• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PGSD 1003512 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PGSD 1003512 Chapter1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak pernah bisa

lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan. Karena pendidikan berfungsi untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kurikulum disusun untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahapan

perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan

pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai

dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Philip H. Phenix (1964) menegaskan “since education is means of helping human beings to become what they can and should become, the educator needs to understand human nature. He needs to understand people in their actualilies, in their possibilities, and in their idealities. He must also know how to foster desirable changes in them.”(Rasyidin, et al, 2010)

Seperti apa yang dikatakan oleh Philip H. Phenix bahwa pengetahuan siswa

sangat bergantung kepada bagaimana cara seorang guru mengajar.

Pengetahuan siswa dapat dibangun ketika seorang guru mampu mengajarkan

siswanya dengan baik, dengan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Menurut vygotsky siswa akan mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (pendidik), dengan catatan orang dewasa itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol untuk kemudian siswa akan tumbuh dengan pemikiran yang verbal. (Samatowa, 2010).

Dengan kata lain guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membantu

siswa menemukan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman siswa itu

sendiri. Oleh karena itu, pendidik sepatutnya memahami dunia siswa, agar

suasana pembelajaran bermakna bagi siswa, proses pembalajaran dikelas

(2)

IPA sebagai salah satu mata pelajaraan yang diwajibkan di sekolah dasar

(SD), memiliki peranan yang cukup penting dalam rangka mempersiapkan

siswa untuk memiliki pengetahuan, keterampilan serta sikap. Menurut

Semiawan (2008, hlm. 103) pembelajaran IPA harus mencangkup semua aspek

pengetahuan yang dihasilkan oleh aplikasi metode saintifik, bukan saja fakta

dan konsep tetapi juga sebagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya.

Sebagaimana dengan tujuan IPA di SD menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) (dalam Djojomardiro, 2006, hlm. 2) diantaranya :

a) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan keindahan dan keteraturan alam ciptaanya, b) mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, c) mengembangkan rasa ingintahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, d) melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan keterampilan berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, e) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam f) meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan kejenjeang selanjutnya

Memperhatikan tujuan yang terkandung dalam pembelajaran IPA maka

pencapaiannya perlu didukung oleh suatu bentuk pelaksanaan pembelajaran

yang memungkinkan siswa berkegiatan secara menyenangkan, menantang dan

bermakna melalui aktivitas bertanya jawab dengan guru atau siswa lainnya,

pengamatan atau penyelidikan, pembuktian melalui percobaan serta

menyelesaikan masalah melalui kerja kelompok, sehingga peserta didik

memiliki keterampilan yang diharapkan dalam tujuan tersebut.

Tetapi kenyataan berbeda dari yang seharusnya, penulis mengadakan

observasi (menggunakan metode wawancara guru kelas IV dan melihat proses

pembelajaran di dalam kelas) mengenai masalah-masalah dalam proses

pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran IPA. Menurut hasil observasi

yang saya lakukan tidak adanya inovasi dalam proses pembelajaran dikelas

(3)

sumber materi masih terpusat di buku mata pelajaran. Pembelajaran yang

berlasung masih menggunakan pembelajaran tipe konvensional (pembelajaran

satu arah). Guru kurang memberikan inovasi dalam pembelajaran IPA dikelas,

sehingga siswa tidak memiliki motivasi belajar dikelas dan siswa cindrung

lebih pasif. Proses pembelajaran dikelas tidak membuat siswa antusias untuk

menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, motivasi siswa untuk

membangun pengetahuan mereka sendiri, memahami makna materi pelajaran

dan mengkaitkan pengetahuan mereka dengan kehidupan siswa sehari-hari.

Dalam pembelajaran IPA, materi atau konsep IPA yang diberikan

berdasarkan satu sumber belajar yaitu buku paket, hal itu yang dilakukan guru

untuk memenuhi aspek kognitif siswa dan setelah itu siswa hanya diminta untu

merangkum materi yang ada dibuku sumber. Menurut pendapat guru yang

bersangkutan, hal ini dirasa efektif karena buku-buku yang siswa dapatkan dari

Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) tidak dapat dibawa pulang oleh siswa,

untuk itu guru menyuruh siswa merangkum apa yang ada di dalam buku,

kemudian siswa dapat menghapal konsep yang telah siswa rangkum di rumah

untuk menunjang pembelajaran berikutnya. Tidak hanya itu waktu belajar

siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan tugas, mendengarkan

ceramah dan mengisi latihan-latihan yang ada di dalam buku paket.

Berdasarkan metode yang digunakan guru dapat disimpulkan bahwa

keterampilan proses sains siswa sangat lemah. Guru hanya mementingkan hasil

yang siswa peroleh tanpa melihat prosesnya. Terbukti data yang peneliti

dapatkan adalah hasil belajar siswa berupa kognitif saja, sedangkan didalam

pembelajaran IPA tidak hanya hasil belajar melainkan keterampilan proses

sains juga diperhitungkan.

Dengan demikian menggunakan pembelajaran konvensional, tidak efektif

untuk mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV di SDN 3 Cikidang. Dengan

melihat banyaknya permasalahan yang ada di SDN 3 Cikidang pada siswa

kelas IV, peneliti berencana mengambil permasalah yang berkaitan dengan

(4)

Keterampilan proses ini berbeda dengan konvensional, didalam strategi belajar konvensional, guru hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus kepada pemberian konsep-konsep informasi, dan fakta sebanyak-banyaknya kepada siswa, hanya terpatok dengan satu sumber belajar, sedangkan keterampilan proses pada hakekatnya adalah pengelolaan pembelajaran yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses memperoleh hasil belajar (Nyimas Aisyah, 2012, hlm. 3).

Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat

mempermudah pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA, dari pada siswa

hanya disuruh untuk merangkum buku paket, dan guru hanya memberikan

materi pelajaran sehingga siswa jadi sulit bertanya karena fokusya terdapat

pada buku pelajaran, apalagi pada materi energi, materi energi tidak akan

tersampaikan dengan baik apabila hanya dengan ceramah dari guru kelas atau

hanya dengan merangkum. Siswa dapat mengerti materi yang diajarkan jika

adanya keterampilan proses yang siswa lakukan seperti mengamati kegiatan

yang berhubungan dengan materi yang sedang diajarkan.

Banyak cara untuk meningkatkan keterampilan proses sains, tetapi peneliti

mengambil model collaborative teamwork learning berdasarkan penelitian

darmayanti pada jurnal pengaruh model collaborative teamwork learning

terhadap keterampilan proses sains dan pemahaman konsep ditinjau dari gaya

kognitif. Dalam jurnal tersebut keterampilan proses dapat ditingkatkan melalui

model collaborative teamwork learning pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa bekerja dalam satu

tim bersama-sama belajar dan memecahkan suatu permasalahan di mana semua

siswa saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap

pencapaian hasil belajar secara tim. Dengan model collaborative teamwork

learning siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya

dan terdorong untuk menentukan konsep-konsep baru, dapat melatih siswa

untuk berfikir lebih kritis, dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran tidak

hanya itu membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan tidak membosankan

karena siswa berperan aktif dalam pembelajaran, dapat menumbuhkan

(5)

didalam kelas, pembelajaran pun terintegrasi, pengetahuan tidak hanya di dapat

dari buku paket.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, akhirnya penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan model

collaborative teamwork learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses

Sains dalam Pembelajaran IPA materi Energi”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, secara umum

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ bagaimanakah penerapan model

collaborative teamwork learning dapat meningkatkan keterampilan proses

sains dalam pembelajaran IPA materi energi?

Rumusan masalah umum tersebut dirumuskan lebih khusus, berupa

pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model

collaborative teamwork learning dalam pembelajaran IPA pada materi

energi di kelas IV SDN 3 cikidang?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model

collaborative teamwork learning dalam pembelajaran IPA pada materi

energi di kelas IV SDN 3 cikidang?

3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan proses sains dengan

menerapkan model collaborative teamwork learning dalam pembelajaran

IPA pada materi energi di kelas IV SDN 3 cikidang?

C. Tujuan Penelitian Tindakan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan

model collaborative teamwork learning untuk meningkatkan keterampilan

proses sains dalam pembelajaran IPA materi energi di kelas IV Sekolah Dasar

(6)

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model

collaborative teamwork learning dalam pembelajaran IPA pada materi

energi di kelas IV SDN 3 cikidang

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model

collaborative teamwork learning dalam pembelajaran IPA pada materi

energi di kelas IV SDN 3 cikidang

3. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan proses sains dengan

menerapkan model collaborative teamwork learning dalam

pembelajaran IPA materi energi di kelas IV SDN 3 cikidang

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Siswa: dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa,

dan dapat membangun keterampilan proses sains, khususnya dalam

pembelajaran IPA, karena dengan pembelajaran siswa berperan aktif

dalam proses pembelajaran, dan menemukan pengetahuan baru bagi

siswa, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan

menggunakan model collaborative teamwork learning.

2. Bagi guru: dapat memberikan referensi kepada guru-guru tentang bentuk

pembelajaran selain pembelajaran konvensional yang lazim dipergunakan

oleh guru saat ini, membuka wawasan guru mengenai pembelajaran yang

inovatif yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains didalam

kelas.

3. Bagi sekolah: sebagai masukan dalam mengambil kebijakan mengenai

inovasi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran, untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa di dalam kelas sehingga

dapat meningkatkan kualitas sekolah, walaupun sarana dan prasarana

kelas kurang menunjang

4. Bagi jurusan PGSD: melengkapi referensi koleksi kepustakaan dan bahan

bacaan di jurusan PGSD, memebrikan tambahan wawasan kepada calon

(7)

E. Hipotesis Tindakan

Rumusan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Dengan

diterapkannya model collaborative teamwork learning dapat meningkatkan

keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA tentang energi pada siswa

kelas IV SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

F. Definisi oprasional

1. Model pembelajaran collaborative teamwork learning

Model collaborative teamwork learning adalah model pembelajaran

inovatif yang bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan

cara mengajak siswa untuk belajar secara berkelompok, bekeja sama dan

saling bertukar pikiran. Setiap anggota menyumbangkan informasi,

pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang

dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman

seluruh anggota kelompoknya. Model ini memiliki lima tahapan yaitu

tahap forming (pembentukan kelompok), tahap stroming (memprediksi

tujuan kegiatan), tahap norming (mengerjakan kegiatan), tahap

performing (menginformasikan kembali), tahap adjourning (menganalisis

perbedaan jawaban disetiap kelompok dan penguatan materi)

2. Keterampilan proses sains

Keterampilan proses sains merupakan pendekatan yang harus

dijadikan acuan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Keterampilan proses sains menekankan pada pembentukan keterampilan

memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan hasil temuannya.

Keterampilan proses sains dalam penelitian ini, kemampuan yang akan

siswa capai dengan menggunakan model collaborative teamwork

learning, yang meliputi aspek mengamati, mengklasifikasi, memprediksi,

(8)

3. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar dalam satu lingkungan belajar, menekankan

pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA yang akan

Referensi

Dokumen terkait

Sten dan Howard dalam Ginanjar (2003:51), mengindikasikan kecerdasan emosional dengan; jujur kepada semua orang, menerapkan disiplin, bergaul baik dengan orang

Hubungan belajar terdiri dari satu kategori yaitu komunikasi yang dalam diskusi tutorial pada mata kuliah kegawatdaruratan sehingga dapat terpecahkannya atau

3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna!. Menjelaskan pengertian

apakah sumberdaya yang digunakan dalam kegiatan agroforestri sudah cukup. effisien; dalam hal ini dilakukan dengan membandingkan antara

Namun, asesmen ini memiliki kelemahan menurut Wulan (2007) yaitu: 1) hanya menilai pengetahuan ilmiah; 2) penilaian cenderung pada pencapaian prestasi belajar yang

Ditambahkan oleh Hermanto (2012:5), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang diantaranya yaitu; status gizi, kadar hemoglobin, tingkat

Salah satu penelitian tentang tanaman kitolod terhadap pengobatan katarak adalah penelitian yang dilakukan oleh Cahyani pada tahun 2014 untuk melihat pengaruh infus daun

The results showed partially significant influence of the locus of control, self-efficacy, and learning achievements on career maturity of the accounting students, and a