ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT ANGKOLA DI KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
TESIS
Oleh:
FRAMITA UTAMI 137011146/M.Kn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT ANGKOLA DI KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
FRAMITA UTAMI 137011146/M.Kn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT ANGKOLA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN Nama : FRAMITA UTAMI
Nim : 137011146 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. MHum)
Pembimbing II Pembimbing III
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. Utary Maharany Barus, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 26 Agustus 2016
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : FRAMITA UTAMI Nim : 137011146
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT ANGKOLA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan, 26 Agustus 2016 Yang membuat Pernyataan
ABSTRAK
Dalam beberapa masyarakat ada kecendrungan untuk menyelesaikan sengketa melalui peradilan, namun adapula masyarakat yang lebih suka menyelesaikan sengketa melalui forum-forum lain diluar pengadilan. Alasan-alasan kebudayaan menyebabkan beberapa masyarakat cenderung mengenyampingkan pengadilan sebagai tempat penyelesaian sengketa yang timbul diantara mereka.Permasalahan yang dibahas dalam tesis ini yaitu begaimana pelaksanaan pembagian waris secara adat pada masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan. Bagaimana peran lembaga adat jika terjadi sengketa dalam pembagian waris pada masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan. Serta bagaimana kekuatan hukum dari hasil penyelesaian sengketa waris menurut lembaga penyelesaian sengketa waris adat pada masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanulu Selatan.
Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif/doktrinal dan yuridis empiris yang didukung studi lapangan dengan model penelitian yang mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai keputusan hakim in concreto menurut doktrin realisme.
Pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan pada awalnya menggunakan hukum waris secara adat, yakni hanya anak laki-laki yang mewarisi, akan tetapi anak perempuan mendapat harta hibah yang biasanya dikenal dengan pemebrian kasih sayang (Holong Ate) yakni pemberian benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Namun setelah adanya pengaruh Islam yang masuk ke Tapanuli Selatan, hukum waris adat Angkola mengalami perubahan khususnya bagi masyarakat Angkola yang beragama Islam. Masyarakat Angkola yang beragama Islam tunduk pada hukum waris Islam, yakni menggunakan pembagian 2:1 untuk anak laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk masyarakat non Muslim masih tunduk pada hukum waris adatnya. Lembaga adat yang terdapat di Tapanuli Selatan pada dasarnya memiliki tugas untuk berbagai kegiatan yakni pernikahan, kelahiran dan kematian. Lembaga ini dikenal dengan nama Dalihan Na Tolu, yang dibentuk berdasarkan peranan adat istiadat. Dalihan Na Tolu berfungsi menentukan kedudukan, hak, dan kewajiban masyarakat adat Angkola. Kekuatan hukum dari hasil penyelesaian yang dilakukan secara adat hanya berlaku jika kedua belah pihak menyetujui hasil dari sidang adat tersebut. Atas tanggung jawab dari pemimpin sidang adat yakni Hatobangon dan Harajaon sebagai pemimpin sidang adat didampingi Dalihan Na Tolu sebagai mediatornya. Jika hasil dari musyawarah itu disetujui harta warisan akan jatuh ketangan yang bersangkutan dengan perjanjian yang telah disepakati. Jika kedua belah pihak tidak menyetujui maka akan berlanjut ke pengadilan. Pelaksanaan hukum waris secara adat dipandang tidaklah sesuai dengan ajaran Islam. Mengingat 90% masyarakat Angkola beragama Islam. Pelaksanaan hukum waris secara adat akan memecah persaudaraan dikarenakan salah satu pihak tidak menyetujui dengan alasan keadilan. Hendaknya masyarakat Angkola Muslim menggunakan hukum waris Islam, karena sudah ditentukan besarnya masing-masing dan merupakan ketentuan dari Allah SWT. Peran lembaga adat hendaknya tidak menyelesaikan permasalahan adat saja, tetapi harus lebih dari itu yakni menjaga persaudaraan agar tidak terjadi perpecahan.
ABSTRACT
In some communities there is a tendency to settle disputes through litigation, but some of them like to non-litigation, through the other forums outside of court. Cultural reasons cause them to put court aside as the place to settle a dispute among them. The research problems were how the implementation of inheritance distribution customarily in Angkola community in Tapanuli Selatan Regency, how about the role of adat council if there was a dispute in distributing inheritance in Angkola community, Tapanuli Selatan Regency, and how about legal force of dispute settlement in inheritance according to the Adat Arbitration Council in Angkola community in Tapanuli Selatan Regency.
The research used judicial normative/doctrinal method and judicial empirical method supported by field study by studying law which was conceived as a judge’s verdict in concerto according to realism doctrine.
The implementation of inheritance law in Angkola community, Tapanuli Selatan Regency originally used inheritance law by adat which states only a boy who has the right on inheritance from his parents while a girl does not. She is usually get the property as a gift (Holong Ate), the giving of moveable and immoveable property. However, after the coming of Islam to South Tapanuli the inheritance law changed, especially in those who became Moslems. The Angkola Moslems are subject to the Islamic Inheritance Law: 2 portion for a boy and 1 portion for a girl. Meanwhile, the Non-Moslems are subject to the adat inheritance law. The adat Council in South Tapanuli basically has the liability for various activities such as marriage, birth, and death. This council is known as Dalihan Na Tolu, established according to the role of custom. Dalihan Na Tolu is functioned to determine position, right, and obligation of Angkola community. The legal force of the settlement is done by adat which is in effect when both parties agree on the decision as the chairperson of the adat meeting, Hatobangan Na Tolu and Harajson, accompanied by Dalihan Na Tolu as the mediator. The result of the meeting is agreed that the inheritance will be distributed to the agreed heir. If both parties do not approved, the case will be brought to the court. The implementation of inheritance of adat law is considered as not in accordance with the Islamic doctrine since 90% of the Angkola community are Moslems. The implementation of inheritance adat law will break the kinship because one of the parties does not agree for the sense of justice. It is recommended that Angkola community who are Moslems usethe Islamic inheritance law because it has been determined by Allah the Almighty. The role of the Adat council should not settle the adat problem per se, but also maintain the brotherhood among them so that there will be no conflict.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan tesis ini
dengan baik. Dan tak lupa juga sholawat dan salan penulis hadiahkan kepada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi dan Rasul yang diutus
Allah untuk memperbaiki akhlak manusia agar menuju pada pencerahan.
Adapun judul dari tesis ini adalah : “ANALISIS YURIDIS
PENYELESAIAN SENGKETA WARIS BERDASARKAN HUKUM ADAT
ANGKOLA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN”, pengangkatan judul
Tesis ini adalah merupakan kewajiban penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam melakukan penulisan dan penelitian tesis ini, penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan, motivasi, serta bimbingan baik secara moril maupun materil, sehingga
terselesaikannya penulisan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum., selaku Rektor Universitas
mengikuti pendididkan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk menjadi Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I dalam
penulisan tesis ini, atas segala dedikasi dang pengarahan, serta masukan
kepada penulis selama mengikuti dan menuntut ilmu pengetahuan di
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., selaku Ketua
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara sekaligus Pembimbing II dalam penulisan tesis ini, atas
segala dedikasi dang pengarahan, serta masukan kepada penulis selama
mengikuti dan menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum., selaku Sekretaris
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang menyetujui pengangkatan judul Tesis ini, dan telah
banyak memberikan saran dan pengarahan kepada penulis selama
mengikuti dan menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister
5. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum., sebagai Pembimbing III
dalam penulisan tesis ini yang telah meluangkan waktunya yang juga telah
banyak memberikan arahan dan saran serta bimbingan kepada penulis
dalam penyelesaian tesis ini untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan tesis ini;
6. Guru Besar Universitas Sumatera Utara dan Dosen-Dosen Universitas
Sumatera Utara beserta Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
ilmunya dan membuka cakrawala berpikir penulis yang sangat bermanfaat
dikemudian hari.
7. Para Pegawai Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberi kemudahan
administrasi kepada penulis selama mengikuti Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Karyawan PerpustakaanUniversitas Universitas Sumatera Utara atas segala
bantuan dalam penyediaan bahan referensi dalam penyusunan Tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua tercinta Ayah Mahfuroji, ST dan Ibunda tersayang Takariani Harahap. Adik
Dwi Sudirga ST, dan Ramadhan Tri Cahya S.Ked, serta Lesman Turmoko ST,
yang telah memberikan dukungan semangat serta doanya hingga Saya dapat
Terimakasih kepada keluarga besar penulis Alm. Wardullah WS, Alm. Abdul
Hamid Harahap, Embah, Nenek, Opung, Tulang, Nantulang, Uak, Bujing, Uda,
sepupu-sepupu tersayang, keponakan-keponakan tercinta yang telah memberikan
dukungan semangat serta doanya hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
Terimakasih kepada teman-teman mahasiwa Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya teman-teman Kelas B Angkatan 2013
terutama, Ratna Purnama Sari Br Simanjuntak, Soraya Novia, Elfira Maliana
Pane, Irwanda, Ira Quwaity Saragih, Hasiani Putrinta Dongoran, Irwan Haryo
Wardani, Mashitha Dwiajeng Wirapuspa, dan teman-teman dari kelas lain angkatan
2013, penulis mengucapkan terima kasih banyak karena telah membantu dan
memberikan dukungan dan hiburannya dalam penulisan Tesis ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman team dari Universitas
Graha Nusantara Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah bersedia untuk membantu
saya dalam penelitian yang saya lakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Pargarutan
Pasar, masyarakat Desa Parsalakan dan masyarakat Desa Huta Tongah serta pihak
terkait lainnya yang telah yang telah membantu penulis dalam memperoleh data
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Atas bantuan yang diberikan para pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu
persatu, penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, 26 Agustus 2016 Penulis
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : FRAMITA UTAMI
Tempat/Tgl. Lahir : Rantauprapat, 31 Juli 1989
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan WR. Supratman No. 219 Rantauprapat
Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu.
II. KELUARGA
Ayah : MAHFUROJI, ST
Ibu : TAKARIANI HARAHAP
Adik : DWI SUDIRGA, ST
: RAMADHAN TRI CAHYA, S.Ked
III. PENDIDIKAN
SDN 112139 Rantauprapat Ijazah Tahun : 2001
SMPN 5 Rantauprapat Ijazah Tahun : 2004
SMAN 1 Rantau Utara : 2007
S-1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara Ijazah Tahun : 2011
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR ISTILAH ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
1. Manfaat secara teoritis ... 15
2. Manfaat secara praktis ... 16
3. Keaslian Penelitian ... 16
E. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17
2. Konsepsi ... 23
BAB II PELAKSANAAN HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT ANGKOLA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN ... 37
A. Pengertian Hukum Adat ... 37
B. Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 40
C. Sistem Kekerabatan pada Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 49
D. Sistem Perkawinan Adat Pada Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 57
E. Sistem Kewarisan pada Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 65
1. Sistem Kewarisan ... 65
2. Pelaksanaan Hukum Waris Adat pada Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 68
BAB III PERAN LEMBAGA ADAT JIKA TERJADI SENGKETA DALAM PEMBAGIAN WARIS PADA MASYARAKAT ANGKOLA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN ... 75
A. Pengertian Lembaga Adat Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 75
2. Unsur-Unsur Dalihan Na Tolu ... 80
a. Suhut dan Kahanngi ... 80
b. Anak Boru ... 82
c. Mora ... 83
B. Lembaga Adat pada Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai Lembaga Penyelesaian Sengketan ... 87
1. Sengketa Waris dalam Masyarakat Angkola ... 87
2. Peran dan Kedudukan Lembaga Adat dalam Menyelesaikan Sengketa secara Adat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 90
BAB IV KEKUATAN HUKUM DARI HASIL PENYELESAIAN SENGKETA WARIS MENURUT LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA WARIS PADA MASYARAKAT ANGKOLA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN ... 102
A. Pengertian Sengketa Waris Pada Masyarakat Angkola ... 102
B. Bentuk Penyelesaian Sengketa Waris Pada Masyarakat Angkola 107
C. Kekuatan Hukum dari penyelesaian Sengketa Waris ... 111
D. Hambatan Yuridis dan Non Yuridis dalam Pelaksanaan hasil penyelesaian sengketa waris ... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 120
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Hal
1. Penyebaran Masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan 30
2. Sampel Kecamatan, desa dan Responden ... 31
3. Sistem Pewarisan Masyarakat Angkola ... 68
4. Alasan Pemilihan Sistem Pewarisan ... 73
5. Sistem Waris yang Mencapai Kesepakatan ... 73
DAFTAR ISTILAH
1. Marga artinya satuan taksonomi di antara suku dan jenis, serta merupakan
wadah yang mempersatukan jenis-jenis yang erat hubungannya.
2. Siapudan artinya Anak bungsu.
3. Indahan Arian artinya adalah istilah di Batak Angkola sebagai istilah untuk
menjelaskan pemberian harta kepada anak perempuan biasanya sebidang
tanah atau dengan bangunan kepada anak Putri atau Perempuannya.
4. holong ate artinya adalah istilah di Batak Angkola sebagai istilah untuk
menjelaskan pemberian harta kepada anak perempuan biasanya sebidang
tanah atau dengan bangunan kepada anak Putri atau Perempuannya.
5. Dalihan Na Tolu artinya Hirarki pengelompokan kekerabatan (mora,kahanggi
dan anak boru) yang saling berkaitan dan berbagai fungsional yang harus
dipenuhi dalam melakukan tujuan bersama, memelihara pola dan
mempertahankan kesatuan.
6. Kahanggi artinya saudara laki-laki dari suhut beserta seluruh keturunannya
menurut garis laki-laki, inklusif para istri mereka.
7. Anak Boru artinya saudara perempuan dari suhut, inklusif para suami mereka,
beserta seluruh keturunannya menurut garis laki-laki.
8. Mora artinya saudara laki-laki dari ibu, atau mertua dari suhut, serta seluruh
keturunannya menurut garis laki-laki, inklusif istri-istri mereka.
10.Nujuh hari artinya mengadakan selamatan pada hari ketujuh sesudah
seseorang meninggal.
11.Empat puluh hari artinya bersedekah (selamatan) pada hari yang keempat
puluh sesudah seseorang meninggal dunia.
12.Nyeratus hari artinya bersedekah (selamatan) pada hari yang ke seratus.
13.Living Law artinya hukum hidup (sebuah teori hukum).
14.Disputing proces artinya proses membantah.
15.Grievance/preconflict artinya pengaduan pra konflik.
16.Conflict artinya konflik percekcokan; perselisihan; pertentangan; 2 Sas ketegangan
atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua
kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan
sebagainya
17.Dispuite artinya sengketa
18.low as a way of resolving conflict
19.Acta van dading artinya akta perdamaian.
20.Operational defenition artinya
21.Asymmetrisch connubiumi
22.dubius artinya bersifat ragu-ragu; 2 bersifat meragukan (misalnya karena
mempunyai dua pengertian).
23.Dialek artinya variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai (misalnya
bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu
24.Huta na godang artinya kota yang besar, desa yang besar.
25.jujur/tuhor artinya Beli, Mahar, dilepaskan dari klannya dan dimasukkan ke
dalam klan suaminya dan selanjutnya berhak, berkewajiban dan bertugas
diligkungan keluarga suami.
26.Sitamba na urang siorus na lobi artinya sipenambah yang kurang si
pengurang yang lebih.
27.Na manorjak tu pudi juljul tu jolo artinya yang menerjang ke belakang,
menonjol ke depan.
28.Sangap marmora artinya menghormati dan memuliakan pihak mora.
29.Si tastas nambur artinya penghalau embun pagi pada semak belukar.
30.Elek maranak boru artinya menyayangi dan mengasihi pihak anak boru.
31.Manjuljulkon morana artinya mengangkat harkat dan martabat pihak mora.
32.Manta-manat markahanggi artinya bersikap hati-hati terhadap kahanggi.
33.pisang raut artinya anak boru dari anak boru.
34.Olong artinya (kasih sayang) adalah nilai budaya tertinggi dan paling abstrak
yang merupakan landasan bagi hubungan fungsional di antara ketiga
kelompok kekerabatan, yang lahir karena pertalian darah dan hubungan
perkawinan.
35.Sahancit sahasonangan artinya sakit dan senang dirasakan bersama.
36.Sasiluluton sasiriaon artinya seia sekata menyatu dalam mufakat untuk
37.Sahata saoloan satumtum sapartahian artinya seia sekata menyatu dalam
mufakat untuk sepakat.
38.Mate mangolu sapartahian artinya hidup dan mati dalam mufakat untuk
sepakat.
39.Mangirit boru artinya suatu acara yang dilakukan oleh pihak laki-laki kepada
pihak perempuan yang bertujuan untuk melamar.
40.Marlojong artinya perkawinan yang dilakukan tidak dengan sepengetahuan
orang tua.
41.Dipabuat artinya perkawinan yang dilakukan dengan sepengetahuan keluarga.
42.Aha na tubu di lambung ni suhat artinya Apa yang tumbuh dekat keladi.
43.Ulang baen margonjong-gonjong artinya Jangan dibuat berderet lagi.
44.Adong na marbagas dipabuat artinya Ada yang kawin dilamar pasti.
45.Dung i muse adong na marlojong artinya Namun, ada yang kawin lari.
46.makkobar/makkatai artinya musyawarah adat.
47.Mangkobar Boru artinya yaitu perundingan mengenai uang perkawinan dari
pihak Mangkobar boru dengan orang kaya di kampung bersama tua moranya,
hatobangon, harajaon dan anak boru yang diutus pihak laki-laki.
48.Indahan tungkus pasae robu yaitu setelah boru melangkahkan kaikinya
kerumah namborunya, mufakatlah orang tuanya sehubungan dengan rencana
mengantarkan indahan tungkus pase robu.
49.Paulak indahan toppu robu Paulak indahan toppu robu, yaitu sebagai balasan
50.Mebat lungun yaitu setelah beberapa bulan gadis melangkahkan kakinya
memasuki jenjang rumah tangga, maka tibalah waktunya mereka
mengunjungi rumah orang tuanya (pihak mora) yang ada dalam adat
Mandailing disebut mebat
51.mangan pamunan artinya makan perpisahan.
52.boru ni oli artinya calon pengantin wanita.
53.bayo pangoli artinya calon pengantin pria.