• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian

Paradigma menurut Thomas Kuhn dipergunakan dalam dua arti yang berbeda yakni paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik, dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu. Di sisi lain paradigma juga berarti menunjukkan pada sejenis unsur dalam konstelasi itu, pemecahan teka-teki yang konkrit, yang jika digunakan sebagai model atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan teka-teki sains yang normal yang masih tertinggal (Kuhn, 2002: 180). Thomas Kuhn (2002: 103) juga mengeksplisitkan bahwa perubahan paradigma dapat menyebabkan perbedaan dalam memandang realitas alam semesta. Realitas dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik.

Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai seperangkat keyakinan-keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan dengan yang pokok atau prinsip. Paradigma adalah representasi yang menggambarkan tentang alam semesta (world). Sifat alam semesta adalah tempat individu-individu berada di dalamnya, dan ada jarak hubungan yang mungkin pada alam semesta dengan bagian-bagiannya.

Paradigma menurut Guba dan Lincoln (1994) dalam Hidayat (2004), mengajukan tipologi yang mencakup empat paradigma: positivisme, postpositivisme, Kritikal, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing

(2)

diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri.

Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.

Paradigma konstruktivisme berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teori-teoritisi aliran konstruktivisme. Littlejohn mengatakan bahwa paradigma konstruktivisme berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya (Wibowo, 2011: 27).

Paradigma konstruktivisme dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh (Hidayat dalam Wibowo, 2010: 28) sebagai berikut:

1. Ontologis: relativism, relativitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

2. Epistemologis: transactionalist/subjectivist, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.

3. Axiologis: Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjebatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan penelitian lebih kepada rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.

(3)

penelitian authenticity dan revlectivty: sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang di hayati oleh para pelaku sosial.

2.2 Uraian Teoritis 2.2.1 Studi kasus

Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu (Creswell, 1998 : 37-38). Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.

Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks kasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif (Creswell, 1998 : 61-62). Untuk itu Lincoln Guba mengungkapkan bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu dan pelajaran yang dipelajari.

(4)

bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari beberapa contoh fenomena dan biasanya dalam bentuk pertanyaan. Studi kasus pada umumnya berupaya untuk menggambarkan perbedaan individual atau variasi “unik” dari suatu permasalahan. Suatu kasus dapat berupa orang, peristiwa, program, insiden kritis/unik atau suatu komunitas dengan berupaya menggambarkan unit dengan mendalam, detail, dalam konteks dan secara holistik. Untuk itu dapat dikatakan bahwa secara umum, studi kasus lebih tepat digunakan untuk penelitian yang berkenaan dengan how atau why.

Penekanan studi kasus adalah pada kedalaman dan kerincian: wawancara mendalam, penggambaran secara rinci dan pengungkapkan kasus dengan sungguh-sungguh melalui penerapan teori dalam cara yang berbeda, yakni tidak memposisikan studi di dalam dasar teori tertentu sebelum pengumpulan data, tetapi setelah pengumpulan data sehingga acapkali dikenal dengan teori-setelah. Demikian pun dalam pengumpulan datanya yang diambil dari berbagai sumber informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Analisis datanya memerlukan banyak sumber data untuk menentukan bukti pada setiap fase dalam evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus yang “unik”, kita hendaknya menganalisa informasi untuk menentukan bagaimana peristiwa itu terjadi sesuai dengan settingnya. Sedangkan dalam penulisan laporannya, studi kasus membentuk struktur yang “lebih besar” dalam bentuk naratif tertulis. Hal ini disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori dalam deskripsikan kasus atau beberapa analisis untuk menampilkan perbandingan kasus silang atau antar tempat. Untuk itu disarankan bahwa untuk menyusun laporan studi kasus menyusun laporan studi kasus seorang peneliti hendaknya menyusun rancangan beberapa bagian laporan (misalnya bagian metodologi) daripada menunggu sampai akhir proses analisis data.

2.2.2 Komunikasi

(5)

perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002: 41).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia . karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004: 4). Menurut Harold D. Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

(6)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2004: 10).

Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2004: 8)

2.2.3 Komunikasi Antarpribadi

(7)

interdependent with that person.” Komunikasi antarpribadi adalah hubungan penuh makna orang per orang yang terjadi secara diadik. Ketika orang saling melakukan (share) hubungan antarpribadi dengan orang lain, maka seseorang akan saling mengalami ketergantungan dengan orang lain.

Komunikasi antarpribadi ialah komunikasi yang melibatkan komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap muka, dan memungkinkan dengan umpan balik seketika. Sementara menurut Rakhmat (1996: 49) komunikasi antarpribadi berkaitan dengan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi yang dinamakan komunikasi antarpribadi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Komunikasi antarpribadi menurut Devito (Pratikno, 1987: 42) adalah “Interpersonal communication as the sending of messages by one person and the of messages by another person, of small group of person with some effect and some immediate feed back.” Komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik langsung.

Komunikasi antarpribadi dapat dipahami dengan melihat tiga definisi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi antarpribadi seperti yang dijelaskan Devito (1997: 231) berikut:

a. Definisi berdasarkan komponen (componential), menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok orang kecil, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

b. Definisi berdasarkan hubungan diadik (relational dyadic), mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

(8)

(impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.

Berdasarkan uraian tersebut, komunikasi antarpribadi dapat dikatakan tidak lepas dari informasi dan waktu komunikasi yang mempengaruhi proses komunikasi antarpribadi seperti dijelaskan Beebe et al (1996: 6) yakni:

Interpersonal communication is a special form of human communication that occurs when we interact simultaneously with another person and mutually influence each other. Simultaneous interaction means that the communication partners are both acting upon the same information at the same time. Mutual influence means that both partners are affected by the interaction: it affects their thoughts, their feelings, and the way the interpret

2.2.3.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Pendapat lain dari Arni Muhammad (2002:165-168) tujuan komunikasi interpersonal tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak disadari, boleh disengaja ataupun tidak disengaja. Tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Menemukan diri sendiri

Salah satu tujuan komunikasi antar pribadi adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.

(9)

Hanya komunikasi antar pribadi menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

3. Membentuk dan menjaga hubungan penuh arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu yang kita pergunakan untuk komunikasi antar pribadi diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4. Berubah sikap dan tingkah laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan komunikasi interpersonal. Kita dapat menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.

5. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang memiliki tujuan utama untuk mendapat kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita lucu pada umumnya hal tersebut adalah pembicaraan untuk menghabiskan waktu.Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

6. Untuk membantu

(10)

kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan sebagainya.

2.2.3.2 Komunikasi Antarpribadi yang Efektif

Dalam kajian mengenai efektivitas komunikasi interpersonal Devito mengungkapkan bahwa: Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (Devito, 1997: 259-264).

1. Keterbukaan atau openess adalah suatu sikap dimana tidak ada perasaan tertekan ketika melakukan kegiatan komunikasi yang ditandai dengan kesediaan untuk jujur dalam menyampaikan apa yang sedanng dirasakan dan sedang dipikirkan.

2. Empati, adalah suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon secara tepat setiap perilaku yang muncul dalam kegiatan komunikasi.

3. Dukungan yaitu suatu sikap memberikan respon balikan terhadap apa yang dikemukakan dalam kegiatan komunikasi, sehingga dalam kegiatan komunikasi terjadi pola dua arah.

4. Rasa positif, adalah suatu perasaaan memandang orang lain dalam kegiatan komunikasi sebagai manusia. Hal ini ditandai dengan sikap tidak mudah menjudge dalam setiap kegiatan interaksi dalam komunikasi.

(11)

2.2.3.3 Hambatan dalam Komunikasi Antar Pribadi

Tiga aspek yang termasuk dalam hambatan komunikasi interpersonal menurut Sunarto (2003:17) yaitu :

a. Hambatan mekanik, yakni hambatan yang timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi, seperti terganggunya saluran magnetik radio oleh getaran-getaran sehingga pesan yang disampaikan menjadi kurang jelas.

b. Hambatan semantik, yang sering terjadi dalam tahap proses komunikasi, karena berkisar pada masalah apa yang dikomunikasikan dan disampaikan pada tahap-tahap komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada seseorang dalam konteks yang berbeda, hal ini disebabkan adanya gangguan pada komunikator karena salah persepsi.

c. Hambatan manusiawi, segala masalah yang paling semu dalam proses komunikasi adalah masalah yang timbul karena berasal dari dalam diri manusia sendiri. Terjadi karena faktor emosi dan prasangka pribadi, kemampuan atau ketidakmampuan alat panca indera.

2.2.4 Teknologi komunikasi

Teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers, 1986 dalam Lubis (2005: 42), mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain.

(12)

tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas (Nasution, 1989: 6).

Teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkup i dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi selalu memiliki dua aspek, yakni hardware (yang terdiri dari obyek material atau fisik) dan software (terdiri dari informasi untuk mengoperasikan hardware). Rogers, 1986 dalam buku Agoeng Nugroho (2010: 3) menjelaskan teknologi komunikasi diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar informasi dengan individu-individu.

Seluruh teknologi komunikasi sudah menjangkau pancaindera manusia seperti sentuhan, penciuman, rasa, pendengaran dan penglihatan. Bahkan teknologi komunikasi dapat membawa seseorang individu melintasi batas ruang dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya (McLuhan, 1965). Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela dunia atau “a window to the world” dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang jauh jaraknya tanpa kita hadir langsung di lokasi kejadian (Agoeng Nugroho, 2010: 4).

Istilah teknologi komunikasi seringkali diucapkan dalam nafas yang sama dengan istilah teknologi informasi, karena pengertian yang terkandung pada masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain. Namun, istilah teknologi komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran, perangkat keras, dan perangkat lunak dari komunikasi modern, di mana teknologi informasi merupakan bagian dari padanya.

(13)

komunikasi merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat.

Severin dan Tankard (2007: 305), mengatakan bahwa teknologi komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang “revolusi teknologi” atau “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah video tape recorder, video casette, televisi kabel, surat kabar online, akses pelayanan informasi komputer dengan komputer pribadi di rumah, internet, World Wide Web, serta CD-ROM. Banyak teknologi yang mempunyai dampak dramatis yaitu memberikan pengguna kontrol yang jauh lebih banyak pada proses telekomunikasi dan informasi yang diterima.

Menurut Asch dalam Rakhmat (2001), semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada obyek kelompok, atau orang. Hubungan kita dengan mereka pasti berdasarkan pada informasi yang kita peroleh tentang sifat-sifat mereka, sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang obyek atau orang tersebut. Tubbs dan Moss (1996) memperkenalkan suatu fenomena yang disebut terpaan selektif (selective exposure), suatu kecenderungan untuk memilih komunikasi yang akan menegaskan pendapat, sikap, dan nilai-nilai anda sendiri. Contohnya petani ketika memilih untuk membeli telepon, mereka memikirkan manfaat dan dampak yang mereka peroleh dalam penggunaan telepon.

McLuhan dalam Abrar (1997) mengungkapkan kalau masyarakat pedesaan ingin memperoleh kemajuan atau perubahan tentang suatu peristiwa, mau tidak mau mereka harus memilih untuk menggunakan teknologi telekomunikasi. Menurut Abrar (1997) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melihat sikap masyarakat menanggapi adanya telekomunikasi, yaitu:

1. Menolak secara pasif, yaitu tidak menjadikan semua teknologi sebagai kerangka acuan kehidupan sehari-hari.

(14)

3. Menerima teknologi secara pasif, dimana teknologi digunakan pada kegiatan sehari-hari tetapi tidak menyeleksi teknologi itu terlebih dahulu 4. Menerima secara selektif, yaitu menjadikan teknologi sebagai kerangka

acuan dalam kehidupan dengan memikirkan baik buruknya teknologi itu

2.2.5 New Media

New Media merupakan perkembangan baru dari media-media yang telah digunakan manusia. Karakternya yang merupakan bentuk digital tentu memudahkan dalam bertukar informasi dan berbagai kegiatan lainnya.

Kajian-kajian berbagai aspek tentang perkembangan teknologi telematika menjadi sangat penting terutama yang berhubungan dengan perkembangan media baru (new media), karena tidak saja menyangkut basis-basis ekonomi yang perlu disiapkan, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana konstruksi sosial media massa memberi konstribusi terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan. Hal ini nantinya berhubungan dengan dengan persoalan-persoalan difusi inovasi dan adopsi yang dilakukan masyarakat, dan bagaimana pula media baru mendukung pergerakan pembangunan masyarakat sebagai subjek perubahan di masyarakat itu sendiri. (Bungin, 2009: 374).

(15)

Secara karakteristik, media baru sangat berbeda karakteristiknya dengan media lama. Pada media lama, interaktivitas tidak terjalin dan jarak diantara komunikator dengan komunikan sangat terlihat sekali. Sebaliknya, media baru membawa potensi hubungan yang interaktif diantara pengguna serta membangun hubungan yang setara antara pengirim dan penerima pesan. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh media baru dapat dilihat sebagai kelebihan atau sisi positif dari media baru. Tapi kita juga tidak boleh menutup mata bahwa media baru juga memberikan beberapa dampak negatif yang harus diwaspadai.

2.2.5.1 Internet Sebagai Media Komunikasi

Istilah internet Indonesia adalah istilah-istilah yang diserap dari bahasa asing karena kemajuan teknologi internet. Mayoritas istilah-istilah tersebut adalah berasal dari bahasa Inggris, karena dipandang memiliki kekayaan kosakata internet yang paling luas.

Internet dilahirkan pada puncak Perang Dingin, pada tahun 1969, sebagai jaringan eksperimental yang disebut ARPANET. Pada tahun pertamanya, ARPANET menghubungkan empat pusat komputer universitas, masing-masing di UCLA, di Standford Research Institute (SRI), di Universitas California Santa Barbara (UCSB), dan di Universitas Utah Charley Kline, yang terlibat dalam riset militer untuk U.S. Defense Department’s Advanced Research Project Agency (Badan Proyek Riset Lanjut Departemen Pertahanan Amerika Serikat) (Fidler, 2003: 150).

Internet menjadi sedemikian populer menjelang 1995 sebagai akibat dari teknologi-teknologi Mosaic dan Web sehingga jaringan-jaringan konsumer online, seperti America Online, Prodigy dan CompuServe, mulai memberikan akses net kepada para pelanggan mereka. Ledakan pertumbuhan kegiatan internet, yang dalam 1995 semakin meningkat sekitar 10 sampai 15 persen per bulan, akhirnya dipandang oleh para pakar sebagai tuntutan massa untuk memperoleh bentuk baru pertukaran informasi (Fidler, 2003: 154).

(16)

menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan (Ardianto dan Lukiati, 2004: 141).

Membedakan internet dengan teknologi komunikasi yang lainnya yaitu tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Internet merupakan media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Internet juga dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media massa, sebagian lagi mengkategorisasikannya sebagai media antar pribadi. Kedua pendapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya, karena kedua pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakekat internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media massa, misalnya ketika seseorang berkunjung ke majalah elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang teman, misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya (Vardiansyah, 2004: 106).

2.2.5.2 Jejaring Sosial (Social Networking)

(17)

Banyak layanan jejaring sosial berbasiskan web yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, audio chat, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain. Umumnya jejaring sosial memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya. Pengguna dapat meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan pengguna lainnya. Situs-situs dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube atau Yahoo Messenger. Beberapa jejaring sosial memiliki fitur tambahan seperti pembuatan grup untuk dapat saling berbagi informasi didalamnya. Situs jejaring sosial yang paling terkenal dan sering digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu Facebook dan Twitter.

2.2.6 Maintenance Relationship

Menurut Ayres (1983) mendefinisikan pemeliharaan hubungan (maintenanance relationship) adalah menjaga hubungan dalam keadaan stabil, sehingga mencegah hubungan tersebut dari penurunan atau peningkatan (dalam Canary, 2003: 10).

(18)

membuat pasangan merasa bersalah, lalu menunjukkan sikap tidak ramah ketika pasangan tidak memberikan perhatian. (10) Humor adalah sikap menggunakan berbagai macam humor untuk membuat suasana menjadi menyenangkan. Misalnya memberi panggilan yang unik atau sekedar bercerita hal-hal yang lucu kepada pasangan.

Menurut DeVito (2008: 3) komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal yang melibatkan antara dua orang atau bahkan lebih. Sedangkan dalam Canary (2008:4) menjelaskan definisi komunikasi interpersonal adalah pertukaran simbol yang digunakan untuk mencapai tujuan antarpribadi. Komunikasi interpersonal sering terjadi tatap muka (face-to-face) seperti interaksi orangtua dan anak dalam keluarga saat makan malam. Karena kemajuan teknologi, interaksi saat ini tidak hanya dapat dilakukan secara langsung, namun juga dapat dilakukan media online.

Teknologi mempengaruhi kehidupan baik secara diprediksi dan tidak diprekdisi. Ketika seseorang menganggap bahwa pengaruh yang dimiliki komputer (dan akan memiliki) pada orang yang terlibat dalam suatu hubungan, hal ini penting untuk memahami bahwa orang-orang yang baru untuk mengaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Canary, 2003: 141).

2.2.7 Teori Manajemen Koordinasi Makna (Coordinated Management Of Meaning)

(19)

tidak mengklaim teori ini sebagai hukum besi komunikasi yang menjadi penguasa kebenaran bagi setiap orang dalam setiap situasi. Bagi Pearce dan Cronen, ujian utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi. Mereka memandang teori CMM sebagai teori yang berguna untuk mensimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu teori CMM umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya dan sebagainya.

Esensi Teori

Para pengguna CMM menyebut diri mereka sebagai social constructionist karena mereka berpegang pada asumsi bahwa lingkungan atau dunia sosial itu bukanlah sesuatu yang ditemukan begitu saja melainkan sesuatu yang diciptakan, dibangun, atau dikonstruksi. Asumsi tersebut mengawali bahasan teori ini, yaitu bahwa persons-in-conversation co-construct their own social realities and are simultaneously shaped by the worlds they created.

Selanjutnya, secara lebih rinci dikatakan bahwa teori ini mengikuti beberapa prinsip berikut:

1. The experience of persons-in-conversation is the primary social process of human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini dimunculkan untuk menyikapi pendapat yang mengatakan bahwa “communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting or important only when it is done poorly or breaks down.” Menurutnya, komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan hubungan (relationship) di antara mereka.

(20)

disebut Pearce sebagai salah satu alat yang paling powerful yang pernah ditemukan dalam penciptaan dunia sosial. Dengan menggunakan bahasa orang saling menyebut orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan bahasa pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya.

3. The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the interaction continuous. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce dan Cronen adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak jangka panjang dari praktek komunikasi yang kita lakukan.

4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah. Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat dalam apa yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena mereka berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah kebenaran tunggal.

(21)

mengkoordinasikan apa mereka lakukan sehingga lingkungan sosial yang mereka ciptakan bisa mereka jalani dan bisa bertahan di dalamnya.

Kisah-kisah yang kita ungkapkan sangat terbuka bagi banyak interpretasi. Pearce dan Cronen memberikan beberapa model untuk membantu orang menggambarkan apa yang terjadi dalam sebuah percakapan. Dua diantaranya adalah the atomic model dan the serpentine model.

Jika menggunakan atomic model maka diketahui ada 4 konteks yang berhubungan dengan percakapan sehari-hari, yaitu episode, relationship, identity, dan culture. Kunci untuk melakukan interpretasi adalah dengan melihat mana konteks yang mendominasi percakapan tertentu.

Coordination mengacu pada proses dimana orang-orang berkolaborasi dalam sebuah upaya untuk menyamakan visi mereka tentang apa yang dianggap perlu, mulia, dan baik serta untuk menghindari perbuatan yang ditakuti, dibenci, atau dicela. Untuk bisa memadukan tindakan (stories lived) orang tidak selalu harus koheren dengan orang lain, tetapi mereka tetap dapat memutuskan untuk mengkoordinasikan perilaku mereka.

CMM bertujuan untuk menciptakan perdamaian. Salah satu cara yang disarankan untuk berbicara dengan orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi dialogis. Komunikasi dialogis dipandang sebagai sebuah cara untuk menjelaskan bagaimana persons-in-conversation dapat mencapai the meshing of stories lived. Bagi Pearce, hubungan interpersonal yang difokuskan pada komunikasi dialogis akan membuatnya berbeda dari sekedar debat, diskusi, atau ceramah. Komunikasi dialogis berarti berbicara dalam cara yang memungkinkan orang lain untuk mendengarkan, dan mendengarkan dalam cara yang memungkinkan orang lain untuk berbicara. Jadi dalam komunikasi dialogis, tidak ada satu pihak bersikap acuh terhadap pembicaraan orang lain atau sebaliknya yang mendominasi dan menghambat orang lain untuk berbicara.

(22)

1. Manusia hidup dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi, Pearce (1989) berpendapat bahwa komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya. Maksudnya kita hidup dalam komunikasi. Para teoretikus CMM mengajukan suatu orientasi yang sama sekali bertolak belakang; mereka berpendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Oleh karena individu-individu menciptakan realitas percakapan mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik. Pandangan ini mengharuskan para pendukung teori ini untuk mengesampingkan pandangan mereka yang telah ada mengenai bagaimana menjadi seorang komunikator.

2. Manusia saling menciptakan realitas sosial: kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial (social construction). Realitas sosial (social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.

3. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpersonal : makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam penemuan, maksudnya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal (interpersonal meaning).

(23)

1. Isi/Content : merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. “aku mencintai kamu” menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B

2. Tindak Tutur/Speech Act : dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994) mendeskripsikan tindak tutur (speech act) sebagai ”tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya : bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini dibangun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. “ Aku mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan.

3. Episode : untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen (1980) membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat penadaan (punctuation) yang terkoordinasi. Pearce (1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode-episode-episode sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.

(24)

5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi) : kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain.

6. Pola Budaya/Culture Patterns : Pearce dan Cronen (1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.

Koordinasi dipengaruhi beberapa hal :

1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting (Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.

(25)

2.3 Model Teoritik

Maintenance Relationship Teori Manajemen Koordinasi makna

Keluarga TKI

Teknologi Komunikasi

Teknologi Komunikasi Baru:

Internet, jejaring sosial (Facebook,

Twitter, E-mail, Teknologi

Komunikasi lama: Telepon, SMS, Fax,

dll

Komunikasi Antarpribadi

Gambar

Gambar 2.1 Model Teoritik

Referensi

Dokumen terkait

Dampak Perubahan Ekonomi Terhadap Sikap Dan Perilaku Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dalam Kehidupan Bermasyarakat: Studi Kasus di Desa Klaling Kecamatan Jekulo

bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.. Pengelolaan Program Kelas Imersi Oleh Kepala Sekolah. Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kota Magelang. Program Studi Manajemen Pendidikan

(Kasus Penggunaan Smartphone Blackberry Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta Program Studi Ilmu Komunikasi Angkatan 2009 dalam..

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus dimana peneliti akan memberikan pemaparan atau gambaran umum mengenai

Penelitian studi kasus akan sangat tepat apabila memenuhi hal-hal yang relevan, seperti: (a) menyangkut fenomena yang luar biasa dan mempunyai kaitan dengan

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja: Sebuah studi Kasus Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan

 Pada dasarnya studi kasus melihat kasus secara holistik; tapi ada kalanya di dalam kasus terdapat unit-unit yang banyak (“embedded”), maka dari tiap kasus bisa dipilih.

Tidak ada, tapi macam ada yang kurang antara ngomong lihat mukanya sama pake telepon, kalau di telepon cuman bisa dengar suaranya saja, biasanya kan bisa lihat mukanya kalau