• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Pasar menurut Mankiw (2000:82) adalah :

“sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli dari sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk, dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk.”

Sedangkan Bilas (1993 : 5 ) menyebutkan bahwa :

“ pasar adalah tepat bertemunya sekelompok penjual dan pembeli untuk menjual atau membeli sumber daya, barang dan jasa.” Pada waktu yang silam pasar diartikan menurut lokasi geografis ( Geographic location ), tetapi pada waktu sekarang ini pasar tidak mempunyai batas – batas Geografis, karena komunikasi Modern memungkinkan pembeli dan penjual “bertemu” tanpa pernah melihat wajah yang satu dengan yang lain.” (Bilas 1993:5)

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sadono Sukirno (1996 :24 ) yang mendefinisikan pasar sebagai :

“Suatu institusi, yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik, yang mempertemukan penjual dan pembeli sesuatu barang. Melalui interaksi diantara penjual dan pembeli pasar akan menentukan tingkat harga sesuatu barang dan sejumlah barang yang diperjualbelikan.”(Sukino, 1996:24)

Dalam perkembangannya dikenal pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan lebih memiliki golongan pedagang menengah kebawah, lokasinya tersebar di setiap kecamatan baik di kota kecil maupun di kota besar dengan masa operasi rata – rata dari subuh sampai siang atau sore hari. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang menggunakan teknologi modern, konsumennya dan pedagangnya sebagian besar dari golongan menengah keatas, harga yang ditawarkan tetap dan sistem pelayanannya sendiri. Lokasinya mulai berkembang dan menyebar hampir di setiap wilayah.

b. Pasar Tradisional.

Di dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, menyebutkan pengertian Pasar Tradisional sebagai berikut:

“ Pasar Tradisional adalah Pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerak termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilki / dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya Masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menenawar.”

Sesuai dalam peraturan Daerah tersebut di jelaskan juga pengertian mengenai kios, los dan tenda sebagai berikut :

· Kios : adalah tempat berjualan di dalam pasar yang diizinkan dan dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain. Mulai dari lantai, dinding, plafon dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai tempat berjualan barang atau jasa.

· Los : adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan yang beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tenpat berjualan barang atau jasa.

· Tenda : adalah sarana berjualan yang bersifat sementara di area tertentu dan digunakan oleh pedagang sebagai pelindung dengan izin Dinas

Dari pengertian Pasar Tradisional menurut Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar tradisional merupakan bagian dari usaha kecil. Usaha Kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kedudukan, potensi dan peran yang strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional yang semakin seimbang.

Dalam Undang – Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil, dan menengah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah ;

“Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau Badan Usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, datau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagimana dimaksud oleh undang – undang tersebut.”

Dengan kata lain pasar tradisional dapat dikatakan sebagai usaha kecil yang berbasis kerakyatan yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembagunan ekonomi pada khususnya.

c. Pelestarian Pasar Tradisional

Pasar sebagai pusat budaya semakin terlihat ketika melihat keberadaan Pasar tradisional pada konsep dasarnya atau semula. Pasar tradisional tidak hanya menjadi tempat pemasaran kebutuhan masyarakat saja, tetapi juga memiliki pesona pariwisata. Hal tersebut terlihat dari nilai budaya yang menjadi identitas Kota atau wilayahnya. Namun sisi ini masih belum tergarap secara serius untuk dikembangkan sebagai aset unggulan wisata yang menarik. Meskipun banyak bukti yang menunjukkan banyak pasar-pasar tradisional yang tersebar di nusantara memiliki nilai unggulan lebih untuk diperkenalkan dalam dunia pariwisata.

Dalam perkembangannya, mulai banyak pasar (ritel) modern yang bermunculan. Keberadaan pasar modern tersebut memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan pasar tradisional. Masyarakat lebih memilih berbelanja pada pasar Modern karena fasilitas yang ditawarkan oleh pasar modern lebih menarik, tampilan pasar juga lebih unggul dibanding pasar tradisional serta tempat yang bersih, praktis dan efesien menjadi nilai lebih bagi

pasar modern. Dalam penempatan lokasipun kurang terencana khususnya dalam sinergisitas dengan pedagang kecil, menengah, koperasi, dan pasar tradisional. Akibatnya, keberadaan pasar tradisional semakin terdesak dengan perkembangan pasar modern.

Dalam VIVAnews menyebutkan bahwa pada tahun 2010 supermarket

melayani lebih dari 50% food retail Indonesia. Perkembangan pasar modern mencapai 31,4% sedangkan untuk pasar tradisional minus 8,1% hal ini berarti perkembangan pasar modern begitu pesat dibandingkan dengan angka pertumbuhan pasar tradisional. Kemunduran pasar tradisional terjadi karena adanya persaingan aspek yang tidak seimbang. Seperti terlihat pada table 2.1 berikut ini ;

Table 2.1

Jenis Pasar dan skala pelayanan

Jenis pasar Skala Wilayah Skala Internal Perkotaan.

Pasar Modern (Manajemen modern, tehknologi modern, harga pasti, pelayanan mandiri)

-Perkulakan besar -Perkulakan sedang -Perkulakan kecil

-Hypermarket (>6000m2) - Supermarket Dept. Store (200 – 6000m2)

- mini market (<200m2) - Mall, Plaza, Toko (Skala besar)

Pasar Tradisional (skala kecil, modal kecil,

Tawar menawar)

- Pasar tradisional skala kecil (toko, kios, los, lapak, tenda) - Pasat tradisional skala

sedang (sumber: http://bulletin.penataanruang.net)

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa aspek persaingan yang tidak seimbang terlihat dari pasar tradisional yang berskala kecil, bermodal kecil, dengan sistem tawar menawar harus bersaing dengan kegiatan pasar (ritel) modern, hypermarket, supermarket, department store, mall dan minimarket. Dengan demikian pasar tradisional dirasa akan sangat sulit untuk bersaing mengahadapi pasar modern. Untuk itu diperlukan upaya upaya lain, guna mempertahankan eksistensi pasar tradisional dalam perubahan dan persaingan terhadap pasar modern.

Oleh karena itu persaingan tidak harus dilakukan tetapi akan lebih baik jika pasar dan tradisional dan aspek aspek unggulannya dipertahankan dan dikembangkan, dan hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara melestarikan pasar tradisional yang bertumpu pada perekonomian kota dengan tetap memelihara nilai – nilai budaya bangsa dan kelestarian lingkungan.

6) Strategi Pemerintah Kota Surakarta dalam Melestarikan Pasar

Dokumen terkait