BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Selama manusia hidup pasti melakukan gerakan (aktivitas), termasuk orang sedang bekerja. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapat gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Sebagian orang menyadari bahwa penyakit yang diderita besar kemungkinan karena pekerjaannya, tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa pekerjaan yang ditekuninya sehari-hari sebagai penyebab penyakit tertentu. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja, tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan, perilaku kerja, serta faktor lainnya (Anies, 2014).
bahaya biologi, bahaya ergonomi, dan bahaya psikologi. Ergonomi disebabkan oleh kesalahan-kesalahan kontruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan, dan lain-lain yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun berpengaruh pada perubahan fisik tubuh pekerja (Anies, 2014). Risiko kerja apabila tidak dikendalikan baik oleh diri sendiri, maupun oleh manajemen tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap tubuh pekerja baik saat terjadi maupun dirasakan dalam waktu jangka panjang (Wowo Sunaryo, 2014).
Gangguan musculoskeletal adalah masalah kesehatan yang paling umum di Uni Eropa yaitu 25-27% pekerja Eropa mengeluh sakit punggung dan 23% nyeri otot (Hartatik, dan Mahawati, 2014). Berdasarkan data statistik Bureau of Labour Statistic Amerika Serikat pada tahun 2008 persentase gangguan muskuloskeletal (MSDs) mencapai 29 persen dari semua cedera dan penyakit (Sulianta, 2014).
otot rangka di tempat kerja dapat dilakukan dengan memahami dengan baik faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini disebut risiko atau risk factor. Menurut Tarwaka (2004) yang mengutip pendapat Peter Vi, beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal seperti : peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah, tekanan, getaran, mikrolimat, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh, umur, dan jenis kelamin.
menerus berdiri selama lebih kurang 8 jam, performa berdiri seperti itu sangat melelahkan. Menurut Tarwaka (2004) yang mengutip pendapat Grandjean, sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tanpa terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Menurut Hardianto dan Yassierli (2014) suatu gangguan pada sistem otot rangka dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi beberapa faktor risiko. Semakin banyak faktor risiko yang melekat pada suatu pekerjaan, risiko gangguan MSDs yang mungkin terjadi juga semakin besar.
Salah satu pekerjaan yang berisiko mengalami keluhan muskuloskleletal adalah operator SPBU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gempur (2013) terhadap operator SPBU tentang tingkat keluhan yang diderita operator SPBU diantaranya keluhan pada bahu kanan, punggung, pinggang, lengan atas kanan dan kiri, betis kanan serta betis kiri.
dan mobil. Operator di SPBU ini berusia antara 17-30 tahun. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di SPBU ini didapatkan informasi bahwa SPBU beroperasi selama 24 jam dibagi menjadi 3 shift kerja yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam. Shift pagi bekerja mulai pukul 06.00-15.00 wib, shift siang pukul 15.00-22.30 wib, dan shift malam pada pukul 22.30-06.00 wib. Lama operator bekerja dalam sehari antara 7 sampai 9 jam. Operator diberi waktu istirahat selama 30 menit untuk satu shift kerja.
Cara kerja tersebut dilakukan secara terus-menerus selama jam kerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa operator bekerja dengan sikap kerja berdiri statis dan melakukan sikap kerja yang tidak alamiah, yaitu leher menengadah ke atas dan menoleh ke bawah, terkadang membungkuk, bahu terangkat dan tangan terangkat. Pekerjaan seperti ini dilakukan oleh operator secara berulang-ulang selama jam kerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan operator, didapatkan informasi bahwa banyak keluhan yang dirasakan operator seperti keluhan rasa sakit di daerah leher, bahu, lengan, pinggang, tangan kanan, betis, dan kaki.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran sikap kerja dan keluhan musculuskeletal disorders pada operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan tahun 2016.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan musculoskeletal disorders pada operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran sikap kerja operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016.
2. Mengetahui keluhan Musculoskeletal Disorders pada operator SPBU 14.201.103 Setia Budi Medan Tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada pihak SPBU dalam meminimalisir keluhan musculoskeletal disorders yang dirasakan operator sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja operator.
2. Memberikan masukan kepada operator SPBU untuk meminimalisir keluhan musculoskeletal disorders.