BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pola asuh di lingkungan keluarga yang antara lain bertujuan membina
karakter anak, seharusnya dilakukan bersama-sama oleh ayah dan ibu. Walaupun
pada umumnya, pengasuhan seorang anak di lingkungan keluarga lebih banyak
dilakukan oleh ibu. Namun dalam kenyataannya, di lingkungan keluarga dimana
sang ibu berprofesi sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri dengan
kontrak kerja dua tahun dan sesudahnya bisa diperpanjang lagi, tanggung jawab
pengasuhan seorang anak beralih sepenuhnya kepada ayah. Pengasuhan anak di
lingkungan keluarga, harus terus berlangsung, meskipun tanpa kehadiran seorang
ibu. Dalam konteks inilah, berbagai permasalahan mungkin saja timbul, misalnya
mampukah ayah bertindak sebagai pengasuh anak tanpa kehadiran ibu; dapatkah
ayah menjalankan perannya sebagai pembina karakter anak-anaknya selama ibu
tidak ada di rumah; dan sebagainya.
Ketidakhadiran ibu dalam kurun waktu tertentu, mengharuskan ayah
bertanggungjawab terhadap seluruh proses pengasuhan anak-anaknya, yang
berkaitan erat dengan pembinaan karakter mereka. Pembinaan karakter anak harus
dilakukan secara berkesinambungan, dan prosesnya di awali di lingkungan
keluarga sebagai peletak dasar kepribadian anak. Hal ini berarti, bahwa proses
pembinaan karakter dalam diri anak tidak boleh terhenti dengan alasan apapun.
Penelitian yang dilakukan oleh Septi Purwindarini, Rulita Hendriyani, dan Sri
Maryati Deliana di tahun 2014, antara lain menyatakan bahwa keterlibatan ayah
dalam pengasuhan, memberikan dampak positif pada seluruh aspek perkembangan
anak, yaitu kognitif, intelektual, dan pencapaian prestasi, emosi, sosial, peran
jenis, moral dan penurunan perkembangan anak yang negatif. Hal ini berarti,
penggunaan tipologi pola asuh ayah yang tepat, diharapkan akan menunjang
munculnya karakter baik dalam diri anak.
Dewasa ini, fenomena wanita yang sudah menikah bekerja sudah umum
hlm.3), yang menyatakan ada dua alasan pokok yang melatarbelakangi
keterlibatan wanita yang sudah menikah untuk bekerja, yaitu :
1. “harus”, yang merefleksikan kondisi ekonomi rumah tangga yang
bersangkutan rendah sehingga bekerja untuk meringankan beban rumah tangga adalah penting, di mana dalam hal ini pendapatan kepala keluarga atau kepala rumah tangga (suami) yang belum mencukupi. Wanita pada golongan pertama ini adalah umumnya berasal dari masyarakat yang status sosial ekonominya rendah.
2. “memilih untuk bekerja”, yang merefleksikan kondisi sosial ekonomi pada tingkat menengah ke atas. Pendapatan kepala rumah tangga (suami) sudah dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga masuknya wanita pada angkatan kerja semata-mata bukan karena tekanan ekonomi. Keterlibatan mereka karena motivasi tertentu, seperti mencari kesibukan untuk mengisi waktu luang, mencari kepuasan diri atau mencari tambahan penghasilan. Oleh karena itu semakin rendah tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka tingkat partisipasi angkatan kerja wanita cenderung makin meningkat juga.
Di Indonesia, fenomena ibu bekerja (terutama ke luar negeri), lebih
banyak dilatarbelakangi oleh alasan yang pertama, yaitu untuk meringankan
beban rumah tangga. Terlebih-lebih saat terjadinya krisis moneter di tahun 1997
lalu. Begitu banyak penduduk yang kehilangan mata pencaharian, termasuk para
ayah yang berperan sebagai kepala keluarga. Meningkatnya angka pengangguran
di Indonesia pada saat itu, merupakan salah satu contoh dampak krisis terhadap
kehidupan di masyarakat, yang akhirnya berakibat kepada peningkatan jumlah
penduduk miskin di Indonesia sebagaimana pendapat Tarmidi (1998, hlm. 18)
berikut ini :
Sebagai dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan ini, pada Oktober 1998 ini jumlah keluarga miskin diperkirakan meningkat menjadi 7,5 juta, sehingga perlu dilancarkan program-program untuk menunjang mereka yang dikenal sebagai social safety net. Meningkatnya jumlah penduduk miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai tukar rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penghasilan yang berkurang karena PHK atau naik sedikit dengan pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi, sehingga bila nilai tukar rupiah bisa dikembalikan ke nilai nyatanya maka biaya besar yang dibutuhkan untuk social safety net ini bisa dikurangi secara drastis.
Krisis moneter yang diikuti krisis ekonomi di negara Indonesia sejak Juli
1997 lalu, seolah lebih memicu keinginan para ibu rumah tangga untuk ikut terjun
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Dan fenomena ini berlangsung secara terus
menerus hingga sekarang.
Keterbatasan kehadiran ibu atau bahkan ketidakhadirannya selama kurun
waktu tertentu di lingkungan keluarga, sedikit banyak akan merubah pola
gambaran tradisional tentang peran laki-laki dan wanita dalam kehidupan
keluarga, seperti yang dikemukakan oleh Supartiningsih (2003, hlm. 43) sebagai
berikut :
Latar belakang munculnya wilayah domestik dan publik ditenggarai bersumber dari pembagian kerja yang didasarkan pada jenis kelamin yang secara populer dikenal dengan istilah gender. Pembagian kerja gender tradisional (gender base division of labour) menempatkan pembagian kerja, perempuan di rumah (sektor domestik) dan laki-laki bekerja di luar rumah (sektor publik).
Hal ini akhirnya akan berimbas juga terhadap perubahan sejumlah fungsi
di lingkungan keluarga, sebagaimana tampak dalam pernyataan Soelaeman (1994,
hlm. 33) tentang perbedaan fungsi-fungsi keluarga dulu dan sekarang, berikut ini:
Keluarga yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak, mempunyai peran masing-masing yang jelas dan pasti dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Keluarga pula yang berkewajiban mendidik dan mengasuh secara langsung anak-anak mereka, melalui partisipasi dalam kehidupan keluarga itu. Di masa itu, keluarga menjadi sebuah sistem tunggal yang punya peran besar termasuk penentu semua keputusan yang menyangkut kepentingan para anggotanya. Hubungan kekerabatan masih erat dan kuat. Nilai masyarakat atau adat istiadat diturunkan melalui keluarga. Lambat laun sistem industri memasuki keluarga. Fungsi-fungsi keluarga menurun dan memudar maknanya bagi para anggota keluarga yang bersangkutan.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam kehidupan anak, yang
berperan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadiannya. Seiring dengan hal ini,
Bennett dalam Megawangi (2004, hlm. 63) menyatakan bahwa :
“The biological, psychological, and educational well-being of our children depend on the well-being of the family...The family is the original and
most effective Departement of Health, Education and Welfare. If it fails to teach honesty, courage, desire for excellence, and a host of basic skills, it is exceedingly difficult for any other agency to make up its
menjalankan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi
lembaga-lembaga lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya”).
Di Desa Sindangmulya Kecamatan Kutawaluya Kabupaten Karawang,
lokasi dimana penelitian ini dilaksanakan, terdapat sekitar 100 orang ibu rumah
tangga yang berprofesi sebagai TKW ke Saudi Arabia dengan kontrak kerja
selama dua tahun dan dapat diperpanjang lagi sesudahnya Hal ini mengakibatkan
terjadinya diferensiasi peran dalam keluarga tersebut, karena sejumlah peran
penting ibu terutama sebagai pengasuh dan pembina karakter anak-anaknya akan
beralih sementara waktu kepada sang ayah, saat ibu tidak ada di rumah.
Keluarga diyakini merupakan lembaga pertama dan utama dalam
kehidupan anak yang merupakan peletak dasar karakter/kepribadiannya. Pola asuh
yang diterapkan orang tua di lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor
penting dalam pembinaan karakter anak, agar dapat menjadi anak yang bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur.
Hal ini sesuai dengan proses perhatian dalam Pendidikan Umum,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumantri (2006, hlm.1) berikut ini :
Pendidikan Umum didasarkan pada upaya pengembangan individu dalam skala yang lebih luas, tidak saja menyangkut pengembangan intelektual, tetapi meliputi emosi, sosial, dan moral peserta didik. Tentunya, upaya pengembangan individu dalam skala yang lebih luas ini harus dilakukan juga oleh orang tua dalam membina karakter anak-anaknya di dalam keluarga, sebagai lingkungan pendidikan informal.
Menyimak berbagai hasil penelitian yang ada, masih sangat sedikit yang
menyoroti tentang ”Praktik Pola Asuh Orang Tua di lingkungan keluarga TKW”,
terutama yang berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua (dalam
hal ini ayah) dalam membina karakter anak-anaknya. Sejauhmana ayah mampu
berperan sebagai pencari nafkah, sekaligus sebagai penanggung jawab dan
pelaksana utama pengasuhan anak di lingkungan keluarga selama ibu tidak ada di
rumah; tipologi pola asuh apa yang diterapkan oleh ayah, terutama dalam upaya
membina karakter anak selama ibu tidak ada di rumah; apakah penggunaan
tipologi pola asuh yang berbeda, akan mengakibatkan perbedaan karakter dalam
diri anak atau tidak; bagaimana intensitas ayah dengan anak, serta anak dengan
upaya pengasuhan dan pembinaan karakter anak di lingkungan keluarga ini, serta
sejauhmana perannya dalam pembinaan karakter anak di lingkungan keluarga
TKW yang menjadi fokus penelitian ini.
Berlatarbelakangkan fenomena ini, amatlah menarik bagi penulis untuk
meneliti, “Praktik Pola Asuh Ayah dalam Membina Karakter Anak di Lingkungan
Keluarga Tenaga Kerja Wanita”, yang merupakan Studi Kasus pada Keluarga
TKW di Desa Sindangmulya Kecamatan Kutawaluya Kabupaten Karawang.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Secara umum masalah yang akan diamati dalam penelitian ini adalah,
“Bagaimana praktik pola asuh ayah dalam membina karakter anak di lingkungan
keluarga TKW Desa Sindangmulya ?”
Adapun lingkup masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik keluarga TKW (yang menjadi fokus penelitian ini), di
Desa Sindangmulya Kecamatan Kutawaluya Kabupaten Karawang, ditinjau
dari segi usia suami-istri dan anak-anaknya; mata pencaharian ayah; tingkat
sosial-ekonomi (pendidikan, pendapatan dan besar keluarga [family size];
dalam kaitannya dengan pola asuh ayah dalam membina karakter anak di
lingkungan keluarga tersebut ?
2. Bagaimana gambaran tipologi pola asuh yang diterapkan ayah dalam
membina karakter anak di lingkungan keluarga TKW Desa Sindangmulya ?
3. Nilai-nilai karakter apa saja yang dibinakan melalui pola asuh ayah di
lingkungan keluarga TKW Desa Sindangmulya ?
4. Apakah perbedaan tipologi pola asuh yang diterapkan ayah di lingkungan
keluarga TKW Desa Sindangmulya tersebut, akan menghasilkan karakter
yang berbeda dalam diri anak, ataukah tidak ?
5. Bagaimana intensitas interaksi antara ayah dengan anak; serta anak dengan
anak ketika ibu tidak hadir, dalam kaitannya dengan pola asuh ayah dalam
upaya pembinaan karakter anak di lingkungan keluarga TKW Desa Sindang
6. Adakah keterlibatan pihak lain dalam pengasuhan anak, dan sejauhmana
peranannya dalam membina karakter anak di lingkungan keluarga TKW Desa
Sindangmulya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan memeroleh gambaran tentang
praktik pola asuh ayah dalam membina karakter anak di lingkungan keluarga
TKW tersebut. Adapun tujuan secara terperincinya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga TKW (yang menjadi fokus
penelitian ini) di Desa Sindangmulya Kecamatan Kutawaluya Kabupaten
Karawang, ditinjau dari segi usia suami-istri dan anak-anak mereka, mata
pencaharian ayah, tingkat sosial-ekonomi (pendidikan, pendapatan dan besar
keluarga [family size] ) dalam kaitannya dengan pola asuh anak di lingkungan
keluarga tersebut.
2. Untuk memeroleh gambaran tipologi pola asuh ayah dalam membina karakter
anak di lingkungan keluarga TKW Desa Sindangmulya.
3. Untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter apa saja yang dibinakan melalui
pola asuh ayah di lingkungan keluarga TKW Desa Sindangmulya.
4. Untuk menganalisis apakah perbedaan tipologi pola asuh yang diterapkan
ayah di lingkungan keluarga TKW Desa Sindangmulya tersebut, akan
menghasilkan karakter yang berbeda dalam diri anak, ataukah tidak.
5. Untuk mengetahui intensitas interaksi antara ayah dengan anak; serta anak
dengan anak ketika ibu tidak hadir, dalam kaitannya dengan pola asuh ayah
dalam upaya pembinaan karakter anak di lingkungan keluarga TKW Desa
Sindangmulya.
6. Untuk memeroleh gambaran adakah keterlibatan pihak lain dalam pengasuhan
anak, dan sejauhmana peranannya dalam membina karakter anak di
lingkungan keluarga TKW Desa Sindangmulya.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi aspek
1. Bagi aspek keilmuan (teoretik), secara umum diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi keilmuan bagi pengembangan Bidang Pendidikan
Umum/Nilai pada umumnya, dan Sosiologi Pendidikan serta Sosiologi
Keluarga khususnya, yang berupa kajian teoretis tentang proses sosialisasi
anak di lingkungan keluarga; pembinaan karakter anak oleh orang tuanya;
serta tipologi pola asuh orang tua (terutama ayah) dalam membina karakter
anak.
2. Bagi aspek guna laksana (praktis), diharapkan dapat memberi bahan masukan
bagi para orang tua tentang pentingnya tanggung jawab kodrati mereka dalam
hal pengasuhan dan atau pendidikan anak di lingkungan keluarga, terutama
berkenaan dengan pola asuh yang diterapkan ayah dalam membina karakter
anak-anaknya (pada saat ibu tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya
untuk sementara waktu), agar dapat menjadi anak yang bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Juga sebagai bahan perhatian
masyarakat luas, bahwa proses pengasuhan dan pendidikan seorang anak
dalam upaya pembinaan karakternya, harus dilaksanakan secara holistik mulai
dari lingkungan keluarga sebagai peletak dasar kepribadian anak, lingkungan
sekolah, dan juga masyarakat dimana dia berada.
1.5. Struktur Organisasi Disertasi
Struktur organisasi Disertasi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berisi tentang alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti
tertarik melakukan penelitian ini; uraian-uraian yang berhubngan
dengan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terdapat di
lapangan sebagai dasar pemikiran untuk menetapkan permasalahan,
serta bagaimana penelitian ini dapat mengisi kekosongan penelitian
yang berkaitan dengan topik yang diteliti; penjelasan atas
kemungkinan terjadinya kompleksitas masalah, apabila masalah itu
dibiarkan sehingga menimbulkan dampak yang menyulitkan di
dari sisi kebijakan dan teoretis; penjelasan singkat tentang
kedudukan atau posisi masalah yang diteliti dalam ruang lingkup
bidang studi yang ditekuni oleh peneliti.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
C. Tujuan Penelitiaan
Menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai
dilakukan. Oleh karenanya, rumusan tujuan penelitian ini harus
selaras dengan rumusan masalah dan harus mencerminkan proses
penelitiannya.
D. Manfaat Penelitian
Dilihat dari dua aspek, yaitu : manfaat/signifikansi dari segi teori
(mengatakan apa yang belum/kurang diteliti dalam kajian pustaka
yang merupakan kontribusi penelitian); serta manfaat/signifikansi
dari segi praktik (sama dengan argumen untuk signifikansi terhadap
kebijakan. Argumen didasarkan pada pembahasan atau masalah
yang dikemukakan dalam kajian pustaka)
E. Struktur Organisasi Disertasi
Berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian
bab dalam disertasi ini.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisi sejumlah konsep dan teori yang berhubungan dengan praktik
pola asuh Ayah dalam membina karakter anak di lingkungan keluarga
TKW; serta sejumlah penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang
yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya.
BAB III : METODE PENELITIAN :
Berisi tentang alur penelitian yang digunakan ,mulai dari pendekatan
penelitian yang diterapkan; instrumen yang digunakan; tahapan
pengumpulan data yang dilakukan; hingga langkah-langkah analisis
data yang djalankan. Secara terperinci meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Desain Penelitian, menjelaskan jenis desain penelitian yang diguna-
desain penelitiannya adalah studi kasus.
b. Partisipan dan Tempat Penelitian, yang antara lain menjelaskan per-
timbangan pemilihan partisipan dan tempat penelitian yang diguna-
kan.
c. Pengumpulan Data, menjelaskan secara jenis data yang diperlukan,
instrumen yang digunakan, serta tahapan-tahapan teknis pengumpul-
an data.
d. Analisis data, berisi pemaparan secara rinci dan jelas langkah-lang-
kah yang ditempuh setelah data berhasil dikumpulkan.
Data yang diperoleh dari setiap sumber data ditrianggulasikan untuk
meyakinkan bahwa semua data dari semua sumber mengarah pada
simpulan yang sama sehingga simpulan yang ditarik bisa kuat.
Selanjutnya data kualitatif ini juga diinterpretasikan serta
dihubungkan dengan teori yang dipakai, juga dengan penelitian
sebelumnya.
BAB IV : TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari dua hal utama, yaitu :
a. Temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data
dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan subjek
penelitiannya, serta urutan rumusan permasalahan penelitian.
b. Pembahasan temuan penelitian, untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Bagian ini
mendiskusikan temuan penelitian tersebut, dikaitkan dengan dasar
teoretis yang telah dibahas dalam bab Kajian Pustaka dan temuan
sebelumnya. Pembahasan merupakan refleksi terhadap teori yang
dikembangkan peneliti atau peneliti sebelumnya. Karena ini
merupakan penelitian kualitatif, maka peneliti juga akan
menyampaikan hasil analisis data dan mengevaluasi apakah
temuan utama yang dihasilkan dari analisis data tersebut menjawab
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis
temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat
dimanfaatkan dari hasil penelitian ini.
Implikasi dan rekomendasi yang ditulis setelah simpulan, dapat
ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil
penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang
berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada
pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA :
Memuat semua sumber tertulis. Seperti buku, artikel jurnal, dokumen
resmi, atau sumber-sumber lain dari internet
LAMPIRAN :