• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kisah أرنى الله Aranīllah Karya Taufik Al-hakim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kisah أرنى الله Aranīllah Karya Taufik Al-hakim"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

57

LAMPIRAN

(2)

LAMPIRAN 1

SINOPSIS

Di zaman dahulu ada seorang lelaki jujur dan tulus, dia dikaruniai

seorang anak lelaki cerdas dan fasih berbicara, dia sangat menikmati dan

mensyukuri anugrah ini. Di waktu senggang lelaki itu sering duduk bersama

dengan anaknya. Mereka berbincang-bincang seperti dua sahabat karib,

sama-sama paham dan nyambung dengan apa yang dibicarakan. Seakan-akan tidak

ada perbedaan usia antara ayah dan anak. Perbedaan usia antara keduanya

bagai tirai sutra yang fatamorgana. Mereka berdua pintar, saling memahami,

keduanya punya pandangan ilmiah dan pandangan yang bodoh tentang

hakikat wujud dan esensi sesuatu.

Sang anak bercerita kepada ayahnya tentang Tuhan; kemudian dia

bertanya, apakah saya bisa melihat Allah wahai ayah, perlihatkanlah Allah

kepada saya. Merasa tidak mendapat apa-apa dari mereka, dia pergi putus asa.

Dia berjalan menyesuri jalanan, bersedih dan bertanya pada diri sendiri

‟‟akankah pulang dengan tangan hampa ?‟‟ sampai akhirnya bertemu dengan

seorang kakek. Kakek itu berkata padanya, memberinya saran.

Kemudian dia menyampaikan maksudnya untuk meminta tolong

kepada Zuhud agar dapat memperlihatkan Tuhan kepadanya. Zuhud

mengatakan bahwa Tuhan tidak apat dilihat mata kepala atau panca indra

(secara langsung).

Kata laki-laki (sang ayah) meminta kepada zuhud (sang kakek) untuk

memohonkan kepada Tuhan untuk memberi sebagian cinta-Nya kepada sang

ayah, dia (sang ayah) meminta cinta-Nya yang banyak namun menurut zuhud

(sang kakek) dia hanya manusia tidak akan sanggup menerim cinta-Nya Allah

walaupun sebiji sawi (sebiji atom) , dia (sang kakek) hanya bias mendoakan

agar laki-laki (sang ayah) itu diberi separuh biji atom dari cinta-Nya Allah

kepadanya.

(3)

59

dalam perjalanan dia bertemu dengan sekelompok penggembala, sekelompok

penggembala itu bercerita kepada mereka bahwa lelaki yang mereka cari

tampak seperti orang gila dan pergi menuju sebuah gunung. Kemudian

sekelompok penggembala itu mengantar mereka ke gunung itu. Akhirnya

mereka menemukan dia berdiri di padang pasir sedang memandangi langit.

Mereka mengucapkan salam kepadanya, dia tidak menjawab. Sang kakek

mendekatinya. “Ingat aku? Aku yang kamu temui waktu itu….” Lelaki itu sama sekali tidak bergerak. Anaknya menghampirinya dengan perasaan

cemas, kemudian bertanya dengan nada pelan dan penuh kasih sayang.

“Ayah tidak mengenaliku?” Dia masih saja diam. Keluarganya berteriak memanggil-manggil dia, mencoba menyadarkanya. Namun sang zahud

menggeleng-gelengkan kepala putus asa seraya bilang pada mereka:

Percuma berteriak! Bagaimana mungkin orang yang dihatinya

terdapat cinta Tuhan seberat separuh biji atom, bisa mendengar ucapan

manusia?! Demi Tuhan, walau pun kalian memotong-motong tubuhnya

dengan gergaji, dia tidak akan tahu. Anaknya berteriak, “ini salahku! Aku yang memintanya untuk melihat Tuhan. Sang kakek menoleh ke arahnya dan

berkata seakan-akan bicara kepada diri sendiri:

Kamu lihat? Separuh biji atom dari nur Tuhan cukup untuk menghancurkan

struktur tubuh manusia dan merusak jaringan saraf otak!

Kesimpulan cerita ini mengisahkan bahwa cita-cita seorang anak

untuk melihat Tuhan-Nya membuat dia menyerah, karena hal itu penyebab

perpisahannya dengan sang ayah.

(4)

GLOSARIUM

/ al-masyahada 'ijtima‟ī/ : Latar sosial

ا إ ش

/ 'isyatadda al-'ikhtilāfiyatu : Rising action

/ al-masyahadatu zamaniyati/ : latar waktu

/al-masyahadatu makāniyati/ : Latar tempat

أ

/al-musyahadatu ijtima‟iyati/ : latar sosial

/al-mauḍū‟u/ : Tema

(5)

61

/ Al-waṣayā/ : Wasiyat

أ

أ

/al-uslūb al-'adabī/ : Gaya bahasa

ا

أ

/

Al-amsālu/ : Perumpamaan

(6)

GLOSARIUM

Abstrak : Tidak berwujud ; tidak berbentuk

Alur : Rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani dengan

seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui

kerumitan kearah klimaks penyesaian

Dimensi : Ukuran

Definisi : Kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan proses

atau aktivitas

Ekstrinsik : Unsur yang berada dari luar

Etimologi : Cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta

perubahan dalam bentuk makna Imajinasi : Khayalan

Instrinsik : Unsur yang bearada dari luar

Khutbah : Seni berbicara

Kisah : Cerita atau suatu hal yang dibicarakan

Metode :Cara kerja untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan

Novel :Prosa yang panjang yang mengandung cerita kehidupan

seseorang

Refrensi : Sumber acuan (rujukan, petunjuk)

Terminologi : Peristilahan; definisi istilah

Tersirat : Tersembunyi atau tidak langsung

Tersurat : Nyata atau secara langsung

UNESCO : (United Nations Educational Scientific and Cultural

Organization) badan PBB khusus pada pengembangan ilmu

(7)

63

(8)
(9)

65

(10)
(11)

67

(12)

LAMPIRAN 3

Perlihatkanlah Tuhan Kepadaku

Di zaman dahulu ada seorang lelaki jujur dan tulus. Dia dikaruniai

seorang anak lelaki cerdas dan fasih berbicara, dia sangat menikmati dan

mensyukuri anugrah ini. Di waktu senggang lelaki itu duduk bersama dengan

anaknya. Mereka berbincang-bincang sepert dua sahabat karib, sama-sama

paham dan nyambung dengan apa yang dibicarakan. Seakan-akan tidak ada

perbedaan usia antara ayah dan anak.

Perbedaan usia antara keduanya bagai tirai sutra yang fatamorgana.

Mereka berdua pintar, saling memahami, keduanya punya pandangan ilmiah

dan pandangan yang bodoh tentang hakikat wujud dan esiensi sesuatu namun

sama-sama tidak mengerti hakikat wujud dan esensi sesuatu.

Pada suatu hari lelaki itu memandangi anaknya.“Kamu adalah anugrah Tuhan, anakku! Puji syukur Tuhan!”

Kemudian anaknya berkata, “Ayah sering kali berbicara tentang Tuhan. Perlihatkan Tuhan kepadaku, ayah!”

“Apa yang kamu bilang, anakku?!” Ucap lelaki itu terperangah dan bingung. Ini permintaan aneh yang dia pun tidak tahu bagaimana memenuhinya. Dia

diam dan berpikir cukup lama. Kemudian berbicara kembali dengan anaknya.

“Kamu ingin aku memperlihatkan Tuhan kepadamu? “Iya, ayah.. Perlihatkan Tuhan kepadaku!”

(13)

69

“Bagaimana kalau aku meminta ayah untuk melihat-Nya… Kemudian memperlihatkan-Nya kepadaku?”

“Akan akulakukan, anakku… Akan akulakukan.”

Lelaki itu berdiri, saat itu juga pergi keliling kota. Dia meminta orang-orang

untuk memperlihatkan Tuhan kepada, mereka justru memakinya. Mereka

adalah orang-orang yang melalaikan Tuhan dan lebih mementingkan perkara

dunia. Kemudian lelaki itu mendatangi para pemuka agama dan

menyampaikan keinginannya, mereka justru mendebat dia dengan dalil-dalil

dari kitab suci. Merasa tidak mendapat apa-apa dari mereka, dia pergi putus

asa.

Dia berjalan menyusuri jalanan, bersedih dan bertanya-tanya pada diri

sendiri: “akankah pulang dengan tangan hampa?” Sampai akhirnya bertemu dengan seorang kakek. Kakek itu berkata padanya, memberinya saran.

“Pergilah ke pinggiran kota! Temui seorang zuhud uzur! Doanya selalu dikabulkan oleh Tuhan. Barang kali dia bias menolongmu.”

Lelaki itu segera menemui sang zahud.

“Aku datang padamu karena sesuatu hal, aku berharap tidak pulang dengan kegagalan…”

Sang zuhud mengangkat kepalanya, berkata dengan nada lembut dan serius.

“Sampaikankeinginanmu!”

“Aku ingin engkau memperlihatkan Tuhan kepadaku.”

Sang zuhud termenung sambil mengelus-elus jenggotnya yang putih.

“Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?”

“Ya, aku ingin engkau memperlihatkan Tuhan kepadaku.”

(14)

Kemudian sang zuhud melanjutkan perkataannya dengan nada lembut dan

serius.

“Hei! Tuhan tidak bias dilihat dengan mata kita, juga tidak bisa dirasakan keberadaan-Nya dengan organ perasa di tubuh kita. Apa bisa kamu mengukur

kedalaman laut dengan menggunakan jari seperti kamu mengukur kedalaman

cangkir?

“Lantas bagaimana agar aku bisa melihat-Nya?”

“Jika Dia hadir di dalam jiwamu…”

“Kapan Dia bias hadir di dalam jiwaku?”

“Ketika kamu memperoleh cinta-Nya…”

Lelaki itu bersujud dan membentur-benturkan dahi ketanah. Kemudian meraih

tangan sang zuhud dan memohon kepadanya.

“Wahai zuhud yang soleh, mohonkan pada Tuhan agar memberikan sebagian cinta-Nya kepadaku!”

Sang zuhud menarik tangannya.

“Jangan serakah.Minta yang paling sedikit!”

“Kalau begitu aku minta sedirham dari cinta-Nya…”

“Tamak sekali kamu!Itu banyak!”

“Seperempat dirham?”

“Janganserakah… Janganserakah…” “Kalau begitu, sebiji atom dari cinta-Nya..”

“Kamu tidak akan sanggup menerimanya walau pun hanya sebiji atom.”

(15)

71

“Barangkalibisa…”

Sang zuhud mendongak keatas, wajahnya menghadap langit, berdoa.

“Tuhan… Berilah dia separuh biji atom dari cinta-Mu!”

Setelah itu lelaki itu berdiri dan pergi. Beberapa hari kemudian

keluarga, anak dan beberapa sahabatnya mendatangi sang zuhud. Mereka

memberitahu sang zahud bahwa dia belum juga kembali sejak kepergiannya

tempo hari, dia menghilang dan tidak ada satu pun yang tahu di mana

keberadaanya. Sang zuhud gelisah. Kemudian bergegas mencarinya bersama

mereka. Di dalam perjalanan bertemu sekelompok penggembala. Sekelompok

penggembala itu bercerita kepada mereka bahwa lelaki yang mereka cari

tampak gila dan pergi menuju sebuah gunung.

Kemudian sekelompok penggembala itu mengantar mereka ke tempat

lelaki itu. Akhirnya mereka menemukan dia berdiri di padang pasir sedang

memandangi langit. Mereka mengucapkan salam kepadanya, dia tidak

menjawab. Sang zuhud mendekatinya.

“Ingataku?Aku yang kamu temui waktu itu….” Lelaki itu sama sekali tidak bergerak. Anaknya menghampirinya dengan perasaan cemas, kemudian

bertanya dengan nada pelan dan penuh kasih sayang.“Ayah tidak

mengenaliku?”

Dia masih saja diam. Keluarganya berteriak memanggil-manggil dia,

mencoba menyadarkanya. Namun sang zuhud menggeleng-gelengkan kepala

putus asa seraya bilang pada mereka:

“Percuma berteriak! Bagaiman mungkin orang yang dihatinya terdapat cinta Tuhan seberat separuh biji atom, bias mendengar ucapan manusia?! Demi

Tuhan, walau pun kalian memotong-motong tubuhnya dengan gergaji, dia

tidak akan tahu.”

Anaknya berteriak, “ini salahku!Aku yang memintanya untuk melihat

Tuhan.”

(16)

Sang zuhud menoleh kearahnya dan berkata seakan-akan bicara

kepada diri sendiri:“Kamulihat? Separuh biji atom dari nur Tuhan cukup untuk menghancurkan struktur tubuh manusia dan merusak jaringan saraf

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Melalui Pendekatan Whole Language Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Sranten Kecamatan Karanggede

Penginderaan jauh merupakan akuisisi data sebuah objek oleh sebuah alat seperti Satelit Landsat yang secara fisik tidak melakukan kontak dengan objek tersebut.. Citra yang

dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kualitas seorang akuntan yang menguasai dan mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi dan juga dapat meningkatkan pendapatan

Penelitian ini meliputi karakterisasi dan skrining fitokimia simplisia, pembuatan ekstrak kulit buah pisang raja secara maserasi menggunakan etanol 80%, uji antibakteri

Rata-rata biaya makan yang terbuang akibat sisa makanan lunak dibandingkan biaya makan yang disajikan adalah Rp 4.988,2/hari (19,5%). Disarankan agar dilakukan evaluasi dan

Nama paket pekerjaan : Konsultan Pengawas Rehabilitasi/ Renovasi Rumah Dinas Bikit Galang Lokasi : Sekretariat Unit Layanan Pengadaan Daerah Kelompok Kerja Provinsi.

Pada menu capaian KD, dalam satu input KD Anda tidak diperkenankan untuk melakukan penilaian KD mapel yang sama lebih dari satu?. Seluruh inputan nilai tingkat KD secara otomatis

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, salah satu metode yang digunakan adalah metode ceramah dan Tanya jawab. Dengan memberi penjelasan kepada siswa dan