• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TIPE GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENCIPTAKAN MOTIVASI KERJA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TIPE GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENCIPTAKAN MOTIVASI KERJA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Sehingga

manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk mencapai tujuan yang di

inginkan. Pengertian manajemen cukup luas maka berikut ini beberpa pendapat

para ahli mengenai pengertian manajemen, yaitu menurut (George R. Terry dan

Leslie W Rue, 2013:1) menyatakan bahwa:

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Menurut (Komaruddin, 2011:9) menyatakan bahwa, Manajemen adalah ilmu

dan seni pengaturan dalam pemanfaatan sumber daya organisasi agar tujuan

tercapai dengan efektif dan efisien.

Sedangkan menurut (Herman Sofiyandi, 2007:170) menyatakan bahwa,

Manajemen adalah mengkoordinasi orang, mesin, material, uang, dan waktu.

Lingkungan eksternal bersama dengan faktor-faktor internal seperti sasaran

dan nilai-nilai, teknologi dan struktur memberikan kerangka untuk usaha ini.

Sistem psikososial memberikan iklim untuk banyak aspek kritis dari tugas

(2)

10

Dari beberapa definisi manajemen menurut para ahli yang sudah diuraikan

diatas dapat simpulkan bahwa manajemen merupakan seni atau ilmu untuk

mengatur dan mengkoordinasikan dalam mencapai tujuan pemanfaatan sumber

daya organisasi agar lebih efektif dan efisien dengan pengarahan atau bimbingan.

2.2Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bagian penting

didalam perusahan karena perilaku manusia harus menyesuaikan kebutuhan

organisasi, manajemen sumber daya manusia dalam pengelolaan dan

pelayanan berkaitan dengan fungsi sumber daya manusia yang disesuaikan

dengan kebutuhan perkembangan organisasi. Dibawah ini merupakan definisi

manajemen sumber daya manusia yang dikemukakan oleh beberapa para ahli,

yaitu menurut (Rivai dan Sagala, 2011:1) mengemukakan bahwa:

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari

manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengendalian.

Menurut (Marwansyah, 2010:3) manajemen sumber daya manusia

diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam bidang

organisasi yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya

manusia perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi

(3)

11

Sedangkan menurut (Mulayu S.P. Hasibuan 2010:10) mengemukakan

bahwa, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Dari definisi beberapa para ahli di atas mengenai pengertian manajemen

sumber daya manusia, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya

manusia merupakan serangkaian kegiatan untuk mengatur, mengawasi

ataupun hal yang berkaitan hubungannya dengan tenaga kerja didalam

perusahaan/organisasi, dan bertujuan agar dapat mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan oleh perusahaan/organisasi secara efektif dan efisien.

2.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut (Mulayu S.P. Hasibuan, 2010:12), fungsi manajemen sumber

daya manusia terdiri dari sebelas fungsi yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan

kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan

dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan

menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi, wewenang,

integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi hanya

merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan

membantu terwujudnya tujuan secara efektif.

3. Pengarahan (directing)

Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau

(4)

12

tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan

pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya

dengan baik.

4. Pengendalian (controlling)

Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar

mentaati peraturan – peraturan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpanan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan

penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran,

kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksana pekerja, dan menjaga situasi

lingkungan pekerjaan.

5. Pengadaan (procurement)

Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan dan orientasi

untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.

6. Pengembangan (development)

Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis,teoritis,

konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan masa kini maupun masa depan.

7. Kompensasi (compensation)

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct), dan tidak

langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan

jasa yang diberikan kepada perusahaan. prinsip kompensasi adalah adil

dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan

dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah

minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternak konsitensi

8. Pengintegrasian (integration)

Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan

perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang nserasi

dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat

(5)

13

hal yang terpenting dan sulit dalam MSDM, karena mempersatukan dua

kepentingan yang bertolak belakang.

9. Pemeliharan (maintenance)

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan

kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau

bekerja sama sampai pensiun. Pemelihar aan yang baik dilakukan dengan

program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar

karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.

10.Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan

yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk

mentaati peraturan – peraturan perusahaan dan norma – norma sosial. 11.Pemberhentian (separation)

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu

perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,

keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab lainnya.

2.3Tipe Gaya Kepemimpinan 2.3.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin

mengandung pengertian mengarahkan, membina, mengatur, menuntun dan

juga menunjukan ataupun mempengaruhi. Kata “memimpin” menurut (Wahjosumidjo, 2010:104) mempunyai arti memberikan bimbingan, menonton, mengarahkan, dan berjalan di depan (precede). Pemimpin

berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam

(6)

14

Menurut (Robbins dan Coulter, 2012:488) mengatakan bahwa, “Leadership is what leaders do. It’s process of leading a group and influencing that group to achieve it’s goals”. “Kepemimpinan adalah apa yang pemimpinan lakukan. Itu adalah proses memimpin kelompok dan mempengaruhi untuk mencapai tujuan”.

Sedangkan menurut (Miftah Thoha, 2010:9) kepemimpinan adalah

kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi

perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi

karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi

ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas mengenai kepemimpinan dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan cara untuk mengatur dan

mempengaruhi perilaku orang lain baik perorangan maupun kelompok untuk

mengikutinya dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kepemimpinan

sangat penting dalam organisasi karena, pemimpin disuatu organisasi yang

bersifat profit oriented maupun nonprofit oriented memiliki posisi dominan

dalam menentukan maju mundurnya suatu perusahaan.

2.3.2 Fungsi-fungsi kepemimpinan

Menurut (Kartono, 2011:93) , fungsi kepemimpinan untuk menuntun,

membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi

kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang

baik, memberikan supervise/pengawasan yang efisein, dan membawa para

pengikutnya kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan

(7)

15

seseorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang mampu menampilkan

dua fungsi, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan.

1. Fungsi Tugas

Fungsi tugas ini berhubungan dengan segala sesuatu yang dilaksanakan

untuk memilih dua mencapai tujuan-tujuan secara rasional, tugas-tugas

tersebut antara lain menciptakan kegiatan, mencari informasi, memberi

informasi, memberikan pendapat, menjelaskan, mengkoordinasikan,

meringkaskan, menguji kelayakan, mengevaluasi, dan mendiagnosis.

2. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaaan ini berhubungan dengan kepuasan emosi yang

diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kelompok,

masyarakat atau untuk keberadaan organisasi. Beberapa fungsi antara

lain mendorong semangat, menetapkan standar, mengikuti,

mengekspresikan perasaan, menciptakan keharmonisan, dan

mengurangi ketegangan.

2.3.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku yang diterapkan seorang

pemimpin, cara menerapkan gaya kepemimpinan oleh pemimpin itu

berbeda-beda bagaimana pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, yang

tampak dan yang tidak tampak oleh pekerjanya. Menurut (Velthzal Rivai &

Deddy Mulyadi, 2011:42) Gaya Kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk memperngaruhi bawahan agar sasaran

organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan

adalah pola perilaku dan strategi yang dikuasi dan sering diterapkan oleh

(8)

16

Sedangkan menurut (Mulayu S.P. Hasibuan, 2007:170) Gaya

Kepemimpinan adalah suatu cara pemimpinan untuk mempengaruhi

bawahannya, agar mereka mau bekerja sama dan bekerja secara produktif

untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut (Miftah Thoha, 2013:49) Gaya Kepemimpinan merupakan

norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut

mencoba mempengaruhi perilaku orang laim seperti yang ia lihat.

Dari definisi gaya kepemimpinan yang diuraikan oleh beberapa para ahli

dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dari

seorang pemimpin sebagai cara untuk mempengaruhi pekerjanya agar dapat

bekerjasama dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

2.3.4 Teori Kepemimpinan

Ada tiga teori yang berusaha menjelaskan kepemimpinan dengan

pendekatan perilaku pemimpin menurut (Stephen Robbins, 2008:433-451)

yaitu:

1. Teori Sifat (Trait Theories of Leadership)

Teori sifat kepemimpinan disebut juga Trait Theories of

Leadership. Teori sifat yaitu membedakan para pemimpin dan mereka

yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan

karateristik pribadi seperti atribut-atribut kepribadian, social, fisik, atau

intelektual. Seperti dikatakan para pendukung teori sifat bahwa

munculnya teori ini diperkuat oleh adanya asumsi-asumsi dasar

sebagai berikut:

a. Setiap individu memiliki watak atau sifat yang melekat pada

(9)

17

b. Sifat-sifat individu tersebut dapat mempengaruhi image orang

lain atau individu tersebut.

c. Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai,

ciri yang dimiliki oleh pimpinan tersebut.

Asumsi dasar munculnya teori sifat tersebut menunjukan bahwa

sifat manusia mempunyai andil yang besar didalam keberhasilan

kepemimpinan seseorang. Dengan sifat yang melekat pada diri seorang

pemimpin, maka akan menimbulkan kesan tertentu yang dipersepsi

oleh bawahan. Sifat-sifat yang buruk akan menimbulkan kesan tidak

baik atau tidak menarik.

Image yang muncul selain mebentuk persepsi bawahan tentang

pemimpinnya, juga akan mempengaruhi respon bawahan terhadap

sikap, tindakan dan kepuasan pemimpin. Apabila image tersebut positif

kemungkinan besar respon bawahan juga positif, sedangkan image

negatif akan menuntun bawahancenderung merespon negatif juga yang

kemudia mengantarkan pada pemahaman bahwa sifat-sifat positif

tersebut dapat meneladani bawahan sehingga perilaku bawahan juga

akan mencontoh mengikuti pemimpin, dengan demikian apa yang

diperintahkan oleh pemimpin akan diikuti. Bawahan akan cenderung

patuh pada pemimpin sehingga tugaas-tugas dapat berjalan lancar

pencapaian tujuan terlaksana dengan baik.

Adapun sifat kepemimpinan yang dimaksud meliputi dua hal yaitu

mencakup:

1. Sifat Fisik

Sifat fisik adalah sifat yang melekat pada seorang individu ,

(10)

18

menimbulkan kesan tertentu yang dapat mempengaruhi sikap

dan penilaian bagi orang yang melihatnya. Sehingga seseorang

dapat mempersepsi dan memberikan penilaian atas diri

seseorang.

2. Sifat Psikologis

Sifat psikologis merupakan situasi kejiwaan/batik seseorang

yang termanifestasikan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan

tindakan. Dengan demikian sifat spikologis ini hanya akan

terbaca atau diketahui oleh seseorang melalui tingkah laku,

sikap dan tindakan sehari-hari.

Teori ini memiliki kelemahan–kelemahan dalam menjelaskan kepemimpinan antara lain:

a. Tidak terdapat ciri yang universal yang memperkirakan

kepemimpinan dalam semua. Situasi, namun ciri-ciri tampak

memperkirakan dalam situasi yang selektif.

b. Ciri-ciri memperkirakan perilaku lebih dalam situasi yang “lemah” dari pada dalam situasi yang “kuat”. Situasi yang kuat adalah dimana terdapat norma-norma perilaku yang kuat,

rangsangan yang kuat untuk jenis-jenis perilaku yang

spesifikasi dan harapan yang jelas.Bukti tidak jelas dalam

memisahkan penyebab dan akibat. Misalnya apakah

kepercayaan diri menciptakan kepemimpinan? Akhirnya

ciri-ciri dalam melakukan pekerjaan yang lebih baik dan

memperkirakan penampilan kepemimpinan.

2. Teori Perilaku (Behavirol Theory)

Teori perilaku ini mengatakan dimensi perilaku kepemimpinan,

dilihat dari segi efektifitas perilaku, disamping juga membahas

pola-pola perilaku pemimpin. Teori ini merupakan hasil penelitian dari

(11)

19

dimungkinkan memiliki dua kecenderungan yaitu berorientasi pada

karyawan (pemimpin yang menekankan hubungan antar pribadi) atau

disebut juga mendorong dan berorientasi pada produksi (pemimpin

yang menekankan pada aspek teknis atau tugas dari pekerjaan) atau

mengarahkan. Kedua perilaku itu dapat dilihat posisinya dalam

gambaran sebagai berikut:

Sumber: (Miftah Thoha, 2013:64)

Gambar 2.1 Gambar Teori Perilaku

Gambar tersebut menunjukan adanya 4 (empat) dalam perilaku

kepemimpinan, keempat kuadran ini menujukan pertimbangan

pemimpin didalam suatu kecenderungan proporsional antara perilaku

mengarahkan di satu sisi dengan perilaku mendorong disis yang

(12)

20

1. G1, seorang pemimpin menunjukan perilaku yang banyak

memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini

memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan

bagi pengikutnnya dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas

mereka.

2. G2, pemimpin menunjukan perilaku yang banyak mengarahkan dan

banyak memberikan dukungan. Pemimpin mau menjelaskan

keputusan dan bejikasanaan yang ia ambil dan mau menerima

pendapat dari pengikutnya. Tetapi dalam gaya ini masih tetap harus

terus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian

tugas-tugas pengikutnya.

3. G3, perilaku pemimpin menekankan pada banyak memberikan

dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini

pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan

pengikutnya, dan mendukung usaha-usaha mereka dalam

menyelesaikan tugas.

4. G4, pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit

pengarahan. Pemimpin dengan gaya ini mendelegasikan

keputusan-keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada

pengikutnya.

3. Teori Situasional (Contingency Theory)

Gaya situsional yang dikaitkan dengan tugas dan hubungan. Yang

dimaksud dengan gaya situsional dikaitkan dengan tugas dan

hubungan, bahwa seorang manajer atau pemimpin akan menggunakan

gaya tertentu, tergantung pada apa yang menonjol, tugas atau

hubungan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Pemimpin Memberitahukan

Artinya pemimpin menggunakan gaya direktif, dalam arti

(13)

21

yang harus dimainkan oleh setiap bawahan dan

memberitahukan pada mereka apa yang harus dikerjakan.

b. Gaya Menjual

Gaya ini tepat dalam hal penyelesaian tugas penting tapi

hubungan serasi mutlak terpelihara.

c. Menggunakan Gaya Partisipatif

Gaya ini tepat digunakan dalam hal tugas yang harus

dilaksanakan tidak teramat penting akan tetapi hubungan yang

serasi dipersepsikan sebagai hal yang mendasar. Dalam situasi

demikian pemimpin dan para bawahan turut serta dalam proses

pengambilan keputusan.

d. Melimpahkan Wewenang

Pemimpinan membiarkan para bawahan mengambil keputusan

sendiri, memecahkan masalah sendiri, menentukan standar

produktivitas sendiri, dan tidak memerlukan pengedalain atau

pengawasan yang tepat.

2.3.5 Gaya Kerja Kepemimpinan

Berikut Gaya Kerja Kepemimpinan yang dikemukakan oleh (Miftah

Thoha, 2013:66): 1. Gaya Intruksi

Gaya intruksi dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin

memberikan batasan peranann pengikutnya dan memberitahu mereka

tentang apa, bagaimana, bilaman dan dimana melaksanakan berbagai

tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan

diumumkan dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh

(14)

22 2. Gaya Konsultasi

Gaya konsultasi dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih

banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hamper sama

dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan

komunikasi dua arah dan perilaku mendukung dengan berusaha

mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat serta

ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan,

pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada

pemimpinan.

3. Gaya Partisipasi

Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya ini, pemimpinan

dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan

pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan

pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan

masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak

pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki

kemampuan untuk melaksanakan tugas.

4. Gaya Delegasi

Pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan

sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang

kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara

keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki

control untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas.

Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk

melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki

kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam

(15)

23 2.3.6 Tipe Gaya Kepemimpinan

Dalam kegiatan di perusahaan seorang pemimpin menerapkan berbagai

macam gaya kepemimpinan sesuai yang mereka sukai, dari beberapa gaya

kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya

adalah sebagai berikut menurut (Siagian, 2010).

1. Tipe Otokratis

Seorang pemimpinan yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki

kriteria atau ciri sebagai berikut:

a. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.

b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;

mengganggap bawahan sebagai alat mata-mata.

c. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.

d. Tergantung kepada kekuasaan formalnya.

e. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan

pendekatan yang mengandung unsur peksaan dan bersifat

menghukum.

2. Tipe Militeristis

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari

seorang pemimpin tipe militeristis berbeda dengan seorang pemimpin

orgnisasi militer, seorang pemimpin militeristis ialah pemimpin yang

memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:

a. Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering

dipergunakan.

b. Dalam menggerakan bawahan senang bergantung kepada

pangkat dan jabatannya.

c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan.

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya.

e. Sukar menerima kriteria dari bahawannya.

(16)

24 3. Tipe Paternalistis

Seorang pemimpin paternalistis ialah pemimpin yang memiliki

kriteria atau ciri sebagai berikut:

a. Mengganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak

dewasa; bersikap terlalu melindungi (Overly protective).

b. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil inisiatif.

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan.

d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.

e. Sering bersikap maha tahu.

4. Tipe Kharismatik

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan

sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Umunya,

diketahui bahwa pemimpin yang demikina mempunyai daya tarik yang

amat besar dan karenanya pada umunnya mempunyai pengikut yang

jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula

tidak dapat mejelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin

itu. Karena kurangnya pengetahuan tantang sebab musabab seorang

menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan

bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuata gaib (supra

natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat

dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.

5. Tipe Demokratis

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe

(17)

25

modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari

pendapat bahwa manusi ini adalah makhluk yang termulia

didunia.

b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan

organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada

bawahannya.

c. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari

bawahannya.

d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam

usaha mencapai tujuan.

e. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada

bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian

diperbaiki agar bawahannya itu tidak lagi berbuat kesalahan

yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang

lain.

f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses

daripadanya.

g. Berusahan mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai

pemimpin.

2.4Motivasi Kerja

2.4.1 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi merupakan dorongan untuk seseorang dapat meraih

keinginannya, motivasi memiliki peranan sangat penting untuk seseorang

ketika bekerja karena motivasi adalah hal yang mendukung perilaku manusia

(18)

26

definisi mengenai motivasi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli

dibawah ini.

Menurut (Rivai, 2011:22) motivasi merupakan suatu keahlian dalam

mengarahakan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil,

sehingga keingina karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai.

(Uno, 2012:71) motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi

pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas

motivasi yang diberikan.

Sedangkan menurut (Robbins dan Judge, 2007) mendefinisikan bahwa

motivasi sebagai proses yang menjelaskan intesitas, arah dan ketekunan

usaha untuk mencapai suatu tujuan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan

proses pemberian dorongan kepada karyawan, sehingga karyawan bersedia

bekerja dengan seluruh kemampuan yang dimiliki dan tujuan individu maupun

organisasi dapat tercapai.

2.4.2 Tujuan Motivasi

Motivasi mempunyai tujuan yang dapat meningkatkan berbagai hal, tujuan

motivasi menurut (Mulayu S.P. Hasibuan, 2010:77) mengatakan bahwa

tujuan motivasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

(19)

27

3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan

4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan

5. Mengefektifkan pengadaan karyawan

6. Menciptkan suasan dan hubungan kerja yang baik

7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.

8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

9. Mempetinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

10.Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku

Berdasarkan hal diatas, dijelaskan bahwa didalam setiap perusahaan

diperlukan motivasi kerja yang tinggi bagi karyawan karena jika tidak terdapat

motivasi kerja yang tinggi dari karyawan dalam suatu perusahaan maka akan

sulit perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya.

2.4.3 Jenis-jenis dan Alat – alat Motivasi

Menurut (Wiludjeng, 2007:162) jenis motivasi dapat dibedakan menjadi

beberapa kelompok:

a. Motivasi positif, adalah dorongan terhadap karyawan yang berupa

hadiah, pujian, insentif, piagam dan lainnya yang sejenis.

b. Motivasi negatif, adalah dorongan terhadap karyawan yang biasanya

berupa ancaman, hukuman atau sanksi-sanksi.

Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi tersebut sering digunakan oleh

pimpinan organisasi atau perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan

seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Menurut

(20)

28

a. Material, merupakan motivasi yang bersifat material sebagai imbalan

prestasi yang diberikannya, dan hal ini diberikan berupa upah, gaji,

barang-barang dan lainnya.

b. Non material, merupakan motivasi yang tidak berbentuk materi, yang

termasuk non material adalah promosi, diberikan kesempatan untuk

mengikuti pelatihan, sertifikat, piagam, dan lainnya.

2.4.4 Bentuk-bentuk Motivasi dan Unsur Penggeraknya

Bagi setiap individu sebenarnya memiliki motivasi yang mampu menjadi

dorongan dan menumbuhkan semangat dalam bekerja. Dorongan yang

dimiliki oleh seseorang tersebut dapat bersumber dari dirinya maupun dari

luar, dimana kedua bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya

bersama-sama ikut menjadi pendorong motivasi seseorang. Motivasi muncul dalam dua

bentuk dasar, yaitu:

a. Motivasi ektrinsik (dari luar)

Motivasi ektrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian

selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun dan

menumbuhkan semangat motivasi pada diri orang tersebut untuk

merubah seluruh sikap yang dimiliki olehnya saat ini kearah yang lebih

baik.

b. Motivasi intrinsik ( dari dalam diri seseorang).

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta

berkembang dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya kemudian

(21)

29

Sumber: (Irham Fahmi dalam Manajemen Kepemimpinan, 2012:192) Gambar 2.2

Bentuk Dasar Motivasi

Yang harus dipahami bahwa dengan bentuk motivasi tersebut tidak akan

berjalan jika tidak didukung dengan unsur-unsur penggerak motivasi itu

sendiri. Karena dengan adanya unsur penggerak tersebut mampu

menyebabkan berbagai bentuk motivasi akan terwujudkan. (Sagir, 1985

dalam Manajemen Kepemimpinan Irham Fahmi, 2012:192) mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi, antara lain kinerja,

penghargaan, tantangan, tanggungjawab, pengembangan, keterlibatan, dan

kesempatan.

Ketujuh unsur penggerak motivasi tersebut bersifat saling berkaitan dan

semua itu harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh. Seorang pimpinan

dalam usaha menggerakan motivasi para karyawan akan menjadi lebih baik

jika memahami dan melaksanakan ketujuh unsur tersebut. Misalnya setiap

karyawan membutuhkan penghargaan dan kesempatan, artinya setiap kerja

keras yang dilakukan adalah harus dihargai. Dan ketika ia mampu

(22)

30

peroleh adalah ia diberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas yang lebih

berbobot dibandingkan dengan yang pertama. Kesempatan tersebut bisa dalam

bentuk pemberian jabatan, proyek baru, dan berbagai bentuk lainnya. Karena

itu salah satu tugas pimpinan adalah berani memutuskan apa bentuk

kesempatan yang layak diberikan kepada yang bersangkutan, dan apakah

kesempatana yang diberikan kepada karyawan tersebut mampu memberikan

pengaruh dalam memotivasi karyawan lainnya.

2.4.5 Teori – teori Motivasi

(Rivai, 2011:28), mengatakan bahwa terdapat beberapa teori motivasi adalah sebagai berikut:

1. Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)

Menurut Abraham Maslow bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas

lima kebutuhan yaitu Kebutuhan Fisik terdiri dari kebutuhan akan perumahan,

makanan, minuman, dan kesehatan. Kebutuhan rasa aman dalam dunia kerja,

pegawai menginginkan adanya jaminan sosial tenaga kerja, pension,

perlengkapan keselamatan kerja, dan kepastian dalam status kepegawaian.

Kebutuhan sosial, kebutuhan ini berkaitan dengan menjadi bagian dari orang

lain, dan mencintai orang lain. Kebutuhan pengakuan, kebutuhan yang

berkaitan tidak hanya menjadi bagian dari orang lain. Sedangkan kebutuhan

(23)

31

Sumber: (Irham Fahmi dalam Manajemen Kepemimpinan, 2012:194) 2.3Gambar

Gambar Hierarki Kebutuhan Maslow

2. Teori Motivasi “Tiga Kebutuhan”

Teori ini dikemukakan oleh McCleland, ia berpendapat bahwa seseorang akan memiliki motivasi tinggi jika didasari oleh “Need for Achievement” (nAch), “Need for Power” (nPo), dan “Need for Affilliantion”(nAff).

a. Need for Achievement (nAch)

Memiliki arti bahwa seseorang selalu ingin dipandang berhasil dalam

hidupnya, dengan keberhasilan yang dimilikinya secara pasti bahwa

segala kebutuhannya akan bisa dipenuhi. Keberhasilan yang dimaksud

juga dapat berlaku dalam berumah tangga.

b. Need for Power (nPo)

Memiliki arti bahwa seseorang memiliki kebutuhan untuk

mempengaruhi orang lain, dan berusaha untuk menguasai orang lain.

(24)

32

dengan pekerjaan yang tidak dapat memperbesarkan kemungkinannya

untuk memperluas kekuasaan, dan kemungkinan untuk dapat

mempengaruhi orang lain.

c. Need for Affilliantion (nAff)

Memiliki arti bahwa setiap orang memiliki kebutuhan akan lingkungan

yang bersahabat dan dapat bekerja sama dalam berorganisasi.

Kebutuhan berafiliasi akan membuat seseorang cenderung

menghilangkan suasana yang berpotensi menyebabkan persaingan,

namun hal ini tentunya tidak akan menghambat keberhasilan seseorang

dalam bekerja karena tentunya keterampilan dalam bekerja sama yang

baik menjadi salah satu faktor seseorang dapat bekerja dengan baik.

3. Teori X dan Y Mc. Gregor

Teori X dan Y, Douglas McGregor yang dikutip oleh (Mulayu S.P.

Hasibuan, 2011:65) mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, negative dengan tanda label x dan positif dengan tanda label y.

a. Teori X (negatif) merumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut: rata- rata

karyawan malas dan tidak suka bekerja. Umumnya karyawan tidak

berambisi mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindari

tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang lain.

Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam

melaksakana pekerjaanya. Karyawan lebih mementingkan diri sendiri

dan tidak memperdulikan tujuan organisasi.

b. Sedangkan Teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:

rata-rata karyawan rajin dan mengganggap sesungguhnya bekerja, sama

wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu

dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah dan

merasa kesal tidak bekerja. Lazimnya karyawan dapat memikul

tanggung jawab dan berambisi untuk maju dengan mencapai prestasi

kerja yang optimal. Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran

(25)

33

Organisasi seharusnya memungkinkan karyawan mewujudkan

potensinya sendiri dengan memberikan sumbangan pada tercapainya

sasaran perusahaan.

4. ERG Theory (Existence, Relatedness, Growth Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer yang dikutip oleh

(Mangkunegara, 2012:15), yang sebetulnya tidak jauh berada dengan teori dari Abraham Maslow. Teori ini mengemukakan bahwa ada tiga kelompok

kebutuhan manusia, yaitu:

a. Exixtence needs, kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari

eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji,

keamanan kondisi kerja, fringe benefits.

b. Relatedness needs, kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam

beriteraksi dalam lingkungan kerja.

c. Growth needs, kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan

pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan

pegawai.

2.4.6 Dimensi dan Indikator Motivasi

Dimensi yang dipakai sebagai panduan dalam penelitian ini adalah

pendapat dari (McClealand dalam Miftah Thoha, 2012) yang menyatakan

tentang Teori Tiga Kebutuhan yang mempengaruhi motivasi, yaitu kebutuhan

beprestasi, kebutuhan berkuasa dan kebutuhan berafiliasi. Maka dari ketiga

dimensi tersebut didapatlah indicator-indikator motivasi karyawan sebagai

(26)

34 Tabel 2.1

Dimensi dan Indikator Motivasi Karyawan

Dimensi Indikator

1. Need for Achievement (nAch)

a. Tantangan pekerjaan

b. Tanggungjawab

c. Penghargaan dan Prestasi kerja

2. Need for Power (nPO)

a. Posisi dalam kelompok

b. Mencari Kesempatan untuk

Memperluas Kekuasaan

2. Need for Affiliation (nAff) a. Hubungan dengan Organisasi

b. Kerjasama

Sumber: (McCleland dalam Miftah Thoha, 2012:235)

Dimensi kerja diatas tidak menyebutkna kebutuhan sandang dan pangan

sebagai faktor yang memotivasi seseorang, karena kebutuhan akan

keberhasilan dan kesuksesan telah dianggap mencakup kebutuhan yang lain.

Disaat seseorang mencapai keberhasilan dalam karirnya, dapat dipastikan

kemapanan dalam materi telah didapatkan. Jika kemapanan materi telah

diraih maka kebutuhan sandang dan pangan akan terpenuhi. Selain itu

keamana dalam bekerja juga akan dirasakan seiring dengan posisi strategis

yang telah diraih.

2.5Kinerja Karyawan

2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Kebutuhan tenaga yang terampil dalam berbagai bidang merupakan

tuntutan perusahaan dalam mengikuti perkembangan zaman yang terus

berjalan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai

(27)

35

seseorang. Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja,

walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya, namun secara prinsip, kinerja

adalah mengenai proses pencapaian hasil. Istilah kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga dapat didefinisikan

bahwa kinerja menurut (Wibowo, 2014:3) adalah implementasi dari rencana

yang telah disusun, implementasi ini dilakukan oleh sumber daya manusia

yang memiliki kemampuan, kompetensi dan motivasi. Berikut definisi

beberapa ahli mengenai kinerja karyawan yaitu:

Menurut (Riani, 2013:61) kinerja karyawan merupakan tingkat

produktivitas seorang karyawan, relative pada rekan kerjanya, pada

beberapa hasil dan perilaku yang terkait dengan tugas.

Sedangkan menurut (Moeheriono, 2012:69) kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau

prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seorang karyawan atau juga hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab

yang diberikan kepadanya.

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

kinerja karyawan merupakan hasil dari usaha setiap perorangan/kelompok

dalam menyelesaikan tugas yang diterimanya, tercapai atau tidaknya suatu

pekerjaan itu tergantung dari kesiapan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh

(28)

36

2.5.2 Manfaat dan Tujuan Kinerja Karyawan 1. Manfaat Kinerja Karyawan

Selain kinerja karyawan berguna untuk perusahaan kinerja juga

harus bermanfaat bagi karyawan. Diuraikan oleh (Mulayu S.P.

Hasibuan, 2012) bahwa tujuan penilaian kinerja karyawan sebagai berikut:

a) Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk

promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas

jasa.

b) Untuk mengukur kinerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya.

c) Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan di

dalam perusahaan.

2. Tujuan Kinerja Karyawan

Tujuan penelitian kinerja adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari

sumber daya manusia dalam organisasi secara lebih spesifik, tujuan dan

penelitian kinerja menurut (Mangkunegara, 2011) adalah:

a) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang

persyaratan kinerja.

b) Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, shingga

mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau

sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c) Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan

keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap

karier atau terhadap pekerjaan yang dilakukannya sekarang.

d) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,

sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

(29)

37

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut

merupakan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan menurut beberapa ahli:

Ada tiga peringkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi

kerja atau kinerja menurut Gibson dalam (Wibowo, 2011 : 39) yaitu:

1. Variabel Individual

Variabel individual terdiri dari kemampuan dan keterampilan, mental dan

fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), penggajian dan demografis

(umur, asal usul, jenis kelamin).

2. Variabel Organisasional

Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur desain pekerjaan.

3. Variabel Psikologis

Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

motivasi.

Selain itu Menurut Sjafri (2010:22) kinerja dipengaruhi oleh faktor

intrinsik yaitu personal individu dan faktor ekstrinsik yaitu kepemimpinan

sistem, tim, situasional, dan konflik. Berikut uraian rincian faktor-faktor

tersebut:

1. Faktor Personal/Individual

Meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan,

kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap

individu karyawan.

2. Faktor Kepemimpinan

meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan

(30)

38 3. Faktor Tim

meliputi kualitas dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu

tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan

keeratan anggota tim.

4. Faktor Sistem

meliputi sistem kerja, fasilitias kerja atau infrastruktur yang diberikan

oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi.

5. Faktor Situasional

meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

6. Konflik

meliputi konflik dalam diri individu/konflik peran, konflik antar

individu, konflik antar kelompok/organisasi.

2.5.4 Indikator dan Dimensi Kinerja

Menurut (Moeheriono: 2012:108) indicator kinerja merupakan nilai atau

karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output atau outcome

suatu kegiatan dan sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan

derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

(Bangun, 2012:233) menyatakan bahwa suatu pekerjaan dapat diukur melalui 5 dimensi, yaitu:

1. Kuantitas Pekerjaan

Hal ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau

(31)

39 2. Kualitas Pekerjaan

3. Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan

tertentu untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang

dituntut suatu pekerjaan tertentu.

4. Ketepatan Waktu

Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis

pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki

ketergantungan atas pekerjaan lainnya.

5. Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam

mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan.

6. Sikap kooperatif

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu karyawan saja,

untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua

orang karyawan atau lebih. Kinerja karyawan dapat dinilai dari

kemampuannya bekerjasama dengan rekan sekerja lainnya.

2.5.5 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dilakukan untuk melihat perkembangan kinerja karyawan

apakah meningkat atau sebaliknya menurun, hal ini dapat dijadikan evaluasi

untuk memperbaiki kinerja karyawan jika mengalami penurunan dan

mempertahankan serta meningkatkan kinerja jika mengalami peningkatan.

Menurut (Rivai, 2013:549) penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem

formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan

mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil

(32)

40

Menurut (Wungu, 2003) dalam (Malik, 2013) secara umum digunakan

dua kriteria utama dalam menentukan faktor penilaian karya pegawai

(kinerja), yakni bahwa faktor tersebut harus relevan dengan pelaksanaan

tugas-tugas jabatan (job relatedness) serta dapat diukur (measurable).

Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan

pokok, yaitu:

1. manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan

pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang

SDM di masa yang akan datang.

2. manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu

karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, karier dan

memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan

karyawannya (Rivai, 2013:551).

2.5.6 Metode-metode Penilaian Kinerja

Ada lima metode dalam melakukan penilaian kinerja berikut menurut

(Mathis, 2002:92) ada lima metode penilaian kinerja yaitu:

1. Metode Penilaian Kategori

Adalah metode yang meminta manajer memberikan nilai untuk tingkah

laku kinerja karyawan pada formulir khusus yang dibagi dalam

kategori-kategori kinerja. Secara umum ada dua metode penilaian kategori-kategori yaitu:

a. Skala penilaian grafik, memungkinkan penilaian kinerja untk

memberikan nilai terhadap kinerja secara kontinu.

b. Daftar periksa, terdiri dari daftar kalimat atau kata-kata dimana

penilaian memeriksa kalimat-kalimat yang paling karakter dan kinerja

(33)

41 2. Metode Perbandingan

Adalah metode yang menntut para manajer untuk secara langsung

membandingkan kinerja karyawan mereka satu sama lain. Teknik ini

mencakup:

a. Pemberian peringkat, terdiri dari daftar seluruh karyawan yang tertinggi

sampai terendah dalam kinerjanya.

b. Perbandingan berpasangan (distibusi yang normal), teknik

mendistribusikan penilaian yang dapat digeneralisasikan dengan

metode-metode lainnya.

3. Metode Naratif

Adalah metode dimana manajer dan spesialisasi sumber daya manusia

kadang-kadang diminta untuk memberikan informasi penilaian tertulis

dimana lebih mendeskripsikan tindakan karyawan.

4. Metode Tujuan atau Perilaku

Metode yang digunakan untuk mengukur perilaku karyawan dan bukan

karakteristik lainnya.

5. Metode Manajemen dengan Tujuan (Management By Objek)

Mengkhususkan pada tujuan kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh

individu dalam jangka waktu tertentu.

2.6Penelitian Terdahulu

Penyusunan penelitian ini didukung dengan penelitian-penelitian sebelumnya

mengenai Hubungan antara tipe gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan

melalui motivasi kerja. Analisis penelitian terdahulu dipaparkan pada tabel berikut

(34)

42

Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan

dibawah 0,05 yaitu 0,000.

2. Motivasi memiliki hubungan positif

(35)

43

dibawah 0,05 yaitu 0,000.

6. Motivasi secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

(36)

44

(37)

45 2.7Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tipe gaya

kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan, untuk mempermudah

analisis dalam penlitian ini maka dibuat suatu kerangka teoritis seperti gambar di

bawah ini:

Gambar 2.4

Model Kerangka Pemikiran

Tipe Gaya Kepemimpinan X1

(38)

46 2.8Pengembangan Hipotesis

2.8.1 Hubungan tipe gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan

Tipe gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

motivasi sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakan orang

lain untuk mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpinan itu

menciptakan motivasi didalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008).

Penelitian ini didukung oleh (Yogi Setiana, 2015 ) yang berjudul Hubungan

Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Melalui Motivasi

Pada Koperasi Serba Usaha Tandangsari Sumedang yang diperoleh hasil

bahwa motivasi kerja yang tinggi dapat didukung oleh gaya kepemimpinan

yang tepat, sehingga gaya kepemimpinan yang kurang tepat dalam

penerapannya akan kurang memotivasi bawahannya dalam melakukan

aktivitas-aktivitasnya.

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

H1: Tipe gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.

2.8.2 Hubungan motivasi kerja dengan kinerja karyawan

(Uno, 2012:71) mengemukakan bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya

pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak

(39)

47

(Potu, 2013) mengungkapkan bahwa motivasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Menurutnya motivasi

karyawan dapat disebabkan karena kurangnya perhatian perusahaan terhadap

karyawan. Oleh karena itu perusahaan harus membuat sebuah system “reward” yang baik untuk karyawan sehingga mereka dapat termotivasi untuk bekerja dan menghasilkan karya yang baik. Penelitian ini didukung oleh (Yogi

Setiana, 2015 ) yang berjudul Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Pada Koperasi Serba Usaha Tandangsari

Sumedang yang diperoleh hasil motivasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

H2: Motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

2.8.3 Hubungan tipe gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan

Tipe gaya kepemimpina memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan. Menurut penelitian (Potu, 2013) kualitas

pemimpin tidak ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang dicapai, tetapi

ditentukan oleh kemampuan pemimpin mencapai hasil tersebut dengan

perantara orang lain, yaitu pekerja sebagai bawahannya, serta pengaruh yang

berikan oelh pemimpin terhadap bawahannya. Pemimpin harus mampu

menggerakan bawahannya agar mereka bekerja dengan semangat untuk

mencapai kinerja yang baik. Untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan

dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan yang baik antara pemimpin

(40)

48

dalam perusahaan, dan juga sikap yang adil terhadap karyawan dengan begitu

kinerja didalam perusahaan akan meningkat. Penelitian ini didukung (Hendri,

2012) yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. DWIMITRA Multiguna Sejahtera

Sulawesi Tenggara yang di peroleh hasil gaya kepemimpinan berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan artinya apabila gaya kepemimpinan semakin

baik, maka kinerja karyawan akan meningkat.

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

H3: Tipe gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Gambar

Gambar 2.1 Gambar Teori Perilaku
Gambar 2.2  Bentuk Dasar Motivasi
Gambar Hierarki Kebutuhan Maslow
Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Motivasi Karyawan
+3

Referensi

Dokumen terkait

The analysis of this study used Exponential Smoothing method that used for early detection landslides by averaging and repairing forecasting a value from time to

Seorang yang akan didiagnosis AIDS akan dimulai dengan kontak dengan faktor resiko atau sebagai faktor resiko itu sendiri, Apabila faktor resikonya terkait dengan hubungan

[r]

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model spasial deteksi dini tanah longsor dengan metode exponential

Metode tersebut di dasarkan pada metode Orde-Lima dari Jarrat (untuk akar-akar sederhana) yang hanya memerlukan satu perhitungan fungsi dan tiga kali perhitungan turunan..

Moore, adalah intervensi dalam sebuah sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yang bisa diterima pihak yang bersengketa, bukan merupakan bagian dari keuda

Dalam pelaksanaannya ketika menerima dan merespon keluhan yang masuk, serta membuat dan mengirimkan laporan Permintaan Tindakan Koreksi dan Pencegahan (PTKP) PT Pura

Berdasarkan respon yang diberikan oleh peserta, dapat disimpulkan bahwa setelah pelaksanaan sosialisasi ini, segenap anggota Dharma Wanita Persatuan Kecamatan Gatak, Kabupaten