• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional - Pengaruh MEA 2015 Terhadap Integrasi Ekonomi pada Sistem Perdagangan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional - Pengaruh MEA 2015 Terhadap Integrasi Ekonomi pada Sistem Perdagangan di Indonesia"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan dalam suatu negara memegang peranan yang sangat

penting. Dimana sebuah perdagangan dapat berpengaruh pada perkembangan

ekonomi global maupun perekonomian domestik. Karena negara yang melakukan

perdagangan dapat memberikan keuntungan, akan tetapi ini menyebabkan

kerugian bagi negara lain. Ini terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

ekspor dan impor yang tidak terjadi secara timbal balik.

Menurut Hendra (2002), “perdagangan internasional bisa terjadi apabila

kedua belah pihak memperoleh manfaat atau keuntungan dari dalam perdagangan

tersebut (gains from trade)”. Sedangkan menurut Basri dan Munandar (2010),

“Perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama,

negara-negara yang berdagang karena memiliki sumber daya yang berbeda satu sama

lain. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan skala ekonomi

(economies of scale) dalam produksi”. Maksudnya, jika setiap negara

memproduksi barang tertentu, negara tersebut dapat memproduksi barang-barang

tersebut dengan skala yang lebih besar dan lebih efisien dibandingkan dengan

negara yang memproduksi semua barang. Maka perdagangan internasional

merupakan suatu perdagangang antara negara-negara dimana meliputi proses

(2)

2.1.2. Teori-Teori Perdagangan Internasional 2.1.2.1. Teori Klasik

Dalam melakukan sebuah perdagangan, negara memiliki alasan yaitu

untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan dan bertujuan agar dalam

proses produksi dilakukan dengan skala ekonomis sehingga negara dapat

berdagang satu sama lainnya. Dengan demikian aliran kaum klasik yakni Adam

Smith dan David Ricardo mengemukan teori Absolute Advantage (Keunggulan

Mutlak) dan Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif).

1. Teori Absolute Advantage (Keunggulan Mutlak)

Adam Smith berprinsip bahwa, “pendapatnya merupakan pengkoreksian

dari kelemahan kaum merkantilisme terhadap pernyataan surplus perdagangan

internasional sebagai suatu doktrin. Surplus Perdagangan dilakukan dengan

memanfaatkan sepenuhnya sumberdaya alam yang tersedia. Akan tetapi smith

berpendapat bahwa pemanfaatan sumber daya alam sepenuhnya kelak akan

membahayakan negara itu sendiri, yaitu berupa peningkatan impor secara

besar-besaran”. Jadi inti dari teori ini adalah suatu negara akan melakukan spesialisasi

terhadap ekspor suatu jenis atau beberapa jenis barang tertentu, dimana negara

tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut dan melakukan impor dengan jenis

lain dimana negara tersebut dengan tidak memiliki keunggulan absolut terhadap

negara lain yang memproduksi barang lain (Tambunan: 2001).

Maka yang dimaksud dengan teori Absolute Advantage (Keunggulan

Mutlak) ialah bahwa tenaga kerja sebagai input produksi sekaligus mengukur nilai

(3)

tidak diperhitungkan. Disinilah terlihat satu kelemahan dari teori Absolute

Advantage (Keunggulan Mutlak) yang dikemukan oleh Adam Smith.

2. Teori Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif)

David Ricardo mengkritik teori Absolute Advantage oleh Adam Smith

dimana ini termasuk aliran klasik juga bahwa Absolute Advantage sangat

sederhana sekali. Menurut David Ricardo (1817) adalah “Perdagangan

internasional bisa saja terjadi walaupun negara tidak mempunyai keunggulan

mutlak, akan tetapi mempunyai keunggulan komparatif dari negara lain. Ada

beberapa asumsi yang membangun konsep komparatif oleh David Ricardo, yakni:

1. Dua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi dengan hanya

menggunakan satu faktor produksi tenaga kerja.

2. Kedua komoditi bersifat identik (homogen).

3. Kedua komoditi dapat dipindahkan antar negara dengan biaya transportasi nol.

4. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu

negara, namun heterogen tidak identik antar negara.

5. Tenaga kerja dapat bergerak antar industri dalam suatu negara namun tidak

antar negara.

6. Pasar barang dan pasar tenaga kerja dalam kondisi persaingan sempurna.

Dari teori klasik di atas bahwa proses perdagangan internasional terjadi

karena adanya keunggulan oleh suatu negara yang menghasilkan sesuatu barang

dengan biaya yang rendah atas penggunaan input tenaga kerja. Perdagangan

internasional dalam perkembangannya memiliki pengertian advantage yang

(4)

1. Banyak negara dan banyak barang.

Bahwa perdagangan dilakukan tidak hanya pada dua negara akan tetapi

banyak negara sehingga barang yang diperdagangkan juga tidak dua barang

melainkan banyak barang. Namun bisa saja terjadi satu negara unggul dapat

menghasilkan berbagai jenis barang.

2. Berbagai input produksi

Dalam proses produksi input yang digunakan tidak hanya menggunakan

tenaga kerja saja, akan tetapi banyak input produksi yang lainnya dimana

input tersebut meliputi: tenaga kerja, sumber daya lahan, barang-barang

modal, teknologi, dan lain-lain. Sehingga dalam menciptakan suatu output

banyak diperlukan berbagai kombinasi input.

3. Keunggulan disebabkan faktor selera

Suatu negara dapat menghasilkan barang yang sama dengan negara lain dan

dengan biaya yang lebih murah dan harga barang yang lebih rendah, dengan

itu negara tersebut tidak lagi perlu untuk mengimpor barang yang sama dari

negara lain. dimana konsumen sangat berpengaruh pada naiknya pendapatan

yang diikuti naiknya hasrat konsumsi dan selera.

4. Kekayaan sumber daya potensi ekonomi

Dengan kekayaan sumber daya potensi ekonomi ini negara tentunya dapat

menghasilkan jenis-jenis barang yang dapat diperdagangkan. Indonesia

mempunyai perbedaan dengan negara ASEAN lainnya yang dinyatakan dalam

advantage disebabkan bahwa Indonesia mempunyai berbagai jenis komoditas

(5)

5. Penggunaan/penguasaan teknologi

Dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang diperlukan

penggunaan teknologi yang maju. Dimana dengan ini tentunya dapat

membuat biaya produksi akan lebih rendah dan harga barang juga lebih

murah.

6. Karakteristik sumber daya alam

Potensi yang di miliki oleh suatu negara yakni termasuk sumber daya lahan,

ini merupakan yang diperlukan bagi negara untuk mendapatkan penghasilan

dari jenis-jenis komoditas yang dapat dikembangkan sehingga menjadi negara

yang advantage.

7. Berbagai faktor lain juga dapat menentukan konsep advantage.

Hal ini merupakan suatu bentuk dari kelompok-kelompok negara penghasil

komoditas dan dapat menjadikan kelompok negara-negara produsen.

2.1.2.3. Teori Neoklasik

Menurut para aliran kaum neoklasik, mereka mengemukakan teorinya

yakni dapat dilihat dari model Eli Heckscher dan Bertil Ohlin (teori H-O) dan

Leontiev Paradox.

1. Model Eli Heckscher dan Bertil Ohlin (teori H-O)

Teori H-O adalah pengembangan dari kelemahan konsep Advantage oleh

David Ricardo. Maka Eli Heckscher (1919) dan Bertil Ohlin (1933)

mengemukakan bahwa “Perdagangan internasional digerakkan oleh perbedaan

(6)

memproduksi barang”. Dimana suatu negara akan mengekspor komoditinya

dalam proses produksinya memerlukan penggunaan dari faktor produksi yang

relatif lebih murah dan mengimpor dengan serelatif mungkin dengan faktor

produksi yang langka sehingga mahal di negara tersebut. Ada beberapa asumsi

dari teori H-O bagi kedua negara yang melakukan perdagangan internasional,

yaitu:

a. Negara yang melakukan perdagangan internasional mempunyai karakteristik

yang berbeda terhadap tenaga kerja yang berlimpah dan sebaliknya berlimpah

barang-barang modal.

b. Kedua negara mempunyai kesamaan teknologi.

c. Selera adalah homogen bagi kedua negara.

d. Kedua komoditas diproduksi berdasarkan constant return to scale.

e. Masing-masing negara melakukan spesialisasi produk.

f. Kompetitif adalah sempurna sehingga barang ditentukan oleh masing-masing

pihak.

g. Tidak terdapat biaya transportasi, tarif, atau bentuk lainnya yang akan

menghambat pola perdagangan internasional.

h. Semua sumber daya dapat diperoleh dengan mudah dan produktif.

(7)

2. Leontiev Paradox

Wessily Leontiev melihat kelemahan dalam konsep labor intensive

maupun capital intensive oleh Heckscher-Ohlin, dimana ia melihat bahwa

Heckscher-Ohlin tidak memperhitungkan perbedaan diantara labor cost dan

capital cost untuk dalam menggunakan kedua produksi pada negara yang berbeda.

Adapun pengujian yang empiris dapat dibuktikan oleh Wessily Leontiev (1953)

bahwa untuk memperhitungkan total persyaratan penggunaan input modal dan

tenaga kerja per unit untuk penciptaan sesuatu barang ekspor Amerika Serikat

untuk barang pengganti, dimana fakta ini mengenai struktur perdagangan luar

negeri (ekspor dan impor) tahun 1947 yang bertentangan dengan teori Heckscher -

Ohlin. Paradox (pembuktian) meliputi beberapa pertimbangan pemikiran yaitu:

a. Kekeliruan statistik, yaitu pengambilan suatu data yang tidak representatif dan

ternyata banyak negara yang melimpah modal bahkan mengekspor barang

yang padat karya daripada yang perlu diimpor.

b. Faktor kepadatan timbal balik, sesuatu usaha yang akan memecahkan kembali

leontiev paradox dan meneliti secara empiris kepadatan timbal balik.

c. Kondisi permintaan, selera (taste) merupakan faktor yang mempengaruhi

masyarakat untuk meminta suatu produk.

d. Proteksi, upaya untuk melidungi produksi dalam negeri melalui instrument

tarif perdagangan bebas perlu proteksi yang tinggi.

e. Kualitas tenaga kerja Amerika, para pekerja di Amerika sangat efisiensi

daripada dibandingkan dengan partner dagangnya yang banyak melimpah

(8)

f. Lebih banyak faktor produksi, faktor produksi tersebut seperti modal, tenaga

kerja, tenaga profesional, tanah dan lainnya menentukan kuantitas dan kualitas

produk.

2.1.2.3. Teori Modren: Teori Kerjasama (New Theory)

New Theory muncul setelah teori absolute advantage dari Adam Smith

dan Comparative advantage dari David Ricardo dan teori tradisonal perdagangan

internasional dari Eli Hecsksher dan Bertil Ohlin. New Theory ini ditulis oleh

beberapa tokoh yakni: Dixit dan Norman (1980), Helpman (1981), Ethier (1982),

dan Peter Krugman (1984). Dalam perkembangannya New Theory menuju

kepada kondisi perdagangan bebas yang disebut dengan liberalisasi perdagangan.

Teori ini berupaya untuk mengatasi berbagai hambatan perdagangan internasional

melalui beberapa perundingan dimana pada akhirnya dapat memberikan

keuntungan untuk negara yang sedang melakukan perdagangan internasional.

2.1.3. Kebijakan Perdagangan Internasional

Pada prinsipnya pemerintah melakukan kebijakan proteksi adalah suatu

bentuk campur tangan pemerintah di dalam suatu perdagangan internasional.

Pemerintah juga melakukan perlindungan untuk industri domestik dan akan

memperbesar perdagangan umum. Ada 2 alasan yang dilakukan oleh pemerintah

(9)

1. Alasan infant industry

Infant industry merupakan suatu alasan dimana berupaya untuk melindungi

suatu produksi industri didalam sebuah negeri agar dapat tumbuh dan

berkembang dan termasuk untuk mempromosi ekspor.

2. Alasan strategi

Alasan strategi ini merupakan suatu bentuk upaya lanjutan dalam

memproduksikan dan mengkonsumsikannya sendiri dalam keadaan perang.

Adapun beberapa bentuk dari proteksi, antara lain:

1. Kuota

Kuota merupakan suatu hambatan dalam bentuk kuantitatif yang berupaya

membatasi impor barang-barang khusus dan menspesifikasikan dengan jumlah

unit atau nilai total pada periode waktu tertentu.

2. Perdagangan Oleh Pemerintah

Pada hakikatnya pemerintah adalah pelaku utama dalam mengupayakan

memonopoli impor dimana terletak kebebasan secara administratif.

3. Kontrol Devisa

Kontrol devisa adalah sebuah hambatan dimana administratif atau transaksi

yang terlibat oleh mata uang asing.

4. Larangan Impor

Larangan impor merupakan suatu bentuk dari kontrol impor dimana ini

(10)

5. Hukum Lokal Mengenai Pembelian

Untuk negara yang menerapkan hukum seharusnya menetapkan terlebih

dahulu barang-barang lokal yang dibeli melalui pemilihan produk luar negeri

agar dapat dibedakan dengan produk-produk lokal yang tersedia. Biasanya

terjadi pada barang-barang modal.

6. Hambatan Nontarif

Hambatan nontarif merupakan suatu hambatan birokrasi dimana sebagian dari

fungsi formal harus melewati peraturan yang khusus yang diumumkan secara

resmi terhadap suatu barang-barang impor.

Kebijakan Proteksi memiliki beberapa langkah yaitu: Tarif dan Kuota.

a. Tarif

Tarif (bea cukai) biasanya dikenakan pada barang-barang impor. Tarif terbagi

menjadi:

a. Advalorem tariffs; yaitu pengenaan tarif pada barang-barang yang

menggunakan satuan unit tertentu.

b. Specific tariffs; yaitu tarif yang dikenakan pada barang-barang dengan

satuan ukuran tertentu.

c. Coumpound tariffs; yaitu tarif yang digunakan baik itu Advalorem tariffs

maupun Specific tariffs, dimana disebut juga sebagai tarif ganda.

b. Kuota

Kuota merupakan suatu pembatasan dengan cara kuantitatis pada

(11)

barang impor ataupun ekspor yang dilakukan pemerintah. Kuota terbagi

menjadi: kuota ekspor dan kuota impor.

a. Kuota ekspor merupakan kuota yang dilakukan untuk melindungi

konsumen di dalam negeri sekaligus kebutuhan dalam negeri.

b. Kuota impor merupakan suatu bentuk pembatasan langsung dimana

jumlah barang yang diperbolehkan untuk impor dan dilakukan dengan

memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu perusahaan

maupun perusahaan domestik agar sejumlah produk yang diimpor dapat

langsung dibatasi.

2.1.4. Perdagangan Internasional Pada Perekonomian Indonesia

Perdagangan dapat diartikan sebagai ekspor dan impor di dalam industri

yang sama di suatu negara. Perdagangan internasional termasuk salah satu hal

yang berpengaruh penting bagi para pihak termasuk diantaranya produsen dan

konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Dimana bagi para produsen dengan

pola produksi yang memiliki keunggulan akan mendapatkan keuntungan tersebut

yaitu kenaikan harga barang yang berlaku di pasar domestik (surplus produsen),

tetapi bagi negara yang tidak memiliki keunggulan ini akan menyebabkan

kerugian dimana jumlah produksi dalam negeri berkurang. Sedangkan untuk

konsumen negara ekspor yang memiliki keunggulan akan mendapatkan kerugian

dikarenakan harga barang di pasar domestik secara perlahan mengalami kenaikan

yang menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Namun akan tetapi

(12)

konsumen) melalui impor dengan tingkat harga yang relatif rendah sehingga daya

beli masyarakat meningkat. Adapun besarnya suatu nilai ekspor negara

merupakan kemampuan bagi negara tersebut untuk melakukan impor. Tetapi

pengertian ekspor menurut Tambunan (2004), “ekspor diartikan sebagai

mengeluarkan atau membawa barang dan jasa yang berasal dari pasar atau produk

domestik (dalam daerah pabean) ke suatu tempat tertentu di luar negeri (luar

daerah pabean) dengan tujuan dipertukarkan atau dijual”. Sedangkan impor

menurut Salvatore (1997), “impor adalah sejumlah barang atau jasa yang

diproduksi negara lain yang kemudian di kirim dan di jual dalam pasar domestik

(pasar dalam negeri)”.

Sedangkan untuk ekspor Indonesia sendiri pada tahun 2008 perlahan

mengalami peningkatkan setelah melewati krisis ekonomi yang terjadi pada tahun

sebelumnya. Pada tahun 2008 nilai ekspor mencapai 20,1 persen dibanding tahun

2007 namun pada tahun 2009 ekspor mengalami penurunan, dimana terjadi krisis

ekonomi dunia yang menyebabkan kemunduran permintaan untuk ekspor produk

Indonesia. Namun pada tahun 2010 ekspor mulai tumbuh, sehingga meningkat

sampai 35,4 persen dibanding tahun 2009. Kemudian untuk impor Indonesia pada

tahun 2008 mengalami pertumbuhan yang signifikan sampai mencapai sebesar

73,6 persen. Pertumbuhan yang signifikan ini mengalami penurunan hingga 25

persen pada tahun 2009. Inilah kondisi perkembangan perdagangan internasional

Indonesia didalam pasar ASEAN yaitu perdagangan bebas.

Perdagangan internasional suatu negara sangat mempengaruhi

(13)

negara, dimana ini merupakan nilai produk yang berupa barang dan jasa yang

dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik)

yang disebut GDP (Gross Domestic product). Untuk nilai GDP Indonesia sendiri

di kanca ASEAN dari tahun 2011 sebesar 246.467,7 juta dollar AS dan 2012

sebesar 261.813,9 juta dollar AS mengalami peningkatan walaupun hanya cuma

beberapa persen dari peningkatan tersebut. Sedangkan untuk konsumsi dan

investasi Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun 2011-2012.

Dalam hal ini perhitungan pendekatan pengeluaran yang dapat

menjelaskan bagaimana pendapatan suatu negara. Persamaan tersebut dapat

dinyatakan sebagai Y = C + I + G + (X-M), dimana Y merupakan jumlah output

yang dihasilkan oleh suatu negara, C merupakan pengeluaran konsumsi (belanja

rumah tangga dan belanja pemerintah), I merupakan pengeluaran investasi suatu

negara, X merupakan ekspor yang dilakukan negara dan M merupakan barang

atau jasa yang dibeli dari negara ke negara lain. Ini akan menjadi satu hal yang

baik untuk perkembangan ekonomi Indonesia. Akan tetapi pengaruh perdagangan

internasional ini juga akan membawa neraca perdagangan negara ke surplus (X –

M > 0) atau defisit (X – M < 0). Jadi dari hal ini kenaikan ekspor juga akan

membuat peningkatan jumlah output dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat.

2.1.5. Sistem Perdagangan Indonesia Terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 memberikan suatu peluang

bagi Indonesia untuk melakukan ekspor secara besar-besaran, dimana ini akan

(14)

merupakan bentuk visi dari ASEAN yang akan menjadikan sebuah kawasan pasar

tunggal yang berarti bahwa barang-barang dan jasa akan bergerak secara bebas.

Pada dasarnya MEA tertuju pada sasaran dalam mengintegrasikan ekonomi

regional Asia Tenggara, dimana dalam pembentukan kawasan ekonomi yang

kompetitif memerlukan kerjasama yang erat bagi negara-negara anggota ASEAN

agar kawasan yang terintegrasi ini sepenuhnya dapat menjadi kawasan ekonomi

global.

(http://bppt.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/7(1

5 Mei 2014)

Secara harfiah integrasi ekonomi merupakan suatu agenda utama dari

negara ASEAN, dimana visi ASEAN ini mewujudkan kawasan bebas barang yang

diwujudkan melalui dengan dibentuknya MEA 2015. Pengertian integrasi

ekonomi secara umum dapat diartikan pencabutan atau penghapusan

hambatan-hambatan ekonomi dimana antara dua atau lebih dari ekonomi suatu negara.

Sedangkan pengertian secara operasional dapat diartikan pencabutan atau

penghapusan diskriminasi dan penyatuan politik antara lain meliputi peraturan,

prosedur dan lainnya. Dan untuk instrument dari penghapusan tersebut melalui

pajak, bea masuk, mata uang, undang-undang, lembaga, standarisasi, dan

kebijaksanaan ekonomi. Adapun teori integrasi ekonomi menurut kaum liberal

mempercayai bahwa perdagangan bebas akan membawa perdamaian didalam

hubungan internasional. Disebabkan bahwa perdagangan bebas akan dapat

mewujudkan interpendensi dan kerjasama untuk mendapatkan keuntungan

(15)

sesungguhnya menganggap bahwa liberalisasi didalam suatu ekonomi akan

mengarah pada kebebasan pasar dan bukan hanya itu peran negara pun dapat

diminimalisir. Bahkan selain itu kaum liberal mengemukakan bahwa semua

bentuk ekonomi yang menyebar pada teori liberal akan berharap mekanisme harga

dan pasar merupakan media yang sangat efektif agar dapat mengatur hubungan

kerjasama ekonomi domestik maupun internasional. Oleh sebab itu pernyataan

kaum liberal terhadap kebebasan pasar bertujuan untuk mencapai efisiensi yang

semaksimal mungkin agar pertumbuhan ekonomi. Namun menurut Tinbergen

(2006) menyatakan bahwa:

integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian

internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua

pembatasan-pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap bekerjanya

perdagangan bebas dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk

kerjasama. Integrasi juga dapat dipakai untuk alat mengakses pasar yang

lebih besar, menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai bentuk upaya

untuk meningkatkan kesejahteraan nasional

Akan tetapi integrasi ekonomi mempunyai prinsip-prinsip dan mekanisme

yang sama dengan perdagangan bebas. Menurut dari pengertian diatas maka

istilah integrasi ekonomi dapat dibagi menjadi dua pengertian, yakni:

a. Penghapusan proteksi lalu lintas barang, jasa, faktor produksi (SDM dan

modal) dan informasi dengan kata lain kebebasan akses pasar teknologi dalam

(16)

b. Penyatuan politik (kebijakan) dengan kata kunci harmonisasi, disebut juga

integrasi positif.

Griffin dan Pustay (2002) menyatakan bahwa “membuat susunan dari

integrasi ekonomi regional yang kemungkinan dapat terjadi. Ada beberapa

tingkatan yakni kawasan perdagangan bebas, persekutuan pabean, pasar bersama,

ekonomi, dan politik”. Adapun beberapa bentuk perjanjian dari tingkatan

integrasi ekonomi yang di mulai dari Perdagangan Prefensial (Preferential Trade

Arrangement), Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area), Persekutuan

Pabean (Custom Union), common market, dan Economi Union. Yang dimaksud

diatas tersebut antara lain:

1. Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arrangement)

Preferential Trade Arrangement merupakan pengaturan yang dibentuk oleh

negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan

yang berlangsung di antara mereka dan membedakannya dengan yang berlaku

pada negara luar yang bukan anggota. Preferential Trade Arrangement ini

merupakan bentuk integrasi yang paling longgar.

2. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area)

Free Trade Area merupakan suatu bentuk integrasi ekonomi karena semua

hambatan-hambatan perdagangan tarif maupun nontarif antara negara-negara

akan dihilangkan atau dihapuskan. Kawasan perdagangan bebas ASEAN juga

merupakan sebuah kesepakatan dari ASEAN dalam mengenai sektor produksi

lokal di semua negara anggota ASEAN. Tujuan dari Free Trade Area ini

(17)

a. Akan meningkatkan daya saing ASEAN untuk basis produksi disebuah

pasar internasional dengan melalui penghapusan bea dan hambatan

non-bea didalam ASEAN.

b. Dapat menarik investasi asing secara langsung ke dalam ASEAN.

3. Custom Union

Custom Union merupakan sebuah bentuk integrasi ekonomi yang selanjutnya

dimana persekutuan pabean (Custom Union), semuanya mewajibkan negara

anggota agar tidak hanya menghilangkan bentuk-bentuk perdagangan saja

akan tetapi juga harus menyamakan sebuah kebijakan perdagangan dengan

negara-negara luar yang bukan merupakan negara anggota. Sebenarnya untuk

persekutuan pabean ini negara anggota dengan negara anggota lainnya akan

berlaku ketentuan-ketentuan dalam perdagangan bebas dan tarif bea masuk

dan disertakan kuota yang sama untuk impor terhadap negara-negara bukan

anggotanya. Dengan begitu para negara anggota tidak bebas menentukan

kebijakan komersil sendiri dengan negara lainnya. Adapun menurut Jacob

Viner mengatakan bahwa “penghapusan tarif (bea cukai) sesama anggota

customs union akan menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat

(consumer surplus), dimana di sisi lainnya jumlah produksi akan berkurang

didalam negeri dan penerimaan bea cukai tidak dapat diperoleh negara”.

4. Common Market

Merupakan sebuah bentuk integrsi ekonomi dimana bukan barang yang

diperdagang bebaskan, melainkan faktor-faktor produksi yaitu seperti tenaga

(18)

5. Economic Union

Merupakan bentuk integrasi ekonomi yang dilaksanakan dengan cara

menyamakan kebijakan moneter dan fiskal bagi negara anggota

masing-masing. Pembentukan Economic Union ini sejak selesainya Perang Dunia II.

Adapun beberapa bentuk persetujuan dari perdagangan yang di bentuk

sebelumnya yang mengarah ke perdagangan bebas, seperti ASEAN Free Trade

Area (AFTA), World Trade Organization (WTO), dan lain-lain. Integrasi

sebenarnya membuat globalisasi ekonomi menjadi fundamental dimana ini dapat

merubah sebuah struktur perekonomian dunia. Namun hal ini bisa menyebabkan

kesulitan bagi negara-negara yang tidak mempunyai infrastruktur dan kapasitas

institusional yang kurang memadai, sehingga akan mengalami kesulitan

berintegrasi dengan negara yang lain. Namun dalam penentuan tarif bea masuk,

besar tarif yang ditentukan Indonesia lebih rendah dengan beberapa negara seperti

Jepang, China, Thailand, dan beberapa negara lainnya.

http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/integrasi-ekonomi.html(sabtu, 7 juni 2014 09: 31 WIB).

Kemudian bentuk kesepakatan perdagangan antara dua negara atau lebih,

baik itu dari sistem perdagangan multilateral maupun sistem perdagangan dalam

suatu kawasan mempunyai suatu prinsip yang sama yakni, menghilangkan semua

bentuk hambatan-hambatan baik berupa tarif maupun non tarif. Dimana integrasi

akan di mulai dari integrasi untuk perdagangan barang dan jasa sehingga

(19)

lain perdagangan barang dan jasa, perdagangan produksi, integrasi dalam moneter

dan integrasi kebijakaan ekonomi yang menyeluruh.

Dari hal inilah perekonomian dapat semakin dilihat dalam berbagai bidang

baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Sejak adanya

perjanjian-perjanjian yang di buat terkait dengan kerjasama dalam perdagangan baik bilateral

maupun multilateral Indonesia dengan negara lainnya yang terkait menyebabkan

terbentuknya gejala-gejala liberalisasi. Konsep liberalisasi perekonomian

merupakan kecenderungan kebebasan bagi para pelaku kegiatan ekonomi untuk

dapat menguasai perekonomian di Indonesia. Liberalisasi perdagangan ini juga

cenderung memberikan dampak yang negatif untuk Indonesia. Dimana setelah

terbentuknya perjanjian perdagangan neraca perdagangan Indonesia dengan

negara patner menjadi semakin defisit. Misalnya kerjasama Indonesia dengan

CAFTA, yang dimulai pada tahun 2002 dan ditandatangani di Phnom Penh.

Azizah dan Bagas (2011) mengatakan bahwa kerjasama CAFTA bertujuan untuk:

a. Memperkuat dan meningkatkan perdagangan kedua belah pihak

b. Meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan dan

penghapusan tarif

c. Mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling

menguntungkan kedua belah pihak

d. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota

(20)

Kemudian pada kenyataannya setelah terlaksananya Free Trade Area

dengan China, ekspor Indonesia tidak mengalami peningkatan sehinnga ekspor

lebih kecil daripada impor barang dan jasa ke china (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Neraca Perdagangan Indonesia China NERACA PERDAGANGAN

2007 2008 2009 2010 2011 Ekspor ke

China 9.675.512,7 11.636,503,7 11.499.327,3 15.692.611,1 22.941.004,9 Impor dari

China 8.557,877,1 15.247.168,9 14.002.170,5 20.424.218,2 26.212.187,4 Neraca

perdagangan 1.117.635,6 -3.6106652 -2.5028432 -4.7316071 -3.2711825 Sumber : dhietamustofa.wordpress.com/2013/11/20/ (Litbang “Kompas”/RSW, diolah dari Kementerian Perdagangan, 2012. Dikutip kompas, Rabu 21 Maret 2012).

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perdagangan Indonesia dan China

mengalami defisit mulai tahun 2008-2011 (Tabel 2.1). Dengan kesepakatan

CAFTA untuk menghilangkan tarif dan kuota ekspor impor antara negara ASEAN

dan China termasuk Indonesia dapat membuat China bebas dalam melakukan

impor barang dan jasa. Dengan demikian harga barang-barang impor dari china di

dalam negeri cenderung lebih murah dibandingkan sebelum adanya CAFTA.

Oleh sebab itu ketertarikan masyarakat lebih pada barang impor dibandingkan

barang dalam negeri. Ini merupakan salah satu kerugian yang diterima oleh

Indonesia sehingga neraca perdagangan Indonesia China menjadi semakin defisit

(21)

Menurut Amin et. al (2010) liberalisasi perdagangan meliputi “kebijakan

yang bertujuan untuk perekonomian terbuka dengan mengurangi hambatan

perdagangan dalam bentuk pengurangan tarif dan peningkatan PDB”.

(http://dhietamustofa.wordpress.com/2013/11/20/liberalisasi-perdagangan-indonesia-di-dunia-internasional-dalam-perspektif-ekonomi-politik/(sabtu,7 jun

2014, 10:30WIB))

2.2. Penelitian Terdahulu

Dimas Adityo Kusumo (2007) melakukan penelitian yang berjudul

”Pengaruh Integrasi Ekonomi ASEAN Terhadap Kapasitas Pajak Negara-Negara Anggotanya: Analisis Sebelum dan Sesudah AFTA Tahun 1990-2004”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan menelusuri dampak integrasi ekonomi ASEAN pada kapasitas pajak negara-negara

anggotanya. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah Regresi dengan

menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan jenis data panel. Hasil dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi

kapasitas pajak adalah Pendapatan per Kapita signifikan mempengaruhi kapasitas

pajak dengan konstanta sebesar 0.173956 menyatakan bahwa tingkat kapasitas

pajak (rasio penerimaan pajak terhadap GDP) adalah sebesar 17,39% jika variabel

lain dianggap konstan nilainya (nilainya adalah nol). Rasio Ekspor Terhadap

PDB sebesar 1 unit akan menurunkan rasio penerimaan pajak terhadap GDP

sebesar 0,054010 dimana hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

(22)

Rasio Impor Terhadap PDB sebesar 1 unit akan menurunkan rasio penerimaan

pajak terhadap GDP sebesar 0,057342 dimana hal ini sesuai dengan hipotesis

yang menyatakan bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan kapasitas

perpajakan suatu negara dan variabel boneka Tingkat Pembangunan

Masing-masing Negara. Untuk variabel boneka AFTA, ternyata tidak signifikan

mempengaruhi kapasitas pajak negara-negara ASEAN.

Duvian Erika Puspaningrum (2008) melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle

ASEAN+3”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui bagaimana

pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle ASEAN+3.

Metode analisis yang digunakan adalah Metode data panel. Hasil dari penelitian

tersebut yakni bahwa meningkatnya sinkronisasi business cycle China dengan

ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri serta

semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar antara China dengan ASEAN+3,

dimana hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji hausman pada metode

panel data didapatkan bahwa model (1), model (2) signifikan pada taraf 1 persen

dan model (3) pada taraf 5 persen dengan koefisien masing-masing sebesar

0.4761, 0.4603 dan 0.3924 menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan

random effect. Hasil estimasi untuk negara Jepang menunjukkan bahwa

meningkatnya volume perdagangan dan perdagangan intra industri antara Jepang

dan ASEAN+3 belum meningkatkan sinkronisasi business cycle Jepang dan

ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi

(23)

ASEAN+3. Dimana dari ketiga model tersebut hanya variabel koordinasi

kebijakan moneter yang memiliki nilai signifikan pada taraf nyata 1 persen

dengan masing-masing koefisien sebesar 0.3714, 0.3359 dan 0.3267

menggunakan menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect.

Dapat diketahui sinkronisasi business cycle Korea dengan ASEAN+3 lebih

dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover serta semakin terkoordinasinya

kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar Korea dengan ASEAN+3. Dimana

signifikan pada taraf nyata 1 persen untuk model (1), model (2) dan model (3)

namun memiliki nilai koefesien yang negatif baik dari sisi ekspor, impor maupun

total perdagangan dengan masingmasing koefisien sebesar 7.9884, 7.278 dan

-9.105 menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Hasil

estimasi untuk negara Indonesia menunjukkan terjadinya integrasi perdagangan

hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3.

Meningkatnya perdagangan intra industri akan meningkatkan sinkronisasi

business cycle Malaysia dengan negara ASEAN+3. Dimana hal ini dapat dilihat

pada model (2) dan model (3) dimana nilai intensitas perdagangan impor dan total

perdagangan signifikan pada taraf nyata 1 persen namun memiliki nilai yang

negatif dengan masing-masing memiliki koefisien sebesar -58.5225 dan -98.7548

menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Hasil estimasi

untuk Filipina didapatkan bahwa meningkatnya intensitas perdagangan hanya

akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3 dimana

meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh meningkatnya

(24)

dengan ASEAN+3. Meningkatnya sinkronisasi business cycle sangat dipengaruhi

oleh meningkatnya perdagangan intra industri Singapura dengan ASEAN+3.

Hasil estimasi menunjukkan meningkatnya intensitas perdagangan dan

perdagangan intra industri akan mengurangi sinkronisasi business cycle Thailand

dengan negara ASEAN+3. Maka dengan hasil penelitian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa terjadinya integrasi perdagangan belum memberikan manfaat

yang sama bagi negara-negara ASEAN+3, dimana negara-negara dengan tingkat

perekonomian yang lebih rendah belum memperoleh keuntungan dari terjadinya

integrasi perdagangan.

Haiyyu Darman Moenir (2010) melakukan penelitian yang berjudul

“Dampak Kemajuan Ekonomi China-India Terhadap Proses Integrasi Ekonomi ASEAN”. Tujuan dari penelitian tersebut yakni untuk menguji sejauh mana pengaruh dari kemajuan ekonomi China-India terhadap ASEAN, dimana

mengakibatkan kedua negara itu mempunyai interest terhadap kawasan Asia

Tenggara, sehingga ASEAN perlu menyikapinya dengan membentuk hubungan

kerjasama dengan kedua negara tersebut dan melakukan penguatan (integrasi)

ekonomi yang lebih mendalam diantara negara-negara ASEAN guna

meningkatkan daya saingnya. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada penarikan

kesimpulan berdasarkan interpretasi terhadap fenomena maupun fakta. Hasil dari

analisis penelitian ini menyatakan bahwa kemajuan ekonomi China-India

merupakan peluang dan tantangan yang dihadapi oleh ASEAN. Menjadi peluang,

(25)

dibangun dengan China-India, maka akan terjadi peningkatan economic skills oleh

negara-negara ASEAN. Dan juga merupakan tantangan, karena apabila tidak ada

penguatan dalam internal ASEAN terhadap berbagai sektor, maka perekonomian

negara-negara ASEAN akan mengalami stagnasi atau bahkan mengalami

kemunduran.

Dian Kemala (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Integrasi dan Kinerja Perdagangan Internasional Indonesia-China: Periode 2006-2010”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis integrasi perdagangan

Indonesia-China, menganalisis kinerja ekspor Indonesia-China, dan menganalisis

kinerja impor Indonesia-China. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode analisis deskriptif melalui analisis kuantitatif yang

didukung oleh studi kepustakaan. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah

Indeks Intra Industry Trade (IIT), analisis Constant Market Share (CMS), dan

Derajat Konsentrasi Geografis (DKG). Hasil dari analisis penelitian tersebut

yakni analisis integrasi perdagangan Indonesia-China yang didekati dengan

Indeks IIT menunjukkan bahwa dari 20 komoditas yang diteliti, hanya 4

komoditas yang secara rata-rata terintegrasi kuat dalam perdagangan Indonesia

dengan China, yaitu produk dari hewan, bahan kimia organik, plastik dan barang

dari plastik, dan kertas. Terdapat kecenderungan bahwa didalam struktur ekspor

Indonesia ke China didominasi oleh komoditas primer, sedangkan struktur impor

Indonesia dari China didominasi oleh komoditas manufaktur. Kecendrungan

tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010. Pada kinerja

(26)

Indonesia ke China lebih sering bergantung pada pertumbuhan permintaan impor

komoditas tersebut di pasar China. Sedangkan, komposisi produk ekspor

Indonesia masih terkonsentrasi pada produk yang permintaannya relatif lemah

dipasar China, dengan kata lain ekspor produk Indonesia tidak mengikuti laju

pertumbuhan produk yang diimpor oleh China. Kinerja impor Indonesia yang

dianalisis dengan DKG menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia pada

impor dari China relatif kecil, namun adanya peningkatan impor yang signifikan

sejak implementasi ACFTA perlu diperhatikan.

2.3. Kerangka Konseptual

Menurut Sugiono (2004 : 49) kerangka konseptual merupakan sintesa

tentang hubungan variabel yang disususn dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Sedangkan menurut Kuncoro (2003 : 44) kerangka konseptual

merupakan pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dalam

hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis diterangkan,

dikembangkan, dan dilaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi

melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur. Berdasarkan dari

pemaparan di atas, dapat dibuat suatu skema kerangka koseptual penelitian yaitu

(27)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya

melalui penelitian. Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya

merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui

analisis data, Sulisyanto (2006 : 53). Sedangkan menurut Ginting dan Situmorang

(2008 : 99) hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka

pikiran, berupa proposisi dedukasi. Merumuskan hipotesis berarti membentuk

proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat

kebenarannya.Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka

hipotesis penelitian ini adalah “Prediksi Perkembangan ekspor dan impor berpengaruh positif dengan adanya MEA 2015 terhadap integrasi ekonomi pada sistem perdagangan di Indonesia”.

MEA 2015

Perkembangan

Ekspor Idonesia 

Perkembangan

Gambar

Tabel 2.1 Neraca Perdagangan Indonesia China
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dan pada level berapa asap cair kusambi mampu memberikan hasil yang terbaik terhadap kandungan nutrisi

bahwa untul&lt; melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2018. tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak

Salah satu aspek yang ditekankan dalam setiap pembelajaran praktik keperawatan komunitas adalah kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses pengkajian terkait

Selain itu, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian telah mengatur mengenai kewenangan OJK untuk memastikan bahwa kepentingan masyarakat khususnya

Namun perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang penomena ini, sehingga penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi Perda kota Surabaya no 5

2) To analyze the effects of meals with different GIs on serum insulin and blood glucose levels. 3) To test the influence of consuming meals with different GIs on the

b. harga penawaran terkoreksi yang melebihi nilai total.. HPS, dinyatakan gugur. Apabila tidak ada penyedia yang lulus dalam evaluasi harga, Pejabat Pengadaan