Rasionalisme Argumen-argumen Filsafat
Ketuhanan
I
René Descartes menurut cerita mempunyai boneka yang kadang dibawa-bawa ke tengah keramaian. Mungkin ia hendak menunjukkan tubuh manusia seperti boneka dikuasai oleh pikiran (res cogito) yang berada di luar dunia materi (res extensa). Cogito ergo sum, Aku berpikir maka Aku ada. Descartes dikenal sebagai bapak filsafat modern yang mengafirmasi eksistensi Tuhan. Menurut Descartes pikiran tentang Tuhan itu terberi ibarat microchip dalam otak manusia.
II
Mesin sebuah jam tidak tercipta begitu saja secara kebetulan. Demikian pula organisme dapat dibandingkan dengan mesin jam. Organisme, seperti
mesin, haruslah ada yang merancangnya. Inilah argumen tentang eksistensi perancang cerdas. Ilmuwan rancangan cerdas terkenal William Dembsky. Pendapat kontroversial Dembsky untuk mendukung teorinya yaitu perlunya para ilmuwan SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) meneliti
kemungkinan pengaruh sinyal-sinyal luar angkasa seperti pulsar terhadap proses terciptanya kehidupan.
III
Mulai mengenal agama secara kultural sejak umur 10 tahun. Seorang kawan keturunan Arab bernama Hasan sering datang mengajak ke mesjid. Lalu Tuhan hadir dalam pikiran. Dahulu sering bertanya-tanya tentang Tuhan yang mengakibatkan kepala “pusing” seperti berfilsafat. Saya pikir hal tersebut karena berkenaan dengan hal yang tak terbatas. Tak heran para filsuf Islam abad pertengahan membahas persoalan ketakterbatasan dan keabadian. Kata Newton ketakterbatasan ruang dan waktu merupakan argumen untuk eksistensi Tuhan. Bisa jadi sarana untuk melatih pikiran.
IV
Kata Nurcholis Madjid tak ada tuhan selain Tuhan dengan huruf kapital. Kredo dalam Islam ini kalau direnungkan mengingatkan pada konsep falsifikasi Karl Popper.
V
apakah benda bersinar di malam hari itu Tuhan. Ketika bintang tersebut tenggelam, ia berkesimpulan tidak mungkin Tuhan tenggelam. Kemudian ia melihat Bulan dan lalu Matahari yang lebih besar dan ia pun membuat kesimpulan yang sama (Al An'am 76-79). Demikian pula berhala Mardukh, berhala paling besar pada zamannya, yang menurutnya tidak bisa berbicara.
VI
Seorang teman bernama A, juga belajar filsafat di STF Driyarkara, selalu mendaku tidak percaya pada Tuhan. Namun setelah sekian lama, diam-diam ia mengatakan pada saya ia percaya Tuhan. Moral of the story: perkara menjadi percaya dan tidak percaya melibatkan daya intelektual, keduanya sebuah pencapaian yang tak dapat diperbandingkan. Jadi tidak benar menjadi ateis itu lebih cerdas nalarnya dibandingkan dengan orang yang kemudian percaya Tuhan demikian pula sebaliknya.
VII
Ibnu Rushd, filsuf Muslim abad 12 dari Andalusia, memproposisikan adanya dua kebenaran yang masing-masing berdiri pada matranya: kebenaran agama dan kebenaran filsafat atau sains. Yang pertama berdasarkan wahyu dalam Alquran atau kitab suci lainnya, yang kedua murni berdasarkan logika. Ibnu Rushd filsuf kontroversial yang mengatakan adanya sumber kebenaran selain Tuhan.
VIII
Romo Franz Magnis-Suseno SJ dalam diktat filsafat ketuhanan (2003) mengkritik penyangkalan Immanuel Kant tentang objektivitas Tuhan. Pemikiran Kant tentang pengetahuan terbatas pada yang inderawi, Tuhan bukanlah yang inderawi karena itu tidak dapat diketahui, menafikan gagasan eksistensi pengetahuan bukan inderawi yang belum diketahui. Selain itu, pengetahuan menurutnya meliputi yang bukan inderawi seperti intuisi, moralitas, dan pernyataan tentang pengetahuan inderawi itu sendiri. Penyangkalan Kant menurutnya suatu paradoks. Kant menyatakan semua pengetahuan berada dalam aras inderawi sedangkan pernyataaan itu sendiri, yaitu pengetahuan mendasar mengenai yang inderawi, bukanlah sesuatu yang inderawi.
IX
menderita, teodise menjelaskan fenomena penderitaan yang dialami oleh manusia, baik itu disebabkan oleh manusia maupun alam. Mengapa ada kejahatan mengapa Ia membiarkannya?
Sidney Hook, seorang humanis ateis Amerika, mengatakan kejahatan dapat dijawab dengan kematian. Kematian menjamin bahwa kejahatan yang
membuat orang menderita pasti berakhir. Sebagai seorang ateis, Hook memberi jawaban problem teodise dengan kematian, yaitu berakhirnya kesadaran tentang kejahatan itu sendiri. Banyak dari kita berpikir kejahatan merupakan sebuah cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Bila kita tetap