• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eryn Trijayanti 22010112140209 Lap.KTI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eryn Trijayanti 22010112140209 Lap.KTI BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1.Kanker Serviks

2.1.1. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah tumor ganas yang paling sering ditemukan

pada organ reproduksi wanita. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi

pada serviks atau leher rahim. Leher rahim merupakan jalan masuk sebelum

uterus, letaknya diantara rahim dan vagina. Perbatasan antara epitel

skuamosa dan torak pada ostium serviks disebut pita peralihan, daerah

peralihan inilah yang menjadi tempat predileksi timbulnya tumor. Banyak

kasus pada kanker serviks berupa karsinoma epitel skuamosa, tumor tumbuh

secara lokal dan pada umumnya menginvasi jaringan parametrium dan

organ pelvis serta menyebar ke kelenjar limfe kavum pelvis.15,16

2.1.2. Epidemiologi

Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO tahun 2014, angka

kejadian kanker serviks uteri menempati posisi kedua dengan jumlah 20.928

kasus setelah kanker payudara di Indonesia. Kanker serviks juga

menyumbang jumlah kematian yang cukup besar yaitu sebesar 10,3% dari

92.200 jumlah kematian wanita Indonesia akibat kanker.4 Hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia menunjukkan angka

prevalensi kanker di Jawa Tengah 2,1% dan angka untuk kanker serviks di

(2)

tahun 2012 menunjukkan jumlah insiden kanker yang terjadi pada kanker

serviks sebanyak 909 kasus.1 Data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan

Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI), kanker serviks menempati peringkat

pertama (17,2%) dari seluruh kasus kanker, lalu diikuti dengan kanker

payudara (12,2%). Berdasarkan data kementerian kesehatan bahwa terdapat

90-100 kasus kanker rahim per 100.000 penduduk.

2.1.3. Etiologi

Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel pada serviks

yang mengalami mutasi sehingga terjadi perubahan prilaku yang abnormal.

Keadaan sel yang tumbuh tidak terkendali dan keadaan abnormal sel yang

tidak dapat diperbaiki inilah yang menyebabkan pertumbuhan menjadi

kanker. Ada beberapa kejadian yang erat hubungannya dengan kejadian

kanker serviks yaitu insiden kanker sering terjadi pada mereka yang sudah

menikah dibanding dengan yang belum menikah, dapat juga dialami pada

wanita pada coitus pertama yang dialami pada usia sangat muda, kejadian

meningkat dengan tingginya paritas dan jarak persalianan yang terlalu

dekat, selain itu pada golongan dengan sosial ekonomi rendah yang

berhubungan dengan masalah higienis seksual yang kurang bersih, pada

mereka yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), perokok dan

pada wanita yang terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18.

17

Penyebab utama dari kanker serviks adalah adanya inveksi virus

(3)

serviks sel skuamosa pada serviks yang merupakan salah satu jenis kanker

serviks yang paling sering terjadi. Pada tipe skuamosa, 99,7% DNA HPV

dapat diisolasi terutama HPV 16 dan familinya tipe 31,33,35,52 dan 58.

Tipe adenosa berhubungan dengan HPV 18 dan familinya tipe 39, 45, 59, 68

dan tergantung usia.18,19

Onkoprotein E6 dan E7 pada kanker serviks merupakan penyebab

terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat P53 yang

menyebabkan Tumor Supresor Gen (TSG) P53 akan kehilangan fungsinya

dan onkoprotein E7 akan mengikat TSG Rb sehingga ikatan ini akan

menyebabkan terlepasnya E2F yang membuat siklus sel berjalan tanpa

terkontrol.17,18,20

2.1.4. Faktor risiko

Umur

Perjalanan penyakit menunjukkan kasus dengan usia > 35 tahun

memiliki angka yang cukup tinggi yaitu 60,6%. Pada usia > 35 tahun

diketahui bahwa meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 4,23 kali lebih

besar dari pada usia 35 tahun. Rerata umur penderita kanker leher rahim

berada di antara 30-70 tahun.15

Risiko terjadinya kanker serviks meningkat hingga 2 kali lipat

setelah usia 35 hingga 60 tahun. Meningkatnya risiko kanker pada usia

lanjut dikarenakan meningkatnya waktu pemaparan terhadap karsinogen dan

melemahnya sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut. Usia dewasa muda,

(4)

subur. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan

kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir.

Kegemukan, kanker, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai

menggerogoti di usia ini.15

Hubungan Seksual

Wanita yang melakukan hubungan seksual di usia muda akan

meningkatkan risiko untuk terkena kanker serviks. Karena sel kolumner

serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa, maka pada

wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan beresiko

untuk terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat

pertama berhubungan seksual maupun jumlah pasangan seksual merupakan

faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks.20,21

Merokok

Terdapat data yang mendukung terjadinya kanker serviks salah

satunya disebabkan oleh rokok dan adanya hubungan antara merokok

dengan kanker sel skuamosa pada serviks. Mekanisme kerja bisa langsung

(aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau

melalui efek imunosupresif dari perokok. Bahan karsinogenik spesifik dari

tembakau pada rokok dapat dijumpai dalam lahir pada serviks wanita yang

merokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersamaan

(5)

Kontrasepsi Oral

Risiko invasif dan non invasif kanker serviks menunjukkan

hubungan yang tidak selalu konsisten dan tidak semua studi membenarkan

hubungan perkiraan risiko dengan mengontrol kegiatan seksual. Kontrasepsi

oral yang digunakan secara luas dewasa ini umumnya merupakan kombinasi

antara estrogen dan progestin. Kurang lebih 100 juta perempuan di seluruh

dunia menggunakan kontrasepsi oral kombinasi.15

Kontrasepsi oral dapat berbentuk pil kombinasi, sekuensial, mini

atau pasca senggama dan bersifat reversibel. Kontrasepsi oral kombinasi

merupakan campuran estrogen sintetik seperti etinilestradiol dan satu dari

beberapa steroid C19 dengan aktivitas progesterone seperti noretindron.

Kontrasepsi ini mengandung dosis estrogen dan progesteron yang tetap.

Pemakaian kontrasepsi dengan kandungan estrogen dapat berisiko karena

merangsang penebalan dinding pada endometrium dan merangsang sel-sel

endometrium sehingga dapat merubah sifat menjadi sel kanker.15,22

Paritas

Wanita yang memiliki jumlah paritas >3 lebih banyak memiliki

resiko 5,5 lebih besar untuk terjadinya kanker serviks daripada wanita yang

memiliki jumlah paritas ≤3. Perempuan dengan paritas tinggi memiliki

hubungan dengan terjadinya eversi pada epitel kolumner serviks selama

kehamilan yang dapat menyebabkan dinamika baru epitel metaplasia imatur

yang dapat meningkatkan risiko transformasi pada sel sehingga

(6)

2.1.5. Klasifikasi histopatologi dan staging

Tabel 2. Klasifikasi Staging Kanker Serviks FIGO 2009 25

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma in situ

I Karsinoma yang hanya menyerang serviks (tanpa bisa mengenali ekstensi ke corpus

IA Karsinoma serviks berdasar pemeriksaan mikroskopis, dengan kedalaman invasi < 5 mm dan ekstensi sebesar > 7 mm

IA1 Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan invasi horizontal ≤ 7 mm

IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm dan invasi horizontal > 7 mm

IB Lesi yang nampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri atau kanker preklinis yang lebih besar daripada stadiun IA

IB1 Lesi yang nampak ≤ 4 cm

IB2 Lesi yang nampak > 4 cm

II Karsinoma serviks menyerang di luar rahim, tetapi tidak ke dinding pelvis atau sepertiga bagian bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium

IIA1 Lesi yang nampak ≤ 4 cm

IIA2 Lesi yang nampak > 4 cm

IIB Nampak invasi ke parametrium

III

Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan sepertiga

bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau merusak

ginjal

IIIA Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding pelvis

IIIB Ekstensi ke dinding pelvis dan atau hidronefrosis datau merusak ginjal

IV Karsinoma yang meluas ke pelvis sejati atau telah melibatkan mukosa kandung kemih atau rektum

IVA Pertumbuhannya yang menyebar ke organ-organ sekitar

(7)

2.1.6. Terapi

Pengobatan penyakit kanker telah dikembangkan menjadi berbagai

macam pengobatan. Diantaranya terapi farmakologi, radioterapi,

kemoterapi, hormonterapi, immunoterapi dan tindakan pembedahan. Terapi

tersebut dapat menimbulkan berbagai risiko, sehingga pasien penderita

kanker memerlukan pendekatan sistemik pada pengobatan penyakit

tersebut. Sebagian besar penderita kanker memilih untuk terapi kemoterapi,

terapi ini menjadi pilihan utama yang tersedia saat ini untuk mengatasi

kanker. Kemoterapi merupakan terapi kanker yang melibatkan penggunaan

zat kimia ataupun obat-obatan yang tujuanya untuk membunuh sel-sel

kanker.6

Terapi utama kanker servik meliputi operasi dan radiasi karena pada

kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang kurang sensitif dengan

kemoterapi. Pada kanker serviks dengan stadium IIIB-IVA, FIGO

merekomendasikan terapi baku yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi,

konkomitan dengan kemoterapi yang dikenal dengan sebutan kemoradiasi.

Namun, rekomendasi lain mengatakan bahwa dianjurkan untuk pemberian

kemoterapi neoadjuvan yaitu terapi dengan pemberian kemoterapi yang

dilanjutkan dengan histerektomi radikal. Kemoterapi neoadjuvan merupakan

salah satu strategi terapi untuk kanker servik, dengan histerektomi radikal

yang diikuti radioterapi, concurrent kemoradioterapi atau radioterapi sendiri

(8)

mengingat bahwa strategi single therapeutic tidak dapat menyelesaikan

semua situasi klinis tumor dimana tiap-tiap tumor terpresentasi dalam

bentuk yang berbeda-beda.26,27

2.1.7. Prognosis

Prognosis pada kanker serviks tergantung dari stadium kanker. Pada

pengobatan 5 tahun pada stadium awal memiliki prognosis yang lebih baik

atau invasif sebesar 92%, survival rate 5 tahun secara keseluruhan stadium

kanker serviks sebesar 72%. Prognosis pada kanker yang sudah

bermetastasis ke organ lain pasti memiliki prognosis yang lebih buruk

dikarenakan pengobatan pada lesi lokal lebih baik dibandingkan pengobatan

sistemik seperti kemoterapi. Dengan pengobatan 80-90% wanita dengan

kanker stadium I dan 50%-65% dari mereka dengan kanker stadium II

masih hidup 5 tahun kemudian setelah terdiagnosis. Sekitar 25%-35% pada

wanita dengan kanker stadium III dan 15% atau lebih dari kanker stadium

IV yang dapat hidup setelah 5 tahun.26

2.2.Kemoterapi

Terapi pada kanker diantaranya yaitu operasi, radioterapi, terapi

endokrin, imunoterapi dan kemoterapi. Kemoterapi merupakan pengobatan

utama pada kanker. Pasien dengan berbeda kanker mendapatkan manfaat

yang baik melalui kemoterapi tidak hanya di awal penyakit, namun juga di

akhir.28 Kemoterapi adalah metode terapi sistemik terhadap kanker sistemik

(9)

maupun subklinis. Pada kanker dengan stadium lanjut lokal, kemoterapi

sering menjadi satu-satunya terapi yang efektif.16

Pengobatan kemoterapi pada umumnya diberikan sesuai dengan

siklus pada setiap jenis kanker. Distribusi berdasarkan jumlah kemoterapi

dari sebuah penelitian menunjukkan paling banyak frekuensi kemoterapi

yaitu 3-6 kali. Ada perbedaan siklus antar satu jenis kanker dengan jenis

yang lainnya. Jarak antar siklus pada umumnya selama 3 minggu. Satu

pengobatan kemoterapi diperlukan waktu beberapa bulan, lama waktu yang

diperlukan tergantung banyaknya faktor dan akan berbeda untuk setiap

pasien.13,29

2.2.1. Kemoterapi pada kanker serviks

Kemoterapi pada penderita kanker serviks dilakukan pada kasus

kanker dengan stadium sedang dan lanjut pra-operasi atau kasus rekuren,

metastasis. Tumor dengan ukuran besar dan relatif sulit diangkat dengan

operasi dapat mengecil dengan kemoterapi, meningkatkan keberhasilan

pada tindakan operasi dan tambahan kemoterapi yang tepat dapat

meningkatkan sensitivitas terhadap tindakan radiasi. Kemoterapi yang

sering digunakan secara klinis adalah cisplatin, karboplatin, siklofosfamid,

ADR, ifosfamid, taksan, irinoteksan, bleomisin.16

Obat-obat kemoterapi dapat menyebabkan beberapak efek samping,

yaitu anemia, mual dan muntah, 5FU dan CPT-11 kadang menimbulkan

diare serius, gangguan keseimbangan air dan elektrolit, kerusakan fungsi

(10)

menimbulkan nefropati asam urat, kardiotoksik, pulmotoksisitas, menggigil,

demam syok anafilaktik, udem, fungsi spermatozoa maupun ovarium.16

Efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi tidak hanya secara

fisik namun juga secara psikologis seperti, kecemasan, stress, sering marah,

tidak percaya diri dan pasien merasa menjadi beban dalam keluarga.13

2.3.Status Gizi

2.3.1. Pengertian status gizi

Status gizi merupakan suatu ukuran penilaian mengenai kondisi

tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih. Status gizi

yang normal menjadi suatu keadaan dimana jumlah energi yang masuk ke

dalam tubuh dan energi yang digunakan individu itu seimbang sesuai

dengan kebutuhan. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari

karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya.30

Status gizi menjadi sangat penting karena menjadi salah satu faktor

risiko terjadinya angka kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi

seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap

kemampuan dalam proses pemulihan dari sakit. Status gizi masyarakat

dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data

(11)

2.2.1. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi pada pasien sebelum melakukan terapi maupun

rawat inap sangatlah penting, karena digunakan untuk mengetahui status

pasien saat itu dan dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi

perawatan gizi yang lebih spesifik pada setiap pasien. Penilaian status gizi

pada pasien untuk mengetahui status gizi selama terkena penyakit dapat

menggunakan subjective global assessment (SGA) yang merupakan

penilaian umum secara sebjektif dan digunakan secara klinis untuk menilai

status gizi pasien berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik.

Penilain menggunakan SGA terdiri dari dua elemen yaitu anamnesis dan

pemeriksaan fisik. SGA sering digunakan untuk menilai status gizi pada

kejadian klinis yaitu penyakit ginjal, AIDS, kanker, penuaan dan penyakit

kronis.32

Score patient-generated subjective global assessment (PG-SGA)

diadaptasi dari SGA dan dikembangkan secara khusus untuk penderita

kanker. Terdapat beberapa pertanyaan tambahan tentang gejala gizi dan

penurunan berat badan jangka pendek. PG-SGA merupakan pengembangan

lebih lanjut dari konsep SGA yang menggabungkan nilai numerik serta

memberikan peringkat A jika gizi baik, B jika gizi sedang dan C jika gizi

buruk. Setiap komponen dari form PG-SGA, diberikan poin (0-4)

tergantung dampak dari gejala pada status gizi. Skor total kemudian

dijumlahkan dan memberikan pedoman untuk tingkat intervensi gizi yang

(12)

PG-SGA tidak seperti PG-SGA yang, semakin tinggi skor semakin besar resiko

kekurangan gizi. Skor > 9 menunjukkan kebutuhan intervensi gizi yang

sangat penting bagi pasien.33

Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari secara tentang

pengukuran tubuh manusia untuk merumuskan perbedaan ukuran pada tiap

individu atau kelompok. Secara umum, antropometri digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan konsumsi energi dan protein dilihat dari pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan

jumlah air dalam tubuh. Pengukuran dengan metode ini memiliki

keuntungan karena penilaian dengan relatif cepat, mudah, dan reliable

menggunakan peralatan-peralatan yang portable, tersedianya

metode-metode yang terstandardisasi, dan digunakannya peralatan yang

terkaliberasi.31 Antropometri sebagai indikator penilaian status gizi dapat

dilakukan dengan mengukur umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak di bawah

kulit.30

2.4.Asupan makan

2.4.1. Pengertian asupan makan

Asupan makanan adalah susunan makanan yang merupakan dimakan

seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang

per hari yang umum dikonsumsi atau dimakan penduduk dalam jangka

(13)

kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada satu metode

pengukuran yang sempurna. Untuk setiap tujuan penilaian pasti memiliki

salah satu metode yang paling mendekati.30 Asupan makan pada seseorang

dapat tergantung dari bagaimana keadaan fisik dan psikis seseorang.

Keparahan penyakit dan terapi pada pasien dapat mengganggu asupan

makanan normal dalam jangka waktu yang lama.35

2.4.2. Metode pengukuran asupan makan

Metode food recall 24 jam merupakan salah satu metode pengukuran

asupan makan yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi seseorang pada periode 24 jam yang lalu.34 Hal

penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan metode ini data yang

diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Data dapat dinyatakan dalam

bentuk kuantitatif dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan

lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari.30

Kelebihan dari metode ini adalah mudah melaksanakannya serta

tidak terlalu membebani responden, biaya relatif murah karena tidak

membutuhkan peralatan khusus, dapat digunakan pada responden buta

huruf, relatif cepat, dan dapat memberikan gambaran nyata yang

benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.30

Kekurangan dari metode ini adalah tidak dapat menggambarkan

asupan makan sehari-hari bila hanya dilakukan recall pada satu hari,

(14)

petugas yang terlatih dan telaten dan responden harus diberi motivasi

mengenai tujuan dari penelitian.30

2.5.Kerangka teori

Gambar 1. Kerangka Teori

2.6.Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Kanker Serviks Efek

Kemoterapi

Asupan Makan

Status Gizi

Asupan Makan Status Gizi

Penyakit Komorbid

Respon Psikologis

Umur

Frekuensi Kemoterapi

(15)

2.7.Hipotesis

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian yang telah dilakukan didapatkan sebuah sistem informasi pengarsipan data pasien yang berdasarkan hasil implementasi dan hasil evaluasi menunjukan

PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding). disetujui dan disahkan

Hariandja, 2005, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Cetakan ke VII PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.. Hasibuan, Syaiful 2007, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perpajakan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Hal ini ditunjukkan hasil uji regresi berganda dengan koefisien

Dalam istilah hukum positif Pengertian pengulangan tindak pidana (residivis) adalah dikerjakannya suatu tindak pidana oleh seseorang sesudah ia melakukan tindak

Guru matematika wajib mengetahui cara menggambar/melukis bangun-bangun ruang. Melukis/menggambar adalah membuat atau menyelesaikan suatu gambar yang harus

  Understanding  research  in  second 

Minyak nilam produksi daerah kabupaten Buol memiliki kualitas yang baik dari segi bilangan asam, bilangan ester dan kelarutannya dalam alkohol yaitu rata-rata memenuhi standar