• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT PERGUB TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERDA NO 4 Th 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DRAFT PERGUB TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERDA NO 4 Th 2015"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

R A N C A N G A N

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR ...TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Menimbang: a. bahwa pembangunan di bidang keolahragaan merupakanupaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusiasecara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalammewujudkan masyarakat yang sehat, adil, makmur, dan sejahtera,perlu diselenggarakan secara terencana, terpadu dan berkelanjutan;

b. bahwa berdasarkanUndang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan,Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan dan mengawasi penyelenggaran keolahragaan di Jawa Tengah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Penyelenggaraan KeolahragaanProvinsi Jawa Tengah;

Mengingat :1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 10Tahun 1950 tentang PembentukanProvinsi Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan NegaraTahun 1950 Halaman 86-92);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4301);

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang SistemKeolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4535);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10Tahun 2009Tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5063);

(2)

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 7, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5495);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentangPenyelenggaraan Keolahragaan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 35, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4703);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pekandan Kejuaraan Olahraga (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 36, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4703);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentangPendanaan Keolahragaan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 37, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4704);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentangPengelolaan Dan Penyelengaraan Pendidikan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 102 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);

16. Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 Tentang Pemberian Penghargaan Olahraga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 102)

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang DaerahProvinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran DaerahProvinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa TengahNomor 9);

(3)

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 40);

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyidik Pegawai Sipil Di Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 69);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan Hak Penyadang Disabilitas (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 71);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan Provinsi

Jawa Tengah (Lembaran Daerah

ProvinsiJawaTengahTahun 2015 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah ProvinsiJawaTengah Nomor76);

22. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0616 Tahun 2014 Tentang Standar Pengelolaan Organisasi Keolahragaan;

23. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Pembinaan Dan Pengembangan Industri Olahraga Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 316, 2015);

24. Peraturan Menteri Pemuda Dan Olahraga Republik IndonesiaNomor 94 Tahun 2015 Tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Kepemudaan, Keolahragaan Dan Kepramukaan Kepada Gubernur Selaku Wakil Pemerintah Dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 318, 2015);

25. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 1398 Tahun 2015 Tentang Pedoman Permohonan Dan Pemberian Rekomendasi Peniadaan Dan/Atau Pengalihfungsian Prasarana Olahraga Asset/Milik Pemerintah Atau Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1712, 2015);

26. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 1684 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga Keolahragaan Dan Organisasi Olahraga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1876).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAHNOMOR4

TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

KEOLAHRAGAANPROVINSI JAWA TENGAH. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:

(4)

kekuasaanpemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimanadimaksud Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

2. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.

3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.

5. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah.

6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah.

7. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Provinsi Jawa Tengah.

8. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah.

9. Komite Olahraga Provinsi adalah Komite Olahraga ProvinsiJawa Tengah.

10. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Provinsi adalah Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Provinsi Jawa Tengah

11. National Paralympic Comittee Provinsi adalah National Paralympic Comittee Provinsi Jawa Tengah.

12. Penyelenggaraan Keolahragaan adalah proses sistematikyang melibatkan berbagai aspek keolahragaan danpemangku kepentingan secara terpadu dan berkelanjutanmulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai denganevaluasi dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuankeolahragaan.

13. Perencanaan Keolahragaan adalah rangkaian kegiatan yangsistematik, terukur, terpadu, bertahap, berjenjang danberkelanjutan dalam rangka mencapai tujuankeolahragaan.

14. Pembinaan dan pengembangan olahraga adalah usahasadar yang dilakukan secara sistematis untuk mencapaitujuan keolahragaan. 15. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untukmendorong,

membina, serta mengembangkan potensijasmani, rohani dan sosial. 16. Pelaku olahraga adalah setiap orang dan/atau kelompokorang yang

terlibat secara langsung dalam kegiatanolahraga yang meliputi pengolahraga, pembina olahragadan tenaga keolahragaan.

17. Keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan denganolahraga yang memerlukan pengaturan, pendidikan,pelatihan, pembinaan, pengembang-an dan pengawasan.

18. Olahragawan adalah pengolahraga yang mengikutipelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuhdedikasi untuk mencapai prestasi. 19. Pembina olahraga adalah orang yang memiliki minat danpengetahuan, kepemimpinan, kemampuan manajerialdan/atau pendanaan yang didedikasikan untukkepentingan pembinaan dan pengembangan olahraga.

20. Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memilikikualifikasi dan sertifikat kompetensi dalam bidangolahraga.

21. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesianonpemerintah termasuk dunia usaha dan dunia industriyang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidangkeolahragaan.

22. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani danolahraga yang dilaksanakan sebagai bagian prosespendidikan yang teratur dan berkelanjutan untukmemperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,kesehatan dan kebugaran jasmani.

(5)

24. Olahraga prestasi adalah olahraga yang dilaksanakanuntuk membina dan mengembangkan olahragawan secaraterencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisiuntuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

25. Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasarkecintaan atau kegemaran berolahraga.

26. Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untukmemperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuklain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.

27. Olahraga bagi penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus atau penyandang cacatadalah olahraga yangkhusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisikdan/atau mental seseorang.

28. Prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapaiolahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalamkegiatan olahraga.

29. Industri olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahragadalam bentuk produk barang dan/atau jasa.

30. Penghargaan olahraga adalah pengakuan atas prestasi dibidang olahraga yang diwujudkan dalam bentuk materialdan/atau nonmaterial.

31. Prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuklingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahragadan/atau penyelenggaraan keolahragaan.

32. Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yangdigunakan untuk kegiatan olahraga.

33. Doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlaranguntuk meningkatkan prestasi olahraga, serta pelanggaranterhadap kode anti doping yang dikeluarkan oleh badananti doping dunia (World Anti Doping Agency).

34. Organisasi olahraga adalah sekumpulan orang yangmenjalin kerja sama dengan membentuk organisasi untukpenyelenggaraan olahraga sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

35. Induk organisasi cabang olahraga provinsi adalahorganisasi olahraga yang membina, mengembangkan, danmengoordinasikan satu cabang/jenis olahraga ataugabungan organisasi cabang olahraga dari satu jenisolahraga yang berada pada tingkat provinsi.

36. Kejuaraan olahraga adalah kegiatan pertandingan/perlombaan yang memperebutkan gelar juara untuk 1(satu) jenis cabang olahraga (kejuaraan).

37. Pekan olahraga adalah suatu kegiatan pertandingan/perlombaan olahraga yang memperebutkan gelar juarauntuk beberapa cabang olahraga (pekan olahraga).

38. Festival olahraga adalah suatu kegiatan perlombaanolahraga rekreasi yang bertujuan memperebutkan gelaratau bersifat eksibisi, invitasi dan persahabatan.

39. Setiap orang adalah seseorang, orang perseorangan,kelompok orang, kelompok masyarakat, atau badanhukum.

40. Standar kompetensi adalah standar nasional yangberkaitan dengan kemampuan minimal yang mencakuppengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimilikiseseorang untuk dapat dinyatakan lulus dalam ujikompetensi.

41. Akreditasi adalah pemberian peringkat terhadappemenuhan standar daerah keolahragaan yang berkaitandengan pembinaan dan pengembangan keolahragaan.

42. Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan ataspemenuhan standar nasional keolahragaan.

43. Alih status olahragawan adalah perpindahan statusOlahragawan amatir ke olahragawan profesional atausebaliknya.

(6)

bertujuanmemanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yangtelah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, danmanfaat bagi kegiatan keolahragaan.

45. Pelaku usaha adalah perseorangan atau badan hukum yangmelakukan kegiatan ekonomi yang terlibat secara langsungdalam kegiatan olahraga.

46. Klub, perkumpulan, sasana dan/atau sanggar olahragaadalah wadah pembinaan dan pengembangan olahraga.

47. Pejabat Pengawas Pemerintah adalah orang yang karena jabatannya melaksanakan tugas pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk dan atas nama Menteri Dalam Negeri atau Kepala Daerah.

48. Monitoring adalah kegiatan mengamati, mengawasi keadaan dan pelaksanaan di tingkat lapang yang secara terus menerus atau berkala disetiap tingkatan atas program sesuai rencana.

49. Evaluasi adalah proses kegiatan penilaian kebijakan daerah, akuntabilitas kinerja daerah atau program dan kegiatan pemerintahan daerah untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN, DAN PRINSIP Pasal 2

(1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota,Pemangku Kepentingan, Pelaku Usaha, dan Masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan keolahragaan, mewujudkan masyarakat yang gemar, aktif, sehat, bugar, dan berprestasi dalam olahragaserta sebagai dasar hukum pelaksanaan penyelenggaraan keolahragaan di Jawa Tengah / bertujuna untuk memberikan kepastian hukum.

(2) Peraturan Gubernur ini bertujuan untuk memperkuat pelaksanaan Pembangunan Keolahragaan agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.

BAB III

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OLAHRAGA Pasal 3

Pembinaan dan Pengembangan Olahraga meliputi :

a. penyelenggaraan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi;

b. pembinaan dan pengembangan olahraga; c. pengelolaan keolahragaan;

d. penyelenggaraanpekan, kejuaraan, dan festivalolahraga; e. pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga;

f. peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana olahraga; g. pendanaan keolahragaan;

h. pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologikeolahragaan;

i. peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan; j. pengembangan kerja sama dan informasi keolahragaan; k. pembinaan dan pengembangan industri olahraga;

l. penyelenggaraan standardisasi, akreditasi, dan sertifikasikeolahragaan;

(7)

o. pelaksanaan pengawasan; dan

p. evaluasi daerahterhadap pencapaian standar nasional keolahragaan. Bagian Kesatu

Pasal 4

Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Pendidikan

(1) Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan.

(2) Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.

(3) Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini.

(4) Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang, jenis dan jalurpendidikan.

(5) Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

(6) Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.

(7) Setiap satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menyiapkan prasarana dan sarana olahraga pendidikan termasuk prasarana dan sarana disabilitas sesuai dengan prioritas dan/atau kebutuhan.

(8) Setiap satuan pendidikan melakukan kejuaraan olahraga termasuk disabilitassesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara berkala antarsatuan pendidikan yang setingkat. (9) Kejuaraan olahraga antarsatuan pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (8) dilaksanakanpada tingkat daerah, wilayah, nasional, dan internasional.

(10) Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Pendidikan yang mengarah kepada proses pembinaan olahraga prestasi dilakukan melalui, ekstrakurikuler,klub/perkumpulan olahraga sekolah dibimbing oleh pelatih olahraga yang memenuhi kompetensi pada cabang olahraga terkait.

Pasal 5

(1) Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan olahraga pendidikan sebagai bagian dari proses pendidikan, terkait dengan intra dan ekstra kurikuler olahraga, kompetisi antar satuan pendidikan, diatur melalui Peraturan Kepala Organisasi Perangkat Daerah Pengampu PendidikanProvinsi dan Kabupaten/Kota sesuai kewenangan.

(2) Ketentuan pelaksanaan olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi :

a. Standar materi intra dan ekstra kurikuler b. Standar sarana prasarana

c. Standar tenaga pembimbing d. Pengaturan Jadwal kegiatan e. Evaluasi Olahraga Pendidikan

f. Pelaksanaan Kompetisi Olahraga antar satuan Pendidikan, berupa syarat peserta, materi kompetisi, standar kompetensi tenaga, jenjang kompetisi, hadiah/penghargaan, standar layanan peserta. (3) Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan olahraga pendidikan sebagai

(8)

klub olahraga sekolah, kompetisi atlet pada usia pelajar, diatur melalui Peraturan Kepala SKPD Pengampu KeolahragaanProvinsi dan Kabupaten/Kota sesuai kewenangan.

(4) Ketentuan pelaksanaan olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) meliputi :

a. Standart materi latihan atlet. b. Standar sarana prasarana. c. Standart tenaga Pelatih. d. Pengaturan Jadwal Latihan.

e. Evaluasi Secara Periodik, berjenjang dan berkesinambungan. (5) Standart pelaksanaan kompetisi olahraga usia pelajar mencakup

syarat peserta, materi kompetisi, standar kompetensi tenaga, jenjang kompetisi, hadiah/penghargaan, standar layanan peserta.

(6) Agar pelaksanaan pembinaan dan pengelolaan olahraga dapat efektif dan efisien maka SKPD yang membidangi Pendidikan dan Keolahragan melakukan koordinasi program kegiatan.

Bagian Kedua

Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Rekreasi Pasal 6

(1) Pembinaan dan pengembangan Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf bbertujuan untuk mengembangkan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, kebugaran, kesenangan dan hubungan sosial.

(2) Selain tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembinaan dan pengembanganolahragarekreasi diarahkanuntuk

menggali,mengembangkan, melestarikan serta memanfaatkan olahraga tradisional yang tumbuh dan berkembang sebagai budaya dalam masyarakat.

(3) Olahraga rekreasi meliputi : a. olahraga kebugaran; b. olahraga tradisional, dan

c. olahraga ekstrim dan petualangan. Pasal 7

(1) Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi:

a. pembinaan dan pengembangan pelatih/instruktur olahraga rekreasi;

b. pembangunan dan pemanfaatan potensi sumber daya prasarana dan sarana olahraga rekreasi;

c. pengembangan, pelestarian, danpemanfaatanolahraga

rekreasi berbasispeningkatan

partisipasimasyarakatdenganprinsipmudah, murah,menarik, manfaat dan massal;

d. pembinaandanpengembangansanggar-sanggar perkumpulan olahraga dalam masyarakat; dan

e. pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan secara berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional dan internasional.

(9)

(3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggungjawab untuk memfasilitasi:

a. pemberdayaan klub, perkumpulan, sasana, sanggar olahraga dan penyelenggaraan perlombaan/festival secara berjenjang dan berkelanjutan yang dilaksanakan di lingkungan olahraga rekreasi; b. penyediaan prasarana dan sarana olahraga (termasuk

disabilitas)yang disesuaikan dengan kebutuhan olahraga rekreasi; c. pembinaan danpengembangan pelatih olahraga rekreasi bagi

klub/perkumpulan/sasana/sanggar olahraga rekreasi; d. penyediaan sarana pelatihan olahraga rekreasi;

e. penyelenggaraan proses pembinaan dan pelatihan olahraga rekreasi;

(4) pembinaan dan pengembangan pusat pembinaan dan latihan olahraga rekreasi;

(5) pengembangan dan penerapan Ilmu pengetahuan dan Teknologi olahraga rekreasi;dan

(6) penyelenggaraan festival dan invitasi olahraga rekreasi tingkat daerah, nasional maupun internasional.

(7) Pembinaan Olahraga Rekreasi lintas Kabupaten/Kota menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi sedangkan pembinaan olahraga rekreasi tingkat Kabupaten Kota menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan festival dan invitasi sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (6) diatur sebagai berikut :

a. Festival dan invitasi tingkat Kabupaten dan Kota menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Kota.

b. Festival dan Invitasi antar/lintas Kabupaten Kota menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi.

(2) Selain penyelenggaraan festival dan invitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota dapat menyelenggarakan festival, invitasi, maupun kejuaraan tingkat terbuka tingkat provinsi, nasional bahkan internasional.

(3) Penyelenggaraan pekan olahraga berupa festival dan invitasi tingkat Provinsi yang dilaksanakan di Kabupaten / Kota mengikuti mekanisme penunjukan dari pemerintah Provinsi berdasarkan Rapat Koordinasi antar Kabupaten Kota atau usulan Rapat Kerja Daerah Federasi Olahraga Rekreasi dan Masyarakat Indonesia (FORMI) Provinsi.

(4) Penyelenggaraan multi envent berupa festival dan dan invitasi tingkat Nasional yang dilaksanakan di Provinsi mengikuti mekanisme penunjukan dari Pemerintah berdasarkan Rapat Koordinasi Nasional atau usulan Rapat Kerja Nasional Federasi Olahraga Rekreasi dan Masyarakat Indonesia (FORMI) Nasional.

Pasal 9

(1) Ketentuan Teknis penyelenggaraan festival dan invitasi olahraga rekreasi diusulkan oleh Federasi Olahraga Rekreasi dan Masyarakat Indonesia secara berjenjang kepada SKPD yang mengampu Keolahragaan.

(10)

Bagian Ketiga

Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi Pasal10

(1) Pembinaandanpengembanganolahragaprestasisebagaimanadimaksu d

dalamPasal4hurufcbertujuanuntukmeningkatkankemampuandanpote nsiolahragawandalamrangkameningkatkanprestasiolahraga daerah dan meningkatkanharkat serta martabat daerah dan bangsa.

(2) Pembinaandanpengembanganolahragaprestasisebagaimanadimaksu d padaayat(1)dilaksanakansecaraterencana,berjenjang dan berkelanjutan denganmemanfaatkanIlmupengetahuandanTeknologi keolahragaan.

(3) Dalammelaksanakanpembinaandanpengembanganolahragaprestasi, SKPDyang menyelenggarakanurusanpemerintahandibidangolahraga dibantuoleh Komite OlahragaProvinsi guna memfasilitasi:

a. pemberdayaanklub/perkumpulanolahraga,sekolahkhususolahraga dan penyelenggaraankompetisisecaraberjenjangdanberkelanjutan yang dilaksanakan dilingkungan olahraga prestasi;

b. penyediaanprasaranadansaranaolahraga(termasuk

disabilitas)yangdisesuaikandengan kebutuhaninduk cabangorganisasikeolahragaan,melaluikoordinasiantarinstansi terkait

c. pembinaan dan pengembangan tenaga keolahragaan; d. penyediaan prasarana dan saranapelatihan olahraga;

e. penyelenggaraan proses pembinaan dan pelatihanolahraga;

f. pembinaan dan pengembangan pusat pembinaan danlatihan olahraga prestasi;

g. pengembangandanpenerapanIlmu pengetahuandan Teknologi olahraga prestasi;dan

h. penyelenggaraanpekandankejuaraanolahragaprestasi tingkat daerah, nasional dan/atau internasional.

(4) PemerintahDaerahbertanggungjawabataspelayanandankemudahan bagi penyelenggaraan kegiatanolahraga prestasi dalam hal:

a. penyediaan prasarana dan sarana olahraga;

b. rekomendasi dan dispensasiterkait pembinaan dan pengembanganprestasi olahraga;

c. pendidikan danpelatihan; d. penghargaan;

e. dukungan Ilmu pengetahuan danTeknologiolahraga; dan f. dukungan operasional kelembagaan komite olahraga provinsi.

Pasal11

(1) Komite Olahraga Provinsi dan Kabupaten Kota bertanggung jawab membantuPemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten Kota dalam

membuat kebijakan dan

pelaksanaanpengelolaan,pembinaandanpengembangan olahraga prestasi.

(2) Dalammelaksanakanpembinaandanpengembanganolahragaprestasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1),KomiteOlahragaProvinsi

mengoordinasikan indukorganisasi cabang olahraga provinsi, Komite Olahraga Kabupaten/Kotadanorganisasiolahragafungsionalprovinsi serta berkonsultasidanberkoordinasidengan

(11)

olahraga.

(3) Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud padaayat (1)meliputi:

a. pembibitan dan pengembangan prestasiolahragawan;

b. pemberdayaan danpengembangan perkumpulandan/atauklub olahraga;

c. pengembangan sentra pembinaan olahraga; dan d. penyelenggaraankompetisi,pekandankejuaraansecara

berjenjangdanberkelanjutan.

(4) Pemberdayaandanpengembanganperkumpulanolahragasebagaimana dimaksud pada ayat(3)hurufbdilakukanmelaluipenerapansistem penilaian,pemberianfasilitas,pendampinganprogramdan/ataubantuan pendanaandan penghargaan.

(5) Pemberianbantuanpendanaankepadaperkumpulandanklubolahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (4)ditujukan untuk:

a. penyelenggaraankompetisi/turnamen; b. pelatihan, pendidikan dan penataran;

c. penyediaan fasilitas sarana olahraga; dan/atau d. peningkatan mutu organisasi.

(6) Pengembangansentrapembinaanolahragasebagaimanadimaksudpad a ayat(3)hurufcdilaksanakanmelaluipemusatanlatihanolahraga.

Pasal12

(1) Dalammelaksanakanpembinaandanpengembanganolahragaprestasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 13, wajib disertaipeningkatan kualifikasi dan kompetensitenaga keolahragaan.

(2) Peningkatan

kualifikasidankompetensitenagakeolahragaansebagaimanadimaksud padaayat(1),khususnyapelatih,wasit/juridan pelaku

olahragalainnyadilakukanmelaluiprogrampendidikan, pelatihan, dan penataran secara berjenjang dan berkelanjutan.

Pasal 13

(1) Dalam melaksanakan tugas membantu pemerintah dalam pelaksanaan Pembinaan Olahraga Prestasi maka Komite Olahraga Provinsi wajib :

a. Melakukan pemetaan olahraga prestasi

b. Menyampaikan usulan strategi pembinan olahraga prestasi c. Menyampaikan usulan kompetisi olahraga prestasi

d. Melakukan Pembinaan Kelembagaan anggota KONI

(2) Pemetaan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point a meliputi :

a. data atlet potensial; b. data atlet prestasi;

c. data Pelatih daerah, nasional, internasional; d. data wasit daerah, nasional, internasional; e. data sarana prasarana olahraga;

f. data cabang olahraga unggulanstrategis dan utama.

(3) Usulan Strategi Pembinaan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point b meliputi jangka pendek, menengah dan jangka panjang, disusun melalui proses Rapat Kerja Keanggotaan KomiteOlahraga Nasionaldan Induk Organisasi Cabang Olahraga. (4) Kompetisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point c dilakukan

(12)

a. Kompetisi Olahraga Prestasi yang bersifat pekan olahragaditentukan melalui Rapat Kerja Keanggotaan Komite Olahraga Nasional, sedangkan yang bersifat kejuaraan dilakukan oleh Induk Organisasi cabang olahraga.

b. Periode pelaksanaan kompetisi pekan olahragasesuai dengan keputusan rapat kerja.

c. Standart pekan olahraga meliputi peserta, cabang dan nomor yang dipertandingkan, standart kompetensi sumber daya manusia, standar sarana prasarana, standar layanan dan penghargaan pemenang.

d. Pelaksanaan Kompetisi pekan olahraga dimaksud dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Provinsi.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan olahraga prestasi diatur olehKepala SKPD yang membidangi Keolahragaan.

BAB IV

PENGEMBANGAN OLAHRAGA UNGGULAN STRATEGIS DAN UTAMA Bagian Kesatu

Umum Pasal 14

(1) Dalam rangka mendukung upaya menuju prestasi internasional, Pemerintah Daerah menetapkan prioritas pembinaan dan pengembangan olahraga unggulan yang terdiri atas olahraga unggulan strategis dan olahraga unggulan utama.

(2) Olahraga unggulan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan cabang olahraga yang memenuhi syarat:

a. memiliki prospek pencapaian prestasi tingkat nasional;

b. mempertandingkan/melombakan nomor cabang olahraga/medali; c. memiliki peluang untuk memperoleh medali

sebanyak-banyaknya;

d. populer di masyarakat; dan/atau

e. cabang olahraga yang memanfaatkan sumber daya yang efektif dan efisien.

(3) Olahraga unggulan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan cabang olahraga yang memenuhi syarat:

a. memiliki rekam jejak prestasi pada tingkat nasional dan internasional;

b. memiliki peluang untuk menciptakan rekor prestasi baru di tingkat nasional/ internasional;

c. memiliki keunikan dan berpeluang untuk meningkatkan taraf hidup, sosial dan ekonomi; dan

d. ketersediaan tenaga keolahragaan, infrastruktur dan tata kelola yang berstandar internasional.

Pasal 15

(1) Pengembangan olahraga unggulan strategis dan utama berpedoman pada :

a. Perencanaan pengembangan olahraga unggulan daerah dengan berbasis pada multi aspek yang berorientasi pada berkeunggulan jangka panjang.

(13)

c. Perencanaan program pengembangan olahraga unggulan sesuai potensi daerah didukung oleh kemajuan Iptek Keolahragaan.

(2) Sasaran dalam pengembangan olahraga unggulan strategis dan utama adalah peningkatan prestasi olahraga Provinsi Jawa Tengah di tingkat Nasional dan Internasional.

Bagian Ketiga

Komponen Olahraga Unggulan

Pasal16

Pengembangan olahraga unggulan strategis dan utama menggunakan beberapa variabelyaitu :

a. Pelatih Olahraga

b. Klub atau Perkumpulan c. Pelatihan dan Penataran d. Prasarana dan Sarana e. Iklim Kompetisi

f. Kejuaraan atau Pekan Olahraga g. Sentra Pembinaan

h. IPTEK Keolahragaan i. Sistem Informasi j. Pendanaan

k. Penghargaan

Pasal17

(1) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (a) berdasarkan indikator :

a. Kualifikasi dan/atau sertifikasi pelatih cabor b. Pengalaman pelatih cabor

(2) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (b) berdasarkan indikator :

a. Jumlah klub dan/atau perkumpulan b. Legalitas klub dan/atau perkumpulan

c. Jumlah atlet junior dan senior klub dan/atau perkumpulan

(3) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (c) berdasarkan indikator :

a. Frekuensi penyelenggaraan

b. Klasifikasi dan/atau kualifikasi penyelenggaraan

(4) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (d) berdasarkan indikator ketersediaan minimal prasarana dan sarana cabor (jumlah dan/atau indeks)

(5) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (e) berdasarkan indikator :

a. Frekuensi kompetisi tahunan b. Perencanaan mengikuti kompetisi c. Target keikutsertaan kompetisi

d. Akses sebagai tuan rumah penyelenggara

(6) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (f) berdasarkan indikator :

(14)

c. Target kejuaraan dan/atau pekan olahraga d. Akses sebagai tuan rumah penyelenggara

(7) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (g) berdasarkan indikator :

a. Kepemilikan sentra pembinaan olahraga.

b. Program pengelolaan sentra pembinaan olahraga.

c. Penentuan sumber daya sentra pembinaan (man, money and materials).

(8) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (h) berdasarkan indikator :

a. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi keolahragaan b. Kegiatan alih IPTEK OR yang dilakukukan

(9) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (i) berdasarkan indikator :

a. Ketersediaan data base atlet, pelatih dan Pembina b. Perangkat informasi dan komunikasi yang digunakan c. Sistemevaluasi internal

(10) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (j) berdasarkan indikator :

a. Sumber dana dari APBD dan/atau APBN b. Sumber dana dari masyarakat

c. Sumber dana dari industry melalui CSR

d. Sumber dana yang lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(11) Variabel sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (k) berdasarkan indikator :

a. Kebijakan dan perangkat hukum daerah b. Bentuk penghargaan yang direncanakan

c. Realisasi pemberian penghargaan yang telah dilaksanakan

Bagian Keempat

Penentuan Cabang Olahraga Unggulan Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah dan pemerintah Kabupaten Kota melaksanakan perencanaan, pembinaan,pengembangan, penerapan standarisasi, dan penggalangan sumber dayakeolahragaan yang berbasis keunggulan lokal.

(2) Pemerintah Daerah ( Pemerintah Kabupaten Kota ) wajib mebina sekurang-kurangnya satu cabang olahraga unggulan yang bertaraf nasional dan/atau internasional.

(3) Cabang olahraga sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Bagian Kelima

Pembinaan Olahraga Unggulan Pasal 19

(15)

(2) Pelaksanaan penentuan cabang olahraga unggulan daerah diatur melalui juknis yang ditetapkan oleh Kepala SKPD Pengampu Keolahragaan.

BAB V

PEMBERIAN PENGHARGAAN Bagian Kesatu

Umum Pasal 20

(1) Pemerintah Daerah wajib memberikan penghargaan kepada setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga.

(2) Organisasi olahraga, organisasi kemasyarakatan, swasta, dan/atau perseorangan dapat memberikan penghargaan kepada setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga.

Pasal 21

Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), diberikan dengan memperhatikan antara lain:

a. tingkat prestasi yang dicapai dalam suatu kegiatan; b. kemampuan pemberi penghargaan;

c. tahapan pembinaan; dan/atau d. kebutuhan penerima penghargaan.

Bagian Kedua Tujuan Pasal 22

Pemberian penghargaan kepada atlet, pelatih, asisten pelatih yang memperoleh medali dan klub olahraga yang berprestasi bertujuan untuk : a. meningkatkan pembinaan dan akses keolahragaan yang

berkesinambungan agar lebih berprestasi lagi baik di tingkat nasional maupun internasional;

b. terwujudnya pembangunan keolahragaan yang berkesinambungan, bertanggung jawab dan berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional;

c. mensukseskan program visi dan misi Pemerintah Daerah khususnya di bidang olahraga dan kepemudaan.

Bagian Ketiga

Bentuk, Ketentuan dan Nilai Penghargaan Pasal 23

(1) Bentuk penghargaan yang diberikan kepada Atlet, Pelatih, Asisten Pelatih dan Klub Olahraga yang berhasil meraih prestasi dapat diberikan dalam bentuk :

a. gelar; b. tanda jasa;

(16)

d. beasiswa; e. pekerjaan;

f. asuransi dan jaminan hari tua; g. fasilitas;

h. hadiah alat kerja; i. hadiah uanghadiah j. alat latihan

k. piagam l. trofi

(2) Ketentuan pemberian penghargaan keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan prestasi raihan medali.

(3) Ketentuann nilai penghargaan dalam bentuk uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan keuangan Daerah.

Bagian Kelima

Mekanisme dan Persyaratan

Pasal 24

(1) Pemberian penghargaan berupa uang kepada Klub Olahraga, Atlet, Pelatih, Asisten Pelatih yang berprestasi sebagaimana dimaksud dalam pasal (24) diberikan secara langsung melalui mekanisme transfer antar rekening bank.

(2) Pemberian penghargaan berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara bertahap dan/atau sekaligus, menjadi satu kesatuan dan besarannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(3) Ketentuan pemberian penghargaan keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan prestasi raihan medali.

Pasal 25

(1) Klub Olahraga sebagai penerima dan penyalur penghargaan bonus uang sebagaimana dimaksud dalam pasal (26) harus memenuhi persyaratan pendirian Klub Olahraga.

(2) Persyaratan Klub Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain :

a. akta pendirian yang bersifat autentik atau yang dilegalisir; b. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d. Struktur dan personalia yang berkompeten; e. Rencana dan program kerja;

f. Sistem administrasi dan manajemen organisasi keolahragaan; g. Pelatihan dan pembinaan berjenjang dan berkelanjutan;

h. Kompetisi atau kejuaraan yang diselenggarakan atau diikuti; i. Sistem kesejahteraan pelaku olahraga;

j. Kode etik organisasi.

(3) Penghargaan yang diberikan sebagai hadiah perlombaan ditetapkan oleh Keputusan Kepala Daerah .

Bagian Keenam Usulan Pasal 26

(17)

(2) Usulan KONI Provinsi Jawa Tengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan surat permohonan kepada Gubernur dan ditembuskan kepada Kepala Dinas yang membidangi Keolahragaan. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

melampirkan :

a. Fotocopi piagam yang dilegalisir;

b. Biodata Atlet, Pelatih atau Asisten Pelatih berprestasi c. Fotocopy surat keterangan terdaftar klub olahraga; d. Hasil pertandingan dari PB/PP atau panitia pelaksana;

e. Fotocopy rekening bank atas nama Klub Olahraga yang bersangkutan;

f. Surat pernyataan bermeterai Atlet, Pelatih, atau Asisten Pelatih berprestasi yang menyatakan bernaung pada 1 (satu) Klub Olahraga; dan

g. Persyaratan lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Surat pernyataan bermeterai Atlet, Pelatih, atau Asisten Pelatih berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f ditandatangani oleh Atlet, Pelatih, atau Asisten Pelatih yang bersangkutan dan Ketua Klub Olahraga selaku mengetahui dan dibubuhi stempel basah logo atau identitas Klub Olahraga tersebut;

i. Bentuk surat pernyuataan bermeterai dan lampiran surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sampai dengan huruf g dan ayat (4) ditetapkan dalam petunjuk teknis Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata.

Bagian Ketujuh

Hak dan Kewajiban Atlet, Pelatih, Asisten Pelatih dan Klub Olahraga

Pasal 27

(1) Dalam hal pengelolaan pemberian penghargaan kepada Klub Olahraga untuk tertib administrasi pengelolaan keuangan Daerah, maka atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih yang mengikuti ajang kejuaraan sebagaimana dimaksud dalam pasal ... ayat (...) wajib : a. Terdaftar dan tercantum serta bernaung pada 1 (satu) Klub

Olahraga;

b. Melakukan kontrak dengan Klub Olahraga; dan

c. Bertanggung jawab terhadap penggunaan penghargaan uang yang diberikan.

(2) Atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak :

a. menentukan klub olahraganya sendiri untuk tempat berlatih atau melatih serta bernaung; dan

b. mendapatkan pembagian penghargaan berupa uang dari Klub Olahraga yang bersangkutan apabila berhasil meraih medali emas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Dalam rangka tertib administrasi pengelolaan pemberian

penghargaan, Klub Olahraga wajib :

(18)

b. terdaftar dan tercantum sebagai Klub Olahraga di Pemerintah Daerah serta memenuhi persyaratan pendirian Klub Olahraga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. melakukan kontrak dengan atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih;

d. bertanggung jawab terhadap penyaluran dan penggunaan penghargaan uang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

(4) Selain kewajiban sebagiamana dimaksud pada ayat (2) untuk meraih dan mempertahankan prestasi, Klub Olahraga berhak untuk :

a. melakukan seleksi dan memilih Atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih sebagai anggora klubnya; dan

b. menerima penghargaan dan Pemerintah Daerah sesuai dengan persyaratan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedelapan

Pelaksanaan Pemberian Penghargaan (Kriteria Penerima) Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah melalui Dinas Pengampu bidang Keolahragaan dapat memberikan penghargaan kepada Klub Olahraga, Atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih yang memperoleh medali yang berprestasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(2) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan atas keberhasilan Klub Olahraga, Atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih dalam meraih prestasi yang mengharumkan nama Daerah dalam ajang kejuaraan olahraga yang diikuti seperti :

a. PON, PEPARNAS atau PON Remaja; b. SEA GAMES atau SEA Para Games;

c. Asian Games, Asian Para Games, atau Asian Youth Games; d. Olimpiade, Paralympic atau Youth Olympic Games; dan

e. Kejuaraan bertaraf nasional atau internasional perorangan maupun beregu dan kejuaraan yang diakui oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 29

Pelaksanaan Pemberian Penghargaan lebih lanjut diatur dalam Juknis yang ditetapkan oleh Kepala SKPD yang membidangi Keolahragaan.

BAB VI

PENETAPAN TUGAS SKPD Bagian Kesatu

Koordinasi Pasal 30

(1) Gubernur mengoordinasikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan keolahragaan di Daerah secara terpadudan berkesinambungan.

(19)

Pasal 31

Koordinasi penyelenggaraan keolahragaan dilakukan melalui: a. rapat koordinasi;

b. rapat kerja; dan/atau c. rapat konsultasi.

Pasal32

Dalam rangka melaksanakan tanggung jawab penyelenggaraan keolahragaan nasional di tingkat Daerah, diperlukan koordinasi antar pemangku kepentingan penyelenggara keolahragaan yang meliputi antara lain:

a. koordinasi antara Pemerintah Daerah dan instansi Pemerintah;

b. koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota;

c. koordinasi antar instansi/institusi terkait keolahragaan diDaerah; dan d. koordinasi dengan induk organisasi cabang olahraga provinsi,

organisasi olahraga fungsional provinsi melalui Komite Olahraga Provinsi, organisasi olahraga rekreasi,dan/atau organisasi keolahragaan lain.

Pasal 33

(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal ..., Gubernur menetapkan tugas masing-masing SKPDyang terkait serta koordinasi lintas sektor dalam lingkup penyelenggaraan keolahragaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tugas SKPD dan koordinasi lintas sektor sebagaimana dimaksud padaayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 34

(1) Untuk memantapkan keterpaduan dan keserasian dalam pelaksanaan penyelenggaraan keolaharagaan daerah, Gubernur membentuk satu wadah koordinasi daerah provinsi yang bertugas mengoordinasikan dan menyerasikan kebijakan, program dan kegiatan lintas sektor sesuai visi, misi, tujuan dan arah kebijakan pembangunan olahraga daerah.

(2) Wadah koordinasi daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan unsur:

a. seluruh SKPD terkait; b. TNI dan POLRI;

c. Instansi vertikal yang terkait; d. Komite Olahraga Provinsi;

e. organisasi masyarakat olahraga; f. pakar/akademisi; dan

g. unsur lain yang terkait.

(20)

Bagian Kedua Koordinasi Antar SKPD

Pasal 35

(1) Pelaksanaan tugas penyelenggaraan keolahragaan dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dan dikoordinasikan dengan instansi terkait.

(2) Koordinasi dengan Instansi terkait yaitu : a. antara SKPD tingkat Provinsi;

b. antara SKPD Provinsi dengan SKPD Kabupaten/Kota; c. antara SKPD tingkat Kabupaten/Kota.

(3) Koordinasi antar SKPD dilakukan untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan seusai Tugas, Pokok dan Fungsi yang dilaksanakan oleh SKPD

(4) Koordinasi sebagaimana disebutkan dalam pasal ... ayat (...) adalah dilaksanakan oleh Dinas yang mengampu urusan keolahragaan dengan SKPD yang mengampu urusan pendidikan, sosial, kesehatan, keagamaan di tingkat Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.

(5) Bentuk Koordinasi antara SKPD sebagaimana dijelaskan pada pasal ... ayat (...) diatur dengan MoU pihak yang terkait.

Pasal 36 (1) Uraian Tugas

(2) Pembagian Tugas

(3) Bentuk Koordinasi (MoU)

Bagian Ketiga

Koordinasi Antar Pemangku kepentingan Pasal 37

Dalam koordinasi dapat juga dilakukan antar pemangku kepentinganyaitu :

a. Organisasi Keolahragaan; b. Swasta;

c. Masyarakat.

Bentuk Partisipasi Swasta Pasal38

(1) Pembinaan dan pengembangan olahraga di lembaga pemerintah dan pemerintah daerah atau swasta wajib diselenggarakan bagi karyawannya melalui penyediaan prasarana dan sarana olahraga untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan, kualitas dan produktivitas kerja karyawan.

(2) Lembaga Pemerintah dan pemerintah daerah atau swasta dalam hal melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. wajib menyediakan alokasi waktu yang cukup bagi karyawannya untuk kegiatan olahraga; dan/atau

(21)

(3) Pembinaan dan pengembangan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diarahkan untuk mendukung peningkatan prestasi olahraga tingkat daerah dan nasional.

Bentuk Partisipasi Masyarakat Pasal 39

(1) Masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga melalui berbagai kegiatan keolahragaan secara aktif, baik yang dilaksanakan atas dorongan Pemerintah Daerah maupun atas kesadaran atau prakarsa sendiri.

(2) Dalam hal melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat melaksanakan kegiatan keolahragaan yang antara lain berkaitan dengan:

a. organisasi keolahragaan;

b. penyelenggaraan pekan, kejuaraan dan festival olahraga; c. peraturan permainan dan pertandingan;

d. perlombaan atau pertandingan;

e. penataran dan pelatihan tenaga keolahragaan;

f. pengenalan, pemantauan, pemanduan dan pengembangan bakat olahragawan;

g. peningkatan prestasi;

h. penyediaan tenaga keolahragaan;

i. pengadaan prasarana dan sarana olahraga;

j. penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi keolahragaan; k. penyediaan informasi keolahragaan;

l. pemberian penghargaan; m. industri olahraga; dan n. pendanaan.

(3) Pembinaan dan pengembangan olahraga oleh masyarakat melalui kegiatan keolahragaan sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilakukan oleh klub, perkumpulan, sasana,dan/atau sanggar olahraga di lingkungan masyarakat setempat.

Pasal 40

Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan klub, perkumpulan, sasana dan/atau sanggar olahraga di daerah, melalui:

a. penyediaan sarana dan prasarana olahraga;

b. penyelenggaraan penataran, pelatihan, dan pendampingan; c. penyelenggaraan pertandingan/kompetisi/perlombaan/festival; d. bantuan dan bimbingan teknis;

e. pendampingan; f. bantuan program; g. bantuan peralatan; h. bantuan dana; dan

(22)

BAB VII PENDANAAN Bagian Kesatu

Umum Pasal 41

(1) Pemerintah Daerah, organisasi olahraga dan masyarakat serta dunia usaha bertanggung jawab terhadap penyediaan pendanaan untuk penyelenggaraan keolahragaan.

(2) Dalam penyediaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah wajib mengalokasikananggaran keolahragaan berdasarkan prinsip kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. (3) Pendanaan oleh organisasi olahraga dan masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berasal dari sumber-sumber yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 42

Pendanaan keolahragaan diadministrasikan sesuai program dan sasaran menurut prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Pasal 43

Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan keolahragaan, Pemerintah Daerah dapat menggali sumber-sumber pendanaan keolahragaan dari: a. masyarakat melalui berbagai kegiatan berdasarkan ketentuan yang

berlaku;

b. hasil usaha pengembangan industri olahraga daerah; c. peningkatan jasa layanan keolahragaan;

d. tanggung jawab sosial perusahaan;

e. bantuan yang sah dan tidak mengikat; dan

f. kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 44

Pemerintah Daerah mendorong partisipasi aktif pelaku usaha dalam mendukung penyelenggaraan keolahragaan melalui pemenuhan tanggungjawab sosial perusahan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 45

(1) Setiap SKPD yang menyelenggarakan keolahragaan menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan secara koordinatif dengan mengacu rencana strategis dan rencana operasional penyelenggaraan keolahragaan.

(23)

(3) Pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

BAB VIII

Pengawasan Pengelolaan Keolahragaan Pasal 46

(1) Setiap SKPD yang menyelenggarakan keolahragaan bidang pendidikan, keolahragaan bidang rekreasi dan keolahragaan bidang prestasi wajib melaksanakan pengawasan pengelolaan keolahragaan secara obyektif, transparan dan akuntabel.

(2) Tanggungjawab pengawasan atas penyelenggaraan keolahragaan dilakukan oleh:

a. Gubernur pada tingkat Daerah;

b. Bupati/Walikota pada tingkat Kabupaten/Kota.

(3) Mekanisme pengawasan sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dalam standar operasional prosedur.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan atas penyelenggaraan keolahragaan tingkat Daerah, diatur dalam Peraturan Gubernur

(5) Ruang Lingkup Pengawasan atas penyelenggaraan keolahragaan meliputi :

a. Kebijakan umum Pembinaan dan Pengelolaan Keolahragaan; dan b. Pelaksanaan Kegiatan Keolahragaan.

(6) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan terhadap :

a. Kebijakan daerah; b. Kelembagaan;

c. Pendanaan Keolahragaan; dan d. Sarana Prasarana Keolahragaan.

(7) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan terhadap :

a. Standar akreditasi dan Sertifikasi Keolahragaan; b. Festival dan Kompetisi, Olahraga;

c. Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keolahragaan; d. Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEK; dan e. Penghargaan Keolahragaan;

Pasal 47

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Inspektur wilayah.

Pasal 48

Penyusunan Rencana Pengawasan

(1) Penyusunan rencana pengawasan tahunan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dikoordinasikan oleh Inspektur Jenderal.

(2) Rencana pengawasan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan.

(24)

dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan.

(4) Rencana pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Inspektorat wilayah.

Pasal 49

(1) Penyusunan rencana pengawasan tahunan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota dikoordinasikan oleh Inspektur Kabupaten/Kota.

(2) Rencana pengawasan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan.

(3) Penyusunan PKPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2)didasarkan atas prinsip keserasian keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan.

(4) Rencana pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Rencana Pengawasan Pasal 50

PKPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 meliputi : a. ruang lingkup;

b. sasaran pemeriksaan; c. SKPD yang diperiksa;

d. jadual pelaksanaan pemeriksaan; e. jumlah tenaga;

f. anggaran pemeriksaan; dan

g. laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Pasal 51

Pemeriksaan atas berakhirnya masa jabatan kepala daerah dan penjabat kepala daerah dicantumkan dalam PKPT.

Pelaksanaan Pengawasan Pasal 52

(1) Pejabat Pengawas Pemerintah melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan Bidang Keolahragaan daerah berpedoman pada PKPT.

(2) Pejabat Pengawas Pemerintah dalam melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkoordinasi dengan Inspektur Provinsi dan Inspektur Kabupaten/Kota.

(3) Pelaksanaan Pengawasan Bidang Keolahragaan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX

TATA CARA PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN Bagian Kesatu

(25)

Pasal 53 (1) ...

(2) ... (3) ...

Bagian Kedua

Pengawasan Administrasi dan Pendanaan Pasal54

(1) Gubernur bertanggung jawab atas pengawasan terhadap penyelenggaraan keolahragaan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD yang ditunjuk Gubernur melalui pengendalian internal, koordinasi, pelaporan, monitoring dan evaluasi dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Pasal 55

(1) Setiap SKPD yang menyelenggarakan keolahragaan bidang pendidikan, keolahragaan bidang rekreasi dan keolahragaan bidang prestasi wajib melaksanakan pengawasan pengelolaan keolahragaan secara obyektif, transparan dan akuntabel.

(2) Tanggungjawab pengawasan atas penyelenggaraan keolahragaan dilakukan oleh:

a. Gubernur pada tingkat Daerah;

b. Bupati/Walikota pada tingkat Kabupaten/Kota.

(3) Mekanisme pengawasan sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dalam standar operasional prosedur.

Pasal 56

(1) Masyarakat dapat melakukan pengawasan atas penyelenggaraan keolahragaan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyampaikan pendapat, laporan atau pengaduan kepada organisasi keolahragaan atau instansi Pemerintah Daerah secara bertanggungjawab.

(3) Pemerintah Daerah menyediakan sarana yang memadai dan mudah bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, laporan dan/atau pengaduan.

Bagian Ketiga Perijinan Pasal 57

Perijinan Sanggar/Perkumpulan Olahraga Rekreasi

(1) Setiap klub/sanggar kebugaran yang melaksanakan aktifitas keolahragaan yang mendatangkan profit sebagai bagian dari industri olahraga wajib mengajukan ijin ....

(2) Perijinan tersebut diajukan kepada ... atas rekomendasi dari SKPD Pengampu Keolahragaan.

(3) Persyaratan ijin/penerbitan rekomendasi meliputi : a. Persyaratan Administratif Organisasi

b. Aspek Manajemen c. Aspek SDM

(26)

(4) SKPD Pengampu Bidang Keolahragaan menyusun dan menetapkan SOP yang tertuang dalam Peraturan Kepala SKPD

Bagian Keempat Badan Pengawas

Pasal 58 (1) ...

(2) ... (3) ...

BAB X

LARANGAN DAN SANKSI Bagian Kesatu

Larangan Pasal59

(1) Dalam rangka menjaga sportivitas dan profesionalitas di bidang olahraga, Klub Olahraga yang mengikuti ajang kejuaraan sebagaimana dimaksud dalam pasal ... ayat (2) dilarang :

a. melakukan kecurangan dan tindak kejahatan apapun yang melanggar hukum dan ketentuan dalam mengikuti kejuaraan; b. mengklaim Atlet, Pelatih dan Asisten Pelatih berprestasi tanda

disertai bukti yang kuat;

c. melakukan manipulasi data untuk memperoleh penghargaan uang; dan

d. menyalurkan penghargaan uang yang tidak sesuai dengan ketentuan kepada Atlet, pelatih dan Asisten Pelatih.

(2) Selain Klub Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menjaga sportivitas dan profesionalitas di bidang olahraga, Atlet, pelatih dan Asisten Pelatih dilarang :

a. melakukan kecurangan dan tindak kejahatan apapun yang melanggar hukum dan ketentuan dalam mengikuti kejuaraan; b. melakukan manipulasi data untuk memperoleh penghargaan

uang; dan

c. bernaung dalam 2 (dua) atau lebih Klub Olahraga ketika menjadi kontingen atau mengikuti ajang event kejuaraan olahraga tingkat nasional dan/atau internasional.

Bagian Kedua Sanksi Pasal 60

Atlet, Pelatih, Asisten Pelatih dan Klub Olahraga yang melanggar kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal ... ayat (...) dan pasal ... ayat (...) dikenai sanksi administratif.

Pasal 61

(27)

a. peringatan tertulis;

b. penghentian keikutsertaan kejuaraan selanjutnya; dan c. pencabutan surat keterangan terdaftar bagi Klub Olahraga.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara perusahaan dan komunitas konsumen akan menghasilkan penciptaan nilai bersama (co-creation value), yang hasilnya dapat dinikmati oleh komunitas konsumen,

Terapi humor yaitu stimulasi dalam bentuk video yang berhubungan dengan hal humor/lucu yang diberikan pada mahasiswa semester empat PSIK FK UH yang

BDI tidak menjelaskan berapakah tingkat anggaran iklan yang harus digunakan : suatu pasar BDI yang tinggi, misalnya, memerlukan kampanye yang lebih sedikit jika sedang

[r]

Uji Kompetensi adalah proses pengujian dan penilaian yang dilakukan oleh Penguji Uji Kompetensi untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi hasil belajar peserta didik kursus

Umumnya, ketika memilih parameter, sebagian besar peneliti masih mengikuti prosedur trial-and-error , pertama membangun model SVR beberapa berdasarkan parameter yang

pemasaran adalah ‚memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan‛. Produk Rima Rajut adalah barang yang dibuat atau produksi oleh Rima Rajut berupa hasil

Nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model penelitian dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi biaya promosi dan biaya distribusi secara