• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Gotong Royong Dalam Istiadat Ritual Khitanan Pada Masyrakat Melayu Langkat Di Desa Secanggang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Gotong Royong Dalam Istiadat Ritual Khitanan Pada Masyrakat Melayu Langkat Di Desa Secanggang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis menemukan dan memahami serta merujuk pada beberapa

penelitian tentang istiadat ritual khitanan yang telah dilaksanakan diantaranya; Irdlon (2011)

berupa tesis, berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Khitanan. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa tradisi khitanan terdapat nilai-nilai pendidikan, khususnya kepada anak. Nilai itu,

membangun dan membina anak agar menjadi pribadi muslim dan shaleh atau berbudi pekerti.

Penelitiannya juga mengutarakan bagaimana cara mengimplementasikannya dalam pendidikan

anak. Selain itu, penelitian tersebut juga mengungkapkan agar umat Islam lebih paham makna

khitanan. Kemudian, anak, keluarga, dan masyarakat bersedia mempraktikkannya demi

pendidikan anak-anak mereka.

Suyanto (2013) dalam kemasan skripsi meneliti tentang nilai kegotong royongan. Skripsi ini berjudul; Implementasi Nilai Gotong Royong dalam Tradisi Gubregan (studi kasus pada masyarakat Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong kabupaten Boyolali Tahun 2013).

Penelitian ini menjelaskan bahwa Gumbregan adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh

masyarakat Dukuh Bandung setelah selesai melakukan panen raya padi. Tradisi ini dilakukan

secara bersama-sama yang dilaksanakan pada hari tertentu dan waktunya pagi hari.

Dalam Tradisi Gumbregan juga terdapat nilai-nilai gotong-royong, Pertama implementasi

gotong-royong tercermin pada saat warga bersama-sama mempersiapkan seserahan yang berupa

umbi-umbian, ketela pohon, gembili, uwi, tebu, kimpul, ubi jalar, ketupat dan pisang.Kedua

tercermin pada saat warga bersama-sama membawa seserahan ke rumah sesepuh desa. Ketiga

(2)

membagikan kembali secara adil. Keempat pada saat alim ulama setempat bersama warga yang

datang melakukan doa sebagai wujud terima kasih kepada nikmat dan rejeki dari Tuhan Yang

Maha Esa. Kelima pada saat warga melanjutkan tradisi ini untuk menyebar seserahan di sawah.

Keenam pada saat warga melanjutkan tradisi ini untuk menyebar seserahan di kandang ternak.

Amran Kasimin (1999) juga menulis buku tentang ritual khitanan dalam masyarakat

Melayu, khususnya di Semenanjung Malaysia. Dalam bukunya dijelaskan aspek- aspek ritual

khitanan merupakan pengaruh India atau Hindu. Diuraikan bahwa istiadat ritual khitanan bernilai

etika yang lazim dilakukan oleh masyarakat dimanapun. Selain itu, dijelaskan juga tentang nilai

kerja sama atau gotong royong yang ada dalam istiadat ritual khitanan merupakan salah satu

aspek jati diri atau karakter dari masyarakat Melayu.

2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat

Pengertian kosmologi dalam konteks penelitian nilai budaya atau tradisi Melayu dapat

diartikan segala sesuatu mendasari aktifitas atau keadaan bersifat kultural yang mengitari

wujudnya aspek suatu budaya atau istiadat masyarakat. Dalam konteks penciptaan karya, dalam

hal ini juga dapat disebut sebagi konsep kreatif seorang penyair atau pujangga. Aktifitas dan

keadaan tersebut berperan penting dalam pemaknaan dan kelangsungan suatu budaya atau

istiadat dan karya tertentu. Manakala secara etimologi, kosmologi berasal dari perkataan kosmos

yang berarti dunia, aturan alam dan logos berarti rasio atau akal. Jadi kosmologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam (dunia), akan tetapi kosmologi merupkaan ajaran

atau ulasan tentang dunia dari suatu aspek budaya.7

Membahas tentang ilmu alam atau ilmu dunia, seperti istiadat ritual khitanan tak terlepas

dari pemahaman tentang kosmologi religius dan budaya, kosmologi ini merupakan ajaran dan

(3)

keyakinan bersifat religi dan nilai serta norma sesuai keyakinan dan memberikan petunjuk dan

prilaku-prilaku manusia yang memiliki etika.

Kabupaten Langkat merupakan daerah Melayu yang teridentik beragama Islam. Yang

selalu berpegang teguh pada adat yang bersendikan ’’syara’’ syara bersendikan kitabullah.

Yuchan mengatakan dalam bukunya adat istiadat perkawinan Melayu Sumatera Timur, Adat

dan budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu

tempat, setelah masuknya agama islam ke Indonesia sebagian besar agama yang dianut dan

ditaati oleh sebahagian besar bangsa indonesia, maka untuk menyempurnakannya adat dan

budaya Melayu diselaraskan dengan ajaran agama islam sesuai dengan ungkapan yang

berbunyi’’ adat yang bersendikan syara’’ syara mengikat adat ’’kuat agama kuat adat kuat adat

kuat agama’’.

Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat dari beberapa pakar-pakar adat serta budayawan

Melayu maka adat Melayu dibagi atas beberapa tingkatan yaitu: adat yang sebenar adat, adat

yang diadatkan, adat yang teradat. Adat yang sebenar adat adalah sebuah prinsip- prinsip adat

Melayu yang tidak dapat berubah. Prinsip-prinsip tersebut tersimpul dalam ’’adat bersendikan

syara’’ dan ’’syara bersendikan kitabullah’’. Sedangkan ketentuan-ketentuan adat yang

bertentangan dengan ajaran agama islam tidak dapat digunakan lagi. Adat yang diadatkan adalah

adat yang dibuat oleh penguasa satu kurun waktu tertentu. Masa berlaku adat ini adalah selama

belum dirubah oleh penguasa berikutnya. Adat ini dapat dirubah sesuai dengan situasi dan

kondisi serta perkembangan zaman. Adat yang teradat adalah suatu kebiasaan sehari- hari yang

(4)

dan dilaksanakan sebagai pelengkap sehingga pelanggaran terhadap adat ini tidaklah

mendapatkan sanksi apapun terkecuali nasehat dari para pengetua adat pada zaman dahulu. 8

Pada Masyarakat Desa Secanggang juga sangat memegang tuguh agama islam, selalu

berpedoman pada ALQUR’AN dan HADIST. Ajaran agama islam sangat penting bagi kehidupan Melayu, terutama Shalat dan Mengaji. Di dalam organisasi bermasyarakat juga penduduk Desa

Secanggang juga membuat perwiritan atau yasin sebagai kegiatan agama, dan dalam bentuk

pengajian lainnya. Biasanya anak- anaknya pergi mengaji ke sebuah sekolah Madrasah. Dan

mereka juga membuat acara syukuran apabila anak mereka sudah khatam mengaji.

Pada umumnya mata pencarian masyarakat Secanggang adalah sebagai nelayan, ada juga

sebagian yang menjadi pedagang atau guru. Mereka pergi berlayar atau melaut Mencari ikan

dengan menggunakan bot atau sampan. Jika mereka ingin mengambai udang maka mereka pergi

ke laut tengah malam. Dalam hidup sosial mereka juga sangat mengutamakan hubungan baik

dengan tetanngga dan jiran, ramah tamah dan berakhlak juga sangat diperhatikan dalam

kehidupan sehari-hari.

2.3 Letak Geografis dan Sejarah Singkat 2.3.1 Letak Geografis

Letak Geografi Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang utara,

serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas

dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh, Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo, Sebelah

8Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia 2007, Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur ,

(5)

Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdan, Sebelah Barat, berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh

Tengah).9

Langkat sebelumnya merupakan bawahan Kesultanan Aceh sampai awal abad 19,

wilayahnya terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai ke daerah

aliran anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah Sungai lainnya di antara kedua Sungai ini yaitu

Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan perdagangan

penduduk setempat dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia. Sungai Batang Serangan

ketika bertemu dengan Sungai Wampu, namanya kemudian menjadi Sungai Langkat. Kedua

sungai tersebut masing-masing bermuara di Kuala langkat dan Tapak Kuda.10

2.3.2 Sejarah Singkat

Adapun kata “Langkat” yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari nama sejenis

pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan “pohon langkat”. Dahulu

kala pohon Langkat banyak tumbuh di sekitar Sungai Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang

sudah langka dan hanya dijumpai di hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini

menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat kerajaan

Langkat berada di sekitar Sungai Langkat, maka kerajaan ini akhirnya populer dengan nama

Kerajaan Langkat.

Selain itu, ada cerita berupa legenda yang mengkisahkan asal-usul negeri Langkat, yaitu

legenda Sultan Ahmad. Ia adalah Sultan yang pertama dari kerajaan Langkat. Dikisahkan; suatu

hari terjadi peperangan yang disebabkan oleh permusuhan diantara dua orang berilmu yang

9Sejarah Geografi. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang utara, serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh, Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo, Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang dan Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah).

(6)

tangguh. Salah seorang dari mereka yang berperang bersumpah apabila berakhir peperangan

meraka akan menancapkan sebatang kayu dan kayu itu tidak boleh diangkat disebut ; “La

Angkat”. Dikisahkan berhentilah peperangan, maka masyarakat dan sultan yang berkuasa

bernama Sultan Ahmad menamai wilayah itu menjadi Langkat. Artinya, kata Langkat itu

berasal;ah dari kata La Angkat.

Pada penelitian ini, penulis memilih desa Secanggang Kabupaten Langkat sebagai bahan

penelitian untuk skripsi dengan judul yang diambil berkaitan dengan Masyarakat tersebut. Desa

secanggang juga mempunyai sejarah singkat dengan nama Secanggang.

Desa Secanggang adalah Desa yag terletak di selatan Pesisir Pantai Provinsi Sumatera

Utara. Tepatnya berada di wilayah Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Ditinjau dari Letak

geografisnya Desa Secanggang berada di bagian utara berbatasan dengan Desa tanjung Ibus,

sebelah Selatan berbatan dengan Selat Malaka, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang

Gading. sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selotong. Total luas Wilayah Desa Secanggang

2058 Ha/ M2. Jarak tempuh dari ibu Kota, Kecamatan sekitar 6 Km, Lama jarak tempuh sekitar

15 menit. Jarak ke Ibu kota kabupaten sekitar 20 Km, jarak ditempuh ke ibu Kota provinsi n60

Km.

Kata Secanggang menurut ibu kota setempat, berawal dari kedatangan orang suku bangsa

yang datang dan menetap di Desa secanggang, karena masyarakat setempat merasa dari

waktu-kewaktu banyak yang berpindah atau datang menetap di wilayah itu, maka perlu ditingkatkan

rasa tenggang. Akibat dari harapan masyarakat tersebut mereka kerap menyebutkan kata

tenggang, namun karean perubahan penyebutan yang dipengaruhi dialek, akhirnya kata tenggang

tersebut berubah penyebutannya menjadi sejanggang dan untuk menunjukkan betapa pentingnya

rasa itu, maka masyarakat merubahnya kembali menjadi Si Janggang.Maka sampai terbiasa

(7)

Secanggang telah di kenal sebagai Desa pelabuhan dan termasuk kedalam wilayah kerajaan

Kesultanan Melayu Deli Tanjung Pura Langkat, sekitar 35 Km dari Desa Secanggang. Sejak

1948 suku Melayu sudah menetap di Desa Secanggang pada waktu agresi Belanda tahun 1940

keluarga Kesultanan Mengungsi ke Desa Secanggang Untuk menyelamatkan diri, keluarga

Kesultanan mendirikan rumah-rumah di sekitar Desa Secangganng. Di bawah ini merupakan

tabel batas wilayah kecamatan Secanggang.

Batas Wilayah Kecamatan Secanggang

Batas Desa/ Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Tanjung Ibus Secanggang

Sebelah Selatan Selat Malaka Secanggang

Sebelah Timur Karang Gading Secanggang

Sebelah Barat Selotong Secanggang

2.2.3 Adat Istiadat dan Sosial Masyarakat

Nilai budaya merupakan tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Sebabnya

karena nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga

dan penting oleh warga suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman

orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan. Walaupun nilai-nilai

budaya berfungsi sebagai pedoman hidup warga sesuatu masyarakat, sebagai konsep sifatnya

sangat umum memiliki ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara

rasional dan nyata. Namun, karena itulah ia berada dalam daerah emosional dari alam jiwa

seseorang lagi pula, sejak kecil orang telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup di

(8)

itu untuk mengganti suati nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan

waktu yang lama.11

Suatu nilai budaya seringkali merupakan pandangan hidup, walaupun kedua istilah itu

sebaiknya tidak disamakan, “pandangan hidup” biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai

yang dianut oleh suatu masyarakat, dan yang telah dipilih secara selektif oleh individu-individu

dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila ’’sistem nilai’’ merupakan

pedoman hidup yang dianut oleh suatu masyarakat maka, pandangan hidup merupakan suatu

pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau bahkan individu-individu tertentu dalam

suatu masyarakat. Karena itu suatu pandangan hidup tidak berlaku bagi seluruh Masyarakat.

Dalam adat istiadat ada nilai budayanya dan juga sitem normanya yang secara khusus

dapat diperinci lagi kedalam berbagai norma, sesuai dengan pranata-paranata yang ada dalam

masyarakat yang bersangkutan . Fungsi dari sistem budaya adalah menata serta mnetapkan

tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Sistem sosial juga terdiri aktivitas-aktivitas atau

tindakan-tindakan berinteraksi antar individu yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai tindakan-tindakan berpola yang saling berkaitan, sitem sosial lebih menjadi

pranata-pranata oleh nilai-nilai dan norma tersebut.12

Masyarakat setempat Desa Secanggang juga sangat mengenal budaya sosial, nilai dan

norma pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dalam melaksanakan tradisi ritual khitanan

masyarakat setempat mengutamakan budaya sosial dalam bermasyarakat saling berinteraksi

kepada sanak saudara dan tetangga jiran. Tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang dianggap

masyarakat tabu haruslah dipatuhi. 13

11logcit

12 logcit

(9)

Hukum dengan segala ketentuannya mengandung petunjuk-petunjuk hidup berupa perintah

maupun larangan yang harus di taati dalam suatu masyarakat tertentu. Baik bersifat larangan

untuk bersikap melakukan suatu perbuatan, maupun ketentuan yang mengatur untuk besikap

melakukan suatu perbuatan yang telah diatur oleh ketentuan hukum tersebut. Karena suruh dan

larang telah diatur oleh hukum yang berlaku di masyarakat maka berarti setiap anggota

masyarkat yang hidup di kawasan tersebut harus menaatinya, sehingga ketertiban dalam

kehidupan itu terpelihara.14

2.2.4 Khazanah Sastra Tradisi Melayu Langkat

Dalam buku berjudul Pemikiran Kreatif dan Sastra Tradisi Melayu (2015) diutarakan

bahwa Khazanah kesusastraan lisan atau tradisi masyarakat Melayu pada umumnya mempunyai

beberapa ciri tertentu. Ciri pertama yang paling ketara adalah cara ia disampaikan, yaitu secara

lisan. Namun, ada juga sebagian darinya telah ditulis dan kemudian dilisankan kembali.

Manakala ada juga yang dituturkan secara individu kepada individu atau kepada

sekumpulan/masyarakat. Kesusastraan lisan atau disebut juga sastra tradisi masyarakat Melayu,

khususnya yang berdomisili di Pesisir Timur-langkat juga dipertuturkan untuk diperluaskan

penggunaannya dalam majlis-majlis/pesta-pesta perkahwinan, berkhitan, bercukur, berendoi, dan

dalam adat-istiadat yang lain, seperti puja pantai, syukuran laut, jamu kampong, dan dalam seni

permainan rakyat. Kemudian baik sebagai bagian dari majlis/pesta adat, pemeriah dalam hajatan

ataupun hanya penghibur dalam pertemuan-pertemuan tersebut.

Menurut pandangan anggota masyarakat Melayu di Langkat bernama Sidin, ada juga ketua

kampung dan daerah yang mengambil kesempatan menulis dan merakam setiap yang dituturkan

di dalam majlis/pesta tersebut untuk dijadikan koleksi dan pengetahuan pribadi atau berniat

diperturunkan kepada generasi pewaris.

(10)

Berkaitan dengan isi kandungannya, ciri kesusastraan lisan masyarakat Melayu telah

menerima pengaruh Hindu-Buddha dan Islam. Kesusastraan lisan masyarakat Melayu tersebar di

kalangan masyarakatnya dari berbagai-bagai pengaruh dan cara penyebarannya terdapat tiga hal

yang selalu terjadi, yaitu pertama kesusastraan lisan masyarakat Melayu mengalami penambahan

baik dalam bentuk, isi maupun pertuturannya. Kedua, kesusastraan lisan masyarakat Melayu

mengalami pengurangan baik isi, bentuk maupun cara pertuturannya, dan yang ketiga di dalam

masyarakat Melayu, khususnya di Pesisir Timur sendiri ditemui pelbagai genre dan variasi serta

gaya penceritaan.

Hal tersebut terjadi disebabkan oleh seorang penutur baik pencatat maupun perekam akan

menokok tambah atau menambah-nambahi cerita, bentuk serta penyampaiannya untuk

menambah kesedapan, kesesuaian cerita dengan suasana dan alam persekitaran, di mana ia

dituturkan dan disampaikan serta di dimana pula ia berkedudukan hingga tidak ada rasa

ragu-ragu untuk membuang dan rnenambah isi serta bentuk dan juga gaya penyampaiannya.

Disebabkan itulah ditemui beberapa karya yang bersifat cerita dan bukan cerita baik

berbentuk prosa ataupun puisi mempunyai judul yang sama. Misalnya; Syair Puteri Hijau,

Kelambai, dan Syair Burong Punggok. Namun begitu, terdapat perbedaan apabila dilihat dari

segi isi ataupun kandungan cerita serta gaya penyampaian serta penuturannya. Begitu juga

halnya dengan bentuknya, dari sesebuah judul diceritakan dalam genre yang berbeda-beda. Ciri

yang kedua melibatkan soal keberadaan kelahiran dari kesusastraan lisan masyarakat Melayu,

yaitu lebih banyak lahir dan berkembang dari dalam masyarakat yang sederhana. Mungkin ia

turut lahir dan wujud dalam masyarakat bangsawan, walaupun penggunaannya terbatas hanya

pada acara-acara adat.

Berkenaan dengan isi cerita-cerita yang berkembang dalam masyarakat sederhana dan

(11)

kebesaran raja sebagai titisan dewa. Semasa pengaruh Islam cerita-cerita yang berkembang berisi

dan bertemakan Kebesaran Allah sebagai pencipta manusia, langit, dan alam lingkungan berserta

isi- isinya. Misalnya; Hikayat Deli, Hikayat Malem Deman, dan Cerita Puteri Bungsu.

Ciri ketiga ialah kesusastraan lisan masyarakat Melayu mengandungi ciri-ciri budaya asal

masyarakat yang melahirkannya sehingga menggambarkan suasana rnasyarakat Melayu yang

alamiah. Hal ini wujud dalam sastra yang berbentuk cérita baik karya-karya dalam bentuk lisan

ataupun tulisan. Misalnya ; Cerita Datuk Bogak, Pangbelgah, dan cerita Si Kuntai. Disebabkan

oleh sastra lisan merupakan ekspresi atau pernyataan budaya, rnelalui kesusastraan lisan

masyarakat Melayu Pesisir Timur dapat mewujudkan corak budaya asas atau tradisionalnya,

sehingga ciri asalnya tetap terpelihara.

Walaupun terdapat unsur-unsur saling melengkapi atau tokok tambah. Hal tersebut

menunjukkan bahwa karya-karya sastra lisan masyarakat Melayu pada hakikatnya cagar budaya

bangsa karena kesemuanya tuangan pengalaman jiwa bangsanya dan turut meliputi pandangan

hidup serta landasan falsafah bangsa.

Ciri keempat menunjukkan bahwa kesusastraan lisan atau disebut juga sastra tradisi

kepunyaan bersama, baik dianggap sebagai milik masyarakatnya ataupun bukan milik

perseorangan. Dengan itu apabila disusurgalurkan dengan kewujudan masyarakat Melayu dan

kesusastraan lisan ditemui mempunyai banyak berbedaan versi. lni bermakna hasil kesusastraan

lisan, baik yang bersifat lisan maupun tulisan juga mempunyai gaya penceritaan dan bukan

bersifat penceritaan. Terdapat beberapa kelainan di dalam isi, gaya pertuturan dan bentuknya

walaupun tajuknya sama.

Ciri ke lima dan terakhir ialah dalam kesusastraan lisan Melayu terdapat unsur-unsur

pemikiran yang luas tentang kemampuan masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan

(12)

Manakala susunan kata-kata demikian gambaran sesuatu keadaan atau peristiwa dipaparkan. Ini

menunjukkan bahwa aspek pemikiran masyarakat Melayu sangat luas tentang alam nyata dan

alarn ghaib. Bentuk pemikiran itu ada kaitan pula dengan sistern kepercayaan dan agama yang

dianuti seperti animisme, Hindu, Budha, dan Islam.

a. Bentuk-Bentuknya

Kesusastraan lisan masyarakat Melayu, khususnya di pesisir Secanggang-Langkat, dilihat

dari segi isi dan sifat penceritaannya lahir dalam dua sifat. Kedua-duanya diwujudkan dalam

bentuk prosa dan puisi yang hidup di dalam masyarakatnya. Sifat penceritaan yang dimaksudkan

wujud dalam cerita rakya mitos, epic serta kuntai, legenda dan cerita jenaka juga dongeng,

sedangkan yang bukan bersifat penceritaan wujud dalam nyanyian rakyat, ungkapan, peribahasa,

teka-teki dan undang-undang adat. Genre dari puisi rakyat masyarakat Melayu ialah syair,

pantun, seloka, teka-teki, gurindam, dan mantera.

Cerita rakyat yang dimaksudkan merupakan cerita yang pada umumnya, mempunyai isi

untuk tujuan pengajaran dan hiburan serta perobatan, bahkan kadangkala diluahkan untuk

jenaka, seperti cerita Datuk Bogag, Pak Belalang, Si Jibau Malang dan lain-lain.

Mitos ialah cerita-cerita yang mengisahkan masa Iampau yang mengisahkan tentang

dewa-dewi dan asal-usul kehidupan dan dianggap keramat baik oleh cendikiawan dan budayawan

ataupun masyarakat setempat. Perihal mitos yang wujud dalam masyarakat Melayu, seperti yang

telah dipahami, yaitu;

"... Mitos yang ada di dalam masyarakat Melayu juga pada dasarnya

merupakan cerita tentang usul; baik usul nama sesuatu tempat, asa-usul manusia

asal-usul sesuatu kejadian dan sebagainya. Mitos yang terdiri dari pelbagai cerita, menjadi

kepercayaan rakyat, sesuatu kaum, bahkan sesuatu bangsa; selalunya oleh masyarakat Melayu, ia

(13)

pemikiran, dan kepercayaan sesuatu kelompok masyarakat, terus dihormati baik kaum tersebut

telah ataupun belum menerima pengaruh agama asing yang besar, seperti Hindu, Islam, Buddha,

Kristian dan lain-lain”.

Dalam konteks kepercayaan dan folklor, cerita rakyat, dan mitos bukan saja dihormati

bahkan diyakini seolah-olah sesuatu peristiwa yang berunsur mitos itu benar benar berlaku dalam

masyarakat. Dalam anggota masyarakat Melayu, cerita yang bersifat mitos, yaitu mitos

Mambang Si Gao, Si Peros, Meriam Puntung, dan Puteri Tanah Datar serta Asal Usul Tanjung

Balai.

Mitos Mambang Si Gao, mengisahkan tentang zuriat masyarakat Melayu dan kesaktian

dari peneroka daerah pesisir. Si Peros mengisahkan tentang keajaiban seekor harimau sebagai

penunggu istana, sedangkan mitos Mariam Puntung pula merupakan mengenai puteri jelita dari

zuriat kesultanan Deli di Sumatera. Kemudian cerita mitos Puteri Tanah Datar berkisar tentang

kesaktian puteri raja yang menguasai di suatu kerajaan, sedangkan Asal Usul BandarTanjung

Balai pula mengisahkan tentang alam yang telah menjadikan suatu bandar wujud hingga ke saat

ini.

Selanjutnya epik adalah cerita-cerita kewiraan yang bersambung-sambung tentang tokoh

atau wira yang terkenal baik perihal Kegagahan maupun kegigihannya. Misalnya, dalam

masyarakat Melayu Pesisir Timur cerita Guru Patimpus dan Datuk Hamparan Perak. Legenda

adalah cerita-cerita yang dianggap, atau dalam konsepsi yang empunyanya sebagai

peristiwa-peristiwa sejarah. Dundes di dalam bukunya yang bertajuk: The Study of Folklore yang dikutip dari James menyatakan bahwa; “...Legenda adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi manusia

yang adakalanya memihki sifat-sifat luar biasa dan dibantu oleh kuasa atau makhluk ajaib.

Cerita-cerita legenda juga dipercayai pernah benar-benar terjadi oleh penuturnya dan

(14)

belum begitu lama dan bertempat di dunia. Selanjutnya jumlah legenda dalam ssesuatu

kebudayaan mungkin jauh lebih besar dari mitos karena setiap zaman akan melahirkan legenda

baru atau sekurang - kurangnya varian baru bagi legenda yang sudah ada".

Tokoh-tokoh yang dibawa dalam huraian legenda luar biasa, tetapi tokoh-tokoh itu

mempunyai sifat-sifat tertentu yang tidak bisa mengatasi hukum alam semula jadi. Bermakna

legenda tidak bersifat ritual atau kudus, tetapi bersifat ghaib seperti legenda Pulau Si Mardan dan

Perahu Si Kantan dan Legenda Pemandian Puteri Hijau di alam Melayu di Sumatera Timur.

Cerita Pulau Si Mardan hingga sekarang dipercayai oleh anggota masyarakat Melayu

karena realitasnya wujud di daerah kesultanan Panai Labuhan Bilik. Apabila seorang pengunjung

menunjuk pulau itu dan menyebutkan Si Mardan malu beribu atau berulang-ulang sekali

dipercayai air dipersekitarannya pulau itu akan bergelombang besar dan pulau pun terasa

bergoyang. Begitu juga dengan Si Kantan’ yang berkaitan dengan anak derhaka terhadap orang

tuanya. Dipercayai puing-puing perahunya boleh dilihat di suatu daerah yang dinamakan Panai

Tengah yang masih wujud hingga kini.

Bukan naratif seperti nyanyian tarian rakyat yang merupakan satu keseluruhan yang

mengandungi kata-kata dan lagu, seperti nyanyian sewaktu purnama, yaitu Dendang Petani dan

satu bait antaranya berbunyi;

Oi.... dendang didendang dendang ku sayang

bila dah tinggi jangan lupa sembayang

Oi ...Allah dan orang tua yang disayang

Seterusnya melagukan nyanyian sebelum tidur, yaitu "Nan Mata Pena" satu bait dari teksnya

seperti berikut:

(15)

pandai berkate mulut setempat dengan pena perkataannya

jauh didengar nyate.

Ungkapan pula membawa maksud simpulan bahasa tertentu sebagai

'membungai' percakapan sehari-hari dan mempunyai fungsi tertentu

walaupun fungsinya tidak begitu dirasakan sangat. Umumnya, ia digunakan untuk memberi

galakan dan semangat baik perangsang ataupun mengucapkan sukses atas kesuksesan seseorang.

Selanjutnya peribahasa juga mencakupi bidalan, pepatah dan petitih yang merupakan khas

dalam penggunaan bahasa. la merupakan pengajaran dan teladan ataupun fikiran dan falsafah

terhadap hidup masyarakatnya, seperti bidalan; "Luke bise semboh, tapi parot tetinggal jue",

Hal ini bersifat mengaitkan sesuatu kepada yang lain, seperti “belalai gading besar dabah,

sampai umurnya ia pun rebah"

b. Kedudukan dalam Masyarakat

Melihat kepada ciri, isi, dan bentuknya, kesusastraan lisan masyarakat Melayu mempunyai

kedudukan yang tinggi di dalam kehidupan masyarakatnya baik dalam masyarakat masa lalu

maupun masa kini. Ia merupakan salah satu warisan budaya yang mempunyai nilai kegunaan

yang tinggi. Kesusastraan lisan bukan sahaja menjadi alat hiburan yang indah, tetapi juga

sebagai alat pengajaran yang memberikan yang lebih berkesan. Di samping memancarkan

nilai-nilai kehidupan masyarakat Melayu, ia juga memancarkan segala pewarnaan jiwa, semangat,

sikap kepercayaan dan sejarah ideologi dan cermin hidup dan hati nurani masyarakatnya.

Dalam hubungannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Melayu, kesusastraan

lisan atau disebut juga sastra tradisi tidak dapat diabaikan karena ia sebahagian dari keseluruhan

kehidupan. Pengkajian sosiobudaya tidak akan member makna jika tidak melihat kesusastraan

lisan atau disebut juga sastra tradisi sebagai sesuatu yang pendukung. Persehsihan telah berdamai

(16)

"Lame-lame panjang bertambah, disertekan pula jika tidak melihat kesusastraan lisan sebagai

sesuatu.

Kesusastraan lisan boleh memberi hala tuju peristiwa masyarakat dan boleh juga

memperlihatkan perkembangan dapat dikatakan bahwa ada kelangsungan dalam Pesisir Timur

dengan kesusastraan lisan atau masyarakatnya. la adalah sebagai histeriografi masyarakat

Melayu, khasnya di Pesisir Timur, yaitu penulisan mengenai peristiwa-peristiwa telah disusun di

dalam bentuk sastra yang agak baik dan pengajaran dan kemegahan generasi semasa masyarakat

dan keturunannya.

Kepahaman terhadap nilai yang dihasilkan dari cerita-cerita rakyat Si Kantan dan Pulau Si

Mardan serta sikap keperwiraan kepercayaan terhadap mitos Mambang Si Gao dan terkandung di

dalam Asal-Usul Raja-Raja di Sumatera kelangsungan sosial budaya di antara masyarakat

Melayu, kesusastraan lisan atau disebut juga khazanah kesusasteraan rakyatnya.15

2.5 Tradisi Ritual Istiadat Khitanan

Pada usia delapan tahun seorang anak Malayu sudah boleh menjalani khitan atau sering

disebut Sunat Rasul. Dipercayai peristiwa ini adalah mulainya fase remaja seorang anak. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan sy’aban dan syawal, dan bulan haji. Upacara itu dilakukan

dengan sangat meriah yang melaksanakan kenduri disertai dengan menabuh rebana. Orang

Melayu menjunjung tinggi sifat berani, kesatria taat dan setia. Orang tua-tua mengatakan adat

janta, berani, adat perempuan lembut hati. Dalam ungkapan lain dikatakan,’’ siapa berani ia

terpuji, siapa penakut, ia akan hanyut’’. 16

(17)

Tunjuk ajar Melayu menunjukan pula, bahwa sifat berani yang di junjung tinggi dan di

hormati adalah ’’berani karena benar atau ’’ berani karena hak. Keberanian amatlah diperlukan

dalam kehidupan manusia, terutama utuk membela keadilan dan kebenaran.

Mengkhitankan anak sesuai dengan syariat Islam bagi masyarakat Melayu merupakan

kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua apabila anak laki-laki mereka telah cukup

usia untuk melaksanakannya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya berkhitan selalu diiringi dengan

ritual-ritual adat. Bagi masyarakat yang mampu biasanya mengkhitankan anak selalu diiringi

dengan acara kenduri dan peralatan yang diadakan dengan sedikit meriah. Akan tetapi bagi yang

tidak mampu pelaksanaanya cukup diiringi doa-doa secara sedehana, penjemputan semangat

serta tepung tawar. Bagi masyarakat yang mampu, sebelum acara pengkhitanan biasanya

didahului dengan acara kumpul keluarga untuk menentukan pembagian tugas dan tanggal

pelaksaan yang sesuai dengan rasi atau tanggal baiknya, Pada hari yang telah ditetapkan, 17

Masyarakat Secanggang setempat sangat menjunjung tinggi adat isitiadat dalam

pelaksanaan tradisi khitan. Bahkan mereka melakukan adat ini sampai turun temurun. Karena

menurut mereka adat ini adalah warisan dari nenek moyang yang tak boleh dihilangkan oleh

generasi. Pada pelaksanaan ritual khitanan sangatlah diperlukan adanya budaya gotong-royong,

karena menurut ’’bapak Amat’’ yang asli penduduk secanggang mengatakan bahwa dengan

adanya gotong -royong kepada tetangga dan sanak saudara acara pelaksanaan ritual khitanan

berlangsung dengan baik. Karena menurut beliau adat khitanan cukup banyak jadi tidak

mungkin dilakukan dengan keluarga saja.

17Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia 2007, Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur

(18)

2.6Adapun Tahap- Tahap Pelaksanaan Khitanan

Menurut Dananjaya (2000) setiap pelaksanaan istiadat mempunyai aktifitas yang tetap dan

teratur, walaupun berubah-ubah, tetapi isinya sentiasa mengacu kepada maksud dan tujuannya

salah tujuan menghantar individual dari satu fase kehidupan ke fase tertentu, seperti dari fase

kehidupan anak-anak menjadi ke fase kehidupan remaja. Tahap istiadat itu bersifat fungsional.

Tahap istiadat ritual khitanan dalam masyarakat Melayu Secanggang Langkat adalah

sebagai berikut; Tahap Memanggil Anak. Tahap ini kerap disebut ‘membujuk’. anak yang

hendak dikhitan. Kemudian, tahap Pengenalan dan Penyampaian Hajat dan tahap berikutnya

Penyampaian terhadap sanak keluar/saudara serta masyarakat. Selanjutnya tahap pelaksanaan

istiada ritual yang meliputi; Diarak dan di julang , Mandi Buyuh atau Turun Sungai, dan

Pengkhitanan. Selanjutnya tahap pengakhiran dan jamuan ritual khitanan desertai dengan petuah

dan doa.

2.6.1 Pemanggilan Anak yang Dikhitan

Menurut informan desa Secanggang, bapak Arifin pemanggilan anak yang akan dikhitan

dapat dilakukan pada waktu setelah sholat subuh. Kedua orang tua menjelaskan kepadanya

anaknya yang akan dikhitan bahwa setiap orang muslim pada masa peralihan dari kanak-kanak

ke remaja dilakukan khitan atau sunat. Dijelaskan juga bahwa makna sunat ini berkaitan dengan

kesehatan. Di samping itu agar badan tumbuh dengan baik sehingga pertumbuhan badan menjadi

besar dan gempal18.

Budak jantan pandai melangkah

Pandai bercakap satu dua

Kepala bergombak jambul pendek

Jambul turun menutup dahi

(19)

Ketak berketak ruas tangannya

Ketak berketak ruas kakinya

Gemuk gendempal bentuk badannya.

Tahap ini, akan didengan jawaban dari sang anak. Bila ia menyatakan mau atau dengan

kata berani maka akan dilaksanakanlah tahap berikutnya.

2.6.2 Tahap Pengenalan dan Penyampaian Hajat Kepada Keluarga

Tahap ini, dihadiri oleh Kedua orang tua, anak yang akan dikhitan, sanak keluarga, dan

beberapa orang-orang tua di lingkungan rumah juga pamong kampung atau kepala lingkungan.

Undangan dilakukan oleh kedua orang tua atau yang mewakilinya. Dalam mengundang

diutarakan pantun sebagai berikut;

Senyum membayang menganak bulan

Gelak berderai berpada-pada

Cakap lembut berbasa-basi

Tanda orang yang berbangsa

Tanda beradat berlembaga,

Tanda tahu kan salah silaih

Tanda sarat iman di dada

Niat hendak khitanan akan ananda19.

Pada tahap ini masing-masing sanak keluarga atau yang hadir menawarkan waktu

penyelenggaran dan tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang akan dilaksanakan di dalam

pelaksanaan ritual khitanan. Tokoh atau orang yang dituakan di kampung menentukan hari dan

tanggal penyelenggaraan. Puan-puan mengambil pekerjaan menghias dan memasak untuk

jamuan makan.Tuan-tuan atau laki-laki mengambil bagian menyediakan tempat penyelenggaraan

(20)

ritual khitanan, seperti teratak dan tempat jamuan. Manakala keluarga dekat akan menyiapkan

undangan dan memberi tahu kepada pawang atau guru serta dokter/manteri yang akan

menghitan. Dalam tahap ini diakhiri dengan ucapan orang yang ituakan di kampung dengan

untaian;

Pertama jiran dan sahabat kanti

Kawan-kawan semangkuk sepiring makan

Kawan sebantal seketiduran

Kawan sebaya sepermainan

Bagai kuku dengan daging

Bagai aur dengan tebing

Bagai ikan dengan air

Bagai jarum dengan kelindan

Ke hulu sama kehulu

Kehilir sama mengalir.

2.6.3 Tahap Pelaksanaan Ritual Istiadat Khitanan

Tepat pada hari dan tanggal yang telah direncanakan, maka dilaksanakanlah istidat

khitanan dengan kegiatan sebagai berikut;

a. Berdoa

Doa ini disebut sebagai doa sebelum berkhitan. Anak yang hendak dikhitankan terlebih

dahulu akan membaca doa dua kalimat syahadat yang telah di tentukan oleh ajaran Islam.

Sebagai seorang muslim anak lelaki yang sudah cukup usia akan dikhitankan wajib mengetahui

doa tersebut. Sebelum anak dikhitankan maka anak tersebut wajib di wudhukan untuk

mensucikan diri dari najis- najis kecil. Adapun doa berwudhu adalah sebagai berikut:

(21)

Artinya : Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadis kecil fardu karena Allah Ta'ala.

Setelah anak tersebut sudah diwudhukan maka, barulah selanjutnya membaca doa dua

kalimat syahadat yang sudah menjadi ketentuan Islam wajib untuk membacanya sebelum

berkhitan. Adapun doa nya adalah:

’’Asyhadu allaaa ilaaha illallaah’’

’’ wa asyhadu anna muhammadarrasulllah’’

Artinya: Aku bersaksi bahwa sesembahan yang berhak diibadahkan kecuali Allah, dan aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

b. Berinai

Berinai adalah menempelkan atau melekatkan inai yang berwarna merah yang sudah

digiling halus ke jari- jari tangan. Pada malam hari sebelum acara khitanan, anak lelaki yang

hendak dikhitan biasanya dipasangkan inai ke tangan dan kakinya. Inai ini merupakan campuran

dari daun nasi, arang, kacu, dan daun atap. Ia dtempelkan sembari mengatakan ;

“ semakin bongkok joran jerat

Semakin kuat pentingnya”.

Inai bermakna sebagai terpancarnya seri di dalam diri, inai juga bertujuan menandakan

sebagai anak itu sudah di khitankan oleh kedua orang tuanya. Tetapi jika anak yang belum cukup

umur untuk di khitan biasanya orang tua mereka melarang berinai. Dalam acara ini seorang

tokoh masyarakat atau yang dituakan dalam masyarakat menyampaikan kata petua melalui

pantun sebagai berikut;

Sahabat sepenggalah

Tahan asak dan lempar demi Allah dan Orang tua

Kasihnya berbatas-batas

(22)

Buah habis galah di buang.

Kalau tidur sama sekandang

Kalau makan di tangah padang

Kalau berbini tanduk menanduk

Beradu kuat dengan keras.

c. Marhaban

Tradisi marhaban adalah tradisi masyarakat Melayu Secanggang sebagai lantunan nasehat-

nasehat yang di nyanyikan oleh anggota marhaban dengan menepuk rebana. Pada saat mula

acara marhaban ini tak lupa pula anggota marhaban melantukan salawat barzanzi terlebih dahulu.

Adapun shalawat nabi berbunyi:

Allaahumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaih

Aljannatu wa na’iimuhaa sa’dun li man yushallii

wa yusallimu wa yubaariku ‘alaih

Abdadi ul imlaaa bismidz dz'ati

mustadirron faidhol barokaati ‘alaa maa anaalahu wa aulaah Wa utsanni bi hamdin mawaariduhu saa-ighotun haniyyah mumtathiyan minasya syukril jamiili mathooyaah’’

Wa usholli wa usallimu ‘alan nuril

maushuufi bit taqodumi wal awwaliyyah. Almuntaqilli fil ghuroril karimati wal jibaah.

Waastamnihullaha ta’alaa ridwanan yakhusshul

itrotath thoohirotan nabawiyyah

Wayaummus shohabata wal atbaa’a wamawwalah.

(23)

subulil waadhihatil jaliyyah

Wahifzan minal ghowaayati fii khithotil khotoo’i wakhutooh. Wa ansyuru min qishhotil maulidin nabawiyyi

burudan hisanan abqoriyyah Naadziman minan nasabisy syariifi

iqdan tahallal masami’u bihulaah

Wa asta’inu bi haulillahi ta’aala

wa quwwatihil qowiyyah fa innahuu laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Marhabaaaanaaaaaa..aaaaaaaaaa

Marhabaaaaaaaaaaaa……..aaaaa

Marhabannnnn ya nurul aini yaaaaa aaaa…

d. Tepung Tawar

Tepung tawar adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu dalam

melaksanakan acara adat istiadat yang termasuk tradisi ritual khitanana. Adapun pihak- pihak

keluarga yang menepung tawari anak lelaki yang dikhitan yaitu:

1. Atok

2. Andong

3. Ayah/abah

4. emak

5. Uwak

6. Pak cik/ paman

7. Abang

(24)

9. Dan sanak saudara

Sebelum acara tepung tawar di mulai seorang pembawa acara atau protokol menyatakan;

Hati-hati memetik mawar

Salah petik kena durinya,

Hati-hati tepung tawar

Salah niat syirik jadinya20.

e. Diarak dan di julang

Sebelum diarak anak yang dikhitan berwuduk dan disuruh memakai selempang di

pinggang atau sarung kemudian dijunjung dan diarak keliling halaman rumah oleh abang atau

pamannya. Mereka menyampaikan petuah berupa pantun yang berbunyi;

Ke hulu sama ke hulu

Ke hilir sama menghilir

Satu sakit dua terasa

Yang tahan asak dengan banding

Yang tahan berpahit-pahit

Kalau koyak tambal menambal

Kalau condong sokong menyokong

Terbakar sama hangus

Terendam sama basyah

Luka tidak dipampas

Mati tidak diungkit

Sakit tidak disebut

Salah tidak ditimbang.

(25)

Selanjutnya di buat juga pelaminan halaman yang di hiasi ala kadarnya. Maka setelah di

junjung tak lupa pula para anggota keluarga dan tetanga bermain pencak silat dan menepuk

rebana. Maka sesudah itu baru lah di tepung tawari kembali dan di turunkan ke sungai untuk di

wudhukan supaya anak lelaki tersebut bersih dan suci.

f. Mandi Buyuh atau Turun Sungai

Masyarakat Melayu desa Secanggang melanjutkan mandi turun sungai kemudian setelah

itu dilaksanakan khitnan maka mulailah acara wajibnya yaitu pengkhitanan yang dilakukan

dengan seorang mantri yang sudah mahir dan pandai dalam kesehatan. Anak tersebut akan

membacakan doa dua kalimah syahadat yang sudah diajarkan sejak kecil. Sebelum sembuh betul

semasa di khitan anak tersebut biasanya makan makanan yang pantang dan tidak gatal, supaya

bekas luka cepat kering dan cepat sembuh kembali.

Anak yang di khitankan itu tidak boleh keluar rumah atau bermain karena kata orang tua

dalam bahasa melayunya takut di ketip tungau. Begitulah seterusnya sampai satu minggu lebh

barulah sang anak bisa pulih kembali dengan melakukan aktivitas seperti biasanya.

g. Pengkhitanan

Setelah semuanya sudah dilaksanakan maka mulailah acara wajibnya yaitu pengkhitanan

yang dilakukan dengan seorang mantri yang sudah mahir dan pandai dalam kesehatan. Anak

tersebut akan membacakan doa dua kalimah syahadat yang sudah diajarkan sejak kecil. Sebelum

sembuh betul semasa di khitan anak tersebut biasanya makan makanan yang pantang dan tidak

gatal, supaya bekas luka cepat kering dan cepat sembuh kembali.

2.6.4 Doa

Di dalam tahapan pelakssanaan ritual khitanan, ada tahap pembacaan doa syukuran bagi

keluarga dengan mengundang alim ulama dan tetangga jiran untuk datang ke rumah keluarga

(26)

Allahumma inna nas a’luka salaman wasalamatan, wabarakatan fi hajal mazlis

Wafil malimati khitani……21 Birahmatika ya arahma rahimin Allhumma angzirahma alaina

Wasalamatan khususana’alla jam’aah

Walmuslimin nawal muslimin

2.6.5 Pemulangan Jamuan Khitan

Balai merupakan sajian yang disusun dan berisikan pulut kuning ,inti, yang di hiasi

bendera kuning dan di gantung dengan telur yang sudah di rebus agar kelihatan cantik dan

indah. kuning dalam adat Melayu melambangkan kemulian. Dalam pelaksanaan ritual

khitanan ada yang namnya jamuan yang menjadi tradisi masyarakat Secanggang yaitu namanya

Balai. Sebelum anak lelaki yang dikhitan maka biasanya masyarakat Secanggang juga

melaksanakan khatam Alqur’an sebagai tanda tamat mengaji. Jamuan yang disajikan dalam

khatam Alquran adalah balai dan di berikan kepada guru ngaji yang sudah mengajari bacaan

Alqur’an hingga khatam. Dalam melaksanakan adat dan tradisi, masyarakat Melayu selalu

membuat balai sebagai pelengkap dalam jamuan.

2. 7 Pendekatan Antropologi Sastra

Pendekatan antropologi sastra memiliki kaitan erat dengan kajian budaya. Salah satunya

merupakan pendekatan interdidipliner, aspek ekstrinsik menurut Renen Wellek dan Autin

Warren yang kemudian diterima secara umum sebagai salah satu cara untuk membedakannya

dengan pendekatan intrinsik, pendekatan objektif menurut pemahaman yang lain, antropologi

sastra merupakan salah satu varian antropologi budaya, di dalamnya aspek-aspek estetis menjadi

masalah pokok. Di pihak lain, mempertimbangkan relavansi model analisis wancana, teks,

(27)

antropologi sastra merupakan varian analisis wacana, bahkan antropologi sastra identik dengan

kajian budaya itu sendiri. 22

Sebagai interdisiplin, dalam rangka menompang eksitensi karya sastra, psikologi sastra,

sosiologi sastra, dan antropologi sastra dianggap telah mewakili keseluruhan aspek ekstrinsiknya.

Seperti halnya psikologi sastra menganalisis karya sastra dari segi kejiwaan, sosiologi sastra

menganalisis karya sastra dari segi masyarakatnya, sedangkan antropologi sastra menganalisis

dari segi manusia sebagai mahluk yang berbudaya. Dengan kalimat lain, sebagai tripel

ekstrensik, psikologi sastra dalam kaitannya dengan proses kreatif , sosiologi sastra menjelaskan

karya sastra dalam kaitannya dengan arti dengan latar belakang sosial, sedangkan antropologi

sastra secara keseluruhan.

Ketiga pendekatan ini tidak bisa dibedakan secara jelas sebab masing-masing berkaitan

erat. Perbedaan dilakukan semata-mata sebagai salah satu cara untuk menentukan bahwa suatu

objek didominasi oleh salah satu ciri sehingga pantas dianalisis dari pendekatan tersebut.

Psikologi sastra, misalnya baik dilkukan pada karya yang banyak mengandung konflik batin,

sosiologi sastra terhadap karya yang banyak bercerita menegenai berbagai peristiwa masyarakat

. demikian juga antropologi sastra pada karya menganandung tema , pesan, pandangan dunia,

dan nilai-nilai kehidupan manusia, kebudayaan pada umumnya, khususnya yang berkaitan

dengan masa lampau.

Antropologi sastra dengan demikian memiliki tugas yang sangat penting untuk

megungkapkan aspek-aspek kebudayaan, khususnya kebudayaan tertentu masyarakat tertentu.

Karya sastra, dalam bentuk apapun, ternasuk karya-karya yang dikatagorikan sebagai bersifat

22Nyoman kutha Ratna, 2011 . antropologi satra peranan unsur- unsur kebudayaan dalam proses kreatif: penerbit

(28)

realis tidak pernah secara eksplisit mengemukakan muatan-muatan yang akan ditampilkan,

ciri-ciri antropologis yang terkandung di dalamnya.23

Lahirnya pendekatan antropologis, didasarkan atas kenyataan, pertama, adanya hubungan

antara ilmu antropologi dengan bahasa. Kedua, dikaitkan dengan tradisi lisan, baik antropologi

maupun sastra sama-sama mempermasalahkannya sebagai objek yang penting. Oleh karena itu

dalam penelitian sastra lisan, mitos dan sistem religi sering diantara dua pendekatan terjadi

tupang tindih. Masalah penting juga yang perlu dicatat, sebagaimana juga dalam pendekatan

sosiologis dan psikologis, pendekatan antropologis bukanlah aspek antopologi dalam sastra

melainkan antropologi dari sastra.

Pokok- pokok bahasan yang ditawarkan dalam pendekatan antropologis adalah bahasa

sebagaimana dimanfaatkan dalam karya sastra, sebagai struktur naratif, diantaranya:

1. Aspek-aspek naratif karya sastra dari kebudayaan yang berbeda-beda

2. Penelitian aspek naratif sejak epic yang paling awal hingga novel yang paling modern

3. Bentuk- bentuk arkhais24 dalam karya satra, baik dalam konteks karya individual maupun

generasi

4. Bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra.

5. Pengaruh mitos, sistem religi, dan citra primordial yang lain dalam kebudayaan

tradisional.

23Kutha Ratna, nyoman, dkk 2004. teori metode dan tehnik penelitian sastra, pustaka pelajar

24Dalam kamus bahasa inidonesia arkhais yaitu berkaitan dengan zaman dahulu atau kuno dan tidak lazim di pakai

Gambar

tabel batas wilayah kecamatan Secanggang.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan sistem yang terkomputerisasi guna untuk membantu dalam penerimaan siswa baru dengan Visual Basic 6.0 agar informasi yang diinginkan

Penyediaan Alat Tulis Kantor Belanja Alat Tulis Kantor 9.606.700,- Pengadaan Langsung 2. Penyediaan

[r]

Bagi Peser ta yang berkeber atan, dapat mengajukan sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa Konsultansi di Lingkungan Dinas Peker jaan Umum Kota Bandar

Pejabat Pembuat Komitmen BAPPEDA Kota Bandar Lampung, melalui Panitia Pengadaan Barang/Jasa BAPPEDA mengundang calon Penyedia Jasa Konsultansi Perencana Bidang Tata

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 016/BAHP/PJ-SATPAM/BKN/XII/2016 Tanggal 16 Desember 2016, Pokja Pengadaan Barang/Jasa Kantor Regional VII BKN

The examination showed that the properties of ricinnus oil as a dielectric material such as breakdown voltage, dielectric constant, loss factor, neutralization number, and flash

sehingga kekerasan dengan menggunakan senpi meningkat, dan apakah hukum yang berkaitan dengan kepemilikan senpi sudah dapat dikatakan baik karena.. berbasis pada realitas masyarakat