• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Untuk memenuhi Salah satu syarat guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan.

Oleh:

Veti Nur Fatimah

(14422121)

Pembimbing:

Drs. M. Hajar Dewantoro, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN MOTTO  

     

اًرْسُي

ِرْسُعْلا

َعَم

ﱠنِإَف

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan”

(QS Asy-Syarh : 5)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN  

Segala Puji Syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, saya

persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang penulis ta’dzimi dan penulis

banggakan.

Bapak Zaenal Mahrus dan Ibu Tutik Amanah orang tua tercinta, yang telah memberikan waktu, tenaga serta pikirannya hingga dapat menempuh Pendidikan sarjana. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan serta motivasi walau jauh, serta telah memberikan kasih sayang serta cinta yang tulus sebagai tempat cerita suka, duka dan lainnya hanya untuk kesuksesan dan kebahagiaan penulis. Semoga bapak dan ibu selalu sehat dan dalam lindungan Allah swt. Semoga kebaikan dan usaha keras penulis selama belajar menempatkan bapak dan Ibu menjadi orang yang disayangi oleh Allah karena usaha dan kerja keras beliau. Serta saudaraku tercinta Muhammad Nur Habib dan Salsabila Fardatul Muthoharoh yang selalu menyemangati serta selalu merindukan penulis, semoga dikau diberikan kesehatan dan kebahagiaan.

(8)
(9)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

KEPUTUSAN BERSAMA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 158 Tahun 1987 Nomor: 0543b//U/1987

Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.

A. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya dengan huruf latin:

Tabel 0.1: Tabel Transliterasi Konsonan

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

أ

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

(10)

د

Dal D De

ذ

Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض

Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط

Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ

Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع

`ain ` koma terbalik (di atas)

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Wau W We

ھ

Ha H Ha

ء

Hamzah ‘ Apostrof

(11)

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tabel 0.2: Tabel Transliterasi Vokal Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut: Tabel 0.3: Tabel Transliterasi Vokal Rangkap

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

ْي

..

.

َ

Fathah dan ya Ai a dan u

ْو

..

.

َ

Fathah dan wau Au a dan u

(12)

-

َبَتَك

kataba

-

َلِئُس

suila

-

َلَعَف

fa`ala

-

َفْيَك

kaifa

-

َلْوَح

haula

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Tabel 0.4: Tabel Transliterasi Maddah

Huruf

Arab

Nama Huruf

Latin

Nama

ا

..

.

َ

ى

..

.

َ

Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis di atas

ى

..

.

ِ

Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

و

..

.

ُ

Dammah dan wau Ū u dan garis di atas

Contoh:

-

َلاَق

qāla

(13)

-

ىَمَر

ramā

-

ُلْوُقَي

yaqūlu

D. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu: 1. Ta’ marbutah hidup

Ta’ marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah “t”.

2. Ta’ marbutah mati

Ta’ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah “h”.

3. Kalau pada kata terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.

Contoh:

-

ِلاَفْط

َلأ

ا

ُةَضْؤَر

raudah al-atfāl/raudahtul atfāl

-

ْةَحْلَط

talhah

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

(14)

-

ﱡرِبلا

al-birr

F. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

لا

, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas:

1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf “l” diganti dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan dengan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanpa sempang.. Contoh:

-

ُلُجﱠرلا

ar-rajulu

-

ُمَلَقْلا

al-qalamu -

ُسْمﱠشلا

asy-syamsu -

ُل

َلاَجْلا

al-jalālu

G. Hamzah

(15)

-

ُذُخْأَت

ta’khużu -

ٌئيَش

syai’un -

ُءْوﱠنلا

an-nau’u

-

ﱠنِإ

inna

H. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan,maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

-

َنْيِقِزاﱠرلا

ُرْيَخ

َوُھَف

َﷲ

ﱠنِإ

َو

Wa innallāha lahuwa

khair ar-

rāziqīn/Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn

-

اَھاَسْرُم

َو

اَھاَرْجَم

ِﷲ

ِمْسِب

Bismillāhi majrehā wa mursāhā

I. Huruf Kapital

(16)

diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:

-

َنْيِمَلاَعْلا

ﱢبَر

ِ

ُدْمَحْلا

Alhamdu lillāhi rabbi

al-`ālamīn/

Alhamdu lillāhi rabbil `ālamīn

-

ِمْيِحﱠرلا

ِنمْحﱠرلا

Ar-rahmānir rahī

m/Ar-rahmān ar-rahīm

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh:

-

ٌمْيِحَر

ٌرْوُفَغ

ُﷲ

Allaāhu gafūrun rahīm

-

ا

ًعْيِمَج

ُرْوُم

ُلأ

ا

ِ ّ ِ

Lillāhi al-amru jamī`an/Lillāhil-amru jamī`an

J. Tajwid

(17)

ABSTRAK

ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh : Veti Nur Fatimah

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dari sekian banyak bahasa di dunia sebagai bahasa Al-Qur’an dan Hadist yang menjadi sumber hukum islam sehingga tanpa memahaminya kita akan sulit untuk mengerti dan faham akan isi dari Al-Qur’an dan Hadist, oleh karenanya bahasa arab adalah mata pelajaran wajib dipelajari dilembaga pendidikan islam dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai Sekolah Tinggi Islam. Dalam proses pembelajaran bahasa arab, hambatan-hambatan selalu ada, hambatan-hambatan tersebut banyak menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar bahasa arab baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini yakni guru dan siswa, Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 11 orang informan. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor penyebab kesulitan belajar bahasa arab di MTsN 2 Sleman Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kurangnya minat dan motivasi dari dalam diri siswa untuk mempelajari Bahasa Arab, kedua yaitu sulitnya siswa membaca dan memahami arti dari setiap kosa kata Bahasa Arab, ketiga adalah perhatian orangtua terhadap siswa tentang kesadaran dan dorongan belajar diluar sekolah, keempat adalah metode penyampaian guru yang terlalu monoton yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan penggunaan media belajarnya hanya menggunakan buku saja sehingga siswa merasa tidak tertarik untuk belajar Bahasa Arab lebih dalam.

(18)

PENGANTAR

Pertama, marilah kita haturkan rasa syukur kepada Allah SWT. atas limpahan berkah dan nikmat yang diberikan kepada kita semua. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukkan dan mengajarkan kita semua cara hidup sesuai dengan syariat Islam. Dari proses yang cukup panjang, dan tentunya membutuhkan keseriusan dan bimbingan, alhamdulillāh, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Tentunya terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga benarlah sabda Rasulullāh bahwa setiap keturunan Adam pasti memiliki kesalahan, seorang manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, penentu terakhirnya hanyalah Sang Khāliq. Atas segala hal yang telah diberikan, penyusun ingin mengucapkan permintaan maaf dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

(19)

2. Bapak Dr. Drs. H. Tamyiz Mukharrom, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

3. Bapak Moh. Mizan Habibi, S.Pd.I., M.Pd., selaku Ketua jurusan Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

4. Ibu Siti Afifah Adawiyah, S.Pd.I., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

5. Bapak Drs. H .M. Hajar Dewantoro, M.A.g., selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dengan tulus dan sabar dengan penuh perhatian yang selalu memberikan motivasi, ilmu, doa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen di Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, mohon ridha dan do’anya agar apa yang telah diperoleh dapat bermanfaat. 7. Kedua orang tua tercinta, Bapak terbaik, Zaenal Mahrus dan Ibu tertangguh

dan tercinta Ibu Tutik Amanah yang selalu memberikan dukungan, doa, bekerja siang dan malam dan segala bentuk kebaikan lainnya, demi anak mu ini, semoga kalian sehat selalu dan bahagia di hari tua.

(20)
(21)

DAFTAR ISI

 

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. 

NOTA DINAS... Error! Bookmark not defined. 

REKOMENDASI PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. 

HALAMAN MOTTO ... vi 

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii 

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... ix 

ABSTRAK ... xvii 

B.  Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian ... 4 

(22)

C.  Analisis Data dan Pembahasan ... 67  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70  A.  Kesimpulan ... 70  B.  Saran ... 70  DAFTAR PUSTAKA ... 72  LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 73 

(23)

DAFTAR TABEL

(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Analisis Data

 

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi siswa atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing, bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga formal maupun non formal. Kegiatan belajar mereka lakukan dimanapun dan kapanpun serta belajar itu tidak mengenal usia.1

Setiap anak didik berhak meraih prestasi yang baik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari dari berbagai hambatan dan gangguan. Namun yang terjadi pada kenyataanya hambatan dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.2

Seperti yang kita ketahui pada suatu lembaga pendidikan sudah semestinya jika bahasa arab itu diajarkan karena bahasa arab dipandang sangat relevan dengan kebutuhan masyarkat indonesia yang mayoritas beragama islam

      

1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Edisi ke-2. (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal

12.

(26)

khususnya lembaga pendidikan islam seperti Madrasah atau Pesantren. bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dari sekian banyak bahasa di dunia dan seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadist yang menjadi sumber hukum islam sehingga tanpa memahaminya kita akan sulit untuk mengerti dan faham akan isi dari Al-Qur’an dan Hadist, oleh karenanya salah satu kebijakan pemerintah dibawah naungan departemen agama, bahasa arab adalah mata pelajaran wajib yang harus dipelajari dilembaga pendidikan islam dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai Sekolah Tinggi Islam.

Mempelajari bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan hadist maupun literatur islam sangat dianjurkan bagi umat muslim, banyak dari ayat Al-Qur’an yang berbicara pentingnya mempelajari bahasa arab, salah satunya seperti firman Allah yang berbunyi :

َنوُلِقْعَت

ْمُكﱠلَع

ﱠل

اًّيِب

َرَع

اًن ٰءْرُق

ُهٰنْلَزنَأ

آﱠنِإ

Artinya :“sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan

berbahasa arab agar kamu memahaminya“ (Q.S. Yusuf : 2 )3

Ayat diatas telah memaparkan secara jelas bahwa perintah umat muslim untuk mempelajari bahasa arab adalah wajib, tidak ada lagi alasan untuk tidak mempelajari dan memahami bahasa arab, sedangkan untuk memahami dan menguasai bahasa arab memerlukan minat dan ketekunan belajar yang tinggi sehingga ini adalah tugas untuk para guru yang dituntut untuk memecahkan

      

3 Meefta, dalam Ayat Al Quran Juz 1-30, “Bacaan Al Quran Juz 15, “dikutip dari

(27)

masalah kesulitan belajar bahasa arab dengan mengembangkan profesionalitas dan kreatifitas dalam proses pembelajaran.

Ketika peneliti melakukan praktik pengalaman kerja (PPL) di MTsN 2 Sleman Yogyakarta. peneliti menemukan sebuah permasalahan yaitu permasalahan kesulitan belajar bahasa Arab, bahwasanya banyak sekali siswa yang masih belum menguasai pelajaran dasar bahasa Arab seperti kesulitan dalam membaca, menyimak, berbicara dan menulis bahasa arab serta mereka kesulitan untuk menghafal mufrodat (kosa kata) sehingga siswa merasa kesusahan untuk merangkai sebuah kata ataupun kalimat sederhana, Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MTsN 2 Sleman.

(28)

ahir yang memiliki segudang permasalahan yaang mereka hadapi, baik proses pembelajaran yang membosankan, rasa ketakutan akan ujian nasioanal maupun tekanan sosial dari orang tua dan keluarga serta masyarakat sekitar yang mensyaratkan lulus ujian nasional dengan baik, selain itu ada juga permasalahan psikologis dan biologisnya yang menginjak usia remaja dewasa hal ini banyak menyita banyak waktu dan pemikiran yang bisa membuyarkan konsentrasi belajar. Berdasarkan gambaran umum permasalahan yang terdapat di MTsN 2 Sleman Yogyakarta maka penulis terdorong melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS

IX MTSN 2 SLEMAN YOGYAKARTA ”

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

1. Fokus Penelitian

Berdasarkan paparan diatas penelitian ini menfokuskan pada analisis kesulitan belajar bahasa arab siswa kelas IX MTsN 2 Sleman Yogyakarta.

2. Pertanyaan Penelitian

a. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa kelas IX di MTsN 2 Sleman?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(29)

upaya guru untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa arab di MTsN 2 Sleman. Kegunaan penelitian khusus sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai alat untuk motivasi diri dalam pemahaman tentang kesulitan belajar secara maksimal.

2. Bagi siswa, untuk dapat memberi solusi bagi siswa yang merasakan kesulitan bahasa arab seh ingga siswa dapat mengerti dan memahami materi bahasa arab yang disampaikan oleh guru.

3. Bagi guru, dapat mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam berlangsungnya proses pembelajaran bahasa arab sehingga guru dapat mencari alternatif solusi yang kreatif unuk mengatasi kesulitan siswa saat memahami bahasa arab.

4. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi bagi sekolah bagaimana keadaan dan keberlangsungan proses belajar bahasa arab dan hambatan apa saja yang sebenarnya dialami oleh siswa ketika belajar bahasa arab. 5. Bagi umat islam, dapat mempelajari dasar agama lebih dalam serta

(30)

D. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan merupakan gambaran umum skripsi sehingga dapat memudahkan dalam memahami penulisan yang dipaparkan.

Bab I berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus pertanyaan peneliti, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka yang merupakan pemaparan penelitian terdahulu dan berisi tentang landasan teori yang mendukung skripsi ini.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian dan pendekatan, tempat atau lokasi penelitian, informan penelitian, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data, keabsahan data dan teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang hasil dan pembahasan yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripi hasil penelitian dan ananlisis data serta pembahasan

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah kajian peneliti terdahulu yang pernah membahas dengan topik yang sama untuk mengetahui dimana letak perbadaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adapun beberapa penelitian yang sudah dilakukan yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rafi Rizza Rashida ilmi dalam skripsi yang berjudul ‘Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Arab Siswa kelas IX MAN Pakem Sleman Yogyakarta tahun 2015 menunjukan hasil penelitian bahwa yang menjadi pokok permasalahan siswa merasa kesulitan dalam belajar bahasa arab yaitu : (1) Tidak ada atau kurangnya ketertarikan dan minat siswa untuk mempelajari dan mendalami bahasa Arab. (2) siswa tidak memiliki motivasi untuk memepelajari dan lebih mendalami bahasa arab, (3) Guru hanya menggunkan metode ceramah aja saat proses pembelajaran bahsa Arab, sehingga siswa merasa bosan dan tidak memiliki keahlian dan kreatifitas metode dalam belajar yang menyenangkan dan menarik, agar siswa merasa senang belajar bahaasa arab sehingga menumbuhkan motivasi dan keinginan siswa untuk belajar dan lebih mendalami bahasa Arab.4 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fatkhatul Jannah dalam skripsi yang

berjudul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Kelas X-4

      

(32)

dalam Belajar Bahasa Arab ( studi Kasus di MAN Wonokromo Pleret

Bantul Yogyakarta) “ tahun 2010 menunjukkan hasil penelitian bahwa para

siswa kelas X-4 MAN Wonokromo mempunyai minat yang tinggi dalam pembelajaran bahasa Arab didalam kelas.

Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban angket yang di sebarkan serta didukung dengan hasil observasi dari wawancara yang dilakukan semua itu menunjukkan adanya ketertarikan, perhatian, motivasi, serta pengetahuan siswa pada bahasa arab. Dan faktor yang mempengruhi minat siswa belajar bahasa arab adalah yaitu pertama faktor Internal yaitu faktor Kesehatan badan saat mengikuti Proses pembelajaran, perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa arab, ketertariakan dengan pelajaran bahasa arab, cita-cita ingin menjadi orang yang ahli dalam bahasa arab, motivasi diri sendiri, yang kedua Faktor Eksternal yang meliputi faktor Keluarga yaitu cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, dorongan dan pengertian orang tua, Faktor Sekolah yang meliputi metode mengajar guru, kurikulum sekolah, motivasi dan relasi antara guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu belajar bahasa Arab di kelas.5

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zulfikar dalam skripsinya yang berjudul “ korelasi antara kemampuan berbahasa arab dengan pemahaman teks al-qur’an mahasiswa pondok pesantren universitas islam indonesia

yogyakarta ” tahun 2012 menunjukkan hasil penelitian bahwa (1) adanya

      

(33)

hubungan yang signifikan antara kemampuan berbahasa arab dengan pemahaman teks al-quran mahasiswa UII Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi dari pearson sebesar 0.402, dengan signifikansi 0.008≤ 0.05 pada taraf 5% maka Hi diterima dan Ho ditolak. (2) tingkat kemampuan bahasa arab mahasiswa ponpes UII Yogyakarta pada kategori (baik) dengan interval (52-79),3) tingkat pemahaman teks al quran mahasiswa ponpes UII yogyakarta berada pada kategori ( baik sekali) dengan interval (80-10).6

4. Penelitian yang dilakukan oleh fatmawati dalam skripsinya yang berjudul “ pengaruh penguasaan mufrodat terhdap kemampuan berbahasa arab kelas

XI di SMA UII Banguntapan Yogyakarta” tahun 2014 menunjukkan hasil

bahwa ada pengaruh penguasaan mufrodat terhadap kemampuan berbahsa arab dengan harga F regresi sebesar 10.926 dengan taraf signifikansi sebesar 0,002. Besar pengaruh variable penguasaan mufrodat terhadap kemampuan berbahasa arab sebesar 21% hal ini menunjukkan masih ada sebesar 79% pengaruh variable yang belum diteliti dalam penelitian ini.7

5. Penelitian yang dilakukan oleh Rajenah dalam skripsinya yang berjudul “ Kesulitan Belajar Mengajar Bahasa arab di MAN II Yogyakarta” tahun

2006 menunjukkan hasil penelitian bahwa pengajaran bahasa arab di MAN II Yogyakrta memiliki beberapa permasalahan, diantaranya : problematika

      

6 Ahmad Zulfikar,“ korelasi antara kemampuan berbahasa arab dengan pemahaman teks al-qur’an mahasiswa pondok pesantren universitas islam indonesia yogyakarta”, Skripsi,

Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2012.

(34)

yang dialami oleh guru, yaitu tidak semua guru menguasai Maharatul Arba’ah (Qiro’ah, Kitabah, Istima’, dan Kalam) faktor sarana dan prasarana yaitu tidak tersedianya buku penunjang dan alat peraga, proses pembelajaran bahasa Arab sangat dingkat yaitu hanya satu jam pelajaran (45 menit) dalam s atu minggu.8

6. Penelitian yang dilakukan oleh Tyas Usmni Putri dalam skripsinya yang berjudul “Kesulitan Belajar pada siswa di sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” tahun 2014 menunjukkan hasil

bahwa kesulitan belajar di MAN Maguwo adalah siswa mengalami kesulitan belajar dalam bidang fisika dan akuntansi, cara siswa dalam mengatasi kesulitan belajar adalah bertanya kepada teman dan guru, cara guru megatasi kesulitan belajar sis adalah memberikan soal latihan, mendekati dan menejelaskan kembali siswa yang belum paham, memberi motivasi, menanyakan materi yang telah diajarkan, diskusi, memberi jam tambahan setelah pulamh sekolah dan mengadakan evaluasi atau ulangan harian.9

Berdasarkan paparan diatas, adapun perbedaan dengan skripsi yang akan penulis susun adalah bahwa penelitian ini lebih menekankan pada siswa yang merasa kesulitan belajar dalam bahasa arab dengan tujuan peniliti adalah mencari informasi apa saja faktor-faktor penyebab dan

      

8Rajenah, “Kesulitan Belajar Mengajar Bahasa Arab di MAN Yogyakarta II”, Skripsi,

Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2006.

(35)

bagaimana agar siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam memahami pembelajaran bahasa arab.

B. Landasan Teori

1. Belajar

Belajar adalah key term istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.10

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam Qur’an surat Al-Mujādalah ayat 1111 yang berbunyi :

۟اوُحَسْفاَف

ِسِل ٰجَمْلا

ىِف

۟اوُحﱠسَف

َت

ْمُكَل

َليِق

اَذِإ

۟آوُنَماَء

َنيِذﱠلا

اَھﱡيَأٰٓي

َنيِذﱠلا

ُهـﱠللا

ِعَفْرَي

۟اوُزُشناَف

۟اوُزُشنا

َليِق

اَذِإَو

ۖ

ْمُكَل

ُهـﱠللا

ِحَسْف

َي

ٌريِبَخ

َنوُلَمْعَت

اَمِب

ُهـﱠللاَو

ۚ

ٍت ٰج

َرَد

َمْلِعْلا

۟اوُتوُأ

َنيِذﱠلاَو

ْمُكنِم

۟اوُنَماَء

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

      

10 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rajawali Press, 2013), hal 59. 11 Meefta, dalam Ayat Al Quran Juz 1-30, “Bacaan Al Quran Juz 15, “dikutip dari

(36)

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendiidkan baik formal maupun non formal. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluargan sendiri.12

Sebagian orang menganggap bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau mengafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran, Disamping itu ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Bedasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniyah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.

berikut ini akan disajikan beberapa definisi dari para ahli :

Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif, pendapat ini diungkapkan dalam pertanyaan ringkasnya, bahwa belajar adalah “a

(37)

process of progressive behavior adaptation” berdasarkan eksperimennya,

B.F Skinner percaya bahwa poses adpatasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).13

Pakar psikologi menambahkan bahwa belajar merupakan pengalaman hidup sehari hari dalam bentuk apapun, alasannya sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan. Mungkin, inilah dsar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday learning (belajar sehari-hari) yang dipopulerkan oleh Profesor John B.Biggs.14

Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secra keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

Dari beberapa pendapat para ahli yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan fisik tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.

       13Ibid., hal 64.

(38)

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kwegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. 15

Ada beberapa macam teori belajar :

1. Teori Belajar Behavioristik (tingkah laku)

Behavioristik adalah perubahan tigkah laku akibat interaksi antara stimulus dan respon, yaitu perubahan keamampuan siswa untuk bertingkah laku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau nonkonkret (tidak dapat diamati).

2. Teori Belajar Kognitif

Kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan stimulus dan respon, namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini mempunyai perspektif bahwa para peserta didik memperoleh informasi dan pelajaran melalui upaya mengorganisisr, menyimpan dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama atau pengetahuan yang telah ada, teori ini memusatkan perhatian

      

15 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Edisi ke-2. (Jakarta: Rineka cipta, 2008),

(39)

pada cara manusia merasakan, mengolah, menyimpan dan merespon informasi.

3. Teori Belajar Humanistik

Teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar. Menurut Bloom dan Krathwohl (dalam Uno, 2006 :14) menunjukkan tiga kawasan yang dipelajari oleh siswa yaitu kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi), psikomotor (peniruan, penggunaa, ketepatan, perangkaian, naturalisasi), dan afektif (pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, dan pengalaman). Teori ini juga berprinsip bahwasanya dalam proses pembelajaran harus mengajarkan peserta didik bagaimana belajar dan menilai kegunaan belajar itu pada dirinya sendiri.

4. Teori Belajar Sibernistik

(40)

2. Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Seperti yang kita ketahui dalam proses pembelajaran ada anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional dipedesaan. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.16

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. 17

Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan diatas selalu ditemukan di sekolah. Apalagi suatu sekolah dengan sarana prasarana yang kurang lengkap, dan dengan tenaga guru apa adanya. Skala rasio antara kemampuan daya tampung sekolah, jumlah tenaga guru yang tidak seimbang dan jumlah anak didik melebihi daya tampung sekolah.

      

(41)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkanbahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anaka didik tidak dapat brlajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar. 18

b.Faktor Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunya prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dilihat dari cara mereka menyelesaikan tugas di dalam kelas maupun diluar kelas.

Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu :

a) Faktor Internal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor internal siswa ini meliputi gangguan atau kekurang mamapuan psiko-fisik siswa, yaitu:

1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual siswa yang meliputi hafalan, ingatan, dan pemahaman.

2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti minat, labilnya sikap dan emosi, proses penerimaan, menanggapi dan menghargai. 3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti

terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

      

(42)

b) Faktor ekternal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik.

1. Lingkungan keluarga, contohnya perhatian terhadap anak, ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan atau perkotaan, teman sepermainan dan cara bersosial

3. Lingkungan sekolah, contohnya: cara mengajar guru, kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta media belajar yang kjurang mendukung.

Selain faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik, faktor-faktor ini dipandang sebgi faktor-faktor khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa lerning disability ( ketidak mampuan belajar) sindrom ( syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. sindrom itu misalnya disleksia ( dyslexia ) yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia (disgrahaphia) yaitu ketidakmampuan belajar menulis, diskalkulia (ketidak mampuan belajar matematika).19

      

(43)

c. Mengenali siswa yang mengalami kesulitan Belajar

Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar, karena disebabkan adanya anacaman, hambatan, ataupu gangguan dalam belajar, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun orang tua. Berikut berapa gejala yang dapat dilihat sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik :

1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, nilai dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok anak didik dikelas.

2. Hasil belajar yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.

3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan tugas-tugas selalu menunda waktu.

4. Anak didik menunjukkan sikap seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.

(44)

kurang gembira, atau mengasingkan diri dari kawan kawan sepermainan.

6. Anak didik yang gtergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya merih prestasi belajar yan tinggi, tetapi kenyatan mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.

7. Anak didik yang selalu menunjukan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi lain dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.

Dari gejala yang tampak itu guru bisa memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Atau bisa juga dengan cara lain, yaitu melakukan penyelidikan dengan cara :

a. Observasi adalah suatu cara memeproleh data langsung mengamati terhadap objek. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan, data yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya:

1. Bagaimana sikap anak didik dalam mengikuti pelajaran ? ada gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian, catatan tidak lengkap, malas memperhatikan materi pelajaran yang diperhatikan.

(45)

anak didik yang menerima pelajaran kurang kreatif dan cekatan dalam mempersiapkan segala sesuatu.

b. Interviu adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain, guru, orang tua atau teman dekat anak yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.

c. Dokumentasi adalah salah satu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Teknik dokumentasi adalah suatu cara yang sering dipakai dalam upaya mencari faktor-faktor penyebab yang menyebabkan anak didik mengalami kesulitan belajar melalui dokumen anak didik itu sendiri. Dianatara dokumen anak didik yang perlu dicari adalah berhubungan dengan : Riwayat hidup anak didik, Prestasi anak didik, Kumpulan ulangan, Catatan lesehatan anak didik, Buku rapor anak didik, Buku catatan untuk semua mata plajaran, dan sebagainya.

(46)

untuk menjajaki pengetahuan dan ketrampilan yang telah di kuasai anak didik. Apakah anak didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu pelajaran lain? Karena itu tes diagnostik seperti itu disebut juga test of entering behaviour, yaitu suatu cara untuk mengetahui tingkat dan jenis karakteritik dan perilaku anak didik memiliki ketika dia mau mengikjti kegiatan interaksiedukatif dikelas. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan guru, dapat diketahui dengan tes diagnostik.20

d. Usaha mengatasi kesulitan belajar

Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar ada hal yang tidak bisa diabaikan dalam kegiatan mencari faktor-faktor yang di duga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, fektif dan efisien. Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, prognosis, treatment, dan evaluasi.

1. Pengumpulan data

      

(47)

Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Teknik interviu (wawancara ) ataupun teknik observasi dan interviu maupun dokumentasi, ketiganya saling melengkapi dalam rangka keakuratan data. Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpuln data bisa melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Kunjungan Rumah b. Studi Kasus c. Sejarah d. Daftar Pribadi

e. Meneliti pekerjaan anak f. Meneliti tugas kelompok

g. Melaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi 2. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi kasus.

(48)

d. Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ruangannya tingkat kesulitan belajar yang dirasakan anak didik.

b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.

c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.

(49)

4. Prognosis

Keputusan yang diambil berdasarkan hasil dignois menjadi dasar pijakan dalam kegaitan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.

Dalam penyusunan progam bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar dpat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan 5W + 1H.

a. Who : siapakah yang memberikan batuan kepada anak ? siapakah yang harus mendapat bantuan ?

b. What : materia apa yang diperlukan? Alat bantu apa yang harus dipersiapkan ? pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada anak ?

c. When : kapan pemberian bantuan itu diberikan kepada anak ? bualan yang keberapa ? minggu keberapa ?

d. Where : dimana pemberian itu dilaksanakan ?

e. Which : anak didik yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu ?

f. How : bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan ? dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan keolompok ? bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin diberikan kepada anak ?

(50)

Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah :

a. Melalui bimbingan belajar individual. b. Melalui bimbingan belajar kelompok.

c. Melalui remedial gteaching untuk mata pelajaran gtertentu. d. Melalui bimbingan orang tua dirumah.

e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalh-masalah psikologis.

f. Pemberian bimbigan mengenai cara belajar yang baik secara umum. g. Pemberian bimbingan mngenai cara belajar yang baik sesuai dengan

karaketristik setiap mata pelajaran.

(51)

6. Evaluasi

Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik atau tidak. Artinya ada kemajuan atau kemunduran, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali.

Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievment test. Bila jawaban anak sebagian besar banyak yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenannya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu.

Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap, program yang disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil tidak akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak langsung pada treatment yang bias.

(52)

asal-asalan juga menjadi pangkal penyebab gagalnya usaha mengatasi kesulitan belajar anak.

Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment berdasarkan evaluasi, dimana hasil prestasi belajar anak didik masih rendah dibawah standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut.

a. Re-ceking data b. Re-diagnosis. c. Re-prognosis. d. Re-treatment. e. Re-evaluasi.

Bila treatment tersebut gagal harus diulang. Kegagalan treatment yang kedua harus diulang dengan greatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat negeluarkan anak didik dari kesulitan beajar . tetapi bila gagal dan selalu adalah kebodohan, itu jangan sampai terjadi.21

3. Pengajaran Bahasa Arab

a. Pengertian Bahasa Arab

(53)

Secara umum Bahasa Arab merupakan salah satu alat komunikasi manusia sejak lahir, manusia berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari itu lahirlah bahasa masyarakat tertentu dengan tanpa harus musyawarah terlebih dulu. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka terjadilah bahasa bahasa yang beraneka ragam sesuai dengan taraf masyarakat, dimana bahasa itu lahir. Bahasa Arab adalah kalimat yang disampaikan oleh orang Arab untuk maksud-maksud mereka. Abdul ‘Alim Ibrahim mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasanya orang-orang arab dan bahasa agama Islam. Dalam perkembangannya bahasa Arab dapat dibedakan menjadi tiga kelompok

1. Bahasa Arab Klasik adalah bahasa Al-Qur’an dan bahasa yang dipakai oleh para pujangga dan penyair, seperti Al-Mutanabih dan Ibn Khaldun dll.

2. Bahasa Arab Sastra adalah bahasa yang dipakai dalam surat kabar, radio, buku dll.

3. Bahasa Arab pergaulan adalah bahasa yang di pakai dalam pergaulan sehari hari.

(54)

lain. Sehingga terbuktilah kata Rasul “Aku telah diberi ucapan yang ringkas dan kata-kata yang padat artinya”.

Kadatangan islam mempercepat proses peyebaran bahasa Arab, disamping itu juga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan dan metal bangsa arab. Al-qur’an dianggap sebagai contoh bahasa arab yang paling sempurna, sehingga para penulis selalu berusaha untuk meniru gaya susunanya, bahkan setelah mereka mempelajari dengan sekasama, ternyata ia mempunyai jangkauan pemikiran yang dalam, yang membikin mereka harus lebih giat lagi dalam menekuni dan mendalami (Al-Qur’an). Hadist Nabi yang berdialek quraisy yang menjadi sumber kedua ajaran islam merupakan faktor yang penting dalam menyatukan bahasa Arab.

(55)

Bahasa Arab sebagai bahasa agama dikenal oleh seluruh umat islam, dan kedudukan agama ini menjamin keberadaanya (bahasa arab) ditengah tengah masyarakat, selama ia masih dipeluknya. Sehingga dengan demikian nampak eratlah kaitan antara bahasa Arab dengan Agama, yang tercermin dalam keberadaan Al-qur’an itu sendiri. Sedang keberadaan Al-qur’an dan kelestarian hukum-hukumnya dijaga oleh Allah SWT. 22

b.Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Di indonesia khususnya bahasa arab dikenal dengan bahasa agama (Islam) karena pengamalan ajaran dalam islam tidak lepas dari penguasaan bahasa arab misalnya sholat. Tetapi bahasa arab tetaplah asing bagi bangsa indonesia, khususnyabagi pelajar, jadi dalam belajar mengajar terdapat kesulitan dan permaslahan mempelajari bahasa Arab antara lain :

1. Masalah kebahasaan, kebanyakan dari guru ataupun siswa mereka kesulitan dalam aspek bunyi yang hampir sama atau berdekatan dengan makhraj nya, ada yang tidak sama antara didengar maupun ditulis.

2. Masalah Psikologis, secara psikologis belajar bahasa dilihat dari motivasi, Nababan mengelompokkan motivasi belajar bahasa Arab ada 3 yaitu :

a.Motivasi Integratif yaitu belajar bahasa karena ingin hidup ditengah-tengah masyarakar pemilik bahasa itu.

      

(56)

b.Motivasi Instrumental yaitu belajar bahsa karena ia sebagai alat untuk mencapai tujuan lin seperti untuk mempelajari agama.

c.Indentifikasi kelompok sosial, yaitu belajar bahasa karena untuk berkomunikasi didalam masyarakat tertentu.

3. Masalah tenaga pengajar dan metode pengajarannya, kebanyakan guru bahasa arab mereka mengajar bahasa arab ala indonesia, mereka mengajar bahasa arab dengan menggunakan pengantar bahasa indonesia tapi hal ini tidak dapat dipungkiri karena mereka memang tidak dipersiapkan untuk itu tapu mereka mempunyai kemampuan dan kemauan mengaar bahasa arab meskipun pasif.

Metode yang mereka gunakan adalah metode mengajar dimana mereka mendapat pelajaran dari gurunya dulu yang pada umumnya menggunakan gramatika dan terjemah (tariqoh al-Qawaid wat-tarjamah) seperti gramatika yang diajarkan adalah gramatika formal, kosa kata tergatung bacaan yang dipilih, kegiatan belajar terdri dari penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penterjemah kata tanpa konteks, kemudian penterjemah bacaaan-bacaan pendek dan latihan ucapan tidak diberikan, kalaupun diberikan hanyalah sesekali saja.

Keberhasilan pengajaran bahasa Arab adalah dengan latihan dan pengulangan, sedangkan kegagalannya adalah karena tidak banyak latihan, tetapi hanya memberikan kaidah-kaidah atau aturannya saja.23

      

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif, desain penelitian kualitatif mengandung arti bahwa peneliti tidak memanipulasi atau tidak melakukan intervensi dalam bentuk apapun dalam aktivitas subjek penelitian tetapi peneliti harus bisa memahami secara mendalam kejadian yang dilakukan subjek dengan apa adanya, sedangkan pengertian deskriptif sendiri yaitu menggambarkan secara mendetail tentang situasi yang diteliti, sehingga penelitian kualitatif deskriptif ini adalah penggambaran secara mendetail tentang aktivitas subjek dalam situasi penelitian dengan penggambaran yang apa adanya, tanpa adanya manipulasi, intervensi dan rekayasa.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan informasi lainnya, Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang di kumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti24.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen

      

(58)

pribadi, catatan, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.

A. Jenis penelitian dan pendekatan

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dimana penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data dari permasalahan yang konkrit di lapangan berupa informasi bentuk kalimat yang memberi gambaran, sikap, dan antusias ketika mengikuti pembelajaran. Sumber data utamanya diperoleh dengan melakukan observasi langsung di lapangan yaitu pada guru dan siswa MTsN 2 Sleman. Sedangkan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif yang dikembangkan oleh Madzhab Baden yang bersinergi dengan aliran filsafat fenomenologi menghendaki pelaksanaan penelitian berdasarkan pada situasi wajar (natural setting) sehingga orang kerap juga menyebutnya sebagai metode naturalistik. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan kesehariannya.

B. Tempat atau lokasi penelitian

Lokasi yang diambil yaitu di MTs N 2 Sleman yang beralamat di Jalan Magelang Km. 17 Ngosit, Margorejo, Tempel, Sleman.

(59)

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.25 penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder, dimana sumber data primer penelitian ini adalah siswa kelas IX dan sumber data sekunder yaitu Guru mata pelajaran Bahasa Arab dan. Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, kemudian sumber data sekunder penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dengan bantuan media cetak elektronik disamping itu juga akan mengambil dari data arsip raport dan foto-foto.

D. Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tetang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti,

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengmpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah) maka pengumpulan data dilakukan dengan cara :

      

(60)

1. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehigga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara jadi wawancara dapat dilakukam secara mendalam dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi dilapangan.26

Wawancara akan dilakukan oleh pihak-pihak terkait yaitu Guru Bahasa Arab dan siswa kelas IX untuk mendapatkan sumber data tentang permasalahan yang dialami oleh siswa kelas IX pada pembelajaran Bahasa Arab di MTs N 2 Sleman.

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.27 Metode observasi ini digunakan untuk melihat dan mengamati keadaan dilapangan secara jelas, peneliti datang ke lokasi serta mengikuti semua kegiatan yang berlangsung, dan mencatat segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar bahasa Arab di MTs N 2 Sleman.

3. Dokumentasi

       26 Ibid., hal 225.

(61)

Yaitu merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, sebuah penelitian akan lebih dipercaya kalau didukung dengan adanya dokumen ini, fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap dari data primer yang didapatkan, data dari dokumentasi ini akan digunakan sebagai data sekunder setelah observasi dan wawancara.28 Metode dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa foto tau video yang digunakan peneliti untuk mencari data yang terkait dengan analisis kesulitan belajar bahasa Arab ini dengan merekam semua proses aktivitas belajar mengajar berlangsung.

4. Kisi-Kisi Pertanyaan Penelitian

Tabel 3.1 kisi-kisi Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan

Penelitian

Faktor Variabel Indikator

Apa faktor

1. Latar belakang pendididkan siswa

2. Penguasaan terjemah dan kelancaran membaca huruf arab

3. Cara mengatasai kesulitan belajar

Afektif 1. Ketertarikan atau minat dalam belajar bahasa Arab 2. Manajemen disiplin waktu

belajar

      

28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

(62)

3. Motivasi belajar bahasa Arab

Psikomotorik 1. Gangguan kesehatan fisik dan gangguan alat indra 2. Daya konsentrasi siswa

dalam belajar Faktor

Eksternal

Lingkungan Rumah

1. Sikap orang tua terhadap anak

2. Kegiatan siswa di rumah

Lingkungan Sekolah

1. Sikap guru terhadap siswa 2. Metode guru dalam

mengajar

3. Media dalam proses belajar 4. Materi yang diajarkan 5. Kecakapan guru

memecahkan masalah 6. Kondisi kelas

7. Fasilitas sekolah Lingkungan

Masyarakat

1. Teman sebaya di lingkungan masyarakat

2. Aktivitas dalam mayarakat Lingkungan tetangga

F. Keabsahan Data

(63)

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam pengujian kredibilitas ini terdapat 3 triangulasi yaitu : triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan waktu. 29

Penulis menggunakan triangulasi sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali kepercayaan sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal tersebut dapat dicapai melalui:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil data wawancara

2) Membandingan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu 4) Membandingkan keadaan dan perspektf seorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang sperti rakyat biasa, orang berada, orang pemerintah.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Uji kebasahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitias dan reliabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara       

29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatf dan R&D, ( bandung : Alfabeta 2009), hlm

(64)

data yang terjadi pada objek penelitian denga daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh penelitian dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.30

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : Reduksi data, penyajian data, penarikan keimpulan/verifikasi.

a. Reduksi Data.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan peratian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transormasi data “ kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaiman kita ketahui, reduksi data berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Sebenarnya bakan sebelum data benar terkumpul antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, membuat kode, menyusun tema, membuat gugus-gugus, membuat partisipasi, menulis memo). Reduksi data

      

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

(65)

atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapnagan sampai laporan ahir lengkap tersusun.31

b. Penyajian Data

Alur penting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data, dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang di dapat dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks narasi yang menggabungkan informasi yang disusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimplan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.32

c. Menarik kesimpulan / Verifikasi

Kegiatan analisis yang terpenting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang mula-mula belum jelas, kemudian akan meningkat enjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data

      

31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatf dan R&D, ( bandung : Alfabeta 2009), hlm

242. 

(66)

terakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penympanan,dan metode pancarian ulang yang digunakan, kecakapan penaliti, tetapi sering kali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif”. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Telah dikemukakan bahwa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang saling berhubingan pda saat seblum, selama dan sesudah pengumpulan data pada bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Analisis data merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus meneru, ketiga teknik analisis data tersebut menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian analisis yang saling susul menyusul. 33

Gambar 3.1 Analisis Data

      

33 Miles, Matthew B. Dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, diterjemahkan

(67)
(68)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Letak geografis MTsN 2 Sleman berada di wilayah kelurahan Margorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.MTsN 2 Sleman beralamat di Jalan Magelang Km. 17 Ngosit, Margorejo, Tempel, Sleman (0274) 868775.

Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

a. Disebelah Utara: Jalan aspal yang menghubungkan jalan raya Jogja Magelang

b. Disebelah Selatan: Wisata Lembah Ngosit c. Disebelah Timur: Sawah milik petani d. Disebelah Barat: Rumah penduduk

MTsN Tempel beralamat di Jalan Magelang Km. 17 Ngosit, Margorejo, Tempel, Sleman (0274) 868775

Dibawah ini adalah gedung dan bangunan yang ada di MTs Negeri 2 Sleman:

No Ruangan Jumlah Luas (m2) Keterangan

1 Ruangan Kelas 15 Kondisi Baik

(69)

3 Ruangan Lab Komputer 1 56 Kondisi Baik

4 Ruang Multimedia Kondisi Baik

5 Ruang Perpustakaan Kondisi Baik

6 Ruang Bahasa 1 - Kondisi Baik

7 Ruang UKS 1 Kondisi Baik

8 Ruang Koperasi 2 Kondisi Baik

9 Ruang BK/BP 1 77 Kondisi Baik

10 Ruang Kepala Sekolah 1 42 Kondisi Baik

11 Ruang Guru 1 158 Kondisi Baik

12 Ruang TU 1 Kondisi Baik

13 Ruang OSIS 1 33 Kondisi Baik

14 Masjid 1 126 Kondisi Baik

15 Ruang keterampilan/ karawitan

1 56 Kondisi Baik

16 Gudang 1 101 Kondisi Baik

17 Kamar Mandi Guru 3 - Kondisi Baik

(70)

19 Ruang Penjaga/ Pos Keamanan

1 24 Kondisi Baik

2. Sejarah Singkat

Madrasah Tsanawiyan (MTs) Negeri 2 Sleman adalah Madrasah yang berdiri pada tahun 1967 yang terletak di dusun Panggung Lumbungrejo Tempel Kabupaten Sleman atau tepatnya di muka Stasiun Kereta Api Tempel.

Pendirinya adalah para alim ulama’/kyai dan tokoh-tokoh muslim wilayah kecamatan Tempel dan sekitarnya. Adapun nama-nama pendirinya yaitu :

1. K.H. Djumali (Alm.): Pokoh Banyurejo Tempel 2. Kyai M. Sanusi (Alm.): Krakitan, Salam, Magelang 3. Kyai Marzuqi (Alm.): Panggung, Lumbungrejo, Tempel 4. K.H. Ismail : Gondanglegi, Mardikorejo, Tempel 5. K.H. Akhyari Hadi (Alm.): Sleman, Triharjo, Sleman 6. K.H. Hisyam Dimyati (Alm.): Keceme, Caturharjo, Sleman 7. M. Subiyanto, BA. (Alm.) : Kendal, Bangunkert, Turi 8. Munwar Syamudin (Alm.) : Kendal, Bangunkerto, Turi 9. H. Muari AZ, BA. (Alm.): Pulewulung , Bangunkerto, Turi

(71)

Pada tahun 1976 MTs AIN (Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri)pindah di sebelah barat Kelurahan Lumbungrejo hngga awal tahun 1978. Selanjutnya kira-kira pertengahan tahun 1978 MTs AIN Tempel pindah di daerah Ngosit, Margorejo, Tempel kabupaten Sleman Jl. Magelang KM 17 hingga sekarang. Kemudian pada tahun 1980an MTs AIN diganti menjadi MTs Negeri Tempel dan menjadi MTs Negeri 2 Sleman hingga sekarang.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang ada di MTs N 2 Sleman terdiri dari dua bagian, yakni guru dan pegawa Tata Usaha (TU). Adapun struktur organisasi guru sebagai berikut:

1. Komite : K.H. Abu Salim Aly & K.H. Slamet Raharjo 2. Kepala Madrasah : Hadlirin, S.Ag.

3. Waka Kurikulum : Hudaya Al-Mufida, S.Pd. 4. Waka Kesiswaan : Istono, S.Pd.

5. Waka Humas : Muh. Warsun, S.Ag. 6. Waka Sarpras : Titiek Rokhawati, S.Ag. 7. Dewan Guru

8. Siswa.

4. Visi dan Misi MTs N 2 Sleman

(72)

d. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama. e. Melaksanakan pembelajaran yang efektif f. Meningkatkan prestasi belajar siswa

g. Menyelenggarakan perpustakaan sekolah yang bisa memberikan informasi yang efektif dan efisien sebagai sumber belajar

h. Menyelenggarakan kegiatan extrakurikuler bagi siswa

i. Menyelenggarakan pelayanan efektif bagi semua komponen madrasah

j. Menumbuhkan budaya islami

5. Kurikulum

Kurikulum MTs Negeri 2 Sleman mengacu pada kurikulum K13 dinas pendidikan

6. Guru dan Karyawan

(73)

yang menguasai komputer sehingga seluruh laporan sudah terkomputerisasi.

Pada tahun ajaran 2017/2018, Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Sleman memiliki tenaga pengajar (guru) berjumlah 34 orang.Sedangkan jumlah karyawan ada 14 orang dan fungsi yang berbeda-beda.34 Adapun tabel data daftar guru dilampirkan di lembar lampiran.

7. Siswa

Peserta didik MTs N 2 Sleman adalah mereka yang dinyatakan masuk dan diterima ketika penerimaan peserta didik baru dan di nyatakan lulus dari MTs N 2 Sleman.

8. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung untuk menunjang jalannya proses pembelajaran agar bisa berjalan efektif dan kondusif. Pengadaan sarana dan prasarana ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas siswa. Sarana dan prasarana merupakan salah satu element terpenting untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu lembaga pendidikan tidak akan sempurna dan maju apabila fasilitas yang dimiliki tidak memadai. Untuk itu, guna tercapainya tujuan pendidikan yang dikehendaki, maka MTs N 2 Sleman berusaha memenuhi dan melengkapi

B. Deskripsi Hasil Penelitian

      

Gambar

Tabel 0.1: Tabel Transliterasi Konsonan
Tabel 0.3: Tabel Transliterasi Vokal Rangkap
Tabel 3.1 kisi-kisi Pertanyaan Penelitian
Gambar 3.1 Analisis Data
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang menduduki jabatan Penyuluh Sosial Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a untuk menjadi Penata Muda Tingkat

Hasil perhitungan perbandingan biaya perawatan pada Mesin CTCM Lama dan Baru hingga 5 tahun ke depan, dapat diketahui bahwa total biaya yang harus dikeluarkan jika

Karangan Ilmiah, Universitas Sumatera Utara Press, Medan, 2007. Kreith, Frank, Principles of Heat Transfer, Harper & Row Publisher,

Menurut Smaldino, Deborah dan James (2011), teknologi sebagai media berperan banyak untuk belajar. Jika pengajaranya berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan untuk

Dan bagaimana mungkin itu adalah bid’ah manakala itu hanyalah mengikuti mazhab salafush shaleh, dan mengikuti madzhab mereka adalah wajib menurut Al- Qur’an dan As-Sunnah,

Faktor-faktor yang diketahui berhubungan bermakna secara statistik dengan praktik responden terkait kesehatan maternal adalah cara pembayaran kesehatan, aksesabilitas terhadap

Complete the crossword puzzle with synonyms (words with similar meanings) of the clue words.. If you need help, check

[r]