ANGGUR MERAH
Terima Kasih
Dan Terima Kasih
Alas Selatan
Berkomitmen
Dukung Lahirnya
Koperasi Desa
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH) (Roland E. Nope, S.AP)
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
Dari Redaksi
Malaka, sebuah daerah otonomi baru yang berpisah dari induk semangnya Kabupaten Belu pada akhir tahun 2012. Ibarat tunas yang sedang berkecambah dan mekar, Malaka membutuhkan sentuhan-sentuhan elok nan rupawan agar mampu menjadi show window yang eksotis di batas horison NKRI.
Rai feto (tanah perempuan),sebutan lain untuk menggambarkan citra budaya matrilineal, seakan mengekpresikan rahim tanah Malaka yang subur. Kehadiran Bendungan Benanain sebagai salah satu bendungan terbesar di NTT membuat badut (cahaya) Malaka semakin terang benderang.
Filosofi dasar masyarakat Malaka fukun (sendi) maksi an/tatanen (penyokong), yang intinya kekuatan utama pembangunan bukan di pusat melainkan di pinggiran, selaras dengan nafas pemberdayaan masyarakat yang didengungkan Desa Mandiri Anggur Merah. Modal disuntikkan ke masyarakat desa untuk meransang semangat usaha.
Dana Bantuan Desa Mandri Anggur Merah membuka mata masyarakat akan berbagai peluang dan potensi yang dimiliki. Desa bukan lagi menjadi kawasan terisolir melainkan bertumbuh menjadi sentra ekonomi yang menjanjikan.
Bantuan tersebut telah menjadi warta sukacita bagi masyarakat miskin. Tanpa mengeluarkan uang dari saku sendiri, mereka dapat membeli dan memelihara ternak. Martabat sosial pun terangkat seiring dengan berkembang biaknya ternak bantuan tersebut. Hasil keuntungan penjualnya pun dipakai untuk berbagai kebutuhan. Membiayai anak sekolah, memenuhi kebutuhan rumah tangga serta berbagai keperluan hidup lainnya.
Program ini dirasa menyentuh serta mudah dilaksanakan karena sejalan dengan pekerjaan rutin warga desa sebagai petani, peternak, membuka kios, bertenun, membuka bengkel dan lain sebagainya. Anggur Merah meretas asa warga baru, saudara-saudara sesama warga eks Timor-Timur
yang memilih setia bernaung di bawah panji merah putih. Harapan yang awalnya memudar seiring dengan minimnya perhatian terhadap pilihan mereka untuk setia pada NKRI, kembali bersemi bersamaan dengan bantuan modal bergulir dari Pemerintah Provinsi NTT.
Malaka sedang bergeliat mengasah harapan seiring dengan komitmen masyarakat penerima untuk melunasi dan menggulirkan bantuan tersebut kepada warga masyarakat lainnya. Semakin banyak masyarakat keciprat Anggur Merah, harapan untuk menggapai Nusa Timur Terbaik pun akan semakin menggema.
Komitmen bersama untuk saling berbagi bantuan pemerintah antara sesama warga masyarakat harus tetap berkobar demi NTT yang lebih bermartabat.
Mengapa
Anggur Merah...?
9
12
4
16
22
30
18
28
33
Dan Terima Kasih
Terima Kasih
Dukung Lahirnya
Koperasi Desa
Merangkai asa
Di Pinggiran Laut
Anggur Merah
Buat Warga Terbuai
Penuhi Kebutuhan Hidup
Warga Besikama
Tangkal Rentenir
Membantu
Dukung Paronisasi
Warga Desa Niti
36
30
34
32
37
Buka Kemudahan
Biaya Pendidikan
dan Akses
Suara PKM
Dukung Ketersediaan
Pangan Keluarga
Merubah Taraf Hidup
Masyarakat Desa
Alas Selatan
Kembangkan Modal Usaha
37
Bantu Warga
Berkomitmen
Mengapa
Anggur Merah...?
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
S
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
Program Anggur Merah
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar
(fresh
money)
Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Pro Rakyat
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
d
iwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
p
embangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Sasaran
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Lokasi Program
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas
musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan.
(Tim redaksi)Dibantu PKM
DAN TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
Dengan antusias beliau merespons. Disepakati tempat pertemuan akan diadakan kantor Bupati Malaka, kompleks Rumah Sakit. Kebetulan Pak Camat akan menghadiri gladi bersih acara pelantikan Penjabat Bupati Malaka.
Dalam suasana santai, sambil menikmati hamparan datar Malaka dari tangga Kantor Bupati, Bapak Yustinus Nahak, S.Sos, MM mulai mengisahkan geliat ekonomi di wilayahnya sejak bergulirnya dana anggur merah 2011 silam.
Ia memulai kisahnya dengan ucapan terima kasih dan terima kasih kepada Bapak Gubernur melalui dana DeMAM. Lalu dengan nada guyon, tim bertanya kok terima kasihnya berganda?
“Terima kasih pertama atas sumbangan dana bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah yang begitu besar, kedua karena semakin banyak
masyarakat Malaka Barat yang martabat dan kedudukan sosialnya terangkat dengan aliran dana tersebut,” katanya sedikit berbangga.
Yustinus pun mulai bercerita bahwa Dana yang bergulir sejak tahun 2011 untuk 10 desa di Kecamatan Malaka Barat, 90% nya dipakai oleh kelompok penerima untuk usaha
pengembangan ternak sapi dan 10% diperuntukan untuk usaha agi itu, saat matahari baru
merekah, dari balik penginapan kami di
P
pinggiran Malaka, iseng-iseng tim redaksi coba menghubungi nomor seseorang yang baru diperoleh dari seorang sahabat saat sampai di kota kabupaten terbungsu NTT hari sebelumnya.
Tak menunggu lama, deringan telepon dari tim segera direspons oleh pemilik nomor. Setelah mendapat konfirmasi bahwa suara di seberang adalah camat Malaka Barat, tim redaksi
langsung memperkenalkan diri seadanya dan meminta waktu beliau untuk bertemu.
Fokus
“Hal ini bisa dimaklumi karena seperti kebanyakan masyarakat Timor umumnya, masyarakat Malaka memiliki kedekatan sosio kulutaral dengan hewan
khususnya sapi. Sapi bukan hanya bernilai ekonomis tapi juga berkaitan dengan harga diri dan status sosial seseorang di tengah masyarakat. Karena itu, dana 250 juta per desa ini menjadi kabar gembira bagi warga yang tidak memiliki sapi. Dana yang pengembaliannya dapat dicicil dengan bunga rendah sekitar 1% dapat mengangkat martabat mereka karena dapat membeli,
memelihara dan
mengembangkan sapi tanpa mengeluarkan dana
sendiri,”cerita sang camat dengan semangat.
Sambil menikmati segelas air mineral Bapak Yustinus
bergerak menuju pantai, senyum merekah dari wajah nan
sederhana. Yah, sebentar lagi langit akan memuntahkan tangisannya. Tangisan yang akan membawa keceriaan bagi para peternak, karena sebentar lagi tunas-tunas baru dan rerumputan liar akan kembali memenuhi padang.
“Dengan bertambahnya populasi sapi, maka jumlah makanan ternak yang tersedia di hamparan bukit dan padang tidak mencukupi lagi. Kesulitan pakan akan sangat terasa bila memasuki musim kemarau” jelas beliau. Tim peliput pun manggut-mangut, baru mengerti arti senyumannya.
Camat yang miliki keahlian dalam hal pola menanam tradisional ini pun menguraikan kiat-kiat dalam mengatasi masalah ini. Bersama Kapolsek dan Danramil saat bertemu dengan warga setiap bulannya,
untuk menanam rumput gajah di halaman rumah atau keliling kebun. Ia juga meminta masyarakat memanfaatkan batang pisang yang melimpah ruah di pekarangan warga untuk dijadikan pakan ternak saat kemarau panjang.
Dalam melakukan fungsi pengawasan dari tiap-tiap desa, setiap tanggal 15 dalam
bulannya, camat yang dilantik pada tahun 2014 ini selalu mengumpulkan para PKM di kantor camat untuk
mendengarkan perkembangan perguliran dana sekaligus mengevaluasi kegiatan dalam bulan sebelumnya.
Setiap kesempatan bertemu masyarakat penerima, ia
senantiasa mengingatkan warga bahwa dana tersebut adalah dana bergulir. Dana tersebut harus bertambah sehingga menjadi dana abadi bagi desa serta betul-betul bermanfaat untuk meningkatan
epala Desa Webetun, kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka,
K
Aquilina Nesi Tae mengatakan,
Dukung Lahirnya
Koperasi Desa
Terima kasih banyak kepada bapak gubernur NTT,
Drs. Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur NTT,
Drs. Benny Aleksander Litelnoni, SH, M.Si
karena sudah memperhatikan kami masyarakat
di desa Webetun melalui program Desa Mandiri
Anggur Merah sehingga kami bisa membentuk
koperasi desa Mandiri Anggur Merah.
Sosialisasinya bertempat di Betun, ibukota Kabupaten Malaka. Kemudian, pihak pemerintah desa setempat bersama PKM melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa.
Hasilnya, ada lima kelompok masyarakat yang berhasil terbentuk dengan anggota per kelompok sebanyak 10 orang. Totalnya ada 50 orang yang mendapat guliran dana tersebut untuk tahap pertama.
Lima kelompok ini
melaksanakan pembibitan sapi dan paronisasi. Ada pun jumlah jiwa di desa ini sebanyak 702 orang dari 156 kepala keluarga.
Selain itu, ketika program ini sedang berjalan, lahir pula kesepakatan bersama untuk membentuk koperasi desa Mandiri Anggur Merah, sebagai wadah bersama bagi segenap warga desa. Hanya saja masih dalam pembenahan.
Hal yang mesti disadari bahwa program ini merupakan program bantuan pemerintah provinsi NTT dan kegiatan ini merupakan hal yang sama sekali baru bagi warga desa Webetun.
Karena itu, resiko gagalnya cukup besar. Hanya saja kami selalu memberikan pemahaman dan pengertian kepada warga masyarakat, agar tetap bekerja sama dan membangun
koordinasi yang baik dengan PKM supaya program ini tidak sebelum dana Rp. 250 juta
dicairkan dari provinsi, ada kegiatan sosialisasi sebanyak dua kali oleh Bappeda NTT.
Merangkai asa
Di Pinggiran Laut
esa Rainawe, Kecamatan Kobalima merupakan salah satu desa terluar
D
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara baru, Timor Leste.
Tak mengherankan jika banyak warga Desa Rainawe adalah sama saudara-saudari kita warga Timor-Timur yang mengikrarkan janji setia pada Republik
Indonesia pada saat referendum. Mereka memilih untuk bertahan sepanjang daerah perbatasan, mencari celah dan menumpang di tanah-tanah kosong.
Tragis memang bila melihat pengorbanan yang telah mereka gadaikan untuk memilih merah putih. Mereka harus
meninggalkan negeri leluhur, tanah tumpah darah dan meninggalkan sanak keluarga.
Yang paling menyesakkan, mereka dianggap sebagai penghianat oleh kaum sebangsanya, bahkan oleh kerabat dekat mereka sendiri.
Untuk semuanya, mereka hanya mendapatkan selembar pengakuan sebagai warga Negara Indonesia. Demi
mempertahankan hidup, mereka meminjam lahan sanak
saudaranya yang masih
berbelaskasih terhadap mereka.
Ruang untuk bertahan memang sempit, namun mereka sama
bertahan di bawah kepakan sayap Garuda.
Itulah secuil jeritan hati yang dirasakan oleh saudara-saudari kita, warga eks Timor-Timur seperti yang diwakili dan dikisahkan oleh Bapak Noberto Ximenes saat ditemui tim Anggur Merah di bibir pantai selatan, kecamatan Kobalima, desa Rainawe.
Karenanya, Bapak Nobert begitu antusias tatkala mendengar bahwa
desanya menjadi salah satu desa penerima dana bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014.
Sebagai seorang Kepala Dusun, ia bermusyawarah dengan warga dusunnya yang sebagian besar warga eks Timor-Timur untuk membentuk satu kelompok usaha agar dapat diusulkan sebagai salah satu penerima dana Desa Anggur Merah.
“Saya bermusyawarah dengan saudara-saudara saya tentang siapa-siapa saja dapat mewakili kami untuk menjadi anggota kelompok karena kami hanya diperkenankan untuk membentuk satu kelompok yang terdiri dari 10 anggota,” jelasnya dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.
Setelah disepakati, ia didaulat oleh warga untuk menjadi ketua kelompoknya. Nama
kelompoknya pun disepakati yakni Kelompok Laut Indah Reinewe. Laut Indah sebuah nama yang memiliki makna mendalam.
“Kami percaya bahwa walaupun kami tinggal di pinggiran laut selatan yang terkenal angker dan garang, namun dalam semangat
kebersamaan dan persaudaraan kami akan dihantar ke sebuah
pelabuhan harapan. Kami percaya bahwa meskipun kami menumpang di atas tanah orang China dengan sistem perjanjian hak pakai untuk berkebun, namun dengan semangat juang dan kerja keras, kami pasti bisa mandiri nantinya,” katanya dengan mata berbinar-binar kepada tim. Dengan melihat potensi hasil kebun olahannya berupa jagung dan ubi, kami akhirnya memutuskan untuk memilih usaha paronisasi sapi sebagai bidang usaha.
Nuansa kegembiraan sangat terasa saat sapi-sapi anggur merah datang. Cap Anggur Merah beserta nomor melekat pada sapi yang mereka terima. “Dengan tegas saya
mengingatkan anggota
bahwasannya dana itu sifatnya bergulir. Dalam jangka waktu satu tahun sapi tersebut harus dijual. Pokok beserta bunganya
harus dikembalikan ke kas desa agar nikmatnya anggur merah bisa dirasakan oleh sesama warga dusun lainnya,” urainya sambil memegang sapi Anggur Merah yang sudah mulai gemuk.
Ia juga mengharuskan agar keuntungan penjualan sapi Anggur Merah nantinya dapat digunakan untuk membeli sapi betina sehingga dapat menjadi modal berharga untuk memenuhi tuntutan hidup yang kian tinggi.
Padang rumput dengan sedikit hijau yang masih tumbuh,
dibekas tanah rawah di tepi laut kini mulai mengering, seakan menjadi saksi bisu Bapak Nobert dan teman-teman dalam
merangkai harapan akan hari esok yang lebih baik di bumi persada. Harapan itu seakan merekah bersamaan dengan geliat semangat sapi-sapi Anggur Merah. (Ar/hms)
ermanus Nahale selaku salah seorang penerima manfaat dari program
H
desa Mandiri Anggur Merah di desa Bereliku, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, mengatakan dirinya telah menerima dana sebesar 2,5 juta rupiah pada tahun 2013.
Dana ini telah dipakai untuk membeli seekor sapi. Sapi itu dipelihara selama satu tahun yakni tahun 2014. Pada tahun yang sama, sapi tersebut telah dijual dengan harga 5 juta rupiah. Uangnya dipakai lagi untuk membeli seekor sapi betina. Hal ini dikemukakan Nahale ketika ditemui di
rumahnya di desa Bereliku, Sabtu
Anggur Merah
Buat Warga Terbuai
Nahale mengatakan alasan ia memilih ternak sapi karena pakan untuk sapi tersedia di desanya. Ada lamtoro, batang pisang dan batang jagung di kebunnya. Ini membuat sapi-sapinya selalu diberi makan yang cukup.
Selain itu ada air yang melimpah. Karena itu, sapinya cepat tumbuh menjadi besar. Berat badanya juga baik
sehingga ketika dijual harganya sangat memuaskan.
Sapi betina yang dibelinya sudah dua kali beranak. “Sapi betina saya sudah dua kali bunting dan beranak. Saya sudah punya tiga ekor sapi
juga belum mau gulirkan sapi induknya ke warga lain. Saya sangat terbuai dengan manfaat dari program ini. Karena mereka tidak membeli tali ataupun memberi makan kepada sapi ini selama sapi di tangan saya,” jelas Nahale.
Ketika ditanya peran dari PKM di desanya, Nahale mengatakan PKM dari program desa Mandiri Anggur Merah di desa Bereliku ini sudah mengundurkan diri. PKM sudah tidak aktif lagi. Warga sudah tidak lagi mengetahui di mana keberadaan PKM tersebut. Hal ini diakui pula oleh Agustinus Mau, Yasinta Hoar dan Sisilia Epu yang berdiri tidak jauh dari
Yasinta Hoar dan Sisilia Sepu, penerima bantuan Desa Mandiri Anggur Merah di desa Bereliku, Kecamatan Malaka Tengah.
Penuhi Kebutuhan Hidup
Penuhi Kebutuhan Hidup
al tersebut disampaikan oleh Kepala desa Besikama, Kecamatan
H
Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Maria Agustina Seran ketika ditemui di kediamannya di Besikama, Sabtu (25/4/2015).
Ia mengatakan warga di desanya sangat senang dan berterima kasih karena mendapat dana bergulir dari program bantuan Desa Mandiri Anggur Merah. Maria Agustina Seran Maria Agustina Seran
menguraikan bahwa telah 11 tahun dirinya menjabat sebagai kepala desa Besikama.
Dari sekian banyak program yang pernah masuk ke warga desa di desa Besikama, program desa Mandiri Anggur Merah merupakan program unggulan yang sangat menyentuh kebutuhan hidup warga di desanya.
Program ini resmi
dilaksanakan di desa Besikama sejak tahun 2014. Dana sebesar 250 juta telah dicairkan dari Bappeda Provinsi NTT ke
“Program ini sangat cocok dan dapat memenuhi
kebutuhan hidup warga sehari-hari. Program ini
mudah dilaksanakan karena sesuai dengan pekerjaan
warga sebagai petani dan peternak.”
Kelompok masyarakat sudah menerima pencairan dana ini untuk mengembangkan usahanya. 10 kelompok
masyarakat bergerak di bidang ternak sapi. Ternak babi
sebanyak 2 kelompok
masyarakat. Tenun ikat sebanyak 4 kelompok masyarakat.
Maria Agustina Seran juga mengatakan, masih ada beda pendapat di tengah masyarakat. Perbedaan pendapat itu soal dana hibah dari program desa Mandiri Anggur Merah.
Warga desanya memahami bahwa hibah berarti dana itu dihabiskan tanpa dapat lagi dipertanggung jawabkan. Karena itu, pemerintah desa dan PKM sedang berusaha untuk
menyadarkan warga desa bahwa dana Rp.250 juta dari program ini
Dana tersebut pada waktunya harus dikembalikan lagi ke rekening desa sehingga dapat digulirkan lagi kepada warga desa lain di desa Besikama yang sedang antre.
Terpisah, Margaretha Luruk Belak dan Maria Abuk sebagai pengrajin tenun ikat, keduanya bekerja bersama-sama di dalam kelompok untuk memajukan usaha tenun ikat.
“Setiap hari, mulai pagi sampai sore bahkan menjelang malam, saya selalu duduk untuk
menenun. Tidak ada waktu yang terlewat untuk menenun. Ini keterampilan saya. Karena itu, usaha ini pasti berhasil karena saya mahir dalam menenun,” ungkap Margaretha Luruk Belak, diamini rekannya Maria Abuk.
(Wl/hms)
Cerita Sukses
Tangkal Rentenir
epala desa Maktihan, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Lambertus Klau Nahak, S.Pd ketika ditemui di rumahnya,
K
Sabtu (25/4/2015) mengatakan menyambut baik dan siap melaksanakan serta menyukseskan program desa Mandiri Anggur Merah di desanya. Program ini masuk ke desanya sejak tahun 2014.
Sebelum dana Rp.250 juta disalurkan ke rekening desa, warga masyarakat desa telah bersepakat membentuk koperasi desa. Koperasi ini jadi badan usaha milik desa yang anggotanya adalah seluruh warga desa Maktihan.
Setelah koperasi terbentuk, dana 250 juta disalurkan ke rekening desa dan selanjutnya disalurkan ke rekening koperasi desa. Dari koperasi ini, dana desa disalurkan kepada 37 kelompok masyarakat dengan jumlah anggota 381 orang.
Setiap anggota kelompok menerima uang dari program ini sebesar 656 ribu rupiah. Uang 250 juta rupiah habis terbagi untuk 381 anggota kelompok masyarakat it, ungkap Klau Nahak.
Klau Nahak menyebutkan, ada pun usaha yang dikembangkan kelompok masyarakat yakni usaha ternak babi. Oleh karena semua anggota kelompok adalah anggota koperasi desa maka ada kewajiban yang harus dipenuhi.
Koperasi menyediakan kartu anggota dan kartu simpan pinjam. Ada simpanan wajib dan ada simpanan suka rela.
K l a u m e n a m b a h k a n , sebelum pengadaan babi, warga harus terlebih dahulu menyiapkan kandangnya. Kandang itu harus dibangun dengan bentuk panggung atau bale-bale. Hal tersebut untuk menghindari banjir dan penyakit hewan. Bahkan ternak babi lebih sehat dan gemuk.
Jika kandang telah tersedia maka babi dapat diadakan
Pengadaan babi itu diambil dari babi lokal. Karena babi lokal dipandang lebih cocok dengan iklim dan kondisi desa. Babi lokal lebih bertahan hidup dan harganya juga mahal kalau dijual.
Selain itu, ada juga kesepakatan bersama warga desa. Apabila ada warga yang babi peliharaannya mati sebelum jatuh tempo, maka warga bersangkutan harus bersedia untuk mengadakan penggantinya.
Sanksi lainnya, anggota kelompok yang tidak produktif, maka yang bersangkutan tidak mendapat pinjaman uang dari koperasi desa. Hal ini dibuat agar masyarakat disiplin sehingga program ini tidak boleh gagal, jelas Klau Nahak.
Koperasi desa ini juga punya tujuan yang mulia. Warga desa Maktihan dapat melakukan transaksi simpan pinjam di koperasi miliknya. Warga bisa belajar untung dan rugi dari hidup berkoperasi. Ada rasa senasib dan sepenanggungan berkat kehadiran koperasi desa yang diinspirasi dan didukung sepenuhnya oleh dana dari desa Mandiri Anggur
Merah.
Semangat gotong royong ini harus mengakar di dalam kehidupan warga desa Maktihan melalui program desa Mandiri Anggur Merah. Koperasi ini bisa menangkal warga meminjam uang dari rentenir yang berkedok koperasi harian yang sangat membebani warga desa setempat, jelas Klau
Nahak.
Oleh karena di desa Maktihan, jangka waktu pengembalian modal dari program ini adalah
Harapannya kedepan agar seluruh masyarakat desa Maktihan sebanyak 447 KK dengan total jumlah 1.488 j i w a , d a p a t m e n i k m a t i bantuan dana bergulir ini.
Membantu Biaya Pendidikan
epala Desa Nanin, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka,
K
Emerensiana Luruk, desanya termasuk salah satu penerima dana desa Mandiri Anggur Merah tahun 2013.
Dana sudah diterima sebesar Rp. 250 juta. Pencairan dana ini terjadi pada akhir bulan
November 2013. Dana baru digulirkan ke kelompok pada bulan Mei 2014. Ada empat kelompok di desanya yang mendapatkan pencairan dan perguliran dana tersebut.
Masing-masing kelompok dikembangkan oleh kelompok hanya fokus pada penggemukan dan pengembangbiakan sapi.
Sapi-sapinya sedang
dipelihara. Ada sapi jantan dan sapi betina. Bulan November 2014, sudah ada sapi yang dijual, dan dananya digulirkan lagi ke kelompok masyarakat lain di dalam desa ini. Sementara itu, ada juga sapi betina yang sudah beranak, dan induknya sudah digulirkan ke penerima manfaat lainnya.
Sejauh ini, ada dua kepala keluarga yang setelah menerima dana tersebut, meninggalkan kampung halaman desa ini dan memilih merantau ke Kalimantan menggunakan dana ini. Pihak pemerintah desa setempat telah menghubungi kedua kepala keluarga itu, dan dananya telah dikembalikan untuk diberikan kepada warga lain. Dana tersebut juga digunakan untuk
Dampak positif dari program ini setelah berjalan di desa Nanin yakni keluarga penerima manfaat dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang menggunakan keuntungan dari dana ini untuk biaya
pengobatan, dan untuk membangun rumah tinggal.
Soal pengembalian dana sesuai jatuh tempo, ada warga kelompok punya kesadaran untuk mengembalikan uang ke kas desa sehingga dapat digulirkan lagi ke warga lain di dalam desa ini.
Sementara ada warga lain yang mengatakan ini uang diberikan secara gratis kepada mereka karena itu tidak perlu dikembalikan lagi. Mereka susah payah mengikat, dan memelihara sapi tersebut. Setelah sapinya besar dan sudah saatnya
digulirkan, sapi itu gampang saja diterima oleh penerima
berikutnya. Karena itu, mereka tidak mau melepaskan sapi kepada masyarakat agar sapi-sapi itu pada saatnya digulirkan kepada warga lain, tapi warga tetap menolak. Makanya ada kemacetan soal perguliran ini.
Ketua kelompok, bendahara kelompok dan PKM tidak
memberikan uang tunai kepada
anggota kelompok tapi, dana itu dipakai untuk membeli sapi, lalu sapi yang sudah dibeli dibagikan kepada anggota kelompok. Ini mekanisme yang diterapkan. Mekanisme yang sama juga diterapkan pada saat sapi hendak dijual.
“Pengurus membeli sapi. Sapi sudah tersedia, lalu diberikan kepada setiap anggota kelompok dari empat kelompok masyarakat yang ada. PKM sendiri turut hadir, menyaksikan dan mengawasi pemberian sapi kepada anggota kelompok masyarakat.”
Jangka waktu pengembalian modalnya dua tahun, terhitung tahun 2015 sampai 2016. Pertimbangannya, sapi jantang sudah besar dan layak dijual. Sedangkan sapi betina sudah beranak dan dapat digulirkan induknye kepada yang lain.
(wl/hms)
Cerita Sukses
Dukung Paronisasi
Warga Desa Niti
epala Desa Niti, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka,
K
Agustinus Benu, menerima dana Anggur Merah pada tahun 2014. Ada lima kelompok yang sudah disiapkan untuk menerima dana bergulir ini. Setiap kelompok terdiri dari 10 orang anggota.
Karena itu ada 50 orang anggota dari 5 kelompok. Usaha yang dilaksanakan adalah paronisasi. Sebanyak 50 ekor sapi sudah berada di tangan anggota kelompok.
Tenggang waktu penjualan sapi ini berada di tangan
dua tahun. Bila sudah sampai waktunya, sapi akan dijual perdana. Pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten akan dilibatkan untuk menyaksikan secara langsung penjualan sapi perdana sebanyak 50 ekor oleh anggota kelompok.
Tujuannya agar semua orang tahu bahwa program ini nyata dan punya manfaat yang sangat besar khususnya buat warga Desa Niti. Karena itu, mesti didukung sebab warga sendiri yang merasakannya.
Ada kesepakatan di tingkat tersedia cukup di desa supaya
ketika sapi dijual, setiap anggota kelompok menggunakan uang itu untuk membeli dua ekor sapi lagi. Satunya menjadi milik yang bersangkutan dan satu ekornya digulirkan kepada warga yang lain dari kelompok yang berbeda di dalam desa ini. Begitu terus sampai semua warga di desa ini mendapat guliran sapi.
Pakan ternaknya tersedia di desa ini. Semua warga
masyarakat tanpa kecuali wajib menanam rumput gajah pada lahan miliknya. Sapi itu ususnya panjang. Karena itu, makannya pasti banyak. Pakan ternak mesti tersedia cukup di desa supaya
Sejauh ini, selaku kepala desa Niti, saya bisa membantu PKM setempat untuk memeriksa sapi-sapi yang ada di warga. Kegiatan ini rutin dilaksanakan supaya warga tahu dan sadar bahwa menjadi tanggung jawab kepala desa bersama aparat pemerintah desa untuk memperhatikan kesejahteraan hidup semua warga. Program desa Mandiri Anggur Merah menjadi salah satu peluang untuk membangun dan menciptakan kesejahteraan hidup warga di desa ini.
Sementara itu, bendahara Koperasi Desa Niti, Petronela Seuk mengatakan 50 orang anggota kelompok masyarakat yang menerima guliran dana Rp. 250 juta ini telah bersepakat untuk membentuk koperasi dengan nama Koperasi “Toup Ko Het Fen”.
Koperasi ini terbentuk pada bulan November 2014. Koperasi ini menjadi tempat semua anggota berkumpul untuk membahas kemajuan usahanya. Biasanya semua anggota
berkumpul pada Minggu ke 4 dalam bulan. Ada rasa
kekeluargaan dan kebersamaan yang terbina.
Ikatan emosional anggota sangat kuat. Ikatan ini didukung oleh kesediaan untuk membuat pernyataan mengenai ketaatan dan kesetiaan pada kesepakatan yang ada demi kepentingan seluruh warga desa dalam melaksanakan program ini.
Hal paling mengesankan, salah satu penerima dana program ini yakni Martinus Tafuli mengatakan ia sangat terbantu dengan dana desa Mandiri Anggur Merah. Kegiatan ini dapat mengembalikan
kepercayaan diri setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan di Soe, TTS.
“Program ini membantu saya untuk mensosialisasikan diri di
tengah-tengah masyarakat agar saya diterima sebagai orang bebas yang tidak lagi dicap sebagai seorang napi. Saya terima dana dan sedang jalankan ternak sapi. Warga menerima saya sehingga saya bisa bekerja dengan senang hati untuk menghidupi keluarga saya,” jelas Tafuli.
Selanjutnya, PKM desa Niti, Beria Letfa mengatakan ia sangat beruntung menjadi PKM di desa ini. Ada kesempatan belajar bekerja sama dengan warga dan bisa menghidupi keluarganya.
“Sekalipun saya ini orang Alor, tapi saya bisa hidup bersama masyarakat di desa ini karena program Desa Mandiri Anggur merah. Saya mendampingi warga untuk dapat
Buka Kemudahan dan Akses
epala Desa Motaulun, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka,
K
Andreas Klau mengatakan desanya juga merupakan salah satu desa penerima dan
pelaksana program Desa Mandiri Anggur Merah. Realisasi program ini dimulai pada tahun 2014.
Desa ini dipilih karena warga masyarakatnya dikategorikan sebagai warga yang
berpenghasilan rendah dan masih terbelakang. Karena itu, program ini harus dapat membantu masyarakat agar mempunyai penghasilan yang baik menuju masyarakat yang lebih terbuka dan modern.
Program ini telah membuka banyak kemudahan dan akses. Demikian pandangan Andreas Klau ketika ditemui di kediaman pribadinya, Sabtu (25/4/2015).
Lebih lanjut, Andreas Klau menjelaskan dana desa Mandiri Anggur Merah sebesar 250 juta rupiah sudah masuk ke rekening desa dan telah disalurkan lagi ke rekening koperasi desa, dan terakhir dicairkan kepada
anggota masyarakat yang terdiri dari 14 kelompok.
Tentunya pelaksanaan program ini didahului dengan sosialisasi dari Bappeda Provinsi NTT kepada warga masyarakat desa setempat. Program ini luar biasa menarik karena sungguh-sungguh menyentuh kebutuhan rakyat desa. Uang langsung di tangan rakyat. Rakyat terima utuh, tanpa ada potongan dan birokrasi yang berbelit-belit.
Klau menguraikan ada 476 KK dengan jumlah 1.896 jiwa akan
Dana itu dipakai untuk
mendukung usaha warga yang sudah dipatok bersama. Ada 8 kelompok yang berusaha di bidang ternak babi. Lalu 2 kelompok mengembangkan usaha ternak sapi, 2 kelompokk lagi mengembangkan usaha kios dan 2 kelompok terakhir
melaksanakan usaha bengkel.
Kelompok yang melaksanakan usaha ternak babi, anggotanya masing-masing terdiri atas 10 orang. Karena itu jumlahnya ada
mengembangkan usaha ternak sapi terdiri atas 24 orang. Kelompok usaha kios dan bengkel masing-masing
sebanyak 10 orang. Total warga yang terlibat dalam
melaksanakan program ini sebanyak 124 orang.
Klau menambahkan dengan luas wilayah desa kurang lebih 6,25 km2, warga dapat
memanfaatkan potensi desa ini untuk melaksanakan dan
menyukseskan program tersebut
Andreas Klau, Kepala Desa Motaulun
bersama keluarga. Karena itu, tidak ada alasan warga
mengeluh bahwa hidupnya susah dan masih terbelakang.
Menariknya, mekanisme pencairan dana tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan warga. Misalnya, ada spesimen PKM, ketua dan bendahara koperasi desa yang mesti dibubuhkan sebelum dana itu ditarik dari bank dan diserahkan kepada kelompok masyarakat.
Selain itu, ada juga aturan dan kebijakan lokal bahwa khusus untuk peternak babi, kandangnya harus sudah disediakan sebelum pengadaan babi. Kandang tersebut harus dalam bentuk bale-bale (kurang lebih 1,5 meter di atas permukaan tanah, Red) untuk menghindari bahaya banjir. Karena bila terjadi banjir, babi-babi tetap selamat dan tidak mati dibawa banjir.
Sementara itu, para peternak sapi dari program ini juga diwajibkan untuk membuat kandang sapi agar terhindar dari penyakit. Tentunya kandang-kandang tersebut dibuat dengan dana swadaya, sebelum ada pencairan dana dari koperasi desa ke setiap kelompok masyarakat.
Dalam kaitan dengan hal ini, pihak PKM dan pemerintah desa sudah bekerjasama dengan PPL untuk selalu mengontrol dan memberikan vaksin kepada babi dan sapi warga. Ada juga kesepakatan, bila ada babi dan sapi yang mati ketika program ini sedang berjalan, maka anggota masyarakat itu bersedia untuk menggantinya.
Hal tersebut merupakan langkah bijak sehingga tidak mengganggu sistem yang sudah dibangun untuk kebutuhan hidup warga di desa Motaulun dan keberhasilan program Desa Mandiri Anggur Merah.
Klau menilai, sejauh ini partisipasi masyarakat sangat tinggi. Warga sangat terpacu untuk memajukan usahanya. Buktinya, setiap pagi dan sore, warga desa selalu pergi ke sawah untuk mengambil pakan ternak. Ini diketahui karena selaku kepala desa, dirinya selalu mengawasi warga yang sudah menerima dana bantuan program Desa Mandiri Anggur Merah dan melaksanakan program ini.
Hal yang perlu dibenahi lagi yakni soal kehadiran PKM di tengah masyarakat. PKM yang selama ini bekerja bersama masyarakat, telah lulus dalam testing penerimaan CPNS. PKM itu adalah Reinansia Yunita Seran, SH. Hingga saat ini, belum ada penggantinya.
Klau berharap warga desa menjaga dan mengembangkan usahanya dengan baik. Semoga ada hasil nyata yang dicapai masyarakat. Misalnya, peternak sapi dan babi. Dari satu ekor bisa menjadi dua ekor. Lalu mesti ada kesediaan dan kerelaaan untuk menyerahkan sapi dan babi yang telah dikembangkan kepada warga desa yang lain.
Terima kasih kepada
bapak Gubernur NTT,
Drs. Frans lebu Raya
dan bapak Wakil Gubernur,
Drs. Benny Aleksander
Litelnony, SH, M.Si
yang telah memperhatikan
Belajar Dari Kesalahan
“Bantuan dana Desa
Anggur Merah sangat
bermanfaat untuk
masyarakat. Masyarakat
yang sebelumnya tidak
punya sapi, dapat memiliki
sapi. Hanya saja memang
komitmen masyarakat
dalam mengembalikan
dana tersebut masih belum
optimal. Akibatnya aliran
dana menjadi tersendat.
Agar tidak tergelincir
dalam jurang yang sama,
kelompok penerima Dana
Anggur Merah di Desa Alas
Kecamatan Kobalima
Timur membubuhi tanda
tangan perjanjian di atas
meterai”
emikian penegasan awal Agustinus Atok, PKM Desa Alas yang ditemui Tim
D
Buletin Anggur Merah di pelataran Kantor Camat
Kobalima Timur. PKM berada di Kecamatan untuk mengantar laporan perkembangan Dana Anggur Merah.
Ia menyatakan bahwa pembubuhan tanda tangan di atas meterai itu tidak bertujuan untuk membebani penerima tapi sebagai sarana untuk melatih dan mengasah komitmen masyarakat terhadap suatu kesepakatan bersama. Dengan pemakaian meterai berarti memiliki kekuatan hukum, masyarakat dipacu agar dapat mengembalikan dana tersebut sebelum waktu jatuh tempo sehingga dapat digulirkan kepada kelompok lainnya.
Mantan Sekjen PMKRI Kupang ini menjelaskan lebih lanjut bahwa dana Anggur Merah di Desa Alas sendiri cair pada Agustus 2014. Dana ini digulirkan melalui Koperasi yang diberi nama Koperasi Anggur Merah. Koperasi ini dibentuk sebagai salah satu prasyarat dalam memanfaatkan Dana Anggur Merah. “Dana awal Koperasi
sebesar Rp 4.500.000 yang dikumpulkan dari iuran
anggota kelompok yang kesemuanya penerima dana
Anggur Merah,” jelasnya. Dana Anggur Merah
sendiri digulirkan kepada delapan (8) kelompok
masyarakat agar menjadi anggota koperasi. Hal ini disebabkan karena ada
perasaan trauma warga terhadap koperasi. “Sebelumnya ada pengalaman di mana ada satu koperasi di desa ini. Setelah warga mengumpulkan iuran serta menjadi anggota dari koperasi tersebut, pengurus koperasi membawa kabur semua uang koperasi” urai pria yang masih lajang ini. Namun berkat sosialisasi yang terus menerus dari aparat desa, warga mulai perlahan-lahan memahami tentang peranan koperasi Anggur Merah.
Kesulitan berikut terkait
dengan situasi Pilih Kepala Desa (Pilkades) yang sedang
berlangsung saat bantuan digulirkan. Bantuan sapi anggur merah dipolitisasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ada yang memprovokasi warga bahwa sapi anggur merah merupakan bentuk bantuan dari salah seorang kadindat yang maju sebagai calon kepala desa. Akibatnya tiga orang anggota yang sebelumnya menerima bantuan menarik diri serta mengembalikan bantuan
tersebut. Namun setelah didekati secara personal, ketiga anggota tersebut akhirnya menerima kembali bantuan tersebut, pungkas alumni Universitas Kristen Arta Wacana Kupang.
Untuk mengantisipasi penjualan ternak sapi sebelum waktunya, dilakukan koordinasi dengan Camat, Danramil dan Kapolsek. Koordinasi tersebut sekali lagi bukan untuk menekan anggota kelompok penerima, tapi semata-mata untuk kelancaran perguliran dana sehingga pada akhirnya dapat mendatangkan manfaat bagi seluruh masyarakat
Beri Kemudahan Pekerjaan
endamping Kelompok Masyarakat (PKM) Program Desa Mandiri Anggur
P
Merah di desa Hatimuk,
Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka, Frangky Alfian Bria, S.Kel mengatakan program ini punya arti tersendiri baginya. Sekurang-kurangnya, program ini telah memberi kemudahan
pekerjaan bagi para pencari kerja termasuk dirinya.
Dengan menjadi seorang PKM pada program ini khususnya di desa Hatimuk, ia dapat
memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga untuk membantu masyarakat desa dalam
menyukseskan sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah. Hal ini disampaikannya ketika ditemui di desa Hatimuk, Jumat (24/4/2015).
Lebih lanjut, Frangky
mengatakan ada 18 kelompok masyarakat di desa setempat telah dan sedang didampingi untuk melaksanakan program tersebut. Dana senilai Rp. 250 juta sudah disalurkan kepada 18 kelompok ini, sejak tahun 2011. Setiap kelompok beranggotakan 10 sampai 20 orang. Unit usaha yang dikembangkan yakni
paronisasi, ternak babi, kambing, holtikultura, tenun ikat dan usaha kios.
Ada pengalaman luar biasa selama mendampingi kelompok-kelompok masyarakat ini.
Masyarakat kompak untuk saling bekerja sama, bertemu bersama dan saling membagi ceritera sukses dan kesulitan yang dihadapi. Keterbukaan ini
menjadi modal untuk mengetahui maju dan mundurnya program desa Mandiri Anggur Merah di wilayah dampingannya. Sejauh ini, masyarakat sangat gembira dan terlibat aktif menjalankan
Selain itu, ada wadah bersama yang sudah dibentuk, yang menjadi cikal bakal lahirnya koperasi. “Sudah ada pra koperasi di desa sejak tahun 2011. Warga sepakat untuk membentuk pra koperasi ini. Karena hal tersebut dapat menjadi lembaga penyimpan dana dari masyarakat setelah hasil usahanya diperoleh dari program ini. Masyarakat dapat mengembangkan uangnya di dalam wadah ini. Pada waktunya wadah ini akan menjadi koperasi definitif”, jelas Frangky.
Dana Rp. 250 juta yang sudah ada di tangan anggota kelompok akan dikembalikan lagi
modalnya pada bulan Desember 2015 ini. Diharapkan batas waktu itu, semua dana sudah lunas dikembalikan ke kas untuk digulirkan ke anggota
masyarakat lain di desa Hatimuk. Selaku PKM di desa ini, “saya harus ada bersama masyarakat. Kehadiran saya sangat
membantu warga untuk mengembangkan usahanya. Warga dicerahkan dari waktu ke waktu bahwa dana ini memang hibah. Tapi hibahnya untuk desa bukan untuk kelompok.
Tujuannya, agar dana ini tidak hilang di tangan anggota kelompok. Karena semua warga desa punya hak yang sama untuk menikmati dana rp. 250 juta ini”.
Administrasi kelompok dilakukan secara baik. Ada pembukuan keuangan kelompok. Ada juga sistem pengembalian dana dari anggota kelompok. Ini untuk kawal dana sebesar itu, sehingga tetap tersedia di desa. Meski pun begitu, ada juga hambatan yang dihadapi. Ketika hasil panen dijual, PKM tidak dilibatkan. Karena itu, warga yang telah menjual hasil
Itu bukan untuk mengembangkan usaha selanjutnya tapi dipakai untuk urusan lain. Karena itu, ada strategi lain yang dipakai.
Berdasarkan kesepakatan
segenap anggota kelompok, PKM membuat surat hutang. Dalam surat itu ada pernyataan mengenai kesediaan anggota untuk mengembalikan utangnya ke kas desa. Dengan cara itu, semua anggota kelompok diikat sehingga tidak ada yang melarikan diri dari tanggung jawabnya.
Hal lain yang paling menarik yakni program ini dapat
menyerap banyak tenaga kerja di desa. Pengangguran bisa
dibatasi karena warga desa proaktif dalam program ini. Tidak ada orang yang berpangku tangan, atau hanya menonton sesama lain bekerja. Semua bekerja membangun hidup menjadi lebih baik. Terima kasih banyak kepada pemerintah provinsi yang sudah memberikan kemudahan hidup kepada warga di desa ini, ungkap Frangky.
Cerita Dari Kota Biru
ota Biru, sebuah desa di Pedalaman Kecamatan Kobalima Timur. Berada di balik punggung bukit dengan akses transportasi
K
yang minim kalau tidak mau dikatakan sulit. Sebuah desa yang tidak seindah namanya. Kota Biru seakan hanya boleh memandang puas hamparan biru di langit, namun susah untuk menikmati hamparan putih pantai selatan yang indah.
Itulah sepenggal kisah pilu dari Maria Asumpta Sosek, PKM Desa Kota Biru saat ditemui tim peliputan
Anggur Merah di Kantor Camat Kobalima Timur Maria, sapaan manisnya datang ke kota kecamatan untuk melaporkan perkembangan dana Desa Mandiri Anggur Merah.
Cerita miris ini membuat hatinya gundah gulana saat dipercayakan untuk menjadi Pendamping Kelompok Mandiri Desa Anggur Merah di Desa Kota Biru. “Pada awalnya, saya sempat takut, enggan dan malas untuk pergi ke sana. Namun keinginan yang kuat untuk bekerja telah mengalahkan dan menghancurkan semuanya itu. Apalagi cari pekerjaan zaman sekarang cukup susah” kata alumni Fisip Fajar Timur Atambua.
Ditambahkannya, setelah melewati jalanan nan terjal, berlubang-lubang dan berliku-liku dalam waktu yang cukup lama, ia menjejakan kakinya di kota biru pertama kali.
Kelelahannya terbayar tatkala melihat senyum tulus dari wajah-wajah nan lugu. Antusiasme langsung merebak tatkala ia memperkenalkan diri sebagai PKM di Kota Biru. Dalam pertemuan tersebut, ia meminta masyarakat u n t u k b e r t a n g g u n g j a w a b terhadap dana Anggur Merah yang akan digulirkan.
“Saya menekankan bahwa dana sebesar 250 juta rupiah itu adalah dana hibah untuk desa yang harus digulirkan oleh warga d a l a m k e l o m p o k - k e l o m p o k usaha.Karena sifatnya bergulir maka dana tersebut harus dikembalikan ke kas desa dalam jangka waktu satu tahun beserta bunga sebesar 1% untuk kemudian digulirkan ke kelompok lain yang membutuhkan” jelas Maria kepada tim buletin Anggur Merah.
I a m e n a m b a h k a n b a h w a masyarakat sangat bergembira dan tidak keberatan dengan berbagai persyaratan tersebut.
Maria Asumpta Sosek, PKM Desa Kota Biru
Setelah itu disepakati dalam rapat,masyarakat akan dibagi dalam 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh orang. Usaha ekonomi yang dilakukan adalah paronisasi sapi.
Tenggak waktu yang singkat dan keadaan ekonomi masyarakat yang pas-pasan menjadi tantangan sendiri bagi dara berambut panjang ini. Ditambah lagi kesulitan air dan pakan ternak di musim kemarau, menambah beban kerjanya sebagai PKM. Namun dengan sabar, ia selalu mengunjungi kelompok-kelompok penerima. Semua daya dan jurus dikerahkan untuk memberikan motivasi bagi anggota kelompok.
Dalam forum-forum informal ia selalu menanyakan perkembangan usaha paronisasi anggota. Ia mengingatkan senantiasa bahwa dana tersebut harus bertambah karena menjadi dana abadi desa yang dapat digulirkan kembali ke masyarakat desa.
Bersama Kepala Desa dan perangkatnya, ia selalu memberikan pencerahan dan pengawasan agar bantuan dana tersebut tidak disalahgunakan tapi betul-betul dikembangkan untuk membantu perekonomian keluarga.
Kegigihan dan perjuangan tak kenal lelah dari wanita muda ini ternyata tidak sia-sia. Walaupun sedikiit lewat dari waktu jatuh tempo (1 tahun lebih), Dana yang digulirkan itu dikembalikan secara utuh beserta bunganya sebesar Rp. 260-an juta. Suatu prestasi yang patut dibanggakan.
Namun pendamping yang murah senyum itu tetap merendah dengan mengatakan bahwa keberhasilan tersebut merupakan berkat dari Tuhan dan kesadaran besar dari para anggotata. Karena itu, dana yang sudah berbunga itu kembali digulirkan kepada anggota lainnya dengan fokus tetap pada usaha paronisasi.
Ia berharap pola pengawasan yang lebih bagus dengan melibatkan camat, polsek dan danramil dapat mempercepat pengembalian dana beserta bunganya sesuai dengan tenggak waktu yang disepakati.
“Saya memiliki mimpi agar suatu hari nanti dana itu bisa berkembang sampai satu miliar” jelasnya di akhir pembicaraan dengan tim buletin. (Ar/hms)
Hidupkan Semangat
Gotong Royong
“Saya tidak membiarkan warga melaksanakan
usahanya tanpa didampingi PKM.
Saya selalu berada bersama warga.
Membantu warga untuk memudahkan usahanya
termasuk ketika warga mengalamai kesulitan
dalam mengembangkan usahanya.
Saya data satu per satu usaha
yang dikembangkan warga
Dari program ini.
Lalu dibuatkan perencanaan
Kegiatan dan pendampingan
secara rutin”
epala Desa Lotas, Kecamatan Rinhat,
Kabupaten Malaka, Maria
K
Theresia Toli mengatakan desanya adalah satu satu penerima dana hibah dari program Desa Mandiri Anggur Merah. Program ini sudah berjalan di desa Lotas sejak tahun 2011. Dana Rp. 250 juta sudah ditransfer ke rekening desa dari Bappeda Provinsi NTT. Dana tersebut tidak disimpan lama di rekening desa.
Setelah dana masuk ke rekening desa, warga masyarakat yang sudah membentuk kelompok usaha, dikumpulkan dan dicairkan dana itu kepada setiap kelompok. Pencairan dana itu ke
kelompok-PKM, Januaria Hoar Nahak dan aparat pemerintah desa
setempat. Demikian Kepala Desa Lotas, Maria Theresia Tolip ketika ditemui di rumahnya di Lotas, Jumat (24/4/2015).
Maria mengatakan dana sebesar itu digunakan warga masyarakat untuk
mengembangkan usaha ternak sapi, babi dan usaha kios. Didampingi PKM desa, warga sama-sama bekerja untuk membangun usahanya demi kepentingan keluarganya.
Dalam pengembangan usaha ini, pemerintah desa setempat juga melakukan pengawasan dan pengecekan terhadap usaha-usaha yang dikembangkan
warga tidak dapat
menyalahgunakan uang dari program ini untuk kepentingan lain yang tidak diinginkan.
Sementara itu, Januaria Hoar Nahak selaku PKM di desa Lotas mengatakan setiap hari berada bersama warga masyarakat. Perempuan tangguh ini bekerja sebagai PKM untuk program Desa Mandiri Anggur Merah di desa Lotas sejak tahun 2011.
Januaria Hoar Nahak mengatakan, ia ingin membaktikan diri dan
kemampuannya untuk kebaikan banyak orang di desa ini melalui program Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya yang sangat terkenal dengan sebutan Anggur
Januaria Hoar Nahak, PKM desa Lotas
Di desa Lotas ini, Januaria Hoar Nahak mendampingi tujuh kelompok masyarakat penerima dana bergulir desa Mandiri Anggur Merah. Ada lima
kelompok yang setelah difasilitasi oleh PKM bersepakat untuk melaksanakan paronisasi. Sedangkan dua kelompok lainnya, masing masing bekerja dengan masyarakat di desa Lotas, ada kesulitan yang dialami.
Mengumpulkan warga masyarakat dan berdiskusi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selalu saja ada pro dan kontra. Setiap orang ingin mempertahankan
pendapatnya sendiri. Ada yang menolak kehadiran PKM tapi ada juga yang menerima.
Belum lagi masyarakat sendiri tidak terbiasa hidup dan bekerja dalam kelompok untuk program seperti ini. Tata cara hidup berorganisasi di dalam
kelompok, merupakan hal yang sama sekali baru bagi warga desa Lotas.
Namun semuanya dapat berlalu. Hari demi hari, selaku PKM warga masyarakat
difasilitasi dan akhirnya program ini bisa dilaksanakan.
Setelah program ini berjalan, tujuh kelompok warga
masyarakat yang menerima guliran dana untuk kesempatan pertama, merasa sangat gembira karena ternyata program ini dapat membantu kehidupan warga ke arah yang lebih baik.
Anggota kelompok yang semula tidak bisa melaksanakan
dapat digulirkan lagi ke warga memanfaatkan tenaga PKM sebagai pendamping agar semangat untuk memiliki hidup lebih baik melalui program ini sungguh-sungguh terlaksana.
Dirinya ada di desa ini karena adanya warga masyarakat sebagai penerima manfaat program Desa Mandiri Anggur Merah. Terbuka dalam kerjasama demi suksesnya program ini, sangat diharapkan, ungkap Januaria Hoar Nahak. (Wl/hms)
dan mengembangkan usaha, akhirnya terbantu untuk menekuni pengembangan
usahanya. Program Desa Mandiri Anggur Merah menghidupkan kembali semangat gotong royong di tengah masyarakat desa.
Ada juga hambatan lain yang dihadapi. Kesepakatan yang sudah diputuskan bersama, kadang dilanggar. Misalnya, ada anggota kelompok yang setelah ternak sapi atau babinya sudah layak untuk dijual, sapi dan babi itu dijual secara diam-diam tanpa melibatkan PKM dan aparat pemerintah desa setempat.
Setelah dijual, warga membeli sendiri sapi dan babi yang baru sebagai pengganti, barulah PKM dan aparat pemerintah desa diberitahukan. Padahal sudah ada kesepakatan awal bahwa penjualan dan pembelian sapi dan babi yang baru mesti
dipelihara dan dikembangkan selanjutnya oleh warga
bersangkutan.
Soal pengembalian dana ke kas desa dari anggota kelompok diakui Januaria Hoar Nahak, selama ini berjalan lancar. Kelompok yang paling lancar mengembalikan modal ke kas atau rekening desa adalah kelompok usaha kios. Kelompok ternak babi juga lancar
pengembalian dananya. Sementara tiga dari lima kelompok paronisasi, cukup lancar pengembalian modal dasar ke rekening desa. Dua kelompok lainnya agak tersendat.
Dukung Ketersediaan
Mereka Yang Sukses
Pangan Keluarga
“Hidup saya susah sekali. Modal tidak punya. Program ini sangat membantu
peningkatan taraf hidup keluarga saya.”
al ini disampaikan oleh Hermanus Klau, salah seorang penerima
H
manfaat dana program Desa Mandiri Anggur Merah, Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka saat ditemui di kediamannya,
(25/4/2015).Pada tahun 2014, ia telah menerima dana sebesar 1 juta 470 ribu rupiah dari program ini untuk membeli seekor babi.
Didamping sang istri Florentina Bana, Klau menjelaskan panjang lebar
tentang usaha ternak babi miliknya yang didapat dari program ini. Klau tidak henti-hentinya berterima kasih kepada Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya karena program desa Mandiri Anggur Merah dapat dirasakannya bersama istri dan empat orang anaknya.
“Saya dapat guliran uang 1 juta 470 ribu rupiah. Saya bisa beli babi dan setelah pelihara selama satu tahun, saya jual babinya dengan harga 2 juta rupiah pada bulan Maret 2015. Saya masih
pakai uang perguliran dan keuntungan yang saya peroleh untuk memajukan dan
mengembangkan ternak babi. Pada waktunya, saya akan kembalikan uang pinjaman ke rekening desa supaya digulirkan lagi ke warga lain di desa ini. Sekarang hidup saya sudah jauh berubah ke arah yang lebih baik. Istri dan anak-anak saya senang. Makanan selalu tersedia di rumah. Pangan selalu ada di dalam keluarga. Kami tidak kekurangan dan tidak kelaparan,” jelas Klau.
Klau berharap, warga lain dapat mengembangkan usahanya melalui kehadiran program ini supaya hidup warga desa bisa berubah ke arah yang lebih baik. Mudah-mudahan program ini berhasil bagi kebaikan banyak orang di desa ini.
Terpisah, Agustina Bano Tae, anggota kelompok masyarakat Laetua C selaku salah seorang penerima dana Desa Mandiri Anggur Merah di desa Bakikuk ini mengatakan ia juga menerima uang sebesar 1 juta 470 ribu rupiah. Uang itu digunakannya untuk membeli seekor babi.
Babi yang sedang dipelihara dalam kandang, rencananya pada akhir Desember 2015 nanti keuntungannya, digunakan untuk membeli babi yang baru dan pemenuhan kebutuhan dalam keluarga.
Bano Tae mengatakan kehadiran program ini sangat
membantu peningkatan ada banyak kesulitan yang dihapinya. Beruntung, PKM selalu ada di desa dan bekerja bersama warga
penerima manfaat dari program ini.
“Saya berharap PKM di desa ini tetap
meluangkan waktu, energi dan kemampuan serta keahliannya untuk membantu merubah kepada anggota kelompok
masyarakat. Ada kesepakatan yang dibangun bersama. Anggota sendiri membeli babi. Lalu PKM hanya mencek ke kandang dari setiap anggota penerima manfaat program ini.
Selain itu, Sonbay mengakui sudah ada koperasi tingkat desa yang dibentuk bersama warga desa. Koperasi ini terbentuk pada bulan Februari 2015. Anggotanya melibatkan semua warga desa Bakiruk. Kehadiran koperasi ini tentu saja membawa dampak yang sangat positif kepada warga desa setempat.
Uang yang dimiliki hasil dari penggandaan modal yang telah digulirkan kepada warga desa, dapat disimpan dikoperasi ini. Setiap anggota setelah
menyimpan uangnya di koperasi desa ini, dapat meminjamnya lagi untuk mengembangkan usahanya. Demikian seterusnya, uang ini dari anggota untuk anggota.
Diharapkan ada nilai positif yang diperoleh dan dirasakan masyarakat desa dari program ini, harap Sonbay.
(Wl/hms)
Agustina Bano Tae