor 3, pilihan S

mendapat skor 2, dan pilihan SS mendapat

skor 1.

Analisis Data

Metode analisa data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik t-test dua sampel. Hasil dari analisa ini digunakan untuk membuktikan

hipotesis dari penelitian sehingga dapat

dijadikan kesimpulan akhir dari penelitian.

Perhitungan Uji-t dua sampel dilakukan

dengan bantuan program SPSS Statistics 20.0 for Windows.

HASIL

Hasil penelitian adalah tidak

terdapat perbedaan pengungkapan diri

antara mahasiswa suku Jawa dengan suku

Batak melalui Twitter.

Untuk mendeskripsikan data yang

telah diperoleh, peneliti membagi kategori

subjek menjadi tiga kategori, yaitu

kategori tinggi, kategori sedang dan

kategori rendah. Hasil kategorisasi subjek

berdasarkan kelompok suku Jawa dan

Batak adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kategorisasi Pengungkapan Diri Pada Subjek Suku Jawa dan Suku Batak

Berdasarkan nilai kategorisasi pada

tabel di atas, pada subjek Jawa diperoleh 1

orang pada kategori tinggi dengan nilai

(6)

sedang sebanyak 64 orang dengan nilai

persentase sebesar 85% dari 75 responden

pada kelompok suku Jawa, dan 10 orang

pada kategori rendah dengan nilai

persentase sebesar 14%. Pada subjek Batak

tidak diperolah nilai yang berada pada

kategori Tinggi, sedangkan pada kategori

sedang diperoleh sebanyak 69 orang

dengan jumlah persentase sebesar 95%

dari 73 responden kelompok suku Batak,

dan 4 orang pada kategori rendah dengan

nilai persentase sebesar 5%.

Tabel 2. Uji Beda Pengungkapan Diri Antara Mahasiswa Suku Jawa dengan Suku Batak

Suku N Rata-rata ± SD Signifikansi

Jawa 75 54.240 ± 6.851

0.089 Batak 73 55.945 ± 5.115

Berdasarkan tabel di atas, pada

suku Jawa diperoleh rata-rata

pengungkapan diri sebesar 54.240 dengan

standar deviasi sebesar 6.851 dari total 75

responden. Sedangkan, pada suku Batak

diperoleh rata-rata pengungkapan diri

sebesar 55.945 dengan standar deviasi

sebesar 5.115 dari total 73 responden.

Nilai signifikansi sebesar 0.089, dimana

nilai signifikansi tersebut lebih dari 0.05

(0.089 > 0.05). Sehingga, disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan

antara rata-rata pengungkapan diri

mahasiswa suku Jawa dan suku Batak.

Tabel 3. Data Demografi Subjek Penelitian

JENIS KELAMIN Frekuensi %

LAKI-LAKI 59 40%

PEREMPUAN 89 60%

USIA Frekuensi %

18 1 1%

19 12 8%

20 30 20%

21 46 31%

22 39 26%

23 11 8%

24 9 6%

TEMPAT TINGGAL (JAWA)

Frekuensi %

JABODETABEK 36 48%

JABAR 2 3%

JATENG 10 13%

JATIM 27 36%

TEMPAT TINGGAL (BATAK)

Frekuensi %

JABODETABEK 40 55%

JAWA 7 10%

SUMATERA 22 30%

KALIMANTAN 3 4%

BANDUNG 1 1%

Berdasarkan dari tabel diatas,

diketahui bahwa, jumlah responden

laki-laki sebanyak 59 orang dengan nilai

persentase sebesar 40%, dan jumlah

(7)

dengan nilai persentase sebesar 60%.

Berdasarkan data demografis berdasarkan

usia responden paling banyak adalah

mahasiswa berusia 21 tahun, yaitu,

sebanyak 46 orang dengan nilai persentase

sebesar 31%. Dari data demografis

berdasarkan tempat tinggal pada kelompok

suku Jawa responden paling banyak

bertempat tinggal di wilayah Jabodetabek

(Jawa, Bogor, Depok, Tangerang dan

Bekasi), yaitu sebanyak 36 orang

responden, dengan jumlah persentase

sebesar 48%, sedangkan yang berada di

wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah

jumlah responden sebanyak 37 orang,

dengan nilai persentase sebesar 49%. Pada

kelompok suku Batak, responden paling

banyak bertempat tinggal di wilayah

Jabodetabek sebanyak 40 orang responden

dengan nilai persentase sebesar 55%,

sedangkan yang berada di wilayah

Sumatera tepatnya yang berada di kota

Medan dan sekitarnya adalah, sebanyak 22

orang responden dengan nilai persentase

sebesar 30%.

DISKUSI

Hasil penelitian yang telah

dilakukan menyatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan pengungkapan diri

antara mahasiswa suku Jawa dan suku

Batak melalui Twitter. Pengaruh media yang digunakan bersifat online

mempengaruhi pengungkapan diri

individu. Hal ini didukung dengan

pernyataan, Beebe (2008) bahwa

pengungkapan diri dapat membangun

keintiman dalam hubungan yang dibina

dengan orang lain, namun terdapat

perbedaan antara komunikasi langsung

dengan komunikasi secara online yaitu terdapat anonimitas dalam komunikasi

online. Menurut Taylor (2009) anonimitas yang terdapat dalam komunikasi secara

online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya,

hal ini mungkin karena individu merasa

lebih mampu mengekspresikan

aspek-aspek penting dari diri individu saat

melakukan komunikasi secara online.

Norma dalam proses pengungkapan

diri tidak hanya berlaku pada komunikasi

secara langsung, namun juga terjadi

melalui komunikasi secara online. Raven dan Rubin (Dayakisni dan Hudaniah,

2009), menyatakan bahwa proses

pengungkapan diri pada individu juga

memiliki kecenderungan mengikuti norma

resiprok atau timbal balik. Hal ini biasa

terjadi pada proses pengungkapan diri

yang dilakukan secara langsung atau

secara tatap muka, norma resiprok adalah

jika seseorang menceritakan sesuatu yang

bersifat pribadi pada orang lain, maka

pendengar akan cenderung memberikan

(8)

terjadi secara online melalui jejaring sosial

adalah, saat seseorang melakukan

pengungkapan diri melalui akun jejaring

sosial individu, seperti di Twitter, hal yang akan terjadi adalah, adanya respon dari

orang lain yang membaca status yang

ditulis di akun pribadi pengguna jejaring

sosial, biasa disebut dengan istilah retweet. Berdasarkan faktor pengungkapan diri

menurut DeVito (1997), salah satu

faktornya adalah efek diadik, yaitu seorang

individu melakukan pengungkapan diri

jika orang lain juga melakukan

pengungkapan diri, efek diadik ini

membuat individu lebih merasa aman dan

memperkuat perilaku pengungkapan diri

seseorang. Hal ini juga terjadi saat

seseorang melakukan pengungkapan diri di

jejaring sosial, orang lain akan ikut

melakukan pengungkapan saat individu

lain melakukan pengungkapan diri hal ini

juga berkaitan dengan teori pola interaksi

sosial yaitu imitasi yang merupakan usaha

untuk menirukan orang lain.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Tarigan (2012),

keterbukaan diri memang dapat terjadi di

jejaring sosial Twitter berdasarkan intensitas penggunaan jejaring sosial

tersebut. Namun, faktor budaya dalam

pengungkapan diri yang dilakukan melalui

media jejaring sosial tidak berpengaruh,

karena dari latarbelakang budaya

manapun, pengaruh teknologi membuat

individu bebas mengutarakan apa saja

dalam media online seperti media jejaring sosial (Twitter). Sehingga, budaya bukan menjadi faktor penting dalam proses

pengungkapan diri melalui jejaring sosial.

Meskipun pada dasarnya latarbelakang

seperti budaya mempengaruhi pola

komunikasi individu dalam interaksi di

kehidupan sehari-hari termasuk cara

individu dalam mengungkapkan diri,

namun munculnya perkembangan

teknologi seperti internet telah merubah

sudut pandang manusia bahwa seseorang,

kebangsaan, ras, tempat tinggal (negara),

bahasa dan sebagainya dapat saling

berkomunikasi dalam satu wadah dengan

standar yang sama, hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang telah dilakukan,

pada suku Jawa dan suku Batak, banyak

yang bertempat tinggal di luar wilayah

suku tersebut berasal, seperti pada suku

Jawa dan suku Batak yang tinggal di

Jakarta, hal ini dimungkinkan

mempengaruhi tidak terdapatnya

perbedaan pengungkapan diri mahasiswa

antara suku Jawa dan suku Batak.

Situs jejaring sosial dapat diakses

oleh banyak pengguna dari berbagai

negara, hal ini tidak menutup

kemungkinan dapat mempertemukan

masing-masing individu, melalui aktivitas

(9)

yang ditawarkan oleh jejaring sosial

tersebut, sehingga tidak terdapat batasan

dalam aturan penggunaan jejaring sosial,

maka perbedaan dapat dipecahkan

bersama-sama pula tanpa memandang

perbedaan yang ada. Hal ini melahirkan

budaya baru yang disebut budaya global,

yang diartikan sebagai sebuah konsep yang

digunakan untuk menjelaskan tentang

mendunianya berbagai aspek kebudayaan,

yang di dalamnya terdapat proses

penyatuan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data,

diperoleh dua buah kesimpulan, yaitu: 1)

tidak terdapat perbedaan pengungkapan

diri antara mahasiswa suku Jawa dan suku

Batak melalui Twitter. Hal ini dibuktikan oleh nilai signifikansi sebesar 0.089, yang

artinya H0 diterima, sehingga disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan antara

rata-rata pengungkapan diri mahasiswa

suku Jawa dan suku Batak melalui Twitter. 2) pada subjek kelompok suku Jawa

persentase sebesar 1% untuk kategori

tinggi, 85% untuk kategori sedang dan

14% untuk kategori rendah. Pada subjek

kelompok suku Batak tidak diperolah nilai

yang berada pada kategori Tinggi,

sedangkan pada kategori sedang persentase

sebesar 95% dan persentase sebesar 5%

untuk kategori rendah.

Kelemahan penelitian ini antara lain 1)

kondisi subjek dari kedua suku (Jawa dan

Batak), peneliti tidak mengontrol

responden berdasarkan lama tempat

tinggal, sehingga responden yang tinggal

lama di kota lain seperti daerah

Jabodetabek, Bandung, dan kota lainnya

tidak dapat terkontrol. 2) penyebaran skala

secara online dan beberapa disebarkan tidak secara langsung melainkan melalui

rekan-rekan peneliti sehingga tidak dapat

memastikan secara langsung apakah

responden benar-benar berasal dari suku

Jawa ataupun suku Batak. 3) peneliti tidak

mengambil subjek secara homogen, yaitu

mahasiswa yang benar-benar tinggal di

daerah asal. 4) peneliti tidak

menyantumkan lama tinggal di tempat

yang ditinggali responden pada data

demografis, sehingga peneliti tidak dapat

menganalisis lebih spesifik berdasarkan

hal tersebut.

Pada penelitian selanjutnya disarankan

penelitian dilakukan dengan metode

kualitatif karena penelitian ini berkaitan

dengan budaya yaitu mengenai suku,

sehingga melalui metode kualitatif, data

yang didapat akan lebih spesifik dan

representatif. Selain itu, dalam penelitian

lanjutan penelitian dengan variabel

pengungkapan diri dapat dihubungan atau

dibandingkan dengan variabel lain, atau

(10)

dilakukan dengan cara kuantitatif dan

harus menyebarkan skala disarankan

untuk menyebarkan skala secara langsung

di wilayah tempat budaya atau suku

tersebut berada, sehingga hasil yang

didapat lebih akurat

REFERENSI

Beebe, S.A., Beebe, S.J., Redmond, M.V. 2008. Interpersonal Communication : Relating to Others (5th Edition). Boston : Rearson Education.

Dayakisni, Tri., & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Eman, K.K.I.F. 2004. Perbedaan Profil Kepribadian Suku Jawa dan Suku Batak Berdasarkan Five Factor of Personality.

Skripsi. Diunduh dari

http://lib.atmajaya.ac.id pada 20 Maret 2014.

Gainau, M.B. 2009. Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi Konseling. Jurnal Ilmiah Widyawarta.

Vol 33 No. 1. Diunduh dari puslit.petra.ac.id pada 22 Maret 2014.

Kompasiana. 2013. Media dan Jurnalistik Masa Depan. Artikel. Diunduh dari http://media.kompasiana.com/ pada tanggal 13 Maret 2014

Pamuncak, D. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Self Disclosure

pengguna Facebook. Skripsi. Diunduh dari http://repository.uinjkt.ac.id pada 27 Februari 2014.

Sari, R.P., Rejeki, T.A., & Mujab, A. 2006. Pengungkapan Diri Mahasiswa Tahun Pertama Universitas Diponegoro Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Harga Diri. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 No. 2. Diunduh dari http://ejournal.undip.ac.id.

Tarigan, B. 2012. Twitter dan Tingkat Keterbukaan Diri. Skripsi. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 27 Oktober 2014.

Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O. 2009.

Psikologi Sosial edisi kedua belas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan kolkisin juga mempengaruhi fenotip tanaman cabe keriting yang dilihat dari karakter morfologi, seperti tinggi tanaman, diameter batang, ukuran daun dan

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin

Sedangkan nilai uji reliabilitas dapat dinyatakan reliabel karena diperoleh nilai cronbach alpha lebih tinggi dari 0,70 yaitu nilai variabel komitmen organisasi (X1) senilai

surat edaran oleh Wali Kota Sungai Penuh pada tahun 2013 untuk mengembangkan industri batik dengan motif utamanya adalah aksara Incung dan juga memberikan

Dashboard yang dibuat akan menampilkan informasi seperti pagu, realisasi, dan presentase pencapaian realisasi atas pagu untuk masing-masing satuan

Lebih lanjut, untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua yaitu mengenai partisipasi siswa dalam kegiatan studio STEM, dilakukan kegiatan wawancara kepada studio STEM

Pada sistem yang diusulkan, untuk menampilkan objek struktur rangka manusia 3 dimensi di layar monitor user mengarahkan marker pada kamera kemudian kamera mendeteksi

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) meyakini pembangunan jalan tol ruas tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan target yakni pada 2018 kendati pembebasan lahan baru mencapai 40%