• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATE GI PE ME RINTAH KOT A S URAKARTA DALAM MELESTARI KAN PASAR T RADIS IO NAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATE GI PE ME RINTAH KOT A S URAKARTA DALAM MELESTARI KAN PASAR T RADIS IO NAL"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

MELESTARI KAN PASAR T RADIS IO NAL

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat – syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun Oleh:

NUR RITA TRISNAWATI D11 09020

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan Bangsa yang kaya akan kebudayaan. Karena

terdiri dari banyak pulau dimana tiap pulau tersebut memiliki beberapa suku

yang mempunyai nilai, norma dan adat istiadat sebagai wujud kebudayaan.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena Masyarakat

hidup bersama sama untuk menghasilkan kebudayaan. Budaya tersebut

merupakan bentuk identitas dari suatu kelompok atau masyarakat yang

diharapkan mampu menjadi identitas nasional..

Koentjaraningrat(2000:186-187), dalam bukunya menyebutkan bahwa

wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma dan peraturan

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola

dari manusia dalam masyarakat

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Salah satu wujud fisik kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas

kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat adalah Pasar Tradisional.

Didalamnya terdapat nilai, norma dan peraturan yang merupakan wujud dari

kebudayaan bangsa Indonesia. Di dalam pasar tradisional terdapat kelompok

(4)

commit to user

usaha yang berbasis kerakyatan. Pedagang dan pembeli di dalam pasar

berkomunikasi secara langsung dan terbuka mengenai kesepakatan harga melalui

proses tawar menawar. Interaksi antara pedagang dan pembeli tersebut

merupakan salah satu bentuk dari nilai budaya tradisional Bangsa Indonesia.

Selain pada aspek budaya, Pasar tradisional juga memegang peranan

penting dalam bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi pasar tradisional

berperan sebagai salah satu tempat perputaran uang dan stabilisasi harga sebuah

barang atau produk, dimana terjadi proses tawar menawar antara pedagang dan

pembeli sehingga nilai suatu barang bisa lebih stabil karena dalam proses

tersebut dapat menghilangkan monopoli harga oleh penjual. Pada sisi lain, pasar

tradisional juga merupakan pemasok Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terus

menerus dan langsung pada kas Pemerintah daerah.

Salah satu kota di Indonesia yang masih mempertahankan keberadaan

pasar tradisional sebagai bentuk dari kebudayaan adalah Kota Surakarta. Kota

Surakarta atau yang sering disebut Solo merupakan nama sebuah kota di Provinsi

Jawa Tengah, Indonesia. Meskipun bukan ibukota propinsi, namun Surakarta

merupakan sebuah kota besar yang aktif dalam bidang perdagangan maupun

kebudayaan. Kota Surakarta atau Solo memiliki slogan pariwisata, Solo Spirit of

Java, yang berarti bahwa kota Surakarta adalah kota yang menjunjung tinggi dan

mempertahankan kehidupan tradisi kebudayaan jawa. Slogan tersebut diharapkan

(5)

commit to user

Sebagai kota Perdagangan dan kebudayaan, Kota Surakarta memiliki

banyak pasar tradisional. Baik yang sudah besar dan menjadi tujuan hampir tiap

wisatawan serta pasar kecil yang hanya mencukupi kebutuhan sehari–hari,

bentuk bangunannya pun juga bermacam-macam, biasanya disesuaikan dengan

jenis barang yang diperdagangkan. Kondisi di dalam pasar cukup ramai dengan

aktifitas jual belinya, namun masih semrawut karena banyak pedagang yang

menggelar dagangannya di sembarang tempat serta kurangnya sarana prasarana

dalam memfasilitasi pasar, sehingga membuat tampilan pasar menjadi sangat

memprihatinkan. Untuk mengetahui jumlah pasar yang ada di Surakarta dapat di

lihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Table 1.1

(6)
(7)

commit to user

36 P. Dawung IIIA 800 0 0 -

37 P. Mojosongo P IIIB 1.498 3 128 18

38 P. Ngumbul IIIB 428 11 46 -

39 P. Bambu IIIB 450 0 0 22

40 P. Besi IIIB 15.120 0 309 -

41 P. Joglo IIIB 1.005 29 70 14

Jumlah 163.247 4.788 9.178 4.904

Sumber: Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta.

Dari data diatas, dapat kita ketahui jumlah pasar tradisional yang berada di

Surakarta berjumlah 41 pasar, lokasinya berada di setiap kecamatan. Biasanya,

nama pasar disesuaikan dengan nama tempat atau dengan nama barang yang

diperdagangkan. Dari 41 pasar tradisional tersebut dapat di golongkan menjadi

beberapa kelas, yakni kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, dan IIIB. Pemasukan golongan

tersebut berdasarkan luas dan besar pasar serta banyaknya jumlah para pedagang

dan frekuensi aktifitas jual beli yang dilakukan.

Dilihat dari banyaknya jumlah pasar dapat dikatakan bahwa kota Surakarta

merupakan kota budaya yang aktif dalam bidang perdagangan namun juga tetap

mempertahankan dan menjunjung tinggi tradisi kebudayaan jawa. Namun

disamping masih mempertahankan tradisi kebudayaan, masyarakat Surakarta

juga mengadopsi budaya modern. Hal tersebut dikarenakan semakin maju

pesatnya perkembangan teknologi, sarana komunikasi dan transportasi yang

mengakibatkan semakin melebarnya pintu globalisasi suatu negara dalam

(8)

commit to user

masyarakat untuk menciptakan berbagai kegiatan ekonomi yang praktis, efesien

dan menguntungkan. Seperti dengan meningkatkan daya beli, mengembangkan

kemampuan produksi dan permintaan barang atau jasa, Serta memenuhi tuntutan

masyarakat konsumen.

Kota Solo dengan penduduk lebih dari 500.000 jiwa merupakan pusat

regional kawasan Soloraya (Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Boyolali, Sragen,

Wonogiri). Akses transportasi menuju kota ini sangat memadai, sehingga

mobilitas manusia sangat tinggi. Aspek demografis ini menjadikan Solo sebagai

pendorong pertumbuhan kawasan incaran raksasa bisnis ritel.

Dalam menghadapi tuntutan masyarakat tersebut, maka timbul fenomena

baru yaitu dengan munculnya pasar (ritel) modern, seperti mall, supermarket,

department store, dan shopping centre. Berbagai macam pusat perbelanjaan

eceran bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran. keberadaan pasar

modern yang kian waktu kian terus bertambah terjadi karena tuntutan dan

konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat.

Perkembangan pasar modern di Surakarta berkembang sejak tahun 2006.

Berdirinya PT Makro Indonesia, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Centre

(BTC) yang berada satu kawasan dengan PGS, Solo Square, Solo Grand Mall,

Mini market, Indomart dan minimarket-minimarket kecil lainnya menjadi wujud

nyata pertumbuhan pasar modern di Surakarta. Pertumbuhan pasar-pasar modern

ternyata berdampak pada terjadinya persaingan antara pasar modern dengan

(9)

commit to user

dalam penempatan lokasi dan hubungan timbal balik dengan pedagang kecil,

menengah, koperasi, dan pasar tradisional. Akibatnya, keberadaan pasar - pasar

tradisional dikhawatirkan semakin hari semakin tersingkirkan oleh kehadiran

pasar -pasar modern. Bahkan dapat diprediksikan bahwa untuk kedepannya pasar

modern mampu menggusur peran pasar tradisional dalam kegiatan perekonomian

di Indonesia.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran pasar modern

telah mengancam eksistensi pasar tradisional, fakta ini antara lain diungkap

dalam VIVAnews yang menyebutkan bahwa Selama kuartal I 2009, baik pasar

tradisional maupun pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan. Pasar

modern mencatat pertumbuhan tertinggi. Dari 50 kategori barang konsumsi di

kedua pasar, tradisional dan modern pada pertumbuhan Maret 2009, terhadap

bulan sebelumnya sebesar 8% dengan pertumbuhan pasar modern 13,2% dan

pasar tradisional 5,0%. Perbandingan pada tahun 2009 dengan 2008 secara total

mencapai 4,3%, dengan pertumbuhan pasar modern 11,2 %. Sedangkan pada

tahun 2010 pasar (retail) modern mencapai 31,4% sedangkan untuk pasar

tradisional minus 8,1%. Pada tahun 2010 jumlah pedagang pasar tradisional

mencapai 12,5 juta orang dan pasar tradisional berjumlah 11.000 unit.

Agar pasar tradisional dapat tetap bertahan di dalam perubahan dan

persaingan terhadap pasar modern, maka dibutuhkan upaya – upaya sistematis

yang memahami karakteristik pasar dan kebijakan yang berpihak pada

(10)

commit to user

mengembangkan segala aspek yang dimiliki dengan karakter dasarnya tanpa

harus menutup penetrasi pasar modern. Maka dalam hal ini, tidak diperlukan

persaingan namun lebih tepat dengan cara melestarikan pasar tradisional. Usaha

pelestarian tersebut diharapkan mampu mempertahankan eksistensi pasar

tradisional tanpa merubah karakter pasar tradisional pada dasarnya.

Pelestarian pasar tradisional di Surakarta dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Surakarta selaku pihak yang berwenang dalam mengatur urusan rumah

tangga kota Surakarta, upaya yang dilakukan Pemerintah kota Surakarta dalam

mempertahankan eksistensi pasar tradisional adalah dengan memeliharan dan

melestarikan Pasar Tradisional yang bertumpu pada perekonomian kota dengan

tetap memelihara nilai – nilai kebudayaan bangsa dan kelestarian lingkungan.

Mengacu pada Perda Kota Madya Daerah Tingkat II Surakarta No. 3

Tahun 1993 tentang pasar, Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta merupakan

pihak yang berwenang dalam pengelolaan Pasar Tradisional. Sehingga dalam

masalah ini peran Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) kota surakarta sangat penting

mengingat tugas pokok dan fungsinya sebagai badan penyelenggara urusan

pemerintah khususnya dalam pengelolaan pasar tradisional di Surakarta. Sebagai

unsur pelaksana pemerintahan dalam masalah pengelolaan pasar tradisional, DPP

Kota Surakarta diharapkan untuk terus mampu mempertahankan eksistensi pasar

tradisional. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas

Pengelolaan Pasar (DPP) dan Dinas lain yang terkait perlu memaksimalkan

(11)

commit to user

komprehensif serta menyeluruh dan melibatkan seluruh potensi yang ada

sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal.

Untuk merealisasikan kebijakan tersebut, Pemerintah kota Surakarta

melalui Dinas Pengelolaan Pasar dan Pihak lain yang terkait, menjabarkannya

dalam bentuk pemberdayaan, pengembangan, serta melaksanakan promosi yang

berorientasi pada penampilan identitas ketradisionalannya. Dinas Pengelolaan

Pasar kota Surakarta berkomitmen tinggi untuk menciptakan pasar tradisional

yang nyaman seperti pasar modern dengan tetap mempertahankan dan

menonjolkan keunggulan – keunggulan dasarnya. Namun seiring dengan

perubahan lingkungan menyebabkan munculnya hambatan – hambatan yang

tidak terduga dalam pelaksanaan strategi.

Dari uraian yang telah disampaikan diatas, maka penulis tertarik untuk

mengungkapkan Strategi Pemerintah kota Surakarta dan pelaksanaannya serta

hambatan dalam melestarikan pasar tradisional. Berdasarkan latar belakang

tersebut, maka penulis memilih judul “STRATEGI PEMERINTAH KOTA

(12)

commit to user A. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam pengamatan ini diharapkan agar dapat

mengetahui obyek – obyek yang diamati serta bertujuan agar tulisan dan ruang

lingkup pengamatan urainnya terbatas dan terarah. Untuk memudahkan

pembahasan masalah dan pemahamannya, maka dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut :

1. Strategi apa yang dilakukan Pemerintah kota Surakarta dalam

melestarikan pasar tradisional?

2. Bagaimana pelaksanaan strategi pelestarian pasar tradisional?

3. Hambatan apa saja yang ditemui Pemerintah Kota Surakarta dalam

melaksanakan strategi pelestarikan pasar tradisional?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjawab semua permasalahan yang telah

dirumuskan dalam perumusan masalah tersebut. Bertolak dari rumusan masalah

diatas, maka penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan berupa:

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui dan menggambarkan Strategi Pemerintah Kota

(13)

commit to user

b. Untuk mengetahui pelaksanaan strategi pemerintah kota Surakarta dalam

melestarikan pasar tradisional.

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui oleh Pemerintah

Kota Surakarta dalam menjalankan strategi pelestarian pasar tradisional.

2. Tujuan Individu

a. Untuk mengetahui pelaksanaan stretegi pemerintah kota surakarta dalam

melestarikan pasar tradisional.

b. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar

kesarjanaan Strata 1 di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

3. Tujuan Fungsional

Sebagai bahan masukan dan pemikiran agar dapat digunakan oleh

organisasi, lembaga pemerintahan dan semua pihak yang memerlukan dalam

rangka membantu dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi

khususnya dalam pelestarian kebudayaan.

C. Manfaat penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menghasilkan informasi

yang rinci, akurat dan aktual yang dapat memberikan manfaat dalam menjawab

permasalahan yang sedang diteliti. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian

(14)

commit to user 1. Manfaat Teoritis

Penelitian mengenai strategi dalam melestarikan pasar tradisional yang

dilaksanakan oleh Pemerintah kota Surakarta ini menjadi suatu kesempatan

untuk menerapkan teori yang diperoleh selama kuliah ke dalam praktik nyata

untuk menganalis suatu permasalahan secara ilmiah dan sistematis serta

diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran yang bisa digunakan

untuk membantu bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

memperbaiki dan mengembangkan kinerja DPP Kota Surakarta

khususnya dalam pelaksanaan Strategi pelestarian Pasar Tradisional.

b. Bagi penulis penelitian ini sangat berguna dalam usaha memahami

pelaksanaan strategi dari suatu kebijakan dan sebagai tambahan

(15)

commit to user 13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

Unsur penelitian yang paling besar peranannya adalah teori, dengan teori

peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial yang menjadi pusat

perhatiannya. Oleh karena itu, teori perlu disusun secara sistematis. Dibawah ini,

penulis menguraikan beberapa konsep / teori yang dapat mendukung dan

menjelaskan arahan penelitian ini, yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu; 1)

Pembuat keputusan, 2) Teori konflik, 3) Strategi, 4) implementasi Strategi, 5)

Pelestarian Pasar Tradisional, 6) Strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam

melestarikan pasar tradisional.hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Teori Pembuat Keputusan.

Pembuatan keputusan (Decision-making) berada di antara perumusan

kebijakan dan implementasi, akan tetapi kedua hal tersebut saling terkait satu

sama lain. Keputusan mempengaruhi implementasi dan implementasi tahap awal

akan mempengaruhi tahap pembuatan keputusan dan selanjutnya pada gilirannya,

akan mempengaruhi implementasi berikutnya. Keputusan adalah proses dan

keputusan awal sering kali hanya merupakan sinyal penunjuk arah atau dorongan

awal atau percobaan awal yang nantinya akan mengalami revisi dan diberi

(16)

Definisi pembuatan keputusan sebagai proses penentuan pilihan atau

pemilihan opsi – opsi, maka gagasan tentang keputusan akan menyangkut satu

poin atau serangkaian point – point dalam ruang dan waktu ketika pembuat

kebijakan mengalokasikan nilai – nilai (Value) pembuatan keputusan dalam

pengertian ini ada di seluruh siklus kebijakan, misalnya : keputusan mengenai

apa yang digolongkan sebagai “problem”, informasi apa yang harus dipilih;

pemilihan strategi untuk mempengaruhi agenda kebijakan; pemilihan cara

menyeleksi opsi; pemilihan cara dan tujuan; pemilihan cara

mengimplementasikan kebijakan; pemilihan cara mengevaluasi kebijakan –

kebijakan. Pada masing – masing point tersebut terdapat proses pembuatan

keputusan. Beberapa keputusan melibatkan alokasi nilai dan distribusi sumber

daya melalui perumusan kebijakan, atau melalui pelaksanaan program, oleh

karenanya pembuatan keputusan terjadi di arena dan level yang berbeda – beda.

Dalam bukunya, Kaufman menjelaskan elemen utama pembuatan

keputusan yaitu sebagai berikut;

(17)

Dalam pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pembuatan keputusan

dapat menggunakan berbagai macam teori. Terlebih untuk pembuat keputusan

yang berlangsung dalam kondisi konflik antar stakeholder, informasi, persepsi,

dan lingkungan yang berbeda – beda. Jadi model ini berguna untuk

menjembatani teori kognisi dengan perilaku organisasi antara teori pembuatan

keputusan dan implementasi.

Dalam perkembangannya di lingkungan organisasi profit dan non profit,

pengambilan keputusan dalam manajemen strategis ternyata telah semakin

berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi, yaitu :

“ Manajemen stretagis adalah proses atau serangkain kegiatan pengambilan keputusanan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.”

Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek penting, antara lain :

a. Manajemen strategi merupakan proses pengambilan keputusan, bagaimana

prosesnya berlangsung dapat dilakukan dengan mengimplementasikan

teori spectrum pengambilan keputusan yang telah diuraikan terlebih

dahulu.

b. Keputusan yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang

berkenaan dengan aspek – aspek yang penting dalam kehidupan

(18)

c. Pembuatan keputusan tersebut harus dilakukan atau sekurang – kurangnya

melibatkan pimpinan puncak.

d. Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk

mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi.

e. Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak yang harus

diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam bentuk kegiatan

yang terarah pada tujuan strategic organisasi.

Pembuatan keputusan akan efektif jika problem telah terstruktur dengan

baik. Dalam pembuatan keputusan pelestarian pasar tradisional, pendekatan yang

digunakan adalah “Top – Down Approach”. Top – down Aprroach sifatnya tidak

ada partisipasi aktif dari masyarakat. Segala keputusan berasal dari pimpinan

pusat, sedangkan bawahan termasuk masyarakat sebagai ujung tombak pelaksana

proyek hanya sekedar melaksanakan perintah. Pelaksanaan proyek semacam ini

tentu saja kurang memperdayakan pedagang dan masyarakat luas pada

umumnya. Dalam pengambilan keputusan yang menggunkan pendekatan “Top –

down” sering kali menuai selisih dan konflik antara pembuat keputusan dengan

pihak yang berkepentingan / stakeholder dalam hal ini adalah Dinas pengelola

Pasar kota Surakarta dengan para pedagang.

2) Teori Konflik

Tokoh yang membahas mengenai teori konflik yaitu Ralph Dahrendorf.

(19)

kerjasama. Proses sosialisasi yang ditekankan dalam model konflik mungkin

berlaku untuk hubungan social antara kelompok dalam (in-group) dan kelompok

luar (out-group). Kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam

(in-group) akan bertambah tinggi karena tingkat permusuhan atau konflik dengan

kelompok luar (out-group) bertambah besar dengan adanya dua sisi tersebut

terjadi suatu bentuk integrasi yang kuat anatara kelompok pedagang sebagai

kelompok yang merasa dirugikan dengan pembuat kebijakan yaitu Dinas

Pengelolaan Pasar. Kelompok pedagang ini melakukan perlawanan melawan

kebijakan dari Dinas Pengelola Pasar. Dahrendorf telah melahirkan kritik penting

terhadap pendekatan yang pernah dominan dalam sosiologi yaitu kegagalan

dalam menganalisa masalah konflik social. Dia menegaskan bahwa proses

konflik social itu merupakan kinci bagi struktur social. Dahrendorf telah berperan

penting dalam teoritis utama yang menganjurkan agar perspektif konflik

dipergunakan dalam rangka memahami dengan lebih baik fenomena social.

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu menjadi dua

tipe. Kelompok semu (quasi group) merupakan kempulan dari para pemegang

kekeusaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yaitu terbentuk karena

munculnya kelompok kepentingan. Tipe yang kedua adalah kelompok

kepentingan (interest group), terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas.

Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta

anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata

(20)

Aspek terakhir teori konflik Dahrendorft adalah mata rantai antara konflik

dan perubahan social. Konflik menurutnya memimpin kearah perubahan dan

pemnbangunan. Dalam situasi konflik golongan yang terlibat melakukan

tindakan – tindakan untuk mengadakan perubahan dalam struktur social, kalau

konflik itu terjadi secara hebat maka perubahan yang timbul akan bersifat

radikal. Begitu juga jika konflik itu disertai oleh penggunaan kekerasan maka

perubahan structural akan efektif.

Konflik timbul disebabkan karena adanya beberapa hal yaitu:

1. Perbedaan antara individu – individu. Perbedaan pendirian dan

perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka.

2. Perbedaan kepentingan baik antara individu maupun kelompok

kepentingan ini dapat bermacam – macam, ada kepentingan ekonomi, politik

dan sebagainya.

istilah “conflict” didalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian,

peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik maupun non fisik

antara beberapa pihak. namun arti kata itu kemudian berkembang dengan

masuknya ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan

ide dan lain – lain. Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang menyentuh aspek

psikologis dibalik konfrontasi fisik yang terjadi. Selain itu, istilah “conflict

menjadi begitu meluas sehingga beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah

(21)

Sanderson mengatakan bahwa konflik merupakan pertentangan

kepentingan antara berbagai individu dan kelompok social, baik yang mungkin

pecah menjadi konflik terbuka atau kekerasan fisik. Konflik merupakan

hubungan antara dua atau lebih, baik itu individu maupun kelompok dimana

mereka mempunyai tujuan dan kepentingan yang bertentangan.

Dilihat dari asal mula konflik dibedakan menjadi dua, yaitu konflik

langsung dan konflik tidak langsung. Konflik langsung adalah konflik yang

terjadi tidak melalui perantara pihak ketiga, sedangakan konflik tidak langsung

yaitu konflik yang terjadi dengan ada pihak ketiga.

Dari berbagai pengertian konflik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih, baik itu individu

maupun kelompok yang memiliki sasaran dan kepentingan yang berbeda. Jadi

dalam penelitian konflik menajemen pedagang pasar ada suatu ketidaksesuaian

antara kebijakan dengan pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Pengelolaan

(22)

3) Strategi

a. Pengertian strategi

Kata Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos”, yang

terbentuk dari kata “Stratos” yang berarti militer dan “–ag” yang

berarti memimpin (Grant, 1999:11). Penggunaan konsep dan teori strategi

pertama kali digunakan dalam dunia militer, sedangkan dalam dunia bisnis

baru mulai mengadopsinya pada pertengahan tahun 1960 - 1970an.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:859), konsep

Strategi memiliki beberapa arti yaitu “ilmu siasat perang”, “tempat yang

baik menurut siasat perang”, atau dapat pula diartikan sebagai “rencana

yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Dari

pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Strategi

berkaitan erat dengan peperangan. Namun dalam perkembangannya istilah

Strategi sudah mulai digunakan oleh semua jenis organisasi atau instansi,

baik instansi public maupun instansi non publik, serta dalam

penerapannya ide – ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula

tetap dipertahankan, hanya saja diaplikasikan lebih sesuai dengan jenis

organisasi ataupun instansi yang menerapkan.

John M. Bryson dalam bukunya “perencanaan strategis”

memberikan definisi mengenai strategi, yaitu ;

(23)

karena itu strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.” (2001:189)

Pengertian Strategi juga diungkapkan oleh J. Salusu dalam

bukunya “pengambilan keputusan stratejik untuk organisasi public dan

Non profit”, yaitu ;

“strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.” (2004:101)

Menurut Vancil dalam Salusu (2004:95) Strategi bagi suatu

organisasi merupakan konseptualisasi yang diekspresikan oleh Pimpinan

organisasi itu mengenai :

2. Sasaran jangka panjang dari organisasinya.

3. Kebijaksanaan dan kendala, baik yang dicetuskan sendiri

oleh pemimpin itu maupun yang diperintahkan oleh

atasannya yang justru merintangi kegiatan organisasi.

4. Seperangkat rencana yang sedang berjalan mengenai tujuan

jangka pendek yang dipandang layak memberikan

kontribusi bagi pencapaian sasaran.

Hax dan Majluf dalam Salusu (2004:100) mencoba menawarkan

rumusan yang komprehensif mengenai strategi sebagai berikut:

(24)

2) Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam sasaran

jangka panjang dan program bertindak serta prioritas alokasi

sumber daya.

3) Menyeleksi bidang yang akan digeluti organisasi.

4) Mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan

memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman

dari lingkungan eksternal dan kekuatan serta kelemahannya.

5) Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Inti pokok dari definisi yang dirumuskan oleh Hax dan Majluf

adalah strategi menjadi suatu kerangka yang fundamental tempat suatu

organisasi akan mampu menyatakan kontinuitasnya yang vital, sementara

di sisi lain ia akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan yang berubah.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,

secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang dijabarkan

dalam kebijakan – kebijakan dan program – program yang digunakan oleh

pimpinan atau manajemen puncak untuk mencapai sasaran tertentu.

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan – ketentuan yang telah

ditetapkan oleh pimpinan untuk dijadikan pedoman dalam pencapaian

tujuan. Sedangkan program adalah kumpulan kegiatan - kegiatan yang

(25)

suatu organisasi / instansi maupun dalam suatu kerjasama guna

mewujudkan sasaran tertentu.

Strategi menjadi landasan awal bagi sebuah organisasi / instansi

beserta element - element yang berada didalamnya yang berfungsi untuk

menyusun langkah- langkah atau tindakan - tindakan dengan

memperhitungkan faktor internal dan eksternal guna tercapainya

kelancaran dan keterpaduan dalam mewujudkan sasaran dan tujuan suatu

organisasi.

b. Ciri – ciri strategi

Strategi adalah semua keputusan untuk melakukan perubahan

dalam mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan.

Sehingga organisasi harus mampu menyesuaikan sumber daya organisasi

dengan peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan demikian,

terdapat beberapa ciri strategi yang utama, yaitu:

1) Goal- Directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukan

“Apa” yang diinginkan suatu Organisasi dan “Bagaimana”

mengimplentasikannya.

2) Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan

kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan.

(26)

Terdapat beberapa pedoman yang tidak boleh dilupakan dalam

strategi, yaitu:

1) Apa yang akan dilakukan.

2) Mengapa demikian, yaitu uraian tentang alasan yang dipakai

dalam melakukan strategi tersebut.

3) Siapa yang akan bertanggungjawab dalam mengoperasionalkan

strategi.

4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk

menyukseskan strategi.

5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk oprasionalisasi

strategi tersebut.

6) Hasil apa yang diperoleh dari strategi tersebut.

Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya

yang dapat diamati dan dijelaskan. Strategi merupakan perluasan misi

yang menjembatani organisasi dengan lingkungan. Oleh karena itu,

strategi dikembangkan untuk mengatasi isu – isu strategi dengan cara

membuat garis besar dari respon suatu organisasi terhadap pilihan

kebijakan pokok. Selain itu strategi juga merupakan pola tujuan,

kebijakan program, tindakan atau alokasi sumber daya yang

mendefinisikan bagaimana organisasi tersebut, apa yang dikerjakan dan

(27)

c. Penentu strategi yang berhasil

Hatten dalam Salusu (2004:108) berpendapat bahwa terdapat

prinsip – prinsip yang harus diperhatikan agar suatu strategi yang dibuat

dapat berhasil, prinsip – prinsip tersebut meliputi:

1) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya, dalam

artian sejalan dengan lingkungan yang memberikan peluang

untuk bergerak maju.

2) Setiap organisasi hendaknya tidak membuat satu strategi saja,

dan antara strategi yang satu dengan yang lainnya haruslah

konsisten dan serasi.

3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan

menyatukan semua sumber daya dan tidak meceraiberaikan

satu dengan yang lain, yang dapat merugikan organisasi.

4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang

merupakan dan tidak pada titik – titik yang justru adalah

kelemahannya, dalam artian harus mampu memanfaatkan

kelemahan pesaing dan membuat langkah – langkah yang tepat

untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.

5) Sumber daya adalah suatu yang kritis, dalam artian sesuatu

yang memang layak dan dapat dilaksanakan.

6) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu

(28)

7) Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang

telah dicapai.

8) Tanda – tanda dari kesuksesanya strategi di tampakan dengan

adanya dukungan dari pihak – pihak yang terkait, dan terutama

dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam

organisasi.

Kunci sukses dari pelakasanaan strategi juga di ungkapkan oleh

Thompson dan Strickland dalam salusu (2004:436), yang menyatakan

organisasi secara total untuk mendukung strategi dan melihat apakah

setiap tugas administrasi dan aktifitas dilakukan menurut cara yang

memadukan secara tepat semua persyaratan sehingga pelaksanaan dari

strategi itu dapat dinikmati. Jadi, dalam pelaksanaan strategi yang sukses

membutuhkan komitmen, disiplin, motivasi dan kerja keras dari pihak

yang bersangkutan.

d. Tipe – tipe strategi

Dalam mengimplementasikan strategi, ada beberapa tipe strategi

yang dapat dipilih bagi organisasi Non Profit, khususnya DPP Kota

Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional. Menurut J. Salusu

(104:105) mengemukakan beberapa tipe strategi yaitu:

1) Corporate strategy (Strategi Organisasi). Strategi ini berkaitan

(29)

inisiatif strategi yang baru. Pembatasan – pembatasan

diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

2) Program strategy (strategi program). Strategi ini lebih

memberikan perhatian pada implikasi implikasi stratejik dari

suatu program tertentu. Apa kira – kira dampaknya apabila

suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa

dampaknya bagi sasaran organisasi.

3) Resource support strategy (strategi pendukung sumber daya).

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada

memaksimalkan pemanfaatan sumber daya esensial yang

tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber

daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi,dan

sebagainnya.

4) Institusional strategy (strategi kelembagaan). Fokus dari

strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif – inisiatif strategik.

Dari keempat strategi diatas yang tepat untuk digunakan oleh

Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta dalam upaya melestarikan

pasar tradisional adalah strategi pendukung sumber daya atau Resource

support strategy, karena Strategi sumber daya ini lebih memusatkan

(30)

tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi khususnya dinas

pengelolaan pasar selaku pihak yang melaksanakan strategi pelestarian

pasar tradisional. Upaya dalam melestarikan ini lebih memperhatikan

dalam pembinaan pasar tradisonal yang dilakukan secara terintegrasi dan

komperhernsif agar dapat terus berkembang dan eksis di dalam

persaingan dengan pasar modern.

4) Implementasi strategi

Setiap strategi menuntut adanya suatu implementasi. Karena tanpa

adanya suatu implementasi, strategi menjadi tidak berarti. Implementasi

mencakup kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh bermacam aktor

pelaku dengan menggunakan berbagai peralatan sehingga sasaran yang

dikendaki dapat terwujud. Implementasi tidak dapat beroperasi tanpa

adanya factor internal (dalam lingkungan) dan factor eksternal (luar

lingkungan) yang selalu memengaruhinya. Sehingga dapat diartikan

bahwa Implementasi adalah satu proses yang terarah dan terkoordinasi

serta melibatkan banyak sumber daya.

Implementasi menurut Salusu (1996:409), adalah

“seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul suatu keputusan untuk mencapai sasaran tertentu.”

Dari pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa suatu

(31)

merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktifitas.

Jadi dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari

berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu.

Dalam rumusan Higgins :

“Implementasi adalah rangkuman dari berbagai kegiatan yang dalamnya sumber daya manusia menggunkan suber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada lini paling bawah.”

Jadi dapat dikatakan implementasi itu mencakup kegiatan dan

tindakan, dan sering kali juga tanpa bertindak seperti kalau hanya duduk

menunggu, yang dilakukan actor dengan menggunkan berbagai macam

peralatan, sedemikian rupa sehingga sasaran yang dikendaki dapat

tercapai. Singkatnya, implementasi adalah suatu proses yang terarah dan

terkoordinasi, serta melibatkan banyak sumber daya.

Implemenatsi strategi adalah sejumlah total aktivitas dan pilihan

yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan sebuah perencanaan strategis.

Implemantasi strategi merupakan proses berbagai strategi dan kebijkan

berubah menjadi tindakan melalui pengembangan program , anggaran,

dan prosedur (Hunger dan Wheelen, 2003:296). Lebih lanjut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a) Program, yaitu pernyataan aktifitas – aktifitas atau langkah –

(32)

b) Anggaran, yaitu program yang dinyatakan dalam bentuk satuan

uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya

yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan

dan mengendalikan.

c) Prosedur, yaitu system langkah – langkah atau teknik teknik

yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana

suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. (J. David Hunger dan

Thomas L. Wheelen, 2003:11)

Menurut Hunger dan Wheelen, untuk memulai proses

implementasi, manajer strategis harus memperhatikan tiga pertanyaan

berikut :

· Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah disusun?

· Apa yang akan dilakukan?

· Bagaimana Sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam

implementasi akan melaksanakan berbagai hal yang diperlukan?

(Hunger dan Wheelen, 2003:297)

Lebih lanjut Hunger dan Wheelen menjelaskan bahwa program,

anggaran, dan prosedur hanyalah bentuk rencana yang disusun lebih

mendetail yang pada akhirnya membawa pada implementasi strategi yang

telah dibuat. Proses manajemen strategis secara keseluruhan mencakup

(33)

implementasi strategi : pengorganisasian, penyususnan staf, pengarahan,

dan pengawasan. (Hunger dan Wheelen, 2003: 303-304)

Dalam international journal of management Reviews

(strategy-as-practice: A review and future directions for the field) :

“this review has contributed to the a-as-p field in three ways. First, it has provided an overview and map of the field, based on its own terminology and issues, which has helped to better explain those terminology and issues. Second, it has exposed gaps in fulfilling the as-a-p research agenda, as-a-particularly with emas-a-pirical work. Third, it has proposed altenative theoretical recources from other fields of research, which may be used to address those gaps.” (Paula Jarzabkowski and Andreas Paul Spee, 2009:90)

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa dalam jurnal tersebut

disumbangkan tiga langkah dalam hal pelaksanaan strategi. Pertama,

disiapkan pandangan yang luas dan memetakan bidang, berdasarkan pada

istilah dan isu. Kedua, menyingkap celah yang memenuhi agenda

penelitian strategi. Ketiga, dikemukakan sumber alternative teoritis dari

penelitian bidang lain, yang digunakan untuk menunujukan celah

tersebut.

Jadi implementasi suatu strategi menuntut suatu kehati – hatian,

karena menyangkut bagaimana melaksanakan strategi tersebut. Apabila

strategi tersebut merupakan hasil keputusan strategis yang inkrimental

maka implementasinya tidak menimbulkan masalah yang terlalu banyak.

Tetapi kalau merupakan keputusan yang baru ditetapkan, maka akan sulit

(34)

Dalam tahapan implementasi strategi, strategi yang telah

diformulasikan kemudian diimplementasikan. Menurut Cown (2001 :14),

pada tahap implementasi ini beberapa aktivitas yang mendapat penekanan

kegiatan antara lain :

a. Menetapkan tujuan tahunan.

b. Menetapkan kebijakan.

c. Memotovasi karyawan.

d. Mengembangkan budaya yang mendukung.

e. Menetapkan struktur organisasi yang efektif.

f. Menyiapkan budget.

g. Mendayagunakan sistem informasi.

h. Menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja perusahaan.

Menurut Fred R. David (1989 : 408 -409), terdapat beberapa

karakteristik dari Implementasi Strategi. Yaitu :

a. Implementasi Strategi mengelola sumber daya dan berbagai kekuatan

yang berkaitan dengan persiapan dan pengarahan tenaga serta sumber

daya sebelum bertindak sementara berlangsung kegiatan operasional.

b. Implementasi strategi lebih berfokus pada efisiensi.

c. Implementasi strategi lebih merupakan pada proses operasional.

d. Implementasi strategi membutuhkan motivasi dan ketrampilan

kepemimpinan.

(35)

Sedangkan menurut Hadari nawawi, implementasi strategi terdiri

dari beberapa langkah, seperti : sasaran operasional, program/proyek

tahunan, kebijakan situasional, jaringan kerja internal dan eksternal,

pengorganisasian, pelaksanaan (actuating), pengangguran, dan

pengawasan. (Nawawi, 2003: 149-150)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi

strategi mencangkup dua unsur pokok, yaitu :

· Pengembangang strategi dalam proyek / program, anggaran,

dan prosedur

Mengacu pada teori David Hunger dan Thomas Wheelen, definisi

program adalah pernyataan aktivitas – aktivitas atau langkah – langkah

yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai (Hunger

dan Wheelen, 2003: 17)

Operasionalisasi program biasanya ditetapkan dalam bentuk

proyek / kegiatan. Anggaran adalah program yang dinyatakan secara rinci

dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan

dan mengendalikan. Prosedur adalah sistem langkah atau teknik – teknik

yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas

(36)

· Pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen.

Fungsi – fungsi manajemen menurut G. R. Terry terdiri dari :

planning (perencaan), organizing (pengorganisasian), actuacting

(penggerakan), controlling (pengawasan). Fungsi perencaan dalam

manajemen strategis merupakan suatu proses tersendiri tidak menjadi

bagian dalam implementasi, demikian pula fungsi pengawasan dakam

manenjemen strategis adalah suatu proses tersendiri yang terdapat pada

proses control dan evaluasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa garis besar dari implementasi

strategi adalah mengembangkan program, anggaran (perkiraan biaya), dan

prosedur (rincian berbagai aktivitas yang digunakan dalam menyelesaikan

program), serta pelaksanaan fungsi fungsi manajemen seperti :

pengeorganisasian, pelakasaan, dan control atau pengawasan.

a. Hambatan dalam implementasi strategi

Menurut Hunger&Whellen (2003:297) dalam menerapkan strategi

sering ditemui beberapa masalah/hambatan yang dihadapi. Masalah

mulai muncul terjadi saat pelaksanaan suatu strategi. Masalah yang sering

muncul dalam organisasi antara lain:

1) Implementasi berjalan lebih lambat dari perencanaan awalnya.

2) Munculnya masalah-masalah utama yang tidak terduga.

(37)

4) Perhatian terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis

yang berlebihan sehingga mengalihkan perhatian terhadap

implementasi yang harus dijalankan.

5) Kurangnya kemampuan para karyawan yang terlibat dalam

implementasi strategi.

6) Tidak memadainya pendidikan dan pelatihan karyawan tingkat

bawah.

7) Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal.

8) Tidak memadainya kepemimpinan dan pengarahan dari para

manajer departemen.

9) Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci.

10)Tidak memadainya pemantauan aktivitas oleh sistem informasi

yang dimiliki.

Alexander dalam penelitiannya terhadap hampir seratus presiden

dan divisi perusahaan (1991) mengungkapkan beberapa masalah yang

sering dijumpai dalam pelaksanaan strategi (J.Salusu, 2004:431). Masalah

yang sering timbul adalah jangka waktu pelaksanaan. Jangka waktu

pelaksanaan ternyata jauh lebih lama dari yang direncanakan karena

timbulnya banyak masalah baru yang tidak diprediksi sebelumnya.

Sementara itu koordinasi tidak berjalan efektif, pengarahan dari unit kerja

yang kurang tepat sehingga eselon bawah belum begitu paham dengan

(38)

kualitas kepemimpinan yang kurang memadai dan kurangnya pengarahan

dan informasi yang bisa diterima eselon bawahan yang menyebabkan

intrpretasi yang diterima karyawan berbeda dari yang sebenarnya. Selain

itu, kurangnya informasi mengenai faktor yang berkaitan dengan strategi

sehingga produk atau pelayanan yang dihasilkan tidak sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

5) Pelestarian Pasar Tradisional

a. Pasar

Definisi Pasar menurut Mankiw (2000:82) adalah :

“sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli dari sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk, dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk.”

Sedangkan Bilas (1993 : 5 ) menyebutkan bahwa :

“ pasar adalah tepat bertemunya sekelompok penjual dan pembeli untuk menjual atau membeli sumber daya, barang dan jasa.” Pada waktu yang silam pasar diartikan menurut lokasi geografis ( Geographic location ), tetapi pada waktu sekarang ini pasar tidak mempunyai batas – batas Geografis, karena komunikasi Modern memungkinkan pembeli dan penjual “bertemu” tanpa pernah melihat wajah yang satu dengan yang lain.” (Bilas 1993:5)

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sadono Sukirno (1996 :24 ) yang

mendefinisikan pasar sebagai :

(39)

Dalam perkembangannya dikenal pasar tradisional dan pasar modern.

Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan

manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan lebih memiliki golongan

pedagang menengah kebawah, lokasinya tersebar di setiap kecamatan baik di

kota kecil maupun di kota besar dengan masa operasi rata – rata dari subuh

sampai siang atau sore hari. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang

menggunakan teknologi modern, konsumennya dan pedagangnya sebagian besar

dari golongan menengah keatas, harga yang ditawarkan tetap dan sistem

pelayanannya sendiri. Lokasinya mulai berkembang dan menyebar hampir di

setiap wilayah.

b. Pasar Tradisional.

Di dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan

Perlindungan Pasar Tradisional, menyebutkan pengertian Pasar Tradisional

sebagai berikut:

“ Pasar Tradisional adalah Pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerak termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilki / dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya Masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menenawar.”

Sesuai dalam peraturan Daerah tersebut di jelaskan juga pengertian

(40)

· Kios : adalah tempat berjualan di dalam pasar yang diizinkan dan

dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain. Mulai dari lantai,

dinding, plafon dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai

tempat berjualan barang atau jasa.

· Los : adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan

yang beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi

dengan dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai

tenpat berjualan barang atau jasa.

· Tenda : adalah sarana berjualan yang bersifat sementara di area

tertentu dan digunakan oleh pedagang sebagai pelindung dengan izin

Dinas

Dari pengertian Pasar Tradisional menurut Peraturan Daerah No. 1 Tahun

2010 diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar tradisional merupakan

bagian dari usaha kecil. Usaha Kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang

memiliki kedudukan, potensi dan peran yang strategis dalam mewujudkan

perekonomian nasional yang semakin seimbang.

Dalam Undang – Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

kecil, dan menengah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil

adalah ;

(41)

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagimana dimaksud oleh undang – undang tersebut.”

Dengan kata lain pasar tradisional dapat dikatakan sebagai usaha kecil

yang berbasis kerakyatan yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan

yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional

pada umumnya dan tujuan pembagunan ekonomi pada khususnya.

c. Pelestarian Pasar Tradisional

Pasar sebagai pusat budaya semakin terlihat ketika melihat keberadaan

Pasar tradisional pada konsep dasarnya atau semula. Pasar tradisional tidak hanya

menjadi tempat pemasaran kebutuhan masyarakat saja, tetapi juga memiliki

pesona pariwisata. Hal tersebut terlihat dari nilai budaya yang menjadi identitas

Kota atau wilayahnya. Namun sisi ini masih belum tergarap secara serius untuk

dikembangkan sebagai aset unggulan wisata yang menarik. Meskipun banyak

bukti yang menunjukkan banyak pasar-pasar tradisional yang tersebar di

nusantara memiliki nilai unggulan lebih untuk diperkenalkan dalam dunia

pariwisata.

Dalam perkembangannya, mulai banyak pasar (ritel) modern yang

bermunculan. Keberadaan pasar modern tersebut memberikan dampak yang

cukup besar bagi perkembangan pasar tradisional. Masyarakat lebih memilih

berbelanja pada pasar Modern karena fasilitas yang ditawarkan oleh pasar

modern lebih menarik, tampilan pasar juga lebih unggul dibanding pasar

(42)

pasar modern. Dalam penempatan lokasipun kurang terencana khususnya dalam

sinergisitas dengan pedagang kecil, menengah, koperasi, dan pasar tradisional.

Akibatnya, keberadaan pasar tradisional semakin terdesak dengan perkembangan

pasar modern.

Dalam VIVAnews menyebutkan bahwa pada tahun 2010 supermarket

melayani lebih dari 50% food retail Indonesia. Perkembangan pasar modern

mencapai 31,4% sedangkan untuk pasar tradisional minus 8,1% hal ini berarti

perkembangan pasar modern begitu pesat dibandingkan dengan angka

pertumbuhan pasar tradisional. Kemunduran pasar tradisional terjadi karena

adanya persaingan aspek yang tidak seimbang. Seperti terlihat pada table 2.1

berikut ini ;

Table 2.1

Jenis Pasar dan skala pelayanan

Jenis pasar Skala Wilayah Skala Internal Perkotaan.

(43)

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa aspek persaingan yang tidak

seimbang terlihat dari pasar tradisional yang berskala kecil, bermodal kecil,

dengan sistem tawar menawar harus bersaing dengan kegiatan pasar (ritel)

modern, hypermarket, supermarket, department store, mall dan minimarket.

Dengan demikian pasar tradisional dirasa akan sangat sulit untuk bersaing

mengahadapi pasar modern. Untuk itu diperlukan upaya upaya lain, guna

mempertahankan eksistensi pasar tradisional dalam perubahan dan persaingan

terhadap pasar modern.

Oleh karena itu persaingan tidak harus dilakukan tetapi akan lebih baik

jika pasar dan tradisional dan aspek aspek unggulannya dipertahankan dan

dikembangkan, dan hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara

melestarikan pasar tradisional yang bertumpu pada perekonomian kota dengan

tetap memelihara nilai – nilai budaya bangsa dan kelestarian lingkungan.

6) Strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam Melestarikan Pasar Tradisional.

Adapun teori utama yang digunakan sebagai acuan dalam strategi

pemerintah kota Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional adalah konsep

Strategi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. J. Salusu, M.A. Di samping pendapat

dari tokoh–tokoh lain yang relevan untuk melengkapi kajian tersebut. Dipilihnya

teori ini berdasarkan pertimbangan bahwa kajian Strategi J. Salusu

(44)

sedangkan kajian dari tokoh–tokoh manajemen lainnya memiliki kecenderungan

lebih kepada organisasi yang berorientasi pada profit. Selain itu, kajian J. Salusu

juga lebih menekankan bahwa urusan apapun yang berkaitan dengan suatu

organisasi, pasti birokrasi terlibat atau dilibatkan didalamnya. Dengan demikian,

aktor yang paling dominan dalam suatu implementasi adalah Birokrat – Birokrat.

Pengertian strategi dalam melestarikan pasar tradisional dapat diartikan

sebagai suatu pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan atau alokasi

sumber daya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam melestarikan

Pasar tradisional. Dengan mengembangkan isu isu seputar pasar tradisional

khususnya mengenai keberadaan pasar tradisional yang mulai terhimpit oleh

keberadaan pasar modern.

Surakarta atau lebih sering disebut Kota Solo merupakan sebuah kota

yang berada di provinsi Jawa tengah yang terkenal akan kebudayaan dan

perdagangannya. Kota Surakarta menganut asas desentralisasi sehingga daerah

diberi kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Sesuai

dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi

luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta

(45)

Dinas daerah menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

(1997:127) adalah unsur pelaksana pemerintah dalam rangka melaksanakan asas

desentralisasi yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab

kepada Kepala Daerah.

Dinas Daerah mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum.

c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dan cabang dinas

dalam lingkup tugasnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dinas daerah

adalah suatu organisasi yang bertugas sebagai pelaksana pemerintah yang

dipimpin oleh seorang kepala dinas yang bertanggungjawab kepada kepala

daerah.

Mengacu pada Perda Kota Madya Daerah Tingkat II Surakarta No. 3

Tahun 1993 tentang pasar, Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta merupakan

pihak yang berwenang dalam pengelolaan Pasar Tradisional. Sehingga dalam

masalah ini peran Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) sangat penting mengingat

tugas pokok dan fungsinya sebagai badan penyelenggara urusan pemerintahan

khususnya dalam pengelolaan pasar tradisional di Surakarta.

Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) mempunyai fungsi :

a) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

(46)

c) Pengelolaan pendapatan pasar

d) Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar

e) Pengawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki lima

f) Pengatur los dan kios pasar.

g) Penyelenggaraan keamanan, ketertiban pasar dan pedagang kaki lima

h) Penyelenggaraan sosialisasi

i) Pembinaan jabatan fungsional.

Sebagai pihak yang berwenang dalam masalah pengelolaan pasar, Dinas

Pengelolaan pasar kota Surakarta dituntut agar mampu mempertahankan

eksistensi pasar tradisional di dalam persaingan dengan pasar modern, salah

satunya dengan melaksanakan pelestarian pasar tradisional. Kebijakan yang

ditempuh dalam pelestarian pasar tradisional di kota Surakarta adalah pelestarian

pasar tradisional yang bertumpu pada perekonomian kota dengan tetap

memelihara nilai – nilai budaya bangsa dan kelestarian lingkungan. Dalam

pelaksanaan strategi dilakukan secara terpadu antara berbagai pihak yang

menentukan dan menunjang keberhasilan, berbagai pihak yang membantu

pelestarian ini dapat di kelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu Pemerintah

Kota Surakarta, Pedagang (Paguyuban) dan masyarakat.

Dalam International Journal of Bussines and Emerging Market, A

strategic shift of automobile manufacturing firms in Turkey Vol.1 No.3, 2009:

214 Fuchs and his collleagues ( Fuchs et al,2000) dalam Guner Gursey

(47)

”The key dimensions of effective strategy development and implementation as orchestrating all the elements of strategy around a powerful core theme and alignment of coherent product-market focus supported by operating capabilities and resources.

(Dimensi kunci dari efektifitas pengembangan strategi dan implementasi seperti mengarang musik semua unsur-unsur strategi di sekitar kekuatan tema inti dan meluruskan focus pasar produk yang padu didukung dengan operasi kemampuan dan sumber daya.)”

( http://mpra.ub.uni-muenchen.de/20233/ )

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa kunci dari membangun

pelaksanaan strategi yang efektif adalah seperti mengarang musik. Semua unsur

disekitar strategi harus didukung oleh kemampuan beroperasi dan sumber daya

yang dimiliki instansi dan lingkungan yang mempengaruhi. Strategi dapat

berhasil dan efektif apabila didukung oleh semua sumber daya yang terlibat di

dalamnya. Seperti dalam strategi melestarikan pasar tradisional, Dinas Pengelola

Pasar (DPP) juga melibatkan para pedagang (Paguyuban) dan masyarakat luas

dalam melaksanakan strategi tersebut. Dengan melihat factor eksternal dan

internal dalam lingkungan Dinas Pengelola Pasar kota Surakarta.

Kebijakan yang ditetapkan Dinas Pengelolaaan pasar guna mewujudkan

eksistensi pasar tradisional dalam perubahan dan persaingan terhadap pasar

modern yang bertumpu pada perekonomian kota dengan tetap memelihara nilai –

nilai budaya bangsa dan kelestarian lingkungan adalah dengan melestarikan pasar

tradisional. pelestarian pasar tradisional adalah upaya yang dilakukan pemerintah

kota Surakarta melalui pemberdayaan, pengembangan dan kegiatan promosi,

(48)

menjadi pasar tradisional yang mandiri dan mampu untuk terus mempertahankan

eksitensinya sehingga keberadaan pasar tradisional tidak tertinggal dan kalah

saing oleh pasar modern.

Berdasarkan pemaparan strategi Dinas pengelolaan Pasar Kota Surakarta

dalam melestarikan Pasar Tradisional diatas, dapat dikatakan bahwa strategi

Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta merupakan suatu rencana besar

yang berorientasi jangkauan ke masa depan yang ditetapkan sedemikian rupa,

sehingga memungkinkan Dinas Pengelolaan pasar dapat berinterksi secara efektif

dilingkungannya khususnya para pedagang (Paguyuban) di dalam pasar yang

diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran instansi

dalam melestarikan Pasar Tradisional. Untuk menilai dan menganalisis strategi

tersebut maka yang penulis akan lakukan yaitu dengan melakukan pengamatan

langsung di Dinas Pengelolaan Pasar kota Surakarta dan di dalam pasar, serta

mewancarai beberapa petugas dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan

beberapa pedagang pasar serta melakukan tela’ah dokumen yang berkaitan

dengan pelestarian Pasar Tradisional.

Berdasarkan pengertian – pengertian diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan strategi dalam melestarikan Pasar

Tradisional adalah bagaimana Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta

melakukan tindakan - tindakan dan program - program dengan menyesuaikan

Sumber Daya dengan tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam menjalankan

(49)

pedagang pasar tradisional. Hal tersebut harus dilakukan oleh Dinas Pengelolaan

Pasar (DPP) kota Surakarta selaku instansi pemerintahan daerah yang bergerak

dibidang pengelolaan pasar tradisional.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran merupakan landasan berfikir yang bertujuan untuk

menjelaskan fakta atau suatu hubungan antar faktor maupun variabel dengan

berpijak pada landasan teori. Dari uraian tentang landasan teori tersebut diatas

dapat diambil garis besar tentang kerangka pemikiran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pasar Tradisional

Eksistensi pasar tradisional

Strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam melestarikan pasar

tradisional

Di dalam perubahan dan persaingan terhadap

(50)

Dari kerangka pemikiran diatas akan digunakan untuk menjelaskan

peranan Pemerintah Kota Surakarta dalam melestarikan Pasar tradisional. Pasar

tradisional sebagai salah satu bentuk wujud kebudayaan dapat terlihat ketika

melihat keberadaan Pasar tradisional pada konsep dasarnya atau semula. Pasar

tradisional tidak hanya menjadi tempat pemasaran kebutuhan masyarakat saja,

tetapi juga memiliki pesona pariwisata. Hal tersebut terlihat dari nilai budaya

yang melekat pada pasar tradisional yang menjadi identitas Kota atau

wilayahnya.

Kota Solo dengan penduduk lebih dari 500.000 jiwa merupakan pusat

regional kawasan Soloraya (Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Boyolali, Sragen,

Wonogiri). Akses transportasi menuju kota ini sangat memadai, sehingga

mobilitas manusia sangat tinggi. Aspek demografis ini menjadikan Solo sebagai

pendorong pertumbuhan kawasan incaran raksasa bisnis ritel.

Dalam perkembangannya berbagai macam pusat perbelanjaan pasar (ritel)

modern, seperti mall, supermarket, department store, dan shopping centre

bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran, serta keberadaannya yang

kian waktu kian terus bertambah. Pertumbuhan pasar-pasar modern dapat

berdampak pada terjadinya persaingan antara pasar modern dengan pasar

tradisional. Munculnya pasar modern tersebut kurang terencana khususnya dalam

penempatan lokasi dan hubungan timbal balik dengan pedagang kecil, menengah,

(51)

dikhawatirkan semakin hari semakin tersingkirkan oleh kehadiran pasar -pasar

modern.

Agar pasar tradisional dapat tetap bertahan di dalam perubahan dan

persaingan terhadap pasar modern, maka dibutuhkan upaya – upaya sistematis

yang memahami karakteristik pasar dan kebijakan yang berpihak pada

keberadaan pasar tradisional dan pedagangnya. Sehingga pasar tradisional dapat

mengembangkan segala aspek yang dimiliki dengan karakter dasarnya tanpa

harus menutup penetrasi terhadap pasar modern. Maka dalam hal ini, tidak

diperlukan persaingan namun lebih tepat dengan cara melestarikan pasar

tradisional. Usaha pelestarian tersebut diharapkan mampu mempertahankan

eksistensi pasar tradisional

Pelestarian pasar tradisional di Surakarta dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Surakarta selaku pihak yang berwenang dalam mengatur urusan rumah

tangga kota Surakarta. Dalam pelaksanaan pelestarian pasar tradisional,

Pemerintah Kota Surakarta melimpahkan wewenang kepada Dinas Pengelola

Pasar Kota Surakarta mengingat tugas pokok dan fungsinya sebagai badan

penyelenggara urusan pemerintahan khususnya dalam pengelolaan pasar

tradisional di Surakarta. Oleh karena karena itu, pemerintah kota Surakarta

melalui DPP kota Surakarta dan Dinas lain yang terkait perlu memaksimalkan

pelestarian Pasar tradsional melalui strategi yang tepat dan matang agar

(52)

commit to user

51

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu aktivitas ilmiah yang harus dilakukan secara sistematis, teratur, baik dalam proses berpikir tentang materinya maupun mengenai prosedur dalam suatu penelitian. Sifat ilmiah menitik beratkan kegiatan penelitian sebagai usaha menemukan kebenaran yang objektif dan dapat berbentuk hasil pemecahan masalah atau pengujian hipotesis dan mungkin dapat berupa pembuktian tentang adanya sesuatu yang belum ada, namun diharapkan ada atau dimungkinkan ada. Kebenaran yang objektif itu disatu pihak memerlukan dukungan data atau informasi yang bersifat sebagai bukti ilmiah. Sedang dipihak lain kebenaran itu diterima bilamana prosedur mengungkapkan hal yang sama dan materinya sesuai dengan kenyataan yang ada dan selaras dengan jalan pemikiran yang sehat, untuk mendapatkan suatu kebenaran yang objektif dari proses penelitian, maka perlu adanya suatu metodologi.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Strategi dalam melestarikan Pasar Tradisional mengambil lokasi di kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta. Adapun alasan-alasan pemilihan lokasi ini adalah dasar pertimbangan sebagai berikut :

(53)

commit to user

ditemukan jawaban, mengenai bagaimana strategi Pemerintah kota Surakarta dalam melestarikan Pasar Tradisional.

b. Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta mempunyai fungsi dan peranan sebagai pihak pelaksana pengelolaan dan perlindungan pasar tradisional. Sesuai tertuang di Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 1 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan perlindungan pasar tradisional.

c. Pihak Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta sangat mendukung untuk memberikan data-data atau informasi yang peneliti butuhkan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

B. Jenis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan tujuannya, jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah bentuk penelitian yang berusaha memecahkan masalah dengan memaparkan, menggambarkan serta menganalisa keadaan atau fenomena sosial masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Gambar

Table 1.1 Nama Pasar, Jumlah Kios dan Los Pasar Tradisional di Kota Surakarta
Table 2.1 Jenis Pasar dan skala pelayanan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah sistem keamanan pada pintu. Proses buka/kunci pintu biasanya dilakukan secara manual dan biasanya kita akan memerlukan anak kunci untuk membuka atau mengunci

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu proses belajar

Jika terjadi gangguan gempa bumi lebih dari 7 SR akan mengakibatkan gedung Cyber menjadi runtuh karena secara struktur gedung Cyber tidak dirancang untuk data

→ Masa kritis (Hari 4,5,6) : suhu tubuh mulai turun, jumlah trombosit turun dan darah mengental.. Kritis karena dapat terjadi perdarahan

Adapun karakteristik PBL: (1) belajar dikendalikan oleh tantangan, (2) pebelajar bekerja dalam kelompok kolaboratif dan (3) guru berperan sebagai fasilitator

Pengamatan spesifik aktivitas stimulansia dengan uji induksi tidur ekstrak etanol daun cacao memperlihatkan bahwa pada dosis. 125 mg/Kg BB dan 250 mg/Kg BB tidak

Variasi hasil setelah konsumsi sate daging kambing dapat dilihat pada Tabel 2 Hasil uji wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan tekanan darah rata-rata antara

Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lam semakin meningkat dalam sikap (spiritual