• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Irigasi Dan Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Di Desa Sipoldas Kecamatan PaneI (1990-2000)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Irigasi Dan Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Di Desa Sipoldas Kecamatan PaneI (1990-2000)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEADAAN MASYARAKAT DESA SIPOLDAS SEBELUM DIPERKENALKANNYA

IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN

2.1 Letak Geografis

Desa Sipoldas adalah salah satu desa dari 367 desa yang ada dalam wilayah kecamatan panei kabupaten simalungun. Desa Sipoldas terdiri dari 7 dusun Sipoldas

Adapun Desa Sipoldas berbatasan dengan :

- Sebelah Utara dengan Kecamatan Pamabean Panai - Sebelah Selatan dengan PTPN IV

- Sebelah Barat dengan Nagori Bangun Rakyat - Sebelah Timur dengan PTPN IV

Secara keseluruhan Desa Sipoldas merupakan wilayah yang sangat subur karena Desa Sipoldas adalah desa yang terletak di daerah dataran tinggi sehingga desa ini sangat cocok digunakan sebagai lahan pertanian.

Keadaan jalan dan sarana transportasi menuju Desa Sipoldas juga sudah cukup baik. Jalan-jalan desa sudah lebar, begitu juga jalan penghubung antara dusun-dusun di Desa Sipoldas. Sebagian besar jalan-jalan desa telah beraspal namun ada juga jalan yang desa ini masih berupa tanah biasa, tetapi sudah ada batu-batauan yang menopang jalan.

2.2 Sistem Mata Pencaharian

(2)

Bertambahnya penduduk dan semakin hilangnya hutan yang akan ditebang, sehingga lahan pertanian yang akan digarap juga semakin kecil. Sehingga para masyarakat petani ini mulai berpikir bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian tanpa meluaskan areal pertanian yang digarap (intensifikasi). Realisasi dari usaha meningkatkan hasil pertanian tanpa meluaskan areal pertanian, maka dibuatlah oleh masyarakat petani saluran irigasi yang sangat sederhana yaitu dengan membuat saluran-saluran dengan mengorek tanah (paret). Masyarakat Desa Sipoldas sering menyebut saluran irigasi seperti ini dengan sebutan “Bondar”. Dengan adanya irigasi ini maka hasil yang di dapatkan oleh petani semakin meningkat.

Secara umum sistem mata pencaharian penduduk Desa Sipoldas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel I Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 987

2 Pedagang Kecil 92

3 Pegawai Negri 18

4 Pegawai Swasta 81

5 Lain-lain 279

Jumlah 1457

Sumber data : Kantor Kepala Desa Sipoldas 1997

(3)

tanah. Mereka ini ada yang menyewa dengan membayar uang dan ada juga yang membayar dengan hasil panen. Selain ada juga yang hanya mengerjakan lahan pertanian tetapi hasilnya bukan untuk mereka tetapi untuk pemilik tanah. Mereka ini yang lazim disebut sebagai buruh tani. Buruh tani mendapatkan upah dari pemilik tanah dari hasil jerih payah mereka mengerjakan lahan pertanian sawah maupun lahan pertanian ladang. Upah yang didapat mereka adalah berupa uang, tergantung dari luasnya lahan pertanian yang dikerjakan. Buruh tani dipakai jika seorang petani memiliki tanah yang cukup luas, sehingga petani tersebut memerlukan jasa mereka.

Secara umum sistem pertanian yang berlaku di Desa Sipoldas adalah pertanian lahan kering(berladang) dan pertanian lahan basah (sawah). Pertanian lahan kering (berladang) dikerjakan secara sambilan di dalamnya ditanami tanaman palawija misalnya jagung, kacang-kacangan, buah-buahan, dan tanaman keras seperti kopi, durian, rambutan, mangga dan lain-lain. Tanah yang dijadikan lahan perladangan berada jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Sementara itu bertani di lahan basah atau dikenal dengan bersawah ditanami padi yang menjadi mata pencaharian pokok dari sinilah kebutuhan sehari-hari dipenuhi.

Selain sebagai petani masyarakat Desa Sipoldas ada juga yang bekerja sebagai pegawai negri, pedagang kecil, dan lain-lain. Mereka ini bekerja paruh waktu dan selesai bekerja mereka ada juga yang melakukan pekerjaan sampingan seperti bertani dan beternak.

(4)

a. Ladang.

Penduduk Desa Sipoldas yang sebahagian besar masih hidup dalam taraf tradisional tidak terlepas dari tradisi yang dianutnya dalam mengerjakan kebun atau ladang. Pembersihan ladang dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Alat-alat yang dipakai adalah parang, sabit dan cangkul. Yang dimaksud dengan tanah ladang ialah tanah-tanah yang ditumbuhi semak belukar. Pada umumnya mereka para petani bekerja sendiri bersama keluarganya.

(5)

Setelah panen jagung dijemur bersama kulitnya kemudian diikat dan digantung. Selesai seluruh panen termasuk kacang-kacangan maka dibawa pulang untuk disimpan di lumbung atau tempat-tempat yang sudah disediakan untuk menyimpan bahan makanan.

b. Sawah

Sitem bersawah yang berlaku di Desa Sipoldas dilaksanakan pada bulan Agustus atau awal bulan September, karena pengolahan sawah pada umumnya tergantung sepenuhnya pada curah hujan. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan cukup bayak dan sumber-sumber air seperti sungai sudah sangat melimpah. Tanah-tanah sawah yang dikerjakan harus digenangi air agar tanahnya menjadi becek/lembek. Selanjutnya sistem pembajakan dengan menggunakan tenaga kerbau masih sangat efisien dilaksanakan.

(6)

diperhitungkan dengan padi. Bila panen gagal sewa kerbau masih dapat ditunda. Bila berhasil sedikit maka sewa kerbau tersebut akan mendapat prioritas.

Jenis pengairan yang digunakan sebelum masuknya irigasi dapat dikatakan masih menggunakan sistem pengairan yang sangat sederhana yaitu membuat saluran-saluran sejenis paret yang berkedalaman setengah hingga satu meter. Untuk melaksanakan proses produksi diperlukan tenaga-tenaga pelaksana. Ada beberapa jenis tenaga pelaksana yang terlibat di dalam proses produksi ekonomi pertanian tradisional antara lain : Tenaga Upahan, Tenaga Tanpa Upah dan Tenaga Pemilik. Keterlibatan mereka merupakan suatu perwujudan tanggapan aktif masyarakat dalam menanggapi lingkungannya yang bersumber kepada dorongan sosial dan dorongan unutuk mempertahankan hidup. Dorongan sosial berarti keterlibatan mereka terutama disebabkan oleh harkat diri mereka sebagai mahluk sosial. Dorongan untuk mempertahankan hidup melahirkan tingkah laku yang dalam hubungan ini bersifat ekonimis. Di Desa Sipoldas dalam melaksanakan proses produksi di lahan pertanian dibagi atas tiga sistem pengolahan yaitu :

1. Tenaga Upahan

Untuk penggarapan sawah yang luas, seorang petani pemilik lahan banyak menggunakan tenaga upahan. Diperlukan atau tidaknya tenaga upahan itu tergantung dari tenaga yang tersedia dikeluarga inti. Pada tahap permulaan proses produksi, yaitu pada tahap pengolahan tanah seorang petani sering kali memerlukan tenaga upahan untuk mengendalikan bajak. Begitu pula pada tahapan selanjutnya hingga panen tiba. Mengenai upah tergantung pada kesepakatan.

(7)

Tenaga tanpa upahan berarti tenaga-tenaga yang terlibat di dalam suatu pekerjaan tidak didasarkan atas upah. Mereka terlibat dalam kegiatan gotong-royong yang merupakan suatu sistem yang dianut masyarakat sejak lama. Menurut Koentjaraningrat, gotong-royong adalah suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga yang tentunya untuk mengisi kekurangan tenaga dalam lingkaran aktivitas bercocok tanam (tolong-menolong).5 Lebih jauh Koentjaraningrat membagi gotong-royong menjadi dua bagian yaitu : gotong-royong tolong-menolong dan gotong-royong kerja bakti.6

3. Tenaga Pemilik

Di kalangan Desa Sipoldas gotong-royong sebagai suatu sistem masih dijalankan dalam berbagai aspek kehidupan. Jika ditinjau dari segi penggeraknya gotong-royong pada masyarakat Sipoldas terbagi atas tiga corak yaitu yang digerakkan oleh religi dan adat, yang digerakkan oleh adanya permintaan dari pemilik kerja dan yang di gerakkan oleh suatu badan di luar religi dan adat.

Dikatakan dengan tenaga pemilik adalah tenaga petani yang menggarap tanahmiliknya sendiri. Biasanya petani yang mampu mengarap tanah miliknya sendiri dan seluruh tahapan proses produksi adalah petani-petani yang tidak memiliki tanah yang luas. Dengan begitu dari sistem pengolahan tanah seperti membajak hingga panen tiba dilakukan sepenuhnya oleh keluarga petani sendiri.

Masyarakat Desa Sipoldas mempunyai pekerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang setelah panen. Pekerjaan sambilannya antara lain :

a. Marmahan (mangembalakan kerbau)

5

Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1993, hal.57. 6

(8)

Marmahan adalah istilah yang berlaku di Desa Sipoldas untuk memberi makan hewan peliharaan seprti kerbau. Hewan peliharaan tersebut di giring ke tengah-tengah padang rumput, yang letaknya lumayan jauh dari perkampungan. Tugas marmahan yang paling penting adalah menjaga agar hewan ternak tersebut tidak memasuki lahan pertanian penduduk, karena bisa saja hewan tersebut masuk lahan pertanian dan merusaknya. Di Desa Sipoldas berlaku apa yang dinamakan denda apabila hewan peliharaan memasuki serta merusak pertanian milik warga, denda tersebut berupa uang. Ketika musim sawah tiba barulah hewan-hewan tersebut digiring untuk merancah sawah. Hewan yang digembalakan dalam marmahan ini bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain yang sepenuhnya diupahkan kepada orang yang sepenuhnya diberi tugas mengembalakan ternak tersebut. Upah yang diberikan dapat berupa uang tetapi ada juga yang berupa ternak dengan ketentuan setiap kelahiran lima ekor ternak barulah sipengembala mendapat seekor kerbau.

b. Berdagang

Pekerjaan sambilan yang lain yang ada di Desa Sipoldas adalah berdagang, seperti menjual hasil-hasil kebun dan tambak. Hasil-hasil kebun ini berupa cabai, terong, pisang, kelapa, dan lain-lain. Sementara itu hasil tambak seperti ikan mas, lele, dan lain-lain. Setiap penduduk yang mengerjakan pekerjaan sambilan ini akan menjual dagangannya setiap hari Selasa, rabu, dan Sabtu karena pada hari inilah pasar yang ada di Kecamatan Panei

2.3 Sistem Pemilikan Tanah

(9)

memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Ini dapat dibuktikan dari besarnya penduduk yang mengandalkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanain atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Besarnya peranan pertanian di Indonesia tentunya akan memberikan dorongan bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat petani untuk memilki lahan pertanian yang dapat dijadikan sumber produksi. Oleh karena itu mereka berupaya dengan berbagai cara untuk dapat memiliki lahan pertanian baik yang ada di wilayah tempat tinggalnya atau di luar dari desanya. Ada suatu anggapan jika seorang petani itu telah memilki lahan pertanian, maka mereka akan dapat mengatasi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Mereka hanya bekerja di sektor pertanian karena disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.

Desa Sipoldas adalah desa yang pada umumnya dapat dikatakan bahwa penduduk desa tersebut rata-rata bergerak di sektor pertanian yang otomatis memerlukan lahan pertanian yang luas untuk pemenuhan hidup mereka.

Mengenai sistem pemilikan lahan/tanah yang berlaku di Desa Sipoldas terdiri dari dua jenis yang sampai saat ini masih berlaku. Ada warga yang memiliki tanah dari warisan orang tua, ada juga yang diperoleh dengan membeli dari warga lain. Luas pemilikan tanah yang diperoleh dari warisan orang tua pada tiap-tiap penduduk juga berlainan tergantung dari luas tanah dan jumlah keluarganya. Jika orang tuanya dahulu memiliki tanah yang luas tentu anaknya akan mendapatkan tanah yang luas juga setelah dibagi dengan anggota keluarga yang lain. Sebaliknya bila orang tuanya tidak memiliki tanah yang luas tentunya anak-anak mereka juga akan memperoleh warisan tanah yang tidak begitu luas.

(10)

dengan cara membeli tanah orang lain yang kebutuhan akan dijual oleh warga. Itulah sebabnya masyarakat yang seperti ini banyak memiliki lahan persawahan. Sebaliknya bagi warga yang kekurangan modal, kadang kala menjual tanahnya kepada warga yang memiliki modal tadi. Akibatnya mereka kehilangan lahan pertaniannya. Apabila mereka tidak sanggup untuk membeli lahan lagi, berarti akan mempersulit diri sendiri karena tanah sebagai sumber produksi sudah tidak dimiliki lagi. Akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam membiayai hidup sehari-hari.

2.4 Sistem Kepemimpinan

Kepeminpinan muncul bersamaan dengan lahirnya suatu peradaban manusia, yaitu sejak nenek moyang kita mengenal hidup berkumpul dan mengadakan interaksi sosial antar individu. Bekerjasama adalah faktor mendasar di dalam mempertahankan eksistensi hidup mereka yang setiap saat terancam oleh kebuasan binatang atau keganasan alam lingkungannya. Kecenderungan untuk berkumpul dan bekerjasama melahirkan kelompok-kelompok masyarakat. Di dalam kelompok-kelompok itulah terjalinnya kerjasama antar warga dan melahirkan unsur-unsur kepemimpinan.

(11)

dalam satu kelompok kecil. Kehidupan bersama yang dilandasi oleh tujuan yang sama akan melahirkan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat kecenderungan saling bergantung antara yang di pimpin dengan yang memimpin. Namun karena banyaknya pengertian kepemimpinan ini, maka sebelum melangkah lebih jauh tentang sistem kepemimpinan pada masyarakat Sipoldas, maka perlu kiranya suatu batasan penertian tentang kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang ataupun kumpulan orang secara kolektif untuk mengajak atau membawa orang dalam berbuat dan melakukan sesuatu yang dianggap penting. Sementara tinggi rendahnya mutu kepememimpinan dilihat pertama-tama dari efektivitas perbuatannya sehingga akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal. Untuk dapat mewujudkan kepemimpinan pihak pengajak sendiri harus mempunyai keunggulan tertentu terhadap pihak yang diajak dalam menjalani sesuatu.7

1. Kepemimpinan Formal

Masyarakat Desa Sipoldas yang umumnya terdiri dari petani, pedagang, pegawai negri membentuk kelompok atas dasar persamaan usaha/mata pencaharian, sudah barang tentu akan melahirkan kelompok petani yang berkumpul dalam lokasi persawahan jika musim tanam telah tiba. Dari sistem perkumpulan inilah baru muncul sistem kepemimpinan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan itu dapatlah diartikan sebagai seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesetiaan untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Secara umum pola kepemimpinan ada dua macam yaitu:

Kepemimpinan formal yaitu pemimpin yang diangkat berdasarkan keputusan bersama, kemudian dilakukan suatu pengangkatan secara resmi untuk memangku suatu jabatan dalam

7

(12)

struktur organisasi. Hak dan kewajiban untuk mencapai sasaran organisasi telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Pengangkatan secara resmi oleh pemerintah atas dasar diri seorang pemimpin formal di desa bukanlah merupakan suatu jaminan akan penerimaan secara baik oleh anggota-anggota organisasi kemasyarakatan yang akan dipimpinnya. Karena bisa saja pemimpin formal ini diangkat pemerintah tanpa ada persetujuan dari masyarakat. Dengan demikian akan adanya kontra antar sesama warga. Untuk itu seorang pemimpin formal itu harus berusaha keras untuk menyesuaikan dirinya dengan segenap warga masyarakat terutama kepada orang-orang yang terhormat. Pemimpin formal ini pendekatannya lebih banyak berorientasi ke atas atau kepada pemimpin yang lebih tinggi.

Sementara kegiatan/organisasi sosial yang nampak di Desa Sipoldas adalah kegiatan organisasi PKK. Inipun sudah termasuk dalam stuktur organisasi LKMD, dengan kata lain organisasi PKK di desa ini bukan tumbuh sebagai kegiatan yang spontan dari masyarakat, melainkan tumbuh karena persyaratan organisasi pemerintahan masyarakat desa. Kegiatan-kegiatan PKK di Desa Sipoldas masih belum dilaksanakan sebagaiman mestinya. Kesadaran warga masyarakat belum tumbuh sesuai dengan yang diharapkan sehingga usaha yang diharapkan pemerintah tidak akan pernah tercapai jika kondisinya tidak diubah.

(13)

2. Kepemimpinan Informal

Kepemimpinan Informal adalah kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan di mana dalam pelaksanaannya tanpa dilandasi peraturan. Telah disinggung sebelumnya bahwa sejak adanya manusia yang berkumpul dan bekerja sama maka saat itu pulalah lahir pemimpin-pemimpin masyarakat. Dalam adat masyarakat Desa Sipoldas pola kepemimpinan informal lahir bersamaan dengan kebutuhan yang berlaku ketika itu. Dengan kata lain munculnya pemimpin itu dianggap perlu untuk mengharapkan masyarakat kearah tujuan yang diinginkan dan biasanya muncul secara spontan. Pemimpin informal ini dapat dikatakan seperti ketua adat, pemimpin agama, guru mengaji, guru silat dan lain-lain dimana pengangkatannya tidak diperlukan surat keputusan (SK) dari pemerintah yang berwenang. Kebutuhan akan pemimpin informal ini karena kebutuhan masyarakat akan hal itu belum terpenuhi dan secara alami mendapatkan dukungan dari anggota kelompok masyarakat.

Syarat-syarat dipilihnya seorang pemimpin informal ini tidak diatur dalam peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan seperti yang ada dalam pemilihan pemimpin formal dalam masyrakat, tetapi dipilih berdasarkan pengakuan dari masyarakat karena:

a. Mempunyai kualitas keterampilan seperti menguasai sistem adat yang berlaku.

b. Memiliki kemampuan dalam mempengaruhi orang lain di dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu.

c. Selain bersifat jujur, arif dan bijaksana juga harus mau berkorban untuk kalangan masyarakat.

(14)

Seorang ketua adat diangkat karena seorang itu memang mampu untuk mengemban tugas itu, dimana masyarakat menilai bahwa pengetahuannya tentang adat cukup banyak sehingga ia disegani oleh masyarakat tersebut. Penduduk desa selalu meminta petunjuk dan nasehat kepadanya tentang suatu persoalan yang menyangkut adat istiadat dimana semua nasehat dan anjurannya dipatuhi oleh masyarakat itu. Ketua adat istiadat di Desa Sipoldas disebut dengan Natuatuani Huta.

Dalam perkembangan selanjutnya Natuatuani Huta sangat berpengaruh dan berperan dalam masyarakat yang diistilahkan oleh masyarakat setempat sebagai orang yang mempunyai keistimewaan, dimana warga masyarakat desa pada umumnya masih berpegang teguh dengan adat istiadat bahkan begitu fanatiknya hingga adat itu disanjung oleh banyak orang.

2.5Sistem Kepercayaan

Sebelum kedatangan bangsa Eropa di tanah Batak agama Kristen Protestan belum di kenal masyarakat Desa Sipoldas begitu juga dengan agama Islam yang datang dari daerah Barus.8

Masyarakat desa itu masih menganut kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang dan benda-benda yang keramat. Kepercayaan ini memang merupakan kepercayaan masyarakat Batak Toba. Sejak zaman dahulu masyarakat Batak Toba mempunyai suatu keyakinan bahwa

(15)

batu-batu besar, gunung dan pohon-pohon besar bisa mendatangkan rejeki dan kebahagiaan bagi mereka. Kepercayaan seperti ini disebut dengan Sipelebegu.9

Setelah masuknya Misionaris dan masuknya penyebaran agama Islam di Tanah Batak, maka pada zaman sekarang ini masyarakat Desa Sipoldas telah menganut agama Kristen dan Islam, hanya sebagian kecil saja yang menganut kepercayaan lama.

Masyarakat Desa Sipoldas mempunyai agama yang berbeda dan penganut agama yang paling banyak adalah Kristen Protestan akan tetapi walaupun agama mereka berbeda-beda, masyarakat desa ini tetap saling menghormati. Salah satu bentuk saling menghormati antar umat beragama itu adalah apabila agama Kristen merayakan hari Natal maka umat Islam akan datang berkunjung, demikian juga apabila umat Islam merayakan lebaran maka orang Kristen datang untuk bersilaturahmi.

Rasa toleransi umat beragama di Desa Sipoldas juga cukup tinggi, karena masyarakat sudah mempunyai kesadaran bahwa semua agama itu mengajarkan hal yang baik. Hal ini dapat di lihat bahwa di Desa Sipoldas dari dulu sampai sekarang belum pernah terjadi kerusuhan atau keributan karena agama. Kesemuannya itu tidak terlepas dari adanya tali persaudaraan yang masih dekat, karena di desa ini antara yang satu dengan yang lainnya masih merupakan kerabat dekat.

Untuk mendukung peribadatan masyarakat Desa Sipoldas mempunyai sarana peribadatan masing-masing dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

9

(16)

TABEL II

SARANA RUMAH IBADAH DI DESA SIPOLDAS

No. Sarana Ibadah Jumlah (Unit)

1 Gereja Protestan 8

2 Gereja Katolik 1

3 Mesjid 1

Jumlah 10

Sumber : kantor kepala Desa Sipoldas 1997

Jadi setelah masuknya agama di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Sipoldas, kepercayaan lama atau tradisional semakin lama semakin menipis. Mereka makin percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan langit dan bumi ini. Tuhan ini bukan berasal dari batu-batu besar, kayu-kayu besar dan juga dari gunung-gunung tetapi yang mengetahui asal-usul seluruh alam serta isinya.

2.6 Kehidupan Budaya

(17)

Begitulah dalam salah satu aspek kebudayaan yang merupakan gambaran nyata dari suatu masyarakat yang menunjukkan bagaimana pola tingkah laku yang dianggap baik ataupun kurang baik. Sebagaimana suatu wujud nyata, budaya tersebut berada di dalam maupun di luar jiwa manusia itu sendiri, atau diatas manusia sebagai mahluk hidup yang mengontrol dengan ketat daripada tingkah laku anggota masyarakat ataupun pemangku kebudayaan tersebut.

Ada pula anggapan yang menyatakan bahwa kuat longgarnya suatu kebudayaan dalam menentukan wujud internal masyarakat ditentukan oleh tingkah laku dari perkembangan suatu masyarakat. Begitulah sebaliknya, cepat lambat suatu masyarakat berkembang juga banyak ditentukan oleh potensi yang terkandung dalam suatu kebudayaan. Selain itu, ketahanan suatu kebudayaan ditentukan oleh kenyataan sampai sejauh mana suatu sistem nilai tertentu dalam kebudayaan tersebut mampu memberikan kepada masyarakat keuntungan yang secara kongkrit dapat dirasakan oleh masyarakat. Aspek kegunaan, kebaikan-kebaikannya harus dapat terasakan oleh pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Hanya dengan demikian suatu adat istiadat dapat bertahan dalam proses perkembangan masyarkat.

(18)

Namun jika ada pembangunan yang mengganggu sistem adat, sudah tentu masyarakat sebagai pembuat dan pelaksana adat tersebut akan melakukan suatu reaksi. Yang jelas kehidupan budaya di Desa Sipoldas masih dominan dengan budaya adat Batak Toba. Budaya etnis Batak Toba sudah dipengaruhi oleh hasil pencapuran melalui proses yang cukup lama antara budaya Batak Toba asli yang relatif masih sederhana dengan keebudayaan yang lebih modern. Ini dapat dilihat pada kehidupan lingkungan sehari-hari, misalnya dalam adat perkawinan akan terlihat jelas penjelmaan tradisi dari pencampuran budaya tersebut sehingga menjadi suatu tradisi bagi kelompok masyarakat yang sama-sama dihargai.

Gambar

tabel berikut ini.
TABEL II SARANA RUMAH IBADAH DI DESA SIPOLDAS

Referensi

Dokumen terkait

ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk system manajemen kualitas yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan yang

penyedia yang mendaftar sebanyak 23 (dua puluh tiga) penyedia sedangkan penyedia yang memenuhi syarat administrasi sebanyak 8 (delapan) penyedia dan dilanjutkan ke

Berdasarkan hasil analisis deskripsi frekuensi perolehan siswa terhadap daftar cek list mengenai angket lingkungan sosial, pada faktor lingkungan sosial ini terdiri

Pernyataan ke dua informan tersebut mengenai dampak dari adanya event yang digelar di pasar triwindu adalah sepinya pembeli yang di karenakan akses jalan masuk

Harus ada batas pengulangan tidak bisa menentukan baik static dan Shared dalam deklarasi variabel

Aliran sungai dari hulu ketika pasang angkutan sedimen diendapkan di alur sungai ataupun muara sungai sedangkan aliran sungai ketika surut angkutan sedimen dibawa kembali

Dalam tahap pelaksanaan dan pengamtan penelitian ini, hal-hal yang perlu dilakukan sebagai berikut: a) Melakukan observasi terhadap siswa dan guru baik secara

Hal ini disebabkan anak-anak pada kelompok eksperimen diberi kesempatan untuk belajar berperilaku yang menunjukkan pendapat dan perasaannya melalui permainan drama yang