• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU di Kota Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU di Kota Kota Medan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON AKSEPTOR TERHADAP SOSISALISASI

PROGRAM KB VASEKTOMI YANG

DISELENGGARAKAN BKKBNSU DI KOTA MEDAN

Oleh :

SEBASTIAN H MARPAUNG 080902045

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH : NAMA : SEBASTIAN H MARPAUNG

NIM : 080902045

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarkan BKKBNSU Di Kota Medan

Medan, PEMBIMBING

( Husni Thamrin, S.Sos, M.S.P.) NIP : 19720308 200501 1 001

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

( Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P ) NIP : 19710927 199801 2 001

DEKAN FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM PENGUJI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

PADA :

HARI : TANGGAL :

PUKUL :

TIM PENGUJI

KETUA PENGUJI :

PENGUJI I :

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Sebastian H Marpaung

Nim : 080902045

ABSTRAK

Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU di Kota Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 137 Halaman, 3 Bagan dan 35 Tabel.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai jenis permasalah yang mulai muncul didalamnya. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia adalah dalam bidang kependudukan yang dimana masih tingginya laju pertumbuhan penduduk sekarang ini. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, yaitu 235.355.196 jiwa pada tahun 2010. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah membuat program Keluarga Berencana (KB), khususnya program KB vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU.

Program KB vasektomi ini mendapatkan respon baik dari akseptor, meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari variabel, yaitu persepsi , sikap, partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap akseptor di berbagai wilayah akan memiliki akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh BKKBNSU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU diKota Medan.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian respon tentang bagaimana respon Akseptor. Penelitian ini dilakukan di BKKBNSU di kota medan yang berjumlah 40 Akseptor.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata program KB vasektomi mendapat respon positif dari akseptor dengan nilai 0,79. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,62 dan sikap dengan nilai 0,95 serta partisipasi dengan nilai 0,8 . Masyarakat berharap program KB vasektomi tetap dilanjutkan.

(5)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Sebastian H Marpaung Nim : 080902045

ABSTRACT

Socialization Response Against Acceptors Vasectomy Family Planning Program The On Hold BKKBNSU in the city of Medan. This thesis consists of 6 Chapters, 137 Pages, 3 charts and 35 tables.

Indonesia is one of the developing countries with various types of problems that began to appear in it. One of the major problems facing the nation of Indonesia is in the area where the population is still high rate of population growth today. Indonesia is one country that has a large population, namely 235 355 196 inhabitants in 2010. To overcome these problems the government made family planning (FP), in particular family planning program organized BKKBNSU vasectomy.

KB vasectomy program is get good response from the acceptor, although in theory the program will receive a positive response. But this is uncertain because in determining the response can be seen from the variable, ie perception, attitude, participation. Given these conditions, every acceptor in different areas will have will have different responses to a program provided by BKKBNSU. This study aims to determine the Response Against Acceptors Vasectomy KB Socialization Program on hold BKKBNSU The city of Medan. Type of descriptive research method uses the troubleshooting procedures that describe or depict investigated with the object of research on how to respond Acceptors response. The research was conducted in BKKBNSU in the city, amounting to 40 acceptor fields.

Based on the data that has been collected and analyzed can be concluded that the average KB vasectomy program received a positive response from the acceptor with a value of 0.79. Consists of the perception of the value of 0.62 and 0.95 as well as attitudes to the value of participation with the value 0.8. Community hopes KB vasectomy program continues.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Berkat Kasih Karunia dan Pertolongan-Nya yang besar, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU di Kota Kota Medan” ini dengan baik.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang murni kepada berbagai pihak. Dengan itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.S.P., selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, waktu, tenaga, serta perhatian dan bimbingannya kepada penulis mulai dari penyusunan proposal skripsi sampai akhirnya penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si., sebagai seorang pemimpin dan pemberi kebijakan bagi seluruh Citivitas Akademika FISIP USU. Rasa terimakasih yang banyak juga penulis berikan kepada Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang dengan bijaksana memberikan arahan dan koreksi bagi penulis untuk menghasilkan sebuah skripsi yang berkualitas, dan kepada Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.si., selaku Sekretaris Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan.

(7)

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahruddin Srg, S.Sos selaku Subbidang Bina Kesetaraan KB jalur wilayah dan sasaran khusus BKKBNSU, serta terima kasih banyak kepada seluruh akseptor KB Vasektomi BKKBNSU di Kota Medan yang telah berkenan membantu penulis . Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kerabat mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU khususnya, angkatan 2008: Indra Nainggolan, Hendrik Nainggolan, Poppy Sianturi, Roby Silalahi, Cristedi Barus, Karlos Keliat, Johannes Sirait, Devi Sirait, Chandro Girsang, Angel Gulo, Ain Sibuea, Elly Marbun, Rosi Siregar, Gok Mangasi, Isna, Manda, Vera, Randa Sinaga, serta seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah banyak mendukung, banyak kenangan yang kita lewati selama mahasiswa di FISIP USU, serta teman-teman yang telah membantu, Dody Lase, Erlince Situmorang, Raisa Siagian, Friska Sianturi, Andy Sitorus, Bang Prayogi, Bang Endikha, Bang Fajar, Isabella Simamora, Rudi Manullang, Mesrany Sihaloho, Lusely Sitorus, Anas Napitupulu, Okto Simangusong. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini, bahkan berdebat sana sini untuk belajar, semua itu tidak akan pernah terlupakan. Berikut juga dengan mendukung dan memberikan motivasi saat penulisan skripsi. Juga tak ada kata yang bias membalas semua, hanya doa untuk kalian semoga sukses, sehat selalu, dan diberikan berkat dan rejeki oleh Tuhan Yang Maha Esa, amin..

(8)

anak-anakmu yang sangat membuat kami lebih maju dalam berpikir. Buat Adik saya Pirhot T Marpaung satu-satunya yang selalu memberikan dorongan dan motivasi. Menjadi teman dan sahabat saya yang selalu memberikan pencerahan dan teman berdiskusi, terima kasih banyak adikku. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih buat saudara-saudara dari Keluarga Besar Marpaung dan Keluarga Besar Panjaitan, terima kasih buat semuanya karena sudah mendukung baik dalam doa serta bantuan semangat yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kebahagian dan kesehatan dan memberikan yang terbaik dikemudian hari bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, 12 Juli 2012

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL dan BAGAN ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumasan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ……… 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Sistematika Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Akseptor ... 13

2.2. Sosialisai ... 19

2.3 Keluarga Berencana (KB) ... 22

2.3.1. Pengertian KB ... 22

2.3.2. Tujuan KB ... 23

2.4. Program Vasektomi ... 24

2.4.1. Definisi Vasektomi ... 40

2.4.2. Cara Kerja Vasektomi………... 43

2.4.3. Analisis Hasil Vasektom………... 48

2.4.4. Keluhan Pasca Vasektomi………... . 48

2.4.5. Perawatan dan Pemeriksaan Pasca Bedah Vasektomi……….... 50

2.5. BKKBN ... 51

2.6. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial ... 59

(10)

2.9 Defenisi Operasional……… 80

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Berdirinya BKKBN Provinsi Sumatera Utara ... 84

4.1.1. Masa Perintis(1950-1970) ... 84

4.1.2. Masa Perkembangan(1970-1990)………... .. 85

4.1.3. Masa Pelembagaan(1990-sampai sekarang) ... 86

4.1.4. Profil BKKBN Provinsi Sumatera Utara………... ... 86

4.2.Tujuan, Kebijakan, Sasaran dan Strategi Program ... 90

4.2.1. Kebijakan ... 91

4.2.2. Sasaran Program………... ... 93

4.2.3. Strategi Program ... 95

BAB V ANALISA DATA 5.1. Data Identitas Responden………. ... 106

5.2. Analisis Data Responden Akseptor Terhadap Program KB Vasektomi………. 113

5.2.1.Persepsi... 114

5.2.2.Sikap ……….……… 119

5.2.3.Partisipasi ……….……… 123

5.3. Analisis Data Kuantitatif Respon Terhadap Program KB Vasektomi………... 125

5.3.1.Persepsi Respon Terhadap Program KB Vasektomi ……… 126

5.3.2.Sikap Respon Terhadap Program KB Vasektomi ……… 128

(11)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ... 131 6.2. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sasaran program KB Nasional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011………….. 93

Tabel 2. Jumlah Akseptor KB dengan Metode MOP Tahun 2011……….. 98

Tabel 3. Perbandingan pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana MOP Tahun 2010 dengan Tahun 2011……… 101

Tabel 4. Jumlah Akseptor KB dengan Metode MOP s/d 13 Juni 2012……… 102

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 106

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 106

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan... 107

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa... 108

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 109

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 110

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan... 111

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KB Vasektomi... 111

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Mendapatkan Pelayanan KB... 112

Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi KB Vasektomi... 112

Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan KB Yang Pernah Dipergunakan... 113

Tabel 16. Tingkat pengetahuan responden tentang program KB vasektomi... 114

Tabel 17. Tingkat pemahaman responden mengenai informasi KB vasektomi………... 115

Tabel 18.Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Maksud dan Tujuan dari Program KB Vasektomi………... 116

(13)

Vasektomi...……….. 117

Tabel 21. Tingkat Pengetahuan Responden mengenai adanya tim penyuluh KB vasektomi ………..….. 118

Tabel 22. Tanggapan responden mengenai pelaksanaan KB vasektomi……… 119

Tabel 23. Tanggapan responden mengenai menyukai atas pelaksanaan KB vasektomi ………. 119

Tabel 24. Tanggapan responden mengenai pelaksanaan KB vasektomi ………….. 120

Tabel 25. Tanggapan responden mengenai sosialisasi untuk menginformasikan pelaksanaan KB vasektomi yang ditujukan kepada akseptor……… 120

Tabel 26. Tanggapan responden mengenai pelayanan KB vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU di kota medan……… 121

Tabel 27. Tanggapan responden mengenai manfaat pelaksanaan program KB vasektomi terhadap kehidupan keluarga akseptor………. 122

Tabel 28. Keikutsertaan akseptor saat sosialisasi program KB vasektomi…………. 123

Tabel 29. Tanggapan responden mengenai sikap petugas yang memberikan pelayanan KB Vasektomi………. 123

Tabel 30. Persetujuan atas himbauan pemerintah mengenai keikutsertaan akseptor dalam Sosialisasi program KB vasektomi………. 123

Tabel 31. Dalam keluarga responden yang pernah melakukan KB sebelumnya……… 124

Tabel 32. Membentuk adanya program KB untuk laki-laki……… 125

Tabel 33. Persepsi Responden Terhadap Program KB Vasektomi……… 127

Tabel 34. Sikap Responden Terhadap Program KB vasektomi………. 128

(14)

BAGAN

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Sebastian H Marpaung

Nim : 080902045

ABSTRAK

Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU di Kota Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 137 Halaman, 3 Bagan dan 35 Tabel.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai jenis permasalah yang mulai muncul didalamnya. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia adalah dalam bidang kependudukan yang dimana masih tingginya laju pertumbuhan penduduk sekarang ini. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, yaitu 235.355.196 jiwa pada tahun 2010. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah membuat program Keluarga Berencana (KB), khususnya program KB vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU.

Program KB vasektomi ini mendapatkan respon baik dari akseptor, meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari variabel, yaitu persepsi , sikap, partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap akseptor di berbagai wilayah akan memiliki akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh BKKBNSU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi Yang Di Selenggarakan BKKBNSU diKota Medan.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian respon tentang bagaimana respon Akseptor. Penelitian ini dilakukan di BKKBNSU di kota medan yang berjumlah 40 Akseptor.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata program KB vasektomi mendapat respon positif dari akseptor dengan nilai 0,79. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,62 dan sikap dengan nilai 0,95 serta partisipasi dengan nilai 0,8 . Masyarakat berharap program KB vasektomi tetap dilanjutkan.

(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Sebastian H Marpaung Nim : 080902045

ABSTRACT

Socialization Response Against Acceptors Vasectomy Family Planning Program The On Hold BKKBNSU in the city of Medan. This thesis consists of 6 Chapters, 137 Pages, 3 charts and 35 tables.

Indonesia is one of the developing countries with various types of problems that began to appear in it. One of the major problems facing the nation of Indonesia is in the area where the population is still high rate of population growth today. Indonesia is one country that has a large population, namely 235 355 196 inhabitants in 2010. To overcome these problems the government made family planning (FP), in particular family planning program organized BKKBNSU vasectomy.

KB vasectomy program is get good response from the acceptor, although in theory the program will receive a positive response. But this is uncertain because in determining the response can be seen from the variable, ie perception, attitude, participation. Given these conditions, every acceptor in different areas will have will have different responses to a program provided by BKKBNSU. This study aims to determine the Response Against Acceptors Vasectomy KB Socialization Program on hold BKKBNSU The city of Medan. Type of descriptive research method uses the troubleshooting procedures that describe or depict investigated with the object of research on how to respond Acceptors response. The research was conducted in BKKBNSU in the city, amounting to 40 acceptor fields.

Based on the data that has been collected and analyzed can be concluded that the average KB vasectomy program received a positive response from the acceptor with a value of 0.79. Consists of the perception of the value of 0.62 and 0.95 as well as attitudes to the value of participation with the value 0.8. Community hopes KB vasectomy program continues.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai jenis permasalah yang mulai muncul didalamnya. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia adalah dalam bidang kependudukan yang dimana masih tingginya laju pertumbuhan penduduk sekarang ini.

Tujuan utama dari suatu proses pembangunan adalah untuk secara betahap meningkatkan produktifitas dan kemakmuran penduduk secara menyeluruh. Usaha-usaha tersebut dapat mengalami hambatan-hambatan, antara lain oleh karena perkembangan jumlah penduduk yang semakin cepat karena tingginya angka kelahiran. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan cara mengurangi angka kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi (Soekanto, 1995;431). Malthus berpendapat bahwa penduduk bertambah menurut deret ukur sementara persediaan bahan pangan bertambah menurut deret hitung, sehingga pertumbuhan penduduk akan selalu melewati pertumbuhan batas persediaan bahan pangan (Soelaiman, 1996 ; 124 ).

Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan media perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan maksud menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut.

(18)

satu tanggung jawab utama negara adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk serta mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap permasalahan kesejahteraan.

Sensus Penduduk Indonesia (SPI) 2010 adalah sebuah sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tanggal 1 Mei - 15 Juni 2010. Awalnya sensus ditargetkan selesai pada 31 Mei 2010. Namun pada tanggal 31 Mei 2010, BPS memperpanjang waktu sensus penduduk Indonesia sampai tanggal 15 Juni 2010. Ada beberapa daerah yang sudah menyelesaikan sensus sebelum tanggal 31 Mei, ada juga yang selesai sebelum 15 Juni. Sumber lainnya menyatakan bahwa sensus penduduk secara resmi berakhir pada 30 Juni 2010. Ini adalah sensus penduduk ke-6 setelah Indonesia merdeka. Sensus ini menggunakan teknologi Intelligent Character Recognition/Optical Mark Reader (ICR/OMR).

Dalam sensus ini akan diajukan 43 pertanyaan mengenai: kondisi dan fasilitas perumahan dan bangunan tempat tinggal, karakteristik rumah tangga dan keterangan individu anggota rumah tangga. Biaya sensus ini Rp 3,3 triliun. BPS mengumumkan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 lebih banyak dari 237 juta orang namun tidak akan melebihi 238 juta orang. Hasil pengolahan Angka Sementara diumumkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 2010 di sidang paripurna DPR. ("Statistics Indonesia". http://www.bps.go.id/aboutus/20/10/2011).

(19)

bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran sehingga dapat menghambat laju perkembangan penduduk.

Tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam satu keluarga dua anak lebih baik, laki-laki maupun perempuan sama saja, tidak ada perbedaan. Program KB yang dikenal saat ini adalah buah pemikiran yang telah cukup lama dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang kesehatan, baik di dalam maupun diluar negeri.

Di luar negeri upaya KB mula-mula sebelum abad 20, di negara barat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan hidup anak karena berbagai alasan. Cara yang dilakukan saat itu yaitu membunuh bayi yang sudah lahir, atau melakukan abortus dan mencegah atau mengatur kehamilan seorang Ibu. Di Inggris, Maria Stopes. Upaya yang ditempuh untuk memperbaiki ekonomi keluarga buruh dengan cara mengatur kelahiran dalam keluarga buruh. Menggunakan cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala).

(20)

kehamilan. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai digunakan alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis, maka dimulailah usaha-usaha KB dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan atau kelahiran. Di Indonesia, KB diperkenalkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), yang terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio. Sebuah lembaga sosial masyarakat yang dibentuk pada saat kepemimpinan Soekarno. Beliau dikenal sebagai seorang nasionalis terhadap menentukan setiap kebijakannya.

Dengan sikapnya yang menunjukkan ketidak ketergantungan terhadap berbagai tekanan kebijakan negara asing, Soekarno banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kekuatan-kekuatan negara asing yang mendukung ide pengendalian kehamilan. Pengaruhnya terlihat pada tidak adanya dukungan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh PKBI.

Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah :

(21)

Pendekatan yang dilakukan oleh PKBI pada masa itu lebih kepada pendekatan yang berorientasi pada kesehatan ibu, serta pelayanan yang diberikan kepada ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi dalam melahirkan. Dalam menghadapi kondisi seperti ini, badan-badan dana asing mengambil sikap dengan mengirimkan para intelektual setempat, ke negara-negara barat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan masalah KB, dengan harapan bahwa pada suatu waktu mereka akan mewariskan pengetahuan tersebut. Investasi ini memberikan hasil ketika Indonesia mulai berada dibawah kepemimpinan Soeharto (Adrina, 1998;16).

Pada tahun 1970 KB diresmikan menjadi program nasional dan dibentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ditetapkan melalui keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada Presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana. Dalam upaya mengkontrol laju pertumbuhan penduduk, baik dari sisi finansial maupun organisasional. Sejak saat itu orientasi program tidak lagi ditekankan pada kesehatan perempuan, akan tetapi berorientasikan pada penekanan laju petumbuhan penduduk yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya demi laju petumbuhan ekonomi yang direncanakan.

(22)

dilaksanakan program KB, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah berkisar 203 juta jiwa. Jika program KB tidak dilaksanakan, BKKBN memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan bertambah hingga 282 juta jiwa pada tahun 2000. (tentangkb.wordperss.com/12/2011).

Seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat BKKBN melakukan pengelolaan KB nasional secara lebih baik lagi, hingga dapat menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar. Pembangunan di Indonesia sejak awal reformasi hingga era desentralisasi dan globalisasi, serta good government, akan banyak mewarnai perjalanan program KB yang lebih baik lagi. Rencana dan strategi BKKBN adalah merumuskan kembali visi dan misi, yaitu " Seluruh keluarga ikut dan mewujudkan keluarga kecilbahagia dan sejahtera ".

BKKBN sukses melaksanakan programnya pada tahun 1980-1990. Dengan adanya bukti bahwa Indonesia sempat menjadi patokan dunia internasional dalam pengelolaan KB. Pada saat itu tidak kurang dari 4.000 peserta dari sekitar 97 negara telah belajar KB di Negara Indonesia. Namun pada saat ini terjadi penurunan citra dan BKKBN tidak lagi sesukses dulu. Hal ini disebabkan oleh adanya demokrasi dan kebebasan menentukan jumlah anak pada

setiap keluarga.

Oleh karena itu BKKBN sekarang ini berupaya membenahi secara menyeluruh serta meningkatkan mutu program-program yang ada. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menilai BKKBN berfungsi seperti semula di tahun 1980-1990 (Meilani, 2010;31).

(23)

Berbagai Program Keluarga Berencana yang ada, antara lain :

1. Keluarga berencana,

2. Kesehatan reproduksi remaja,

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga,

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas, 5. Keserasian kebijakan kependudukan,

6. Pengelolaan SDM aparatur,

7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan, dan 8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

Paradigma baru dalam Program Keluarga Berencana Nasional (PKBN) telah dikembangkan dengan visi mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi “Keluarga berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gerakan Keluarga Berencana Nasional (GKBN) selama ini telah berjalan dengan mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun suatu keluarga kecil yang semakin mandiri. Keberhasilan tersebut harus tetap diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena dari pencapaian suatu program belum sesuai yang diharapkan. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih sebatas dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). (BKKBN,2005)

(24)

semua golongan umur, serta perpindahan penduduk (mobilitas) juga akan mempengaruhi bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu negara atau daerah .

Peran serta kepala rumah tangga dalam program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sangat diperlukan karena biasanya suami lebih dominan sebagai penentu kebijaksanaan di dalam keluarga. Berbagai cara Keluarga Berencana (KB) yang melibatkan pria adalah : pantang berkala, senggama terputus, kondom dan vasektomi.

Untuk pasangan suami-istri yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan maka cara pantang berkala, senggama terputus dan kondom cukup efektif oleh karena meskipun gagal, anak tetap masih diharapkan sedangkan untuk yang tidak menginginkan kehamilan lagi maka cara vasektomi adalah yang paling baik dilakukan.

Vasektomi adalah salah satu program Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan kepada seorang Kepala rumah tangga dengan cara melakukan operasi kecil yang berfungsi untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent), sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Vasektomi sebetulnya bukanlah metode kontrasepsi pilihan, melainkan cara lain bikin lelaki menjadi tidak bisa menghamili secara permanen. Eloknya keputusan untuk vasektomi tidak boleh begitu saja diambil sesederhana suami memilih kondom.

Bukan pertimbangan apa efeknya terhadap penampilan dan kinerja seks yang mungkin ditimbulkannya yang perlu lebih banyak dipikirkan, melainkan apa keputusan itu sudah final bagi pasangan suami-istri. Keputusan vasektomi sepihak oleh suami saja, sering bermasalah dalam keluarga di belakang hari. (BKKBN,2007)

(25)

sampai sekarang, masih belum begitu bersambut. Mungkin lebih karena alasan ego suami, rasa takut dibedah yang umumnya lebih besar dari sekadar ketakutan pihak istri belaka.

Saluran air mani (vas deferens) diputuskan sehingga sperma dari dalam testis tidak akan keluar bersama cairan mani lain pada saat melakukan hubungan suami istri (Tjokronegoro,2003). Vasektomi ini tidak sama dengan kebiri atau kastrasi yang mengangkat buah pelir, bekas operasi hanya berupa satu luka kecil ditengah atau diantara kiri dan kanan kantong zakar ( kantong Buah Pelir).

Selama ini yang ada dalam pola pemikiran masyarakat yang diketahui bahwa ber-KB merupakan masalah seorang Ibu rumah tangga saja. Padahal disadari banyak keluhan dari para Istri yang tidak cocok menggunakan salah satu alat kontrasepsi atau jenis alat KB yang dipergunakan oleh seorang Istri berdampak gemuk, pusing dan keluhan kesehatan.

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dalam mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi, ada upaya tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka operasi, pencegahan kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi mempunyai efek atau keluhan. Efek atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan medis, keluhan psikologis dan terjadinya kehamilan.

(26)

demikian juga 91,07% akseptor menyatakan tidak ada perubahan hubungan sosial setelah vasektomi. Dari responden yang ada 4 akseptor menyatakan terjadinya kehamilan setelah vasektomi, 2 diantaranya karena operasi belum sempurna, sedang yang lain diduga sudah terjadi konsepsi sebelum vasektomi. (www.bkkbn.go.id 2011)

Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan. (Siswosudarmo,2007). Maka penulis menyusun penelitian “Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi program KB Vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU diKota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan “Bagaimana Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi program KB Vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU di Kota Medan?”. Dalam hal ini penelitian melihat dari segi aspek seberapa pengaruhnya program tersebut sebagai laju pertumbuhan penduduk dan bagaimana dampak dari keputusan menggunakan vasektomi Kota Medan selama berjalannya program tersebut selama ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Respon Akseptor terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi yang telah disenggarakan oleh BKKBNSU di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa yang meneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang program keluarga berencana Vasektomi yang telah dilakukan oleh BKKBNSU di Kota Medan. 2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada pihak

(27)

mana respon akseptor KB. Dengan demikian dalam pelaksananya program tersebut dapat lebih baik dari sebelumnya.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.5 Sistematik Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Sistematik Penulisan. BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan Uraian Konsep Yang Berkaitan Dengan Masalah dan Objek Yang Di Teliti, Kerangka Pemikiran, Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional.

BAB III :METODE PENELITIAN

Berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data serta Teknik Analisis Data.

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan Tentang Gambaran Umum Mengenai Lokasi Dimana Penelitian Melakukan Penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan Tentang Uraian Data Yang Diperoleh dalam Penelitian Beserta Analisisnya.

BAB VI :PENUTUP

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Akseptor

Respons dikatakan Darly Beum sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah terwujud. Lebih lanjut respon merupakan proses pengorganisasian ransang, dimana ransang-ransang proksimal (Wirawan, 1991: 93). Artinya sejumlah ransangan yang terbentuk dalam alam pikiran manusia, diorganisasikan dan kemudian ditimbulkan melalui interpretasi dari objek yang menerima ransang tersebut.

Berarti dalam hal ini respon pada dasarnya adalah proses pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya, merupakan hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi.

Terdapat dua jenis yang mempengaruhi respon yaitu :

a. Variabel struktural, yaitu faktor yang terkandung dalam ransangan fisik.

b. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati ,pengalaman masa lalu (Wirawan, 1991: 47).

Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon tidak terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

(29)

Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan media perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan maksud menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut. Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat.

Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik

buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut.

Munculnya ketiga respon di atas sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kondisi status sosial ekonomi seseorang, tingkat pengetahuan tentang manfaat dan resiko yang diterima sebagai akibat pelaksanaan program pembangunan kepada seseorang atau sekelompok orang . (sobatbaru.blogspot/12/2011)

(30)

Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada.

Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya

perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh orang-orang yang disekitar. 2. Efektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai

seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh orang-orang yang disekitar terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan (hasanismailr.blogspot/16/06/2009).

(31)

Skiner membedakan adanya dua proses:

1. Respondent Response, atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan- rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant Response, atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu. Stimulus ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce (hasanismailr.blogspot16/06/2009)

Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang tehadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangaka, pra pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

1. Pengaruh atau penolakan, 2. Penilaian,

3. Suka atau tidak suka, dan

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi.

(32)

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap,motif,kepentingan dan harapannya.

2. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak lanjut dan cirri - ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Wirawan, 1991: 35). Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh mana pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungin akan memberikan makna.

Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaaan diluar individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar.

(33)

Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon respon tertentu terikat dengan kata-kata. Dan oleh karna itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media strategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut terbentuk respon positif mauapun negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yng akan direspon. Respon dalam penelitian ini akan diukur dalam tiga aspek, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi.

Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penapsiran yang unik terhadap situasi dan bukan terhadap suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Analisa tersebut menunjukkkan bahwa persepsi merupakan pemahaman individu atau masyarakat pada suatu objek yang masih berada dalam pikirannya.

Persepsi individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu program pembangunan. Dalam suatu program pembagunan terkandung ide-ide baru atau cara-cara baru yang disosialisasikan kedalam suatu masyarakat, dengan harapan dapat mengubah pola berpikir dan cara bertindak masyarakat yang terkena program. Perubahan tersebut terproses dan terwujud dalam perubahan sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu kalau ia menghadapi ransang tertentu (Wirawan, 1991:20). Ransangan yang dimaksud dapat berupa ransangan yang berbentu batiniah seperti aktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil - hasil dan usaha-usaha pembangunan.

(34)

positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati mengharapkan objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek.

2.2 Sosialisasi

Sosialisasi (sosialisasi) adalah istilah yang digunakan oleh sosiolog , psikolog sosial ,

antropolog, ilmuwan politik dan pendidik untuk merujuk pada proses mewarisi dan

menyebarkan norma , adat istiadat dan ideologi. Ini mungkin menyediakan individu dengan keterampilan dan kebiasaan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat mereka sendiri; masyarakat berkembang budaya melalui pluralitas norma bersama, adat istiadat, nilai-nilai, tradisi, peran sosial, simbol dan bahasa.

Sosialisasi demikian sarana yang kelangsungan sosial dan budaya dicapai. Sosialisasi, bagaimanapun, bukan normatif panjang: ia menjelaskan proses yang mungkin atau mungkin tidak mempengaruhi refleksif agen, dan yang mungkin atau tidak dapat menyebabkan diinginkan, atau moral, hasil. Pandangan individu tentang isu-isu tertentu, seperti ras atau ekonomi , dapat disosialisasikan (dan sampai batas yang normal) dalam suatu masyarakat.

Banyak teori-teori sosial-politik postulat sosialisasi yang hanya memberikan penjelasan parsial untuk keyakinan manusia dan perilaku, bahwa agen yang tidak 'papan tulis kosong' ditentukan oleh lingkungan mereka. Penelitian ilmiah memberikan bukti kuat bahwa

orang dibentuk oleh pengaruh sosial dan mereka terprogram susunan biologis. Genetik penelitian telah menunjukkan bahwa seseorang lingkungan berinteraksi dengan genotipe mereka untuk mempengaruhi hasil perilaku, sementara linguistik teori tata bahasa generatif

menunjukkan bagaimana seperti kapasitas untuk belajar sepanjang masa perubahan seseorang sesuatu.

(35)

Pengertian Sosialisasi menurut Para Ahli Ada banyak definisi tentang sosialisasi

Makionis (1997) misalnya menyebut sosialisasi sebagai pengamatan sosial sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiaannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan.

Harton dan Hunt (1987 dan 1989) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana seseorang internalisasikan norma-norma kelompok tempat hidup, sehingga berkembang menjadi satu pribadi yang unik.

Giddens (1994:60) melukiskan proses sosialisasisebagai sebuah proses yang terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi tahap sampai akhirnya menjadi pribadi yang sadar akan dirinya sendiri pribadi yang berpengetahuan dan terampil akan cara hidupnya dalam kebudayaan tempat ia tinggal.

Ritcher JR (1987:139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukannya agar dapat berfungsi

sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan. Stewart (1985:93) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses orang memperoleh

kepercayaan sikap nilai dan kebiasaan dalam kebudayaan. Melalui proses sosialisasi akan tumbuh satu pribadi yang hak karena sifat-sifat kelompok tidak pernah diserap secara sama oleh masing- masing anggota kelompok.

(36)

soisalisasi adalah pemenuhan potensi pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

(www.scribd.com/5/11/11).

Sosialisasi memanusiakan, manusia dan mengembangkannya agar menjadi pribadi yang mempunyai kesadaran identitasi mampu mengatur dan mendisiplinkan prilakunya, serta memilikinya cita-cita, nilai-nilai dan ambisi. Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik beberapa pengertian pokok tenteng sosialisasi sebagai berikut :

a. Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia,

b. Dalam sosialisasi terjadi saling pengaruh antara individu beserta segala potensi kemanusian-kemanusiannya masyarakat beserta kebudayaannya,

c. Melalui proses sosialisasi, individu menyerap pengetahuan, kepercayaan nilai – nilai norma, sikap dan keterampilan-keterampilan dari kebudayaan masyarakatnya, dan

d. Hasil Sosialisasi adalah berkembangnya kepribadian seseorang menjadi satu pribadi yang unik, sedangkan kebudayaan masyarakat juga terpelihara dan berkembang melalui proses sosialisasi.

Proses Sosialisasi adalah proses yang memungkinkan seseorang belajar tentang sikap, nilai, dan tindakan yang di anggap tepat oleh suatu masyarakat atau oleh satu kebudayaan tertentu. Proses sosialisasi memungkinkan orang berpikiran sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku bagi masyarakat sehingga terhindar dari prilaku asosial. Prilaku asosial adalah prilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma masyarakat.

(37)

a) Sosialisasi Primer Artinya sosialisasi pertama yang dijalani seseorang semasa kanak-kanak, dan berfungsi mengantar mereka memasuki kehidupan sebagai anggota masyarakat.

b) Sosialisasi Sekunder Artinya sosialisasi lanjutan dimana seseorang menjalani sosialisasi di sektor – sektor kehidupan yang nyata dalam masyarakat.

2.3 Keluarga Berencana (KB) 2.3.1. Pengertian KB

Menurut Entjang, KB adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga (Ritonga, 2003;87).

Menurut WHO (Expert Committee, 1970), KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengkontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (bkkbn.go.id/2009).

Jadi KB ( Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan membuat jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

2.3.2. Tujuan KB

Adapun tujuan dari pelaksanaan program KB, antara lain :

(38)

2. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

3. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009, meliputi : 1. Keluarga dengan anak ideal

2. Keluarga sehat

3. Keluarga berpendidikan

4. Keluarga sejahtera

5. Keluarga berketahanan

6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

7. Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) (bkkbn.go.id/2009).

2.4Program Vasektomi

(39)

tidak akan berarti. Demikian pula halnya dalam masa yang akan datang. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan pendudukan yang terlalu usaha- cepat,usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakanmaksimal akan tidak berfaidah (Manuaba,1998).

Program KB merupakan salah satu usaha penggulangan masalah kependudukan. Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. Gerakan KB Nasional telah mempunyai landasan hukum yang kokoh berpaudang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Di dalam Bab 1 ketentuan Umum Pasal 1 nomor 12 dan undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa KB adalah upaya peningkatankepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaaan usia perkawinan pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (BKKBN dan UNICEF, 1992). Pendapat Malthus (Manuaba,1998) yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur,sehingga pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan merencanakan jumlah keluargayang diinginkan.

(40)

telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angkakelahiran dengan bermakna.

Masyarakat dapat menerima hampir semua metodemedis teknis Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah. (Manuaba,1998) Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu : keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkungan biru (1985) dan KB lingkaran emas (1988). Mengarahkan pada pelayanan Metode Kontrasepsi Efektif (MKE) : AKDR, suntikan KB, Susuk KB,dan Kontap. Salah satu metode kontrasepsi efektif adalah vasektomi yang digunakano l e h l a p i s a n m a s y a r a k a t y a n g t i d a k m e n g i n g i n k a n a n a k l a g i . U n t u k m e n j a d i akseptor kontrasepsi vasektomi diperlukan syarat-syarat atau indikasi-indikasi,antara lain : umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun, pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil sudah berumur diatas 2 tahun. Perkembangan vasektomi sebagai Kontrasepsi mantap

 Tahun 1954, India mulai menggunakan vasektomi sebagai kontrasepsi mantap.

 Tahun 1960, Pemerintah Amerika Serikat melegalisir vasektomi untuk sterilisasi

sukarela.

 Tahun 1970, Pemerintah Indonesia mengirim beberapa ahli bedah senior ke India

untuk meninjau pelaksanaan vasektomi sebagai cara kontrasepsi.

 Tahun 1971, Program pelayanan vasektomi dilaksanakan di Jakarta (RS. DR.

Ciptomangunkusumo), kemudian disusul di Yogyakarta (RS. Bethesda), di Semarang (RS. Kariadi), dan di Surabaya (RS. DR. Soetomo).

 Tahun 1974, Di Cina. Dr. Li Shunqiang, direktur Chongqiang Family Planing

(41)

 Tahun 1988, dr. Apichart Narapathpongpron dari Thailand memperkenalkan teknik

vasektomi tanpa pisau kepada para ahli di Indonesia.

 Tahun 1989, Prof. Dr. Widjoseno Gardjito, dr. H. Djoko Rahardjo, dr. Rudi Yuwana

dan dr. Sungsang Rochadi, mempelajari teknik vasektomi tanpa pisau di Thailand dengan dr. Apichart Narapathpongpron.

 Tahun 1990, Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI) memperkenalkan

teknik VTP secara luas di Indonesia. (BKKBN,2007)

KBRN medan : Dalam tahun 2011 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menargetkan 100.000 pria menjadi peserta KB. "BKKBN menargetkan ada 100.000 pria yang akan menjalani operasi medis vasektomi di tahun 2011 ini," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Sugiri Syarief saat melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Utara.

Sugiri Syarief menjelaskan, untuk merealisasikan hal tersebut BKKBN akan terus melakukan sosialisasi mengenai KB dan kependudukan ke seluruh daerah di Indonesia serta menggencarkan program sosialisasi dan pelayanan KB di daerah perbatasan, tertinggal dan terpencil di seluruh wilayah indonesia. Selain itu, BKKBN juga menggandeng sejumlah pihak untuk bekerja sama dalam menyosialisasikan KB dan kependudukan kepada masyarakat. (BKKBN,2008)

(42)

Akseptor vasektomi di Sumatera Utara untuk pertengahan tahun 2009 sudah melampaui target pusat yang hanya meminta 870 akseptor. Sementara, baru 6 bulan berjalan di tahun 2009, akseptor yang diperoleh sudah mencapai 883 orang. Artinya 100% target yang diinginkan pusat sudah terlampaui. Sukses dan meningkatnya akseptor vasektomi di Sumut berkat kerja keras berbagai pihak terutama jajaran Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumut bidang KB/KR di bagian Seksi Peran Serta Pria.

Sebelumnya, pada 2 atau 3 tahun lalu pencapaian program KB pria sangat kecil di Sumut, bahkan bisa dikatakan sangat sulit. Dulu mencari 2 akseptor KB pria untuk dilakukan vasektomi, sangat sukar. Bayangkan sekarang bisa tembus mencapai 883 akseptor dari 870 akseptor yang di targetkan. Pada tahun 2008 lalu BKKBN Sumut juga mencapai target KB pria dengan cara MOP,dari 400 akseptor yang ditargetkan, tercapai 415 akseptor. Sehingga oleh pusat ditambah target 2 kali lipat menjadi 870 akseptor dan ternyata target itu tercapai juga. Banyak kendala dalam program KB termasuk KB, baik dari segi geografis, sosial dan budaya, sasaran dan prasarana.

Misalnya sarana dan prasarana, hingga sekarang banyak Kabupaten di Sumut yang belum memiliki dokter ahli urologi, sehingga jika dilakukan pelayanan KB Pria dengan cara MOP, pihak BKKBN membawa dokter ahli dari Medan. Kalau di Kota seperti Kota Medan, Binjai, T.Tinggi, Sibolga, P.Siantar, Kabupaten Deli Serdang, masih ada dokter ahli urologi. Tapi Kabupaten lainnya diSumut ahli urologi tidak ada. Pada program mendatang BKKBN akan melatih dokter di puskesmas agar dapat melakukan operasi pada pelayanan KB pria, sehingga tidak perlu mendatangkan dokter ahli dari Medan dan kota lainnya, karena dokter umum ternyata bias dilatih opersi untuk melayani vaksetomi.

(43)

akhirnya membuat pihak BKKBN Sumut sebagai fasilitator yang memberikan operasi vaksetomi secara gratis lebih selektif lagi untuk mencari peserta vaksetomi tersebut. Seperti yang dialami Rangga, bukan nama sebenarnya, warga Medan baru-baru ini dirinya ngotot mendaftarkan diri agar bisa divaksetomi untuk tidak bisa punya anak lagi. Padahal, Rangga itu sebenarnya masih muda dan masih memiliki anak dua yang masih kecil-kecil. Atas pertimbangan dan berbagai pemikiran matang akhirnya Rangga diputuskan untuk dipending dulu bila ingin melakukan vaksetomi.

Sebenarnya, penuli menilai Rangga sah-sah saja bila memang diberikan vaksetomi gratis. Namun, jika dibandingkan dengan Pak Wirya, juga bukan sebenarnya yang telah memiliki anak 6, maka sudah sepantasnya Pak Wirya lah yang berhak duluan mendapatkan operasi vaksetomi gratis tersebut.Menanggapi masalah tersebut, Kepala BKKBN Sumut, H Indra Wirdhana SH,MM, beberapa waktu lalu, sangat menyambut positif keberhasilan vaksetomi yang berhasil diperoleh pihaknya. Bahkan tak tanggung-tanggung, untuk tingkat lomba menghadapi Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke16 di Jakarta, Sumut memenangkan juara I untuk daerah di luar Jawa-Bali, kategori daerah penghasil vasektomi terbaik.

(44)

ber-KB bukan hanya dengan vaksetomi semata. Banyak cara lain yang bisa dilakukan,

misalnya dengan menggunakan kondom.

Apalagi saat ini diketahui kondom telah hadir dengan berbagai rasa dan bentuk. Ada rasa durian, strawberry dan lain-lain.Bahkan, bentuknya pun banyak yang berubah-ubah hingga ada yang bergerigi dan bergetar. Tapi itu bukan buatan BKKBN, tapi buatan pihak lain seperti sawsta. Ini semua dapat digunakan akseptor KB sesuai dengan keinginan dan nkebutuhan masing-masing sekaligus mencegah datangnya penyakit menular,kata Indra. Sebenarnya, kurang berhasilnya kaum bapak dalam menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi dikarenakan kurangnya sosialisasi di masyarakat ditambah lagi ada yang menyebut-nyebut bila menggunakan kondom, maka akan mengurangi kenikmatan yang diperoleh. (BKKBN; 2008).

Tahun 2010 program Keluarga Berencana (KB) melalui Vasektomi (KB Pria) di Provinsi Sumatera Utara tercatat melampaui target dan berjalan dengan baik. Peserta KB pria yang telah digaet oleh BKKBN Provinsi dari tahun ke tahun meningkat signifikan sesuai dengan target yang ditetapkan, dikatakan Kasi Advokasi dan KIE BKKBN Sumut Anthony SSos. Dijelaskan Antony, baru-baru ini, BKKBN Provinsi Sumut telah melakukan pelatihan vasektomi bagi dokter Puskesmas sebanyak 60 orang di Balai Pelatihan dan Pengembangan Keluarga Berencana BKKBN Sumut. Khusus dokter Puskesmas yang telah dilatih, katanya, nantinya akan melakukan tugasnya sebagai dokter spesialis KB pria.

(45)

Kabupaten atau Kota yang mempunyai kontribusi terhadap Kontap Pria, diantaranya Kota Medan, Deli Serdang, Langka, Sibolga, Tebing Tinggi, Serdang Bedagai, Humbang Hasudutan, Dairi, Binjai. Secara keseluruhan pencapaian Kontap Pria di Sumut hingga posisi bulan Desember telah dicapai 2.001 (100,1 %) dari targetnya 2.000.

Dari informasi Kasi Peningkatan Partisipasi Pria BKKBN Propinsi Sumut, pencapaian kesertaan KB pria di tahun 2009 mencapai 1.356 (155,86 %) ekseptor. “Meningkatnya kesetaraan dan peran serta pria dalam berKB (vasektomi), merupakan kemajuan yang sangat berarti bagi Sumut dan mempunyai daya ungkit dalam pencapaian secara nasional,” paparnya. Pihaknya mengharapkan, nantinya kelompok KB Pria di Kota Medan ini terbentuk dan berfungsi dan berperan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang partisifasi pria atau suami dalam ber-KB dan kesehatan reproduksi serta meningkatkan jumlah dan mengembangkan kegiatan kelompok KB Pria di Kota Medan umumnya Sumut. Di tempat terpisah, dr Zahri A Rani SPu mengatakan, antusias masyarakat dalam KB Pria (vasektomi) cukup besar. Bahkan, Kader KB Pria Togar cukup alot dan kerja keras untuk mendapatkan pria/suami untuk ikut ber-KB. Di tahun 2010 target yang ditentukan BKKBN pusat sebanyak 2.000 akseptor, kesertaan pria/suami ikut ber-KB dan reproduksi di Kota Medan tercatat meningkat siknifikan. Rata – rata peserta KB Pria (vasektomi) yang dibawa penggarap setiap harinya 5 s/d 10 orang. Bahkan, untuk Kota Medan telah melampui target atau tercapai 660 (170,10 %) akseptor dari jumlah Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) sebanyak 388,” pungkasnya.

(46)

melakukan sosilisasi sejauh mana sudah Pengetahuan/Sikap dan Prilaku Para Petugas Lapangan sebagai ujung tombak di lini lapangan.

Sri Hariyati PPLKB Kecamatan Binjai Kota yang sudah bertugas lebih kurang 20 tahun, mencoba menggarap kaum Bapak untuk menjadi peserta KB dengan metode vasektomi cukup ternyata cukup berhasil . Dari kemampuan melakukan advokasi dan KIE ternyata dalam waktu relatif singkat berhasil mengajak sebanyak 5 orang Bapak untuk menjadi peserta KB dengan metode opersi pria. Dengan demikian peserta KB Pria dengan metode operasi pria (MOP) di Kota Binjai sebanyak 6 orang dan telah berhasil melampaui sasaran sebanyak 5 orang peserta KB pria dengan metode operasi pria pada tahun 2008.

Namun bila dibandingkan dengan pencapaian peserta KB pria dengan metode operasi pria dari Kota Tebing Tinggi masih sangat jauh, dimana Kota Tebing Tinggi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Kota Binjai telah mencapai sebanyak 116 orang sampai dengan bulan Maret 2008. Namun demikian sampai dengan bulan Maret 2008 pencapaian peserta KB Pria dengan metode operasi pria sebanyak 122 orang diperoleh dari Kota Tebing Tinggi sebanyak 116 peserta dan dari Kota Binjai sebanyak 6 peserta.

(47)

Selain Vasektomi, juga dilaksanakan pelayanan Program KB lainnya, seperti IUD, Implant, Kondom, Kontab Pria, Kontab Wanita, Suntik, Pil. Darwan Hasrimy juga menjelaskan bahwa pasangan usia subur di Kabupaten Langkat berjumlah 192.175 pasangan, sedangkan yang ber-KB terdapat sebanyak 127.178 pasangan. Pasangan Usia Subur sebanyak lebih kurang 65.000 orang, maka instansinya menargetkan di tahun 2011 ini bias diwujudkan 37.305 orang, terdiri dari IUD 2.294 akseptor, Kontab Pria 70 akseptor, Kontab Wanita 725 akseptor, implant 2.250 akseptor, suntik 10.680 akseptor, pil 15.657 akseptor dan kondom 5.679 akseptor. (www.tribunmedan.com10/6/ 2011).

Kegagalan akseptor dalam program kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) di Sumatera Utara (Sumut) tahun 2010 mencapai 126 kasus. Jumlah tersebut diperkirakan menurun di tahun 2011, hingga Maret 2011 kasus yang ditemukan 24 kasus. "Hal itu disebabkan kurang hati-hatinya para medis, bidan ataupun dokter dalam pemasangan serta akseptor tidak mengindahkan aturan yang disampaikan dokter kepada akseptor tersebut," kata Kepala Seksi (Kasi) Advokasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Sumut, Anthoni SSos kepada MedanBisnis, Selasa (7/6) di ruang kerjanya.

(48)

kasus komplikasi terhadap implan juga masih terjadi. Kasusnya ditemukan sebanyak 95 kasus ditahun 2010, yakni penggunaan implan 44 kasus, MOP 4 kasus, MOW 6 kasus dan IUD 41 kasus. Untuk keberhasilan target pencapaian KB pria atau vasektomi (medis operasi pria) mencapai 52% atau 975 akseptor KB pria dari yang ditargetkan tahun 2011 sebesar 1.890 kepesertaan. (zahendra)

BKKBN Harapkan 50 Persen Target Dicapai dari TNI/KB Kes Deputi KB/KR Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Wicaksono menyebutkan, secara nasional tahun 2011 ini mampu menggaet akseptor baru dari pasangan usia subur sebanyak 7, 2 juta. "Dari target tersebut, kita optimis 50 persennya diperoleh dari Bakti Sosial TNI/KB Kesehatan yang digelar secara nasional ini," kata Wicaksono usai pencanangan Bakti Sosial TNI KB/Kes di Lapangan, Limapuluh, Batubara.

Kerjasama dengan TNI dengan sasaran koordinasi kerja. Soalnya, TNI memiliki jaringan personil yang menjangkau hingga ke pelosok tanah air. "Harapannya, kerjasama ini bisa menggerakan semua lini di lapangan untuk bersinergi menggerakkan masyarakat agar mengikuti program KB," jelasnya. Pada prinsipnya, sebut Wicaksono lagi, masyarakat mengetahui dan menyadari dengan hati nurani akan pentingnya program KB. Untuk itu, harus tertanam dalam jiwa masyarakat untuk memiliki keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan dua anak itu lebih baik.

(49)

sebagai bagian yang harus didukung untuk percepatan revitalisasi KB program. Bentuk dukungan mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah. "Dukungan kita segenap sumber daya yang ada. Mulai dari Babinsa dan dokter-dokter yang kita miliki walaupun secara teknis sifatnya sebagai pendukung," jelas KASDAM (Kepala Staf KODAM I/BB).

Bagi TNI, lanjutnya, program dua anak memang satu keharusan. "Bagi TNI maksimal punya anak dua. Itu harus. Saya sendiri punya anak perempuan dua. Saya punya menantu laki-laki dua. Kan sama saja," ungkap Kasdam lagi. Hal senada juga diungkapkan Gubsu yang diwaliki Staf Ahli Hj Sabrina. Menurutnya, program kependudukan harus diprioritaskan. Soalnya, semua visi misi Gubsu baik rakyat tidak sakit, tidak lapar dan punya masa depan, semuanya berkaitan dengan pengendalian penduduk. "Selain pengendalian kependudukan, harus juga diimbangi dengan tingkat kualitas kependudukan," tambahnya.

Sementara, Kepala BKKBN Sumut H Nofrizal mengharapkan, dengan kegiatan itu semua masyarakat bisa mengetahui informasi dan mendapatkan pelayanan KB secara prima di lapangan. Kedua, katanya, BKKBN akan berupaya menyosialisasikan agar tidak terjadi perkawinan usia dini. "Minimal usia wanita untuk menikah di 20 tahun, dan pria 25 tahun. Kita akan perkuat program ini," kata Nofrizal.

(50)

Moniran (38) warga Kampung Mangke, Batubara yang hadir menemani istrinya Legiyem (35) di acara tersebut mengaku, kegiatan itu sangat membantu mereka untuk ber KB. "Saya sudah punya anak empat. Paling kecil usia 9 bulan. Kami merasa bersyukur ada acara KB seperti ini," ungkapnya. Hal senada juga dikatakan, Mita (24). Ibu satu anak ini datang bersama seorang anak. Dia sudah mendapat izin suami ikut KB implan. "Tapi, sampai tadi didalam, saya malah diberi IUD bang. Jadi, makin lamalah punya anak nanti," katanya. Hari itu juga ada pelayanan vasektomi, pelayanan KB suntik, Pil dan lain-lain.

Program Keluarga Berencana (KB) di Propinsi Sumatera Utara bisa dikatakan berhasil dan berjalan dengan baik. Terbukti, target dari program kesertaan KB pria atau vasektomi untuk tahun 2010 di Sumut tercatat melampaui targetnya. “Artinya, peserta KB pria yang telah digaet oleh BKKBN Propinsi dari tahun ke tahun meningkat signifikan sesuai dengan target yang ditetapkan,” kata Kasi Advokasi dan KIE BKKBN Sumut Anthony SSos.

Dalam mensosialisasikannya, baru-baru ini BKKBN Provinsi Sumut melakukan pelatihan vasektomi bagi dokter Puskesmas sebanyak 60 orang se-Sumatera Utara di Balai Pelatihan dan Pengembangan Keluarga Berencana BKKBN Sumut. Dalam latihan bagi dokter Puskesmas dilakukan juga pelayanan vasektomi yang dilakukan oleh dokter spesialisnya asal BKKBN, yakni dr Zahri A Rani SPu dan dr Arnold SPb.

(51)

pencapaian Kontap Pria di Sumut hingga posisi bulan 26 Desember telah dicapai 2.063 dari targetnya 2.000,” katanya.

Pihaknya mengharapkan, nantinya kelompok KB Pria di Kota Medan ini terbentuk dan berfungsi dan berperan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang partisifasi pria/suami dalam berKB dan kesehatan reproduksi serta meningkatkan jumlah dan mengembangkan kegiatan kelompok KB Pria di Kota Medan umumnya Sumut.

Di tempat terpisah, dr Zahri A Rani SPu mengatakan, antusias masyarakat dalam KB Pria (vasektomi) cukup besar. Bahkan, Kader KB Pria Togar cukup alot dan kerja keras untuk mendapatkan pria/suami untuk ikut ber-KB.

“Untuk tahun 2010 target yang ditentukan BKKBN pusat sebanyak 2.000 akseptor, kesertaan pria/suami ikut ber-KB dan reproduksi di Kota Medan tercatat meningkat siknifikan. Rata–rata peserta KB Pria (vasektomi) yang dibawa penggarap setiap harinya 5-10 orang. Bahkan, untuk Kota Medan telah melampui target atau tercapai 660 (170,10 persen) akseptor dari jumlah Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) sebanyak 388,” jelasnya. Sementara itu, Kepala BKKBN Indra Wirdhana SH MM mengatakan, dengan dilatihnya 60 orang dokter diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan optimal terhadap keberhasilan dan pencapaian kontap Pria di masa yang akan datang.

(52)

BKKBN Propinsi Sumut menjadikan Pasangan Usia Subur (PUS) sebagai sasaran target untuk akseptor (kesertaan KB) sebanyak 372.401 PUS dengan IUD dapat dilayani menjadi peserta KB baru. Hal tersebut guna menekan angka laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara (Sumut). Rincian per mix kontrasepsi untuk peserta KB baru yaitu Intra Uterine device (IUD) 23.674 (6,36%), Medis Operasi Wanita 8.612 (2,31%), Medis Operasi Pria 2.088 (0.56%), Kondom 60.000 (16,11%), Implant 33.050 (8,87%), Suntik 124.377 (33,40%) dan Pil 120.600 (32,8%). Sementara rincian untuk masing masing per mix kontrasepsi yaiitu IUD hingga Maret capai 4876, Kondom 7800, Suntik 30.108, Pil 29,445, Implan 4.429, dan MOW 1555. Kepala BKKBN Perwakilan Propinsi Sumut, H Nofrijal SP MA menjelaskan, pada tahun 2011 diperkirakan dapat terbina PUS sebagai peserta KB aktif dari pasangan usia subur (PUS) proyeksi sebanyak 2.326.172 pasangan atau 64,64% dari PPM PA tahun 2011 sebanyak 1.503.664 peserta. Dengan rincian per mix kontrasepsi yaitu : IUD 153.627 (10,22%), MOW 114,.944 (7,64%), MOP 5.029 (0.33%), Kondom 91.691 (6,10%), Implant 133.741 (8,89%), Suntik 503.370 (3,48%) dan Pil 501.262 (33,34%).

Tahun 2011 juga, kontrasepsi menjadi target BKKBN Propinsi Sumut, seperti jenis IUD menargetkan pencapaian sebanyak 23.673 dan telah menjaring sebanyak 10.975 peserta atau pencapaian sekira 46,36%. Untuk Medis Operasi Wanita (MOW) menargetkan sebanyak 8.612 dengan pencapaian sebesar 3.754 peserta atau sekira 43,59 persen, Kondom yang ditargetkan sebanyak 60.000 dengan pencapaian sebanyak 15.718 peserta (26,20 persen), Implant sebanyak 33.050 dengan pencapaian sebanyak 12.052 (36,47 persen), target suntik sebanyak 124.377 dengan pencapaian 53.802 peserta (43,26 persen). Kontrasepsi jenis pil yang ditargetkan sebanyak 120.600 dengan pencapaian sebanyak 54.659 peserta (45,32 persen).

Gambar

Gambar 1. Proses Vasektomi
Gambar 2. Bagan Alur Pemikiran
Tabel 1 Sasaran program KB Nasional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Tabel 2  Jumlah Akseptor KB dengan Metode MOP Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

satuan pendidikan seperti madrasah, diduga akan muncul persoalan, misal- nya pada penetapan standar penilaian dan penerapan KTSP secara umum. Kekhawatiran ini wajar, karena

potensi dan masalah , pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika di sekolah mengenai kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran,

Jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan yang semakin meningkat menuntut ketersediaan lahan terutama lahan permukiman dan fasilitasnya juga meningkat pesat,

Perkiraan kekurangan dan kapasitas kerja alsintan setelah mobilisasi di tiap kelompok kecamatan dengan jadwal tanam berbeda di Kabupaten Grobogan disajikan

Pembawa sifat β-thalassemia dapat dilihat dengan gejala mikrositosis dan penurunan jumlah Hb pada sel darah merah, namun metode ini masih dimungkinkan terjadi kesalahan

Investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana menghubungi perusahaan efek/ broker yang terdapat di pasar modal untuk kemudian dihubungkan dengan emiten atau

WhatsApp merupakan salah satu aplikasi dunia virtual yang sering digunakan untuk berkomunikasi baik scara kolektif maupun kumulatif, aplikasi ini pada umumnya digunakan untuk

Target Values. Berdasarkan hasil penelitian. tahun 2006 peers and target values dari daerah SUBOSUKAWONOSRATEN adalah sebagai berikut: 1) Kota Surakarta. Kota Surakarta